Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSIF

DOSEN PENGAMPUH : Ahmad Yusuf S,PD M,PD


DI SUSUN OLEH:
Husmanika 922862010020
Rusni 922862010021
Rini 922862010022
Nurlindasari 922862010023
Annisa Yusuf 922862010026
Sahrul 922862010027
Indah Permatasari 922862010028
Azadiyah Nur Fasihan 922862010029
Rifqhatul Mukarramah Khaerunnisa 922862010030

STKIP ANDI MATAPPA


BIMBINGAN DAN KONSELING

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Landasan Pendidikan
Inklusi". Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui berbagai landasan dalam pendidikan
inklusi (landasan Filosofis, Religius, Yuridi, Pedagogis dan Empiris).
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi pada program
studi pendidikan guru sekolah dasar fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan, bimbingan dan bantuan dari Dosen Pengampu Ahmad Yusuf S,PD M,PD.
Makalah ini masih jauh dari sempuma, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan.
Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Demikian semoga
laporan ini bisa memberikan manfaat khususnya untuk penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin

Pangkajene,03 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI ………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 4
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 4
C. Tujuan penulisan ………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………… 5
A. Landasan Filosofis ………………………………………………………………… 5
B. Landasan Religius ………………………………………………………………… 5
C. Landasan Yuridis ………………………………………………………………… 6
D. Landasan Pedagogis ………………………………………………………………… 7
E. Landasan Empiris ………………………………………………………………… 7
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………… 9
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………… 9
B. SARAN ………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakikat pendidikan inklusif sesungguhnya berupaya memberikan peluang sebesar-
besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperolch pelayanan pendidikan yang terbaik
dan memadai demi membangun masa depan bangsa. Hal ini sesuai dengan kebijakan
pendidikan inklusif, yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif yang menyatakan bahwa "sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya".

Pendidikan inklusif menurut Sapon-Shevin dalam O'Neil ( 1994/1995) didefinisikan


sebagai suatu sistem layanan pendidikan khusus yang mensyaratkan agar semua anak
berkebutuhan khususdilayani sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama dengan teman
teman-teman seusianya. untuk itu perlu adanya rekonstruksi di sekolah sehingga menjadi
komunitas yang mendukung kebutuhan khusus bagi setiap anak.

Keberadaan anak berkebutuhan khusus di masyarakat masih belum dapat sepenuhnya


diterima, sehingga banyak hal yang menyangkut hak anak-anak berkebutuhan khusus belum
dapat diperoleh atau dengan kata lain masih terjadi deskriminasi terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus baik dalam bidang sosial, hukum ataupun pendidikan. Untuk itu banyak
usaha dari pemerintah ataupun gerakan masyarakat internasional yang peduli dengan anak-anak
berkebutuhan khusus yang melahirkan kesepakatan dan perangkat hukum perundang-undangan
yang mengikat.

B. Rumusan Masalah

1. Ketetapan menjelaskan landasan filosofis


2. Mampu menjelaskan landasan religious
3. Mampu menjelaskan landasan yuridis
4. Mampu menjelaskan landasan pedagosis dan empiris

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui apa saja landasan landasan penyelenggara Pendidikan inklusi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan filosofis
Landasan filosofis bagi pendidikan Inklusif di Indonesia, yaitu:

a. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang Negara burung Garuda yang berarti
"bhineka tunggal ika". Keragaman dalam etnik, dialek, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya
merupakan kekayaan bangsa yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam NKRI.

b. Pandangan agama (khususnya islam): manusia dilahirkan dalam keadaan suci, kemuliaan manusia di
hadapan Tuhan (Allah) bukan karena fisik tetapi takwanya, allah tidak akan merubah nasib suatu kaum
kecuali kaum itu sendiri, manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturrahmi.

c. Pandangan universal hak azasi manusia menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai hak untuk
hidup layak, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

d. Pendidikan inklusi merupakan implementasi pendidikan yang berwawasan multikulturalyang dapat


membantu peserta didik mengerti, menerima, serta menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya,
nilai, kepribadian, dan keberfungsian fisik maupun psikologis.

B. Landasan Religius
Landasan religius juga termasuk salah satu landasan yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusif Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan pendidikan inklusif tidak
terlepas dari konteks agama karena pendidikan merupakan tangga utama dalam mengenal Tuhan
(Allah) Pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang di landaskan pada basis agama.
Pengembangan pendidikan di Indonesia sejatinya haruslah berakar dari nilai-nilai (ideolugi) dan
budaya yang diyakini mayoritas masyarakat. Ada banyak ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang
landasan religius dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif. Faktor religi yang di gunakan
untuk penjelasan ini adalah AlQur'an Surah Al-Hujurat ayat 13:

