Anda di halaman 1dari 13

PAPER ETIKA SOSIAL

“DISKRIMINASI DAN RASISME BENTUK PERWUJUDAN DEGRADASI


MORAL”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Etika Sosial

Dosen : Dr Agustinus Wisnu Dewantara, S.S., M.Hum.

Oleh :

Ria Dwi Trifena (3803019020)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

KAMPUS MADIUN

2021

1
DISKRIMINASI DAN RASISME BENTUK PERWUJUDAN
DEGRADASI MORAL
Ria Dwi Trifena

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Madiun

Email penulis pertama : ryatrifena@gmail.com

Abstrak

Banyak sekali keberagaman yang ada di dunia ini. Salah satunya keberagaman agama, suku,
ras, budaya, etnis. Namun belakangan ini banyak orang yang mengalami penurunan moral.
Salah satunya adalah tindakan diskriminasi, biasanya terbentuk atas dasar adanya golongan
mayoritas lebih banyak dibandingkan golongan minoritas. Mereka menganggap bahwa
golongan mereka (mayoritas) itu lebih unggul dan lebih baik dari pada golongan minoritas.
Selain itu rasisme juga marak terjadi pada akhir-akhir ini. Rasisme sendiri merupakan salah
satu diskriminasi dengan membeda bedakan golongan yang memiliki ciri ciri biologis atau
fisik yang berbeda (ras). Perbedaan ini biasanya terlihat dari tinggi badan, bentuk wajah,
rambut, mata, hidung, bentuk tubuh, dan yang paling terlihat jelas biasanya yaitu warna
kulit.Banyak orang yang resah tentang kasus yang marak terjadi. Entah itu diskriminasi
maupun rasisme, karena banyaknya kasus yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri.

Kata kunci : diskriminasi, rasisme, penurunan moral

2
Moral merupakan hal yang mendasar bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupan. Moral mengatur tindakan baik buruk seseorang. Sudah semestinya setiap orang,
setiap manusia haruslah memiliki moral. Menurut KBBI sendiri moral merupakan “(ajaran
tentang) baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila”. Secara tidak langsung, merupakan suatu pedoman
untuk bertindak, berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia tidak dapat melakukan
sosialisasi atau berinteraksi dengan sesama tanpa adanya moral. Karena jika mau di hargai,
dihormati oleh sesama manusia, maka harus memiliki moral yang baik. Sehingga dengan
adanya moral kita dapat saling menghormati satu dengan yang lain. Penilaian moral biasanya
diukur melalui kebudayaan setempat. Jadi untuk setiap budaya memiliki penilaian yang
berbeda beda tentang tolak ukur moral karena merupakan suatu sistem nilai yang sudah
mengakar sejak lama.

Moral biasanya diajarkan di dalam lingkungan yang terkecil terlebih dahulu, yaitu di
lingkungan keluarga, kemudian sekolah, lalu dalam kehidupan masyarakat. Biasanya juga
moral di petik dari suatu cerita atau kejadian, yang bisa di ambil hikmahnya. Moral juga
memiliki dampak yang penting di dalam suatu kehidupan. Salah satunya yaitu dengan adanya
moral kita dapat menjamin harkat dan martabat diri seseorang, karena kita dapat menghargai
seseorang dengan mempertimbangkan nilai nilai kemanusiaan yang ada. Jika kita dapat
menghargai seseorang sudah sepatutnya, sudah semestinya kita tidak akan bertindak semena-
mena terhadap orang lain, dan bertindak dengan penuh mengedepankan rasa kemanusiaan
yang ada. Maka dapat menjalin rasa keharmonisan dalam hidup antar manusia.

Seseorang bisa dikatakan bermoral apabila memiliki sikap atau tindakan yang baik,
terhadap sesama manusia. Sebagai contoh adalah, apabila kita menggunakan kendaraan
transportasi umum. Kita sudah duduk lama di tempat itu, namun tak lama kemudian ada
penumpang lagi. Penumpang tersebut tidak lain adalah seorang orang tua. Tetapi tempat
duduk yang tersedia sudah penuh, maka dari itu jika kita memiliki moral yang baik. Pastinya
kita akan mempersilahkan orang tua tersebut untuk duduk di tempat duduk kita. Karena kita
menghormati orang yang lebih tua, dan menghargai orang tua tersebut. Demikian juga
sebaliknya, di katakan tidak bermoral apabila tidak memiliki sikap, tindakan, ataupun
perbuatan yang menghormati sesama manusia. Mungkin bisa di katakan jika mengambil dari
contoh yang ada di atas. Sikap yang tidak bermoral adalah bersikap tidak tau, dan tidak mau
tau, hingga akhirnya menimbulkan sikap acuh tak acuh walaupun sebenarnya tau dan melihat
orang tua yang berdiri di dalam kendaraan transportasi umum tersebut. karena mungkin jarak
rumah masih sangat jauh, dan jika berdiri terus menerus pasti akan lelah menjadi alasan yang
mendominasi.

