Artinya hukum public itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum public hanya berasal dari satu pihak saja, yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri. S. Sybenga, mengakui adanya perbuatan hukum pulik yang bersegi satu, artinya hukum public itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi menurutnya tidak ada perjanjian. Sebab hubungan hukum yang diatur oleh hukum public hanya berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri. Perbuatan hukum yang bersegi satu ialah perbuatan hukum atau tindakan hukum oleh pemerintah bersifat sepihak. Dilakukan atau tidak dilakukan sangat tergantung pada kehendak pemerintah atau badan administrasi negara. Akibat hukumnya adalah dapat timbul karena perbuatan dari pemerintah saja, tidak menunggu reaksi dari pihak yang dilayani atau yang terkena tindakan atau perbuatan pemerintah. Perbuatan hukum yang bersegi satu, yang diadakan oleh alat-alat pemerintah menurut suatu wewenang istimewa, diberi nama “beschikking” dalam bahasa Indonesia yang sering dipakai istilah ketetapan. Perbuatan yang mengadakan suatu ketetapan disebut perbuatan penetapan. Perbuatan hukum public bersegi satu digolongkan sebagai berikut, yaitu mengeluarkan keputusan (beschkiking), misalkan keputusan tentang pengangkutan atau pemberhentian seorang PNS. Mengeluarkan peraturan (regeling) suatu pengaturan yang bersifat umum dan abstrak. Peraturan yang dimaksud dapat berupa UU, PP, Permen, Perda, dll. Contonya adalah: Mengeluarkan keputusan (beschikking), misalnya keputusan tentang pengangkutan atau pemberhentian seseorang PNS. Mengeluarkan peraturan (regeling), misalnya suatu pengaturan yang bersifat umum dan abstrak, dimana peraturan yang dimaksud dapat berupa UU, PP, Permen, Perda, dan lain-lainya. Pasal 132 KUHPerdata (hak seorang istri untuk melepaskan haknya atas barang yang merupakan kepunyaan suami istri berdua setelah mereka kawin, benda perkawinan), perbuatan hukum yang disebut dalam pasal 875 KUHPerdata (perbuatan mengadakan testamen adalah suatu perbuatan hukum yang bersegi satu), perbuatan hukum yang mendirikan yayasan (stichtingshandhandeling). Perbuatan Hukum Bersegi Dua Menurut Van Der Ppr. Kranenberg Vegting. Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum public yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum public. Mereka memberi contoh dengan adanya perjanjian kerja jangka pendek yang diadakan seorang swasta sebagai pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak yang pemberi pekerjaan. Perbuatan hukum public yang bersegi dua yaitu perbuatan pemerintah tersebut, perbuatan hukum dan akibat hukumnya baru dapat timbul setelah adanya kata sepakat antara pemerintah dengan pihak lainnya. Perbuatan dan akibat hukumnya baru timbul setelah penandatanganan kesepakatan dari pihak. Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum publik sehingga tidak di temui pengaturannya didalam hukum privat. Contohnya adalah: pemerintah kota (Pemkot) semarang berkerja sama untuk mengadakan suatu penelitian menegenai cara mengatasi rob atau banjir dengan pihak UNDIP. Pemkot semarang menyerahkan ke pada pihak UNDIP untuk melaksankan dan memimpin suatu penelitian tersebut, dengan memakai sebuah kontrak kerja sama dengan pihak UNDIP tersebut. Perbuatan hukum bersegi dua seperti yang tercantum dalam Pasal 1313 KUHPerdata : “Perjanjian itu suatu perbuatan yang menyebabkan satu orang (subyek hukum) atau lebih mengikat dirinya pada seorang (subyek hukum) lain atau lebih”.