Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH MPKT-AGAMA ISLAM

HG 02-POKOK-POKOK AJARAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh:

HG 02

Saffira AnnisaBening (1806182593)

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur mari senantiasa kita panjatkan kehadirat


Allah swt. karena berkat nikmat-Nya lah kita semua diberikan semua kemampuan, rezeki,
kesehatan dan sebagainya. Pada tulisan ini memuat materi MPK Agama BAB II mengenai
Pokok-pokok Ajaran Agama Islam. Kami dari HG02 mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua komponen yang terlibat dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Kami kelompok HG02 mempersilakan untuk menggunakan makalah ini sebagai bahan
ajar untuk para membaca semua sekaligus memenuhi tugas kami dalam MPK Agama Islam.
Kami memohon maaf apabila tulisan yang kami muat kurang lengkap dan memuaskan karena
kami pun dalam proses belajar, mohon dimaklumi.

Sekian dari kami tim penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Penuh Hormat,
Penulis

HG02

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
1.4 Metode Penulisan ................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................... 5
Bab II Pembahasan
2.1 Akidah atau Iman Islam ................................................................... 6
2.2 Syariah Islam…………....................................................................... 15
2.3 Akhlak Islam atau Isan ………………………… .............................. 20
2.4 Aliran dan Mazhab yang Berkembang dalam Pemahaman Ajaran Islam
………………………….……………………………………………… 22
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 43

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum
dalam 3 hal pokok yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara
pada tiga hal ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan, karena ketiga
unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama Islam.
Ajaran Agama Islam yang seharusnya bersumber pada Al-Qur’an telah banyak yang
melenceng. Hal itu dapat dilihat dengan banyaknya bermunculan aliran-aliran sesat. Selain itu,
kasus kriminalitas yang semakin merajalela pada sekarang ini merupakan suatu cerminan
keruntuhan akhlak pada umat Islam saat ini. Untuk itulah selaku umat Rasulullah SAW, kita
perlu mengetahui serta mempelajari tentang ilmu yang membahas ketiga unsur yang menjadi
kerangka dasar ajaran agama Islam tersebut agar tidak tersesat dan tetap berada di jalan yang
benar.
Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini akan membahas tentang ketiga unsur tersebut yaitu
Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Dengan mempelajari dan mengambil esensi dari ketiga unsur ini,
semoga Allah memberikan kita petunjuk agar selamat di dunia dan di akhirat.

I.2 Rumusan Masalah


Untuk mengkaji dan mengulas tentang aqidah, syariah dan akhlak dalam kehidupan, maka
diperlukan subpokok bahasan yang saling berhubungan, sehingga penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian aqidah atau iman?
2. Bagaimana pengimplementasian aqidah atau imandalam kehidupan?
3. Apa pengertian syariah?
4. Bagaimana pengimplementasian syariah dalam kehidupan?
5. Apa pengertian akhlak?
6. Bagaimana pengimplementasian akhlak dalam kehidupan?

4
7. Apa saja manfaat mempelajari aqidah, syariah, dan akhlak?
8. Apa saja aliran dan mazhab yang berkembang dalampemahaman ajaran Islam?

I.3 Tujuan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan aqidah, syariah dan akhlak.


2. Menjelaskan bagaimana tindakan yang mengandung akhlak, aqidah dan syariah.
3. Mengetahui manfaat mempelajari aqidah, syariah, dan akhlak.
4. Mengetahui aliran dan mazhab yang berkembang dalampemahaman ajaran Islam

I.4 Metode Penulisan


Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah
ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media
lain seperti e-book, web, blog, dan perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan
bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan makalah,
tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan subbab yang berkaitan dengan aqidah, implementasi aqidah, syariah,
implementasi syariah, akhlak, dan implementasi akhlak. Terakhir, bab penutup terdiri atas
kesimpulan.