Belakangan ini, kebanyakan orang menunjukan proses penurunan (tergerusnya) sikap


moral. Sebagai salah satu contoh adalah sikap dikriminasi. Didalam wikipedia pengertian
dari diskriminasi adalah “Diskriminasi adalah sikap membedakan secara sengaja terhadap
golongan-golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu. Pembedaan tersebut
biasanya didasarkan pada agama, etnis, suku, dan ras”. Pada awalnya, abad ke 18 sebelum
Perang Saudara Amerika. Istilah diskriminasi merupakan istilah biasa untuk membedakan.
Namun setelah terjadi Perang Saudara Amerika, istilah diskriminasi tersebut berubah menjadi

3
suatu pandangan dengan konotasi yang negatif (buruk). Sehingga sampai dengan sekarang,
diskriminasi masih menjadi tindakan yang membeda bedakan agama, suku, etnis, budaya dll
secara sengaja.

Sering kali ditemukan atau dijumpai pada berita bahwa sekarang marak terjadi
diskriminasi. Sebagian besar diskriminasi biasanya terbentuk atas dasar adanya golongan
mayoritas lebih banyak dibandingkan golongan minoritas. Mereka menganggap bahwa
golongan mereka (mayoritas) itu lebih unggul dan lebih baik dari pada golongan minoritas.

Diskriminasi sendiri memiliki dua tipe, yaitu diskriminasi langsung dan diskriminasi
tidak langsung. Diskriminasi langsung terjadi di mana secara jelas, langsung, dan gamblang
menyebutkan ras, jenis kelamin dll tertentu yang masuk kedalam kategori yang ada di
sebuah kebijakan, aturan maupun prosedur yang ada secara langsung membatasi seseorang
atau kelompok tertentu. Sedangkan diskriminasi tidak langsung terjadi di mana kebijakan,
aturan maupun prosedur yang ada secara tidak langsung (dengan makna tersirat) menghalangi
ras, jenis kelamin, etnis tertentu dll. Memang di dalam diskriminasi tidak langsung, tidak
begitu nampak, namun sangat terasa bahwa memang sebenarnya mengandung unsur
deskriminasi.

Hak Asasi Manusia (HAM) menganut prinsip kesetaraan (kesasmaan) manusia.


Kesetaraan manusia yang beerarti harus setara, memperlakukan secara adil, saling
menghormati satu dengan yang lain. Dapat di katakan bahwa diskiminasi merupakan upaya
untuk mencoba mengurangi, menghapus pengakuan HAM, karena adanya perbedaan yang
mendasar (seperti perbedaan agama, ras, suku, etnis dll), karena menimbulkan atau membuat
tindakan seperti pembatasan, pengucilan, dan bahkan tidak jarang juga ada yang sampai
melakukan tindakan penindasan, pelecehan maupun kekerasan.

Diskriminasi biasanya di awali dengan sebuah prasangka. Sebuah prasangka yang


lebih mengarah ke prasangka negatif (buruk) dari golongan tertentu (mayoritas) yang
menganggap golongannya kuat, lebih baik, hingga menganggap rendah golongan lain
(minoritas). Inilah yang akhirnya membuat pembedaan antara satu dengan yang lainnya.
Yang membuat presepsi kita dan mereka. Memang kita ini adalah seorang makhluk sosial
yang biasanya memilih untuk berkumpul terhadap orang yang memiliki kesamaan dengan
kita. Namun terkadang hal ini di salah artikan yang membuat orang tidak bisa berbaur dengan
orang lain dengan alasan berbeda dengan kita.

Sebuah prasangka ini di perburuk dengan adanya cap buruk untuk seseorang ataupun
kelompok. Cap buruk ini biasanya sebuah penilaian yang memiliki pola yang sama atau
berulang. Jika sudah memiliki pola yang berulang, maka akan mengakar (menggeneralisasi)
dipikiran orang secara terus menerus. Apabila diawali dengan sebuah prasangka, kemudian
mengecap buruk, akhirnya akan berpindah menjadi aksi nyata, yaitu dengan melakukan
tindakan secara tidak adil.

Selain prasangka dan cap buruk, penyebab lain seseorang melakukan diskriminasi
adalah adanya mekanisme pertahanan psikologi yaitu memindahkan hal hal yang tidak
disukai di dalam diri untuk di pindahkan ke orang lain. Sehingga memunculkan cap buruk

4
kepada orang lain, padahal secara tidak langsung orang itu sendiri yang membuat presepsi
demikian. Yang kedua memiliki kekecewaan sebelumnya terhadap orang tersebut, biar orang
tersebut merasa bersalah dengan menggunakan cara mengkambinghitamkan, karena
sebelumnya memiliki kekecewaan yang dipupuk lama lama menjadi dendam. Sehingga orang
yang di kambinghitamkan tersebut memiliki cap yang buruk di mata orang lain (padahal
sebenarnya dia adalah seorang korban kambinghitam) hingga akhirnya mendapat
diskriminasi terhadap orang orang yang ada disekitarnya.

Merasa dirinya terancam (tidak selamat), tidak percaya diri. Diskriminasi adalah salah
satu cara menenangkan dirinya yaitu dengan cara merendahkan orang lain agar dirinya
terlihhat lebih unggul. Persaingan yang ketat di masa masa ini juga menimbulkan orang
saling bersaing, karena sama sama bersaing untuk mendapatkan kekayaan, kemewahan
ataupun kekuasaan. Persaingan yang ketat ini akhirnya membuat pemikiran untuk
menjatuhkan orang lain.

Selain diskriminasi, akhir akhir ini banyak berita yang muncul baik di televisi,
youtube, internet, sosmed dan lain lain, yaitu tindakan rasisme. Rasisme sendiri merupakan
salah satu jenis diskriminasi. Menurut KBBI ” rasisme atau rasialisme merupakan suatu
paham bahwa ras diri sendiri adalah yang paling unggul. Dimana terdapat prasangka
berdasarkan keturunan bangsa, sehingga menyebabkan perlakuan berat sebelah terhadap
(suku) bangsa yang berbeda beda”.

Manusia sendiri dibagi ke dalam 4 ras yang merupakan ciri ciri fisik diwarisi dan
diturunkan oleh nenek moyang, yaitu ras mongoloid atau yang biasa di anggap atau disebut
sebagai “kulit kuning” (orang Asia). Ciri ciri dari ras mongoloid memiliki rambut hitam,
berkulit kuning, kuning langsat, coklat muda sampai coklat gelap dan biasanya memiliki
tubuh lebih pendek (dibanding ras kaukosoid). Lalu yang kedua yaitu ras negroid memiliki
ciri khas “kulit hitam” dan rambut keriting. Contoh dari ras negroid yaitu Afrika.

Ras kaukosoid merupakan ras dengan ciri khas “kulit putih” , rambut pirang, coklat
dan memiliki tubuh yang tinggi tinggi, sebagian besar menetap di Eropa. Dan yang terakhir
yaitu ras khusu yang tidak dapat dikelompokan dalam ras ras pokok, antara lain bushman,
veddoid, polynesian, dan ainu.

Dari hal tersebut yang membuat adanya sebuah presepsi rasisme. Rasisme merupakan
salah satu diskriminasi dengan membeda bedakan golongan yang memiliki ciri ciri biologis
atau fisik yang berbeda (ras). Perbedaan ini biasanya terlihat dari tinggi badan, bentuk wajah,
rambut, mata, hidung, bentuk tubuh, dan yang paling terlihat jelas biasanya yaitu warna kulit.

Pengelompokan ras ras inilah yang akhirnya membuat orang mempunyai pikiran dan
merasa bahwa rasnya lah yang paling baik, paling unggul di antara ras ras yang lain. Dari
pemikiran yang demikianlah yang membuat orang orang membuat golongan golongannya
sendiri, lalu menolak suatu golongan lain yang berbeda dengan golongan mereka. Mereka
mengganggap dan menilai bahwa ras lain itu lebih rendah, sehingga memiliki kepercayaan
atau hak untuk mengatur ras yang lalin.

5
Biasanya paham rasisme berupa prasangka yang buruk, ucapan, memanggil seseorang
dengan bentuk makian, mengucilkan atau secara bentuk lain yaitu dengan sikap, pernyataan,
tindakan memusuhi seseorang atau kelompok tertentu karena rasnya yang berbeda mencoba
menghalangi seseorang untuk mendapatkan persamaan (martabat ras yang sama). Akhir akhir
ini rasisme secara gamblang bertebaran dimana mana, bahkan ada yang melakukan
intimidasi, kekerasan, pelecehan, sampai pembunuhan. Tindakan tindakan rasisme terjadi di
kehidupan masyarakat, salah satunya di pendidikan, pelayanan kesehatan, dan sampai ada di
media sosial yang kerap dilakukan.

Prasangka buruk tentang, bahwa putih itu baik, dan yang gelap itu cenderung
berhubungan ke hal hal yang bersifat negatif, seperti gelap itu kotor, cenderung memiliki
kriminal, dan lain lain (pemikiran yang bersifat negatif). Mindset yang seperti sudah
mengakar dari dulu, mindset inilah yang sebenarnya menjadi awal mula dari rasisme. Bahwa
sebenarnya, belum tentu juga selamanya yang putih itu suci, baik, bersih. Dan yan gelap itu
kotor, cenderung mengarah ke hal yang negatif.

Banyak sekali kasus rasisme baik itu yang terjadi di dalam negeri maupun di luar
negeri. Hal yang dari dulu mengakar dan sampai sekarang belum bisa hilang. Contoh nyata
rasisme dari Indonesia sendiri adalah rasis terhadap orang orang Papua. orang Papua sendiri
sering menerima lontaran rasisme, biasanya dengan hinaan perkatan, fisik, dan lain lain. Ada
yang memberikan cap bahwa orang Papua itu kotor, bau, bodoh, tidak berkembang, susah
maju.

Seperti pada kasus yang menimpa mantan Komisioner Komnas HAM (Natalius
Pigai). Beliau mendapat rasisme dari seorang politikus yang bernama Ambronicus Nababan
dengan mengunggah foto Natalius Pigai yang disejajarkan dengan gorila di sosial media.
Dan masih banyak lagi kasus rasisme yang kerap kali di terima orang Papua yang mungkin
jarang terekspos.

Beberapa kasus rasisme ini tidak hanya dilakukan oleh aparat kepolisian / aparat yang
menjaga di Papua, tetapi anak anak hingga orang dewasa pun terkadang masih melakukan
tindak rasis terhadap orang Papua. Kebanyakan yang saya temui adalah dari siswa yang
sekolah di Sekolah Menegah Atas (SMA), ataupun mahasiswa kerap kali diperlakukan secara
tidak adil, seperti tidak ada yang mau berteman dengannya, atau hanya dalam tugas
berkelompok, tidak ada yang mau satu kelompok dengannya. Akhirnya anak anak Papua ini
selalu berkumpul dengan teman teman satu komunitasnya (Papua) . Mungkin mereka merasa
aman dan nyaman karena mereka merasa di hargai.

Tidak hanya di dalam negeri saja, bahkan rasisme juga marak terjadi di luar negeri.
Kasusnya pun tidak beda jauh dengan kasus rasisme yang ada di Indonesia. Biasanya orang
“kulit hitam” sering kali mendapat perlakuan yang tidak mengenakan, dilecehkan, bahkan
sampai penghilangan nyawa. Seperti yang dialami oleh George Floyd. Kematiannya
membuat marah warga dunia terutama orang orang yang pernah mengalami intimidasi hanya
karena rasnya yang berkulit hitam. Kasusnya berawal dari penangkapan yang di lakukan oleh
seorang polisi bernama Derek Chauvin, karena mengganggap George Floyd membeli sebuah
rokok menggunakan uang palsu. Lalu setelah itu, terlihat Derek Chauvin mencekik leher
6
George Floyd menggunakan lulut kirinya. Selama beberapa menit Derek Chauvin tidak
berupaya untuk melepaskan atau menarik lutut kakinya dari leher George Floyd. Padahal
George Floyd sudah mengatakan bahwa dirinya sudah mengalami atau kesulitan bernafas
(terdapat vidionya dan sudah tersebar luas, vidio yang menampakkan Derek Chauvin
memcekik leher George Floyd dengan menggunakan lutut kaki kirinya hingga beberapa
menit). Hingga akhirnya George Floyd meninggal dunia.

Di dalam sebuah laman web menyebutkan bahwa “Kematian Floyd memicu


demonstrasi di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Australia. Di
Berlin, Jerman, ratusan demonstran berkumpul dua hari berturut-turut, membawa papan
atau kertas bertuliskan: "Diam adalah kekerasan"; "Tahan akuntabilitas polisi"; dan "Siapa
yang kamu panggil saat polisi membunuh?" Sementara di pusat kota London, Inggris, para
pendemo meneriakkan: "No Justice!" atau  "tidak ada kedamaian!”. Dari kejadian tersebut
memunculkan protes, meminta dan memnuntut kepada aparat penegak hukum untuk bisa
lebih adil dan tidak rasis. Dan bisa menjadi penanda agar kita semua membuka mata dan
melihat bahwa rasisme itu masih ada dan masih marak terjadi

Terdapat kasus rasisme lain yang terjadi akhir akhir ini. Yakni serangan rasisme anti
Asia yang kian merebak luas di dunia maya secara global. Banyaknya cuitan cuitan yang ada
di twitter atau sosial media lainnya, menyebutkan dengan hastag #antiasia. Serangan rasis
anti Asia tersebut dipicu dengan adanya informasi atau praduga bahwa Covid-19 berasal dari
Wuhan, China. Walaupun informasi atau praduga ini berasal dari China, rasisme ini di
rasakan hampir seluruh orang Asia. Karena China sendiri masuk ke dalam benua Asia. Jadi
mindset mereka orang Asialah menjadi penyebab menyebarnya penularan Covid-19 (padahal
sebenarnya WHO sendiri telah memberitakan bahwa tidak ada fakta yang ditemukan bahwa
Wuhan menjadi penyebar virus Covid-19 pertama kali), maka dari itu adanya atau
tercetusnya serangan anti Asia ini.

Tidak hanya rasis di dunia maya (sosial media) saja, namun aksi rasisme anti Asia ini
banyak terjadi secara langsung di kehidupan nyata. Hal ini di rasakan oleh orang orang
keturunan Asia-Ameria, yang bekerja, yang study maupun yang tinggal di Amerika, Kanada,
Jerman, Inggris, Prancis, Australia. Mereka merasa sangat resah akhir akhir ini karena
melonjaknya kejahatan, serangan, kebencian terhadap orang orang Asia.

Kasus rasisme anti Asia yang terdapat di Inggris belakangan ini adalah sebelum
makan di suatu restoran, biasanya mereka menannyakan terlebih dahulu apakah ada orang
Asia yang bekerja di sana. Jika ada orang Asia yang bekerja di sana, maka mereka tidak jadi
makan di restoran tersebut.

Selanjutnya warga Prancis yang memiliki keturunan campuran Vietnam-Kamboja


sempat mengalami tindakan rasisme oleh orang orang sekitar, pada saat di bus. Penumpang
bus mengatakan bahwa dia adalah seorang perempuan China, nanti akan menulari kita, dia
harus turun (dengan ekspesi seolah olah jijik karena sekarang orang China beridentik dengan
virus corona, padahal dia sendiri tidak memiliki keturunan Tionghoa).

7
Di dalam laman web “Wakil ketua MPR RI (Ahmad Basarah) mengatakan
keprihatinanya atas melonjaknya kasus kekerasan rasial terhadap orang-orang Asia-
Amerika di sejumlah wilayah di Amerika Serikat. Ia menyayangkan kasus serangan rasialis
yang mencapai ribuan kasus itu justru terjadi di negeri kampiun demokrasi yang selama ini
mengampanyekan demokrasi, isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan multikulturalisme”.
Pada sebelumnya hubungan Amerika Serikat dengan China memang sudah renggang.
Namun di tambah dengan isu atau praduga seperti ini, banyak membuat warga dari Amerika
Serikat akhirnya melakukan serangan rasisme anti Asia seperti itu.

Banyak masyarakat Indonesia yang ada di Amerika Serikat menjadi cemas karena
adanya kasus kasus rasisme yang marak terjadi belakangan ini. Padahal seharusnya kasus
kasus rasisme seperti itu tidak perlu terjadi jika bisa menyikapi secara bijaksana berita yang
belum tentu fakta dan informasinya benar. Dan kedepannya bisa menjadi pelajaran juga bagi
orang Indoneisa. Supaya tidak gampang marah atau termakan dengan berita berita hoaks
yang belum tentu informasinya itu benar.

Di dalam buku filsafat moral (karya Agustinus W. Dewantara) mengatakan bahwa


“Sering kali di simpulkan bahwa dewasa ini terjadi krisis nilai. Apa yang sesungguhnya
terjadi dalam krisis nilai? Krisis nilai kerap kali dikaitkan dengan merosotnya nilai-nilai
moral kehidupan”. Diskriminasi, rasisme secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai
perwujudan menrosotnya nilai nilai kehidupan. Merosotnya nilai moral di dalam diri
manusia. Dengan mendiskriminasi, membeda bedakan golongan tertentu, dalam bentuk
perkataan maupun tindakan secara lansung seperti mengucilkan, memususuhi, menghina, dan
bahkan tidak jarang juga ada yang sampai melakukan kekerasan, pelecehan dan lain lain.

Seperti yang dikatakan dalam buku filsafat moral (karya Agustinus W. Dewantara)
bahwa “tindakan manusia disebut human action (actus humanus), ...... karena ia dianugrahi
akal budi. Ini yang tidak dimiliki makhluk hidup yang lain”. Merosotnya nilai moral disini
adalah karena manusia di berikan akal budi untuk melogika untuk berpikir, sudah seharusnya
tau dan mengerti bahwa sikap seperti mengucilkan, memususuhi, menghina, melakukan
kekerasan itu adalah sikap atau tindakan yang tidak benar dan tidak baik dan bahkan
merugikan orang lain Bukannya berkurang, namun sekarang ini makin kian bertambah baik
itu kasus diskriminasi maupun rasisme.

Lalu jika manusia di berikan akal untuk berpikir untuk merenungkan untuk melogika
tapi tidak di gunakan. Bukannya kurang lebih manusia sama saja dengan binatang yang
kegiatannya hanya binatang hanya tau tentang bagaimana bertahan hidup saja, seperti makan,
minum, tidur. Seperti yang dikatakan dalam buku filsafat moral (karya Agustinus W.
Dewantara) bahwa “Actus hominis adalah tindakan fisik yang dimiliki manusia. Apa saja
yang termasuk tindakan fisik? Makan, tidur, minum, berlari, dan seterusnya”. Karena sama
sama melakukan kegiatan seperti makan, minum, tidur.

Bukankah sudah seharusnya kita sebagai manusiayang di anugrahi sebuah akal budi
memanfaatkannya dengan baik. Sudah sepantasnya kita bisa berpikir mana yang baik dan
mana yang buruk. Bisa membedakan tindakan mana apa yang pantas di lakukan ke sesama
manusia, mana yang buruk yang dapat membuat orang lain merasa rendah tertekan.
8
Sudah sepantasnya dan seharusnya kita sebagai orang yang memiliki akal budi dan
orang yang beriman memberikan impact yang baik bagi sesama manusia. Menebarkan
kebaikan kebaikan , menghargai perbedaan yang bisa membuat orang lain merasa damai
aman dan tentram. Di dalam buku filsafat moral (karya Agustinus W. Dewantara)
mengatakan bahwa “Bonum faciendum, malum vitandum “kebaikan harus dilakukan dan
keburukan harus dihindari”.

Kita tidak bisa membiarkan kasus diskriminasi naupun rasisme ini kian merebak terus
menerus, kita tidak bisa menutup mata bahwa tindakan itu memang benar salah dan tidak
dapat dibenarkan. Terkadang hampir setiap waktu mereka merasakan tindakan tersebut. Kita
tidak akan pernah tau bagaimana keadaan psikis seseorang yang pernah mengalami rasisme
maupun disriminasi. Yang jelas itu adalah hal yang menyakitkan dan bisa menjadi sebuah
kepaitan di dalam diri mereka.

Gubernur Papua Lukas Enembe dengan tegas mengatakan bahwa "kami bukan bangsa
monyet, kami manusia.” Mereka sama saja dengan kita, mereka juga memiliki perasaan.
Hanya karna warna kulit yang berbeda bukan menjadikan alasan untuk bersikap rasis
terhadap mereka. Karena waktu saya SMA, saya memiliki teman-teman dari Papua, jika kita
kenal dengan mereka, kita menjadi teman yang akrab. Sebenarnya mereka itu baik baik,
mereka sama seperti kita hanya presepsi kita, pandangan dari kita, mindset dari kita
sendirilah yang membentuk pemikiran negatif terhadap orang orang Papua.

Mari kita sama sama melakukan gerakan anti rasis, anti diskriminasi. Jika tidak
dihentikan maka akan menimbulkan perpecahan, permusuhan ada dimana mana. Hanya
karena tidak bisa menghormati satu satu dengan yang lain, tidak bisa mentoleransi satu sama
lain, tidak bisa mentoleransi keberagaman. Bukannya yang berbeda itu justru membuat segala
sesuatu jadi lebih bewarna, hidup, tampak nyata. Bukankah justru membuat keberagaman
nilai. Ambil satu contoh, jika sebuah gambar hanya memiliki 1 warna saja, pasti akan terlihat
membosankan, monoton dan mungkin bahwa tidak begitu menarik mata untuk memandang.
Namun jika sebuah gambar tersebut memiliki lebih dari 1 warna, pasti akan membuat takjub,
terlihat menjadi nyata, terlihat lebih indah.

Di dalam buku filsafat moral (karya Agustinus W. Dewantara) mengatakan bahwa


“dalam ungkapan hukum kencana : Whatever you wolud that men should do to you, do you
also to them in like manner (apa yang kamu harapkan agar orang lain lakukan padamu,
lakukanlah itu juga pada orang lain. Atau dalam perumusan negatif : Jangan melakukan
kepada orang lain apa yang kamu sendiri tidak harapkan agar orang lain lakukan kepada
kamu)”. Mari kita sama sama saling memanusiakan manusia. Jika sudah tau bahwa makian,
hinaan itu menyakitkan. Di kucilkan, tidak di hargai, di anggap rendah, di musuhi itu tidak
mengenakan. Maka jangan melakukan hal itu juga kepada orang lain.

Anggaplah bahwa setiap orang ini adalah sahabat kita. Aristoteles menegaskan “jika
dalam hidup bersama setiap orang adalah sahabat bagi yang lain sedemikian rupa, keadilan
tidak diperlukan lagi. ...... Persahabatan tak hanya merangkum segala apa yang ditawarkan
oleh keadilan, melainkan juga mencetuskan kesetiakawanan, kebersamaan, kerukunan,
kekerabatan, ketetanggaan, kekeluargaan, dan yang sejenisnya” . Jika semua orang yang ada
9
dibumi menyamakan setiap orang seperti sahabatnya. Pasti kebahagian, kerukunan dan lain
lain tercipta dimuka bumi ini, karena kita saling mengasihi, menghargai satu dengan yang
lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Jika kita berteman (menganggap orang lain itu adalah sabahat kita sendiri) satu
dengan yang lain, walaupun kulit kita sama ataupun berbeda, agama, suku ras yang berbeda,
kita akan lebih bisa menghargai satu sama lain. Kita pasti mempunyai empati, karena kita
berteman dan pasti tau perasaan mereka. Maka dari itu bertemanlah dengan orang sebanyak
mungkin, tanpa membedakan suku, ras budaya, agama, kulit dll . Supaya kita bisa
memposisikan diri dimanapun kita berada, dan menghargai satu dengan yang lain.

KESIMPULAN

Sering kali dijumpai kasus diskriminasi yang marak terjadi belakangan ini. Sebagian
besar diskriminasi biasanya terbentuk atas dasar adanya golongan mayoritas lebih banyak
dibandingkan golongan minoritas. Mereka menganggap bahwa golongan mereka (mayoritas)
itu lebih unggul dan lebih baik dari pada golongan minoritas.

Sedangkan rasisme sendiri merupakan salah satu diskriminasi dengan membeda


bedakan golongan yang memiliki ciri ciri biologis atau fisik yang berbeda (ras). Perbedaan ini
biasanya terlihat dari tinggi badan, bentuk wajah, rambut, mata, hidung, bentuk tubuh, dan
yang paling terlihat jelas biasanya yaitu warna kulit.

Banyak orang yang resah tentang kasus yang marak maraknya terjadi. Entah itu
diskriminasi maupun rasisme. Masih banyak lagi perlakuan rasis yang diterima orang Papua.
Walaupun sering terjadi rasisme, namun hal itu jarang di bahas. Inilah yang membuat
rasisme sampai dengan sekarang tidak berkurang. Malah terus bertambah kasusnya. Karena
kurangnya edukasi tentang belajar mentoleransi keberagaman (perbedaan). Memang
seharusnya edukasi toleransi itu di ajarkan sejak dini, sejak kecil dalam lingkungan keluarga.

Kita tidak bisa membiarkan kasus diskriminasi naupun rasisme ini kian merebak terus
menerus, kita tidak bisa menutup mata bahwa tindakan itu memang benar salah dan tidak
dapat dibenarkan. Mari sama sama mengakhiri ketidakadilan ini, karena semua sama sama
manusia yang masih memiliki hak untuk diperlakukan sama, untuk mendapat kesamaan. Mari
saling memanusiakan manusia dan mengasaihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri
kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

10
Dosen Sosiologi. 2 Mei 2020. “Pengertian Moral, Macam, Tujuan, dan Contohnya di
Masyarakat”. https://dosensosiologi.com/pengertian-moral/

Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online). Kata Dasar “Moral”.


https://kbbi.web.id/moral

Wikipedia. 1 November 2020. “Moral”. https://id.wikipedia.org/wiki/Moral#:~:text=Moral


%2C%20akhlak%2C%20etika%2C%20atau,positif%20di%20mata%20manusia
%20lainnya.

Pratama Cahya, F. 21 Oktober 2020. “Diskriminasi: Pengertian dan Penyebabnya”.


https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/21/181505469/diskriminasi-
pengertian-dan-penyebabnya

Wikipedia. 1 Februari 2021. “Diskriminasi”.


https://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasi#:~:text=Diskriminasi%20adalah
%20sikap%20membedakan%20secara,kelompok%20mayoritas%20terhadap
%20kelompok%20minoritas.

Mardatila, A. 7 November 2020. “Diskriminasi adalah Tindakan Buruk pada Individu


Tertentu, Berikut Penjelasannya”. https://www.merdeka.com/sumut/diskriminasi-
adalah-tindakan-buruk-pada-individu-tertentu-berikut-penjelasannya-kln.html?
page=all

Riadi, M. 19 Mei 2020. “Diskriminasi (Pengertian, Jenis, Penyebab, Bentuk dan Tindak
Pidana)”. https://www.kajianpustaka.com/2020/05/diskriminasi-pengertian-jenis-
penyebab-bentuk-dan-tindak-pidana.html

Dosen Sosiologi. 2 September 2018. “Diskriminasi: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya”.


https://dosensosiologi.com/diskriminasi/

Si Manis. 15 April 2017. “Pengertian Diskriminasi, Penyebab, Jenis, Bentuk Dan Contoh
Diskriminasi Lengkap”. https://www.pelajaran.co.id/2017/15/pengertian-
diskriminasi-penyebab-jenis-bentuk-dan-contoh-diskriminasi.html

Kurniawan, A. 7 Desember 2020. “Mengenal Ciri-ciri Ras Malayan Mongoloid dan Jenis
Lainnya, Jangan Sampai Keliru”. https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-ciri-
ciri-ras-malayan-mongoloid-dan-jenis-lainnya-jangan-sampai-keliru-kln.html?
page=all

Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online). Kata Dasar “Rasialisme”.


https://kbbi.web.id/rasialisme

11
Nugroho Faozan, T. 15 Desember 2020. “Pengertian Rasisme, Sejarah, Penyebab, dan Cara
Menghindarinya”. https://www.bola.com/ragam/read/4433932/pengertian-
rasisme-sejarah-penyebab-dan-cara-menghindarinya

Anwar Ilham, C. 27 Januari 2021. “Apa Itu Rasisme dan Penyebabnya Seperti Dialami
Natalius Pigai?". https://tirto.id/apa-itu-rasisme-dan-penyebabnya-seperti-
dialami-natalius-pigai-f9Fr

Tim Redaksi. 26 Januari 2021. “Sejarah Singkat Munculnya Rasisme di Indonesia”.


https://voi.id/berita/28922/sejarah-singkat-munculnya-rasisme-di-indonesia

Prabowo, H. 3 Juni 2020. “Kasus Rasisme & Represi seperti George Floyd Berulang di
Indonesia”. https://tirto.id/kasus-rasisme-represi-seperti-george-floyd-berulang-
di-indonesia-fEB6

Ardianti Danisa, A. 15 Juni 2020. “Pilunya Kasus Rasisme pada Mahasiswa Asal Papua di
Indonesia”. https://www.kompress.upj.ac.id/post/pilunya-kasus-rasisme-pada-
mahasiswa-asal-papua-di-indonesia

Sicca,S.P. 13 November 2020. “Muslim, China, dan Aborigin adalah Kelompok Minoritas
yang Jadi Target Rasisme”.
https://www.kompas.com/global/read/2020/11/13/231105670/muslim-china-dan-
aborigin-adalah-kelompok-minoritas-yang-jadi-target?page=all#page2

Kholisdinuka, A. 22 Maret 2021. “Wakil Ketua MPR Prihatin Sentimen Rasialisme Makin
Masif di AS”. https://news.detik.com/berita/d-5502685/wakil-ketua-mpr-prihatin-
sentimen-rasialisme-makin-masif-di-as

Welle, D. 22 Maret 2021. “Orang Asia di Jerman Jadi Target Stereotip Rasisme dan
Kekerasan”. https://news.detik.com/dw/d-5502428/orang-asia-di-jerman-jadi-target-
stereotip-rasisme-dan-kekerasan

Bestasi, N.P. 19 Maret 2021. “Rasis Anti-Asia Meningkat di Medsos, Apa Penyebabnya?”.
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210319185454-37-231530/rasis-anti-asia-
meningkat-di-medsos-apa-penyebabnya

Java, Y.E. 21 Maret 2020. “Rasis Anti-Asia Meningkat di Medsos, Apa Penyebabnya?”.
https://www.its.ac.id/news/2020/03/21/corona-dan-belenggu-diskriminasi-
terhadap-ras-tionghoa-opini-hari-penghapusan-diskriminasi-rasial-sedunia/

Dewantara, A. W. 2017. Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta. hlm.11

Dewantara, A. W. 2017. Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta. hlm.12

Dewantara, A. W. 2017. Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta. hlm.27

12
Dewantara, A. W. 2017. Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta. hlm.44

Dewantara, A. W. 2017. Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta. hlm.56

Dewantara, A. W. (2019). Radikalisme Agama Dalam Konteks Indonesia Yang Agamis Dan
Berpancasila. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 19(1), 1-14.

Dewantara, A. W. (2019, November). BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI MODEL


MULTIKULTURALISME KHAS INDONESIA. In Seminar Nasional Keindonesiaan
(FPIPSKR) (pp. 396-404).

Dewantara, A. W. (2017). Multikulturalisme Indonesia (Studi Perbandingan Antara Konsep


Madani Nurcholish Madjid Dan Konsep Civil Society). JPAK: Jurnal Pendidikan
Agama Katolik, 17(9), 15-25.

13

Anda mungkin juga menyukai