‫َّوقَ َب ۤا ِٕى َل شع ْو ًبا َو َج َع ْلنك ْم َّوا ْنثى ذَ َكر ِم ْن َخلَ ْقنك ْم ِا َّنا النَّاس يٰٓاَيُّ َها‬
‫ارف ْوا‬ َ ‫ّللاِ ِع ْندَ اَ ْك َر َمك ْم ا َِّن ۚ ِلتَ َع‬
ٰ ‫ّللاَ ا َِّن ۚ اَتْقىك ْم‬
ٰ ‫َع ِليْم‬
‫ َخ ِبيْر‬13
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kami paling kenal-
mengenal Sesungguleya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal "(QS. Al-
Hujurat: 13)

5
Ayat tersebut memberikan perintah kepada kita, agar saling ta'aruf yaitu saling mengenal dengan
siapapun, tidak memandang latar belakang sosial, ekonomi, ras, suku, bangsa, dan bahkan agama.
Dalam QS An-Nur: 61, Allah SWT juga berfirman:

َ ‫ج َعلَى َّو َْل َح َرج ْاْلَعْمى َعلَى لَي‬


‫ْس‬ ِ ‫ْض َعلَى َّو َْل َح َرج ْاْلَع َْر‬ ِ ‫َّو َْل َح َرج ْال َم ِري‬
‫ت اَ ْو بي ْوتِك ْم ِم ْن تَأْكل ْوا اَ ْن اَ ْنفسِك ْم َعلٰٓى‬ ِ ‫ت اَ ْو ا َب ۤا ِٕىك ْم بي ْو‬
ِ ‫ت اَ ْو ا َّمهتِك ْم بي ْو‬ ِ ‫بي ْو‬
‫ت اَ ْو ا ِْخ َوا ِنك ْم‬ِ ‫ت اَ ْو اَخَو ِتك ْم بي ْو‬ ِ ‫ت ا َ ْو اَ ْع َما ِمك ْم بي ْو‬ِ ‫ت اَ ْو َع ٰم ِتك ْم بي ْو‬ ِ ‫بي ْو‬
‫ت اَ ْو اَ ْخ َوا ِلك ْم‬ ِ ‫ص ِد ْي ِقك ْم ا َ ْو َّمفَاتِ َحهٰٓ َملَ ْكت ْم َما اَ ْو خلتِك ْم بي ْو‬
َ ‫ْس‬ َ ‫جنَاح َعلَيْك ْم لَي‬
‫ِع ْن ِد ِم ْن ت َِحيَّةً اَ ْنف ِسك ْم َعلٰٓى فَ َس ِلم ْوا بي ْوتًا دَخ َْلت ْم فَ ِاذَا اَ ْشتَاتًا اَ ْو َج ِم ْي ًعا تَأْكل ْوا اَ ْن‬
ٰ ً‫ط ِي َبةً مب َر َكة‬
ِ‫ّللا‬ َ ‫ّللا ي َب ِين َكذ ِل َك‬ ٰ ‫ت لَكم‬ ِ ‫ࣖ تَ ْع ِقل ْونَ لَعَلَّك ْم ْاْلي‬61
"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang. tidak (pula) bagi orang sakit,
dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di
rumah bapak- bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki- laki, di rumah
saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki di rumah saudara bapakmu
yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki di rumah saudara ibumu yang perempuan,
di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi
kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah
dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti
memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat
lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan avat- avat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya"
(QS. OS. An-Nur 61)

Makna yang tersirat dalam ayat tersebut adalah bahwa Allah swt tidak membeda-bedakan kondisi,
keadaan dan kemampuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat normal adalah
masyarakat yang berada pada nuansa yang hostik dengan menerima adanya perbedaan sebagai
anugerah Maha Pencipta, ada siang ada malam, ada laki-laki dan ada perempuan, ada yang cacat
dan ada yang tidak cacat merupakan kehidupan yang terintegrasi menjadi suatu kehidupan sosial
yang harmonis sehingga nampak indah.

Inklusif adalah fitrah yang harus menjadi kewajiban manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan
dengan penuh kasih sayang. Namun pada kenyataannya dalam masyarakat, kadangkala masih
adanya rasa was-was dan kekhawatiran dari personal penyelenggara pendidikan untuk menerima
anak-anak yang cacat menjadi bagian dalam lembaga pendidikannya, karena mereka takut citra
lembaganya akan menurun karena kehadiran mereka yang cacat berada di dalamnya.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pendidikan inklusif berkaitan langsung dengan hierarki, undang-undang,
peraturan pemerintah, kebijakan direktur jenderal, hingga peraturan sekolah Landasan-landasan
yuridis internasional penerapan pendidikan inklusif adalah Deklarasi Salamanca oleh para menteri
pendidikan se-dunia

Menurut Dadang Garmida landasan Yuridis pendidikan inklusif yaitu


a. UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31 (1) berbunyi setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

6
b. UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 48 Pemerintah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak Pasal 49 Negara,
Pemerintah, Keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
anak untuk memperoleh pendidikan.

c. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu Ayat (2) Warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan /atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus. Ayat (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat
adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus Ayat (4) Warga negara yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 11
ayat (1) dan (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun. Pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dngan bakat, minat dan kemampuannya (1b) Setiap peserta didik
berhak pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (le) Pasal
32 ayat (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Ayat (2) Pendidikan layanan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah teerpencil atau terbelakang, masyarakat adat
terpencil, dan atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi
Dalam penjelasan pasal 15 alinea terakhir dijelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal 45 ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal
dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional,
dan kejiwaan peserta didik.

D. Landasan Pedagogis
Pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah berkembangnya potensi peserta didik. agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, nerilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab. Jadi melalui pendidikan, peserta didik
berkelainan dibentuk menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, yaitu individu
yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai
jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-sekolah khusus. Berapapun
kecilnya, mereka harus diberi kesempatan bersama teman sebayanya.

E. Landasan Empiris
Penelitian tentang inklusi telah banyak dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an, namun
penelitian yang berskala besar dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika
Serikat). Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkebutuhan khusus di
sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan ini merekomendasikan
agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi
yang tepat (Heller, Holtzman & Messick, 1982) Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa

7
sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkebutuhan khusus secara tepat,
karena karakteristik mereka yang sangat heterogen (Baker, Wang, dan Walberg, 1994/1995).

Prisoner(2003) yang melakukan survei pada kepala sekolah tentang sikap mereka terhadap
pendidikan inklusif menemukan bahwa hanya satu dari lima kepala sekolah tersebut (20%)
memiliki sikap yang positif tentang penerapan pendidikan inklusif sementara yang lainnya tidak
jelas. Lebih lanjut, dalam kelas yang dipimpin oleh Kepala yang memiliki sikap positif tersebut,
siswa lebih mungkin dididik dengan cara-cara yang sedikit tidak dibenarkan dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian yang berkaitan dengan sikap guru, Mcleske Waldron, So, Swanson,
dan Loveland (2001) menemukan bahwa guru-guru dalam sekolah inklusif lebih memiliki sikap
positif terhadap perah guru inklusi dan dampaknya dari pada guru pada sekolah reguler. Lebih
lanjut, Meyer (2001) mengatakan bahwa siswa yang memiliki kecacatan yang cukup ditemukan
untuk memiliki keberhasilan yang lebih besar manakala mereka memperoleh pendidikan dalam
lingkungan yang menerima mereka khususnya yang berkaitan dengan hubungan sosial dan
persahabatan mereka dengan masyarakatnya.

8
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak
berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar, penyelenggaraan
pendidikan inklusi mempunyai 4 Landasan yaitu landasan filosofis, religius, yuridis, pedagogis dan
empiris. Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang
merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas pondasi yang lebih mendasar lagi, yang
disebut Blincka Tunggal Ika. Landasan religius juga termasuk salah satu landasan yang digunakan
untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sebagai bangsa yang beragama, penyelenggaraan
pendidikan inklusif tidak terlepas dari konteks agama karena pendidikan merupakan tangga utama
dalam mengenal Tuhan (Allah) Landasan yuridis dalam pendidikan inklusif berkaitan langsung
dengan hierarki, undang-undang, peraturan pemerintah, kebijakan direktur jenderal, hingga
peraturan sekolah. Landasan pedagogis adalah landasan yang bersumber dari pendidikan Pasal 3
Undang-undang No 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretaif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Landasan Empiris Penelitian tentang inklusi telah
banyak dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala besar
dipelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika Serikat). Hasilnya menunjukkan
bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah, kelas atau tempat khusus
tidak efektif dan diskriminatif.

B. SARAN
Dari berbagai peraturan perundangan dan kesepakatan yang ada tersebut telah mencakup hampir
semua hak anak-anak berkebutuhan khusus, hanyaa yang masih menjadi kendala atau permasalahan
adalah point pada pelanggaran hak-hak anak yang belum ada sangsinya sehingga masih belum
adanya pencapaian hak-hak tersebut secara optimal Sebagai calon pendidikan, harus lelap mampu
mewujudkan hak-hak anak berkebutuhan tersebut sehingga tidakada deskriminasi karena telah
diketani tujuan pendidikan penting bagi semua orang Masyarakat pun harus memiliki kesadaran
untuk peduli dengan anak berkebutuhan khusus bukan tindakan pengucilan yang dilakukan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/505583784/Makalah-Kelompok-3-Pendidikan-
Inklusi
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tujuan-dan-landasan-pendidikan-
inklusi.html
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
yogyakarta/pendidikan-teknologi-kejuruan/landasan-pedagogis-dan-empiris-
pendidikan-inklusif/44935343

10

Anda mungkin juga menyukai