5
BAB II

ISI

1. Akidah atau Iman Islam

1.1. Pengertian, Ruang Lingkup Materi, Kedudukan Akidah atau Iman Islam

1.1.1. Pengertian Akidah atau Iman Islam

Akidah secara etimologi berasal dari kata 'aqada ya'qidu 'aqdan, artinya simpul atau
ikatan dari dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqada berarti pula janji
yang kokoh, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua pihak yang mengadakan
perjanjian. Akidah menurut terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari
kebimbangan dan keraguan. Atau sering juga disebut dengan keyakinan. Istilah akidah masih
bersifat umum untuk berbagai agama, misalnya akidah Trinitas pada Kristen atau Trimurti pada
Hindu dan sebagainya. Sedangkan iman dari segi bahasa berarti kepercayaan atau keyakinan, dan
dari segi istilah sama dengan akidah.
Dalam redaksi Al-Quran, akidah Islam disebut dengan iman. Iman bukan hanya berarti
percaya, melainkan keyakinan yang kuat yang mendorong dan mendasari seorang muslim untuk
berbuat. Oleh karena itu lapangan iman itu sangat luas. Iman senantiasa bersinergi dengan
perbuatan atau amal saleh. Karena itu iman didefinisikan dengan : “Mengucapkan dengan lisan,
membenarkan dengan hati dan melaksanakan dengan segala anggota badan (perbuatan)". Iman
hendaknya berwujud penyataan dengan lidah, dilandasi dengan keyaknian dalam hati dan
sebagai buktinya disertai dengan perbuatan baik dan ikhlas yang sesuai dengan perintah Allah
dan Rasul-Nya.
Dalam ajaran Islam, akidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) merupakan keyakinan atas
sesuatu yang terdapat dalam apa yang disebut dengan rukun iman, yaitu keyakinan kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qadha' dan qadar. Hal ini
didasarkan kepada Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Shahabat Umar bin Khathab

6
ra yang dikenal dengan ‘Hadits Jibril’. Akidah Islam adalah pokok kepercayaan seorang muslim
yang harus dipegang sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Ketika ia berakidah Islam maka
ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Menjadi seorang mukmin berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran agama Islam, sebagaimana
firman Allah dalam QS 2 (Al-Baqarah) : 208

yang artinya :
“ Hai orang yang beriman, masukalah ke dalam Islam secara keseluruhan dan jangan kamu
turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimau” (QS.2:208)

Akidah Islam membentuk perilaku kehidupan seorang muslim. Ada beberapa pokok manfaat dan
pengaruh iman dalam kehidupaan manusia antara lain:

1. Iman menyelapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda


2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
4. Iman memberikan ketentraman jiwa
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayibah)
6. Iman memelihara sikap ikhlas dan konsekuen
7. Iman memberikan keberuntungan.

7
1.1.2. Ruang Lingkup Akidah atau Iman Islam

Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran
Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa
darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh
ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya,
imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat, haji,
puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga kualitas
keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan kita kepada
Allah.
Para ulama membagi ruang lingkup akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu : (1)
Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah Ketuhanan utamanya pembahasan
tentang Allah. (2) Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah,
yaitu para nabi dan para rasul Allah. (3) Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan
makhluk gaib, seperti Jin, Malaikat, dan Iblis. (4) Sam’iyyat, yaitu pem-bahasan yang bekenaan
dengan alam ghaib, seperti alam kubur, akhirat, surga neraka, dan lain-lain. Materi iman atau
yang sering disebut dengan Rukun Iman yang harus diyakini seorang muslim ada enam, sebagai
mana sabda Rasulullah : “Iman itu hendaknya engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, qadha dan qadar Allah yang baik dan yang
buruk“ (HR. Muslim.). Enam hal di atas merupakan materi keimanan yang harus diyakini dan
dihayati setiap muslim.

1.1.3. Kedudukan Akidah atau Iman Islam

Dalam ajaran Islam, akidah memiliki kedudukan yang sangat penting, ibarat suatu
bangunan, akidah adalah pondasinya. Sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti Syariah dan
Akhlak merupakan sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi
adalah bangunan yang sangat rapuh. Tidak perlu ada gempa atau badai yang menerpanya,
bahkan sekedar menahan beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Akidah dapat pula diibaratkan akar dalam sebuah pohon. Perumpamaan yang sangat menarik
dalam Al-Qur’an bahwa seorang mukmin itu laksana "Kalimatan thoyyibah" (kalimat yang

8
baik), dan laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). (QS.14:24-25). Kalimat yang baik
itu adalah laa ilaha illa Allah (syahadat). Dalam Tafsir Jaami’ul Bayan, Ibnu Jarir Ath Thabari
juga menjelaskan kalimatan thoyyibah adalah persaksian tiada Tuhan selain Allah, dan
syajarotun toyyibah adalah seorang mukmin, ashluha tsabitun artinya laa ilaha illa Allah yang
tertanam di dalam hati seorang mukmin, wa far’uha fis-samaai yakni amal perbuatannya akan
menjulang ke langit.

Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik atau berkualitas ada tiga hal:

a. Ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi). Akar yang kuat menjadi dasar dan
tumpuan tumbuhnya pohon yang besar. Di sinilah pentingnya peran sang penanam yang ikhlas
dan sungguh-sungguh, berkorban tanaga, pikiran dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Semakin dalam akarnya, maka semakin kuat pula pohon itu, tidak mudah tumbang walau
dihantam badai. Akar ibarat akidah tauhid (iman) yang tertanam di dalam lubuk hati sanubari
seorang mukmin. Jika akidahnya kuat, maka ia mampu menghadapi cobaan dan godaan hidup
seberat apapun. Akidah tauhid harus ditanamkan oleh orang tua dan guru kepada anak sejak dini.
Peran keduanya sebagai pendidik sangat penting agar akar akidah anak menghujam ke lubuk hati
sanubari. (QS.31:13).

b. Far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit). Pohon yang sudah berurat berakar, akan
menumbuhkan batang yang besar, dahan dan ranting yang banyak serta berdaun lebat.

c. Tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu). Pohon yang baik tidak hanya berakar kuat
dan berdahan besar, tapi juga berbuah banyak dan enak. Bukan hanya pada musimnya, tapi di
setiap musim tiada henti. Pohon berbuah menguntungkan pemiliknya dan orang lain. Semakin
bagus kualitasnya, semakin tinggi pula harganya.

Inilah perumpamaan mukmin yang taat pada syariah dan berakhlak karimah. Akidah dan
syariah yang kuat dan benar mestilah berbuah akhlak mulia (karakter Islami). “Sebaik-baik
Keislaman seseorang adalah yang terbaik akhlaknya”. (HR. At-Turmudzi).

9
Dalam Islam, akidah yang benar merupakan pokok tegaknya agama dan kunci diterimanya amal
perbuatan manusia. Akidah Islam yang bersendikan Tauhid atau mengesakan Allah,
menegaskan bahwa Tauhid tidak boleh tercampur dengan syirik. Banyak ayat Al-Quran
menunjukkan bahwa amal perbuatan manusia tidak akan diterima apabila tercampur dengan
syirik. (QS. 19: 110.) Oleh sebab itu para Rasul yang diutus oleh Allah ke muka bumi ini sangat
memperhatikan tegaknya akidah. Prioritas dakwah mereka adalah Akidah.

1.1.4. Ketauhidan Allah

Tauhid merupakan inti dari Akidah Islamiyah yang menyerukan Islam di setiap tahap,
baik awal maupun akhirnya. Tauhid memiliki arti meng-Esakan menurut bahasa, kepercayaan
dan keyakinan kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menurut istilah. Dimana Allah
merupakan satu-satunya Dzat yang menciptakan, memelihara, mengatur alam semesta, serta
mmeberi hokum, wajib disembah dan dimohon petunjuk dan pertolongannya. Allah adalah
Dzat yang luhur, sifat sempurna, sumber segala kebaikan dan kebenaran yang Maha Adil dan
Maha Suci. Keyakinan kepada Allah merupakan pondasi terkuat bagi seorang muslim, seperti
dalam surat Al-Ikhlas. Syirik merupakan lawan dari Tauhid yang berarti mempersekutukan Allah
dan meyakini kepercayaan adanya tuhan selain Allah dan merupakan dosa besar yang telah
difirmankan dalam An-Nisa’ ayat 48.

Tauhid merupakan ajaran untuk meyakini teguh pada Allah yang mutlak wujud-Nya,
dimana keberadaannya dapat dibuktikan dengan keberadaan ciptaan-Nya dan pengalaman
batin seorang manusia berfitrah lurus yang mengakui wujud Allah dengan segala sifatnya yang
Maha Sempurna. Dengan adanya Tauhid, seorang hamba bebas dari perbudakan dan
ketergantungan, ketakutan dan kepasrahan terhadap mereka dan beramal untuk mereka.
Orang yang bertauhid hatinya akan selalu bergantung kepada Rabb-nya yang memiliki
kekuasaan atas segala sesuatu. Seseorang yang bertauhid akan selalu beribadah kepada Allah,
berharap kepada Allah dan hanya takut kepada Allah. Dengan itu, akan terealisir kesuksesan
dan keberhasilannya.

10
Untuk mencapai ridha Allah swt., cinta dan pahala-Nya tauhid merupakan alasannya
yang merupakan keimanan progresif. Tauhid tidak hanya mempercayai keesaan Allah, sifat dan
perbuatan-Nya tetapi juga mengamalkan dengan sepenuh jiwa dan raga. Tauhid merupakan
proses penyatuan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, dan perbuatan. Tauhid akan
meringankan segala kesulitan yang dialami seorang manusia apabila telah tertanam dalam
hatinya. Terdapat pada Al-Baqarah ayat 157:

1.1.5. Macam-Macam Tauhid


1.Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah pencipta, pemilik dan pengendali
alam yang esa dan menghidupkan, mengendalikan, dan mematikan alam dengan takdir-Nya
atau meng-Esakan Allah dalam hal kepemilikan, penciptaan, dan pemeliharaan alam semesta.
Allah memelihara makhluk, rasul, dan wali-wali-Nya dengan segala nikmat dan rezeki yang telah
diberikan kepada mereka. Allah adalah penolong. Allah adalah penolong rasul-rasul-Nya dan
pemilik untuk semua makhluk Allah dengan selalu mempperbaiki keadaan hidup mereka
dengan pilar-pilar kehidupan yang diberikan kepada mereka.
Tauhid rububiyah mencakup berbagai dimensi keimanan. Yang pertama, adalah beriman
kepada perbuatan Allah yang bersifat umum, seperti menciptakan, menghidupkan, memberi
rizki, dan mematikan. Yang kedua, adalah beriman kepada takdir Allah. Yang ketiga, adalah
beriman kepada zat Allah.

2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah meng-Esakan Allah dalam hal ibadah, seperti sholat, berdoa, dan
berdzikir, karena Allah lah satu-satunya yang berhak diibadahi. Kata uluhiyah berasal dari kata
Ilah yang artinya “Yang Disembah dan Yang Ditaati”, baik dalam sesembahan hak maupun batil.
Sesembahan yang hak, ada dalam surat Al-Baqarah ayat 255 yang artinya “Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(mahkluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi, tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa

11
yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

3. Tauhid Asma’ Wa Sihifat


Tauhid asma’ wa shifat adalah meng-Esakan Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat
Allah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an maupun melalui lisan Rasulullah. Meng-Esakan dengan
cara menetapkan nama dan sifat yang telah Allah tetapkan tanpa mengingkari, mengubah,
menyerupakan, dan menanyakan bagaimana.
Dalilnya terdapat dalam surat As-Syura ayat 11

Arti: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”

Kata asma’ merupakan bentuk jamak dari ism yang artinya nama, sehingga Asma Allah
berarti nama-nama Allah. Kata sifaat merupakan bentuk jamak dari sifat yang artinya sifat, sifat
disini berarti sifat dari suatu benda (seperti ukuran, bentuk, warna) dan informasi-informasi
terkait benda tersebut. Sehingga, sifat Allah berarti perbuatan, kekuasaan, dan informasi apa
saja tentang Allah. Sifat Allah tidak hanya berhubungan dengan keindahan, kemurahan, dan
keagungan Allah.

1.2 Implementasi Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan


1.2.1. Pengaruh Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan

12
Di dalam agama Islam kita sebagai manusia diajarkan untuk dapat menerapkan
hubungan antara iman dan amal shaleh (perbuatan sehari-hari). Sebagai muslim, kita juga harus
dapat menerapkan iman yang berdasar kepada rukun iman yang enam. Di samping itu, amal
shaleh setiap insan di dunia ini harus berdasar kepada rukun islam yang lima.
 Rukun Iman
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadha dan Qadar

 Rukun Islam
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat
2. Mendirikan Sholat
3. Menunaikan zakat
4. Berpuasa di bulan Ramadhan
5. Menunaikan haji di Mekkah bagi yang mampu

1.2.2. Tantangan Akidah atau Iman Islam dalam Kehidupan Modern


Pada era perkembangan zaman dan globalisasi ini, kita sebagai manusia banyak yang
terlupa, mana yang merupakan prioritas utama dan mana yang bukan. Masyarakat pada zaman
sekarang cenderung lebih memilih untuk mementingkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
melalaikan agama. Masyarakat zaman sekarang kebanyakan hanya memandang semua aspek
untuk meningkatkan taraf hidup. Mereka lupa, di dalam hidup ini ada aspek lain yang akan
memengaruhi kehidupan mereka, yaitu akidah. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi nantinya akan memberikan kita dampak positif dan dampak negatif bergantung
dengan tingkat keimanan kita.

1.2.3. Proses Pembentukan Akidah atau Iman Islam

13
A. Proses pembentukan akidah
Iman yang dibawa sejak dalam kandungan haruslah dipupuk dengan baik dan intensif agar
tetap dan terus tumbuh. Hal-hal yang mempengaruhi proses pembentukan akidah dapat
berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, dll. Namun, peran lingkungan
keluarga lah yang dapat membentuk akidah secara efektif dan signifikan karena memiliki
intensitas yang paling banyak dan paling dekat. Sebenarnya proses pembentukan akidah ini
berawal dari mengenal ajaran Allah SWT. Kemudian dari mengenal menjadi menimbulkan rasa
senang, dari rasa senang itu harus dibiasakan untuk menjalankan perintah Allah SWT.

B. Pentingnya akidah di zaman modern


Saat ini kita hidup di zaman modern, zaman di mana kecanggihan tekhnologi tidak dapat
dipungkiri lagi. Namun, derasnya arus globalisasi dan kemajuan tekhnologi membuat banyak
orang salah dalam menggunakan tekhnologi tersebut sehingg semakin lama semakin meningkat
pelanggaran-pelanggaran terhadap akidah islam. Sebenarnya modernisasi dalam Islam itu
sendiri juga diperbolehkan, artinya Islam tidak melarang moderniasi selama modernisasi
tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah Islam. Adanya modernisasi dan
kemajuan tekhnologi dapat membatu dalam menyebarkan agama Islam itu sendiri serta juga
sebagai wadah atau media membantu orang lain.

C. Implementasi akidah dalam kehidupan sehari-hari


Akidah islam ibaratnya seperti sebuah pondasi bangunan, perlu pondasi yang kokoh
dulu sebelum merancang bagian bangunan yang lain. Kualitas pondasi akan berpengaruh
terhadap kualitas bangunan yang ditegakkan. Allah SWT berfirman dalam QS. As-Syura ayat 13

1.2.4. Tanda-Tanda Orang Beriman dan Tidak Beriman

Iman adalah salah satu bagian terpenting yang ada dalam seseorang beragama
Islam. Tanpa adanya keimanan, hidup seseorang akan sia-sia. Tidak semua orang Islam
beriman, tetapi orang beriman sudah pasti menganut agama Islam. Secara etimologi,
kata íman’ berasal dari Bahasa Arab, yaitu Aamana – yu’minu – iimanan yang berarti
yakin atau percaya. Secara terminologi atau istilah, iman adalah membenarkan dalam

14
hati (tashdiq bi qalb) tanpa ada sedikit pun keraguan tentang segala yang datang dari
Allah dan Rasul-Nya, menyatakan dengan lisan (iqrar bi lisan), dan membuktikan dengan
perbuatan (amal bi arkan) terhadap kebenaran atau keyakinan tertentu.
Di dalam Alqur’an, dikatakan bahwa iman bersifat Asyaddu Hubban Lillah yang
berarti sangat dicintai oleh Allah, hal ini juga dapat diartikan bahwa orang yang beriman
pasti dicinta oleh Allah SWT. Orang yang beriman akan menunjukkan keimanannya
dalam beberarapa wujud. Menurut Hasan Al-Bana, wujud iman dibagi menjadi 4, yaitu :

 Ilahiyah : Berhubungan dengan Allah


 Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, Kitab, dan Mukjizat
 Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik, yaitu Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, dan Ruh.
 Sam’iyah : Segala sesuatu yang dapat diketahui melalui sam’i (pendegaran) yang
berasal dari dalil naqli

Orang Beriman Orang tidak Beriman


Konsisten terhadap kebenaran Jika diberi petunjuk, kebenaran, dan nasehat
tidak akan membekas padanya
Hatinya bergetar jika mendengar nama Allah Allah telah mengunci mati hatinya dan
pendengaran mereka telah ditutup
Berkata yang baik dan berbudi pekerti luhur Sering mengeluarkan kebencian dan
terdapat kebencian yang lebih besar
dihatinya
Dicintai oleh Allah dan mendapat Akan diberikan siksaan yang berat
penghargaan di akhirat

2.Syariah Islam

I. Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah Islam


Syariah Islam adalah sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. Syariah berupa aturan yang ditetapkan

15
Allah sebagai pedoman dan petunjuk tentang hakikat hidup manusia, berisi hal-hal yang harus
ditaati dan dijauhi manusia untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Ilmu yang membahasnya
disebut ilmu fikih

a. Ruang Lingkup Syariah Islam


Syariah Islam mencakup semua aspek kehidupan baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Ruang lingkup Syariah terbagi menjadi dia, yaitu ibadah khusus (mahdhah) dan
ibadah umum (muamalah), yang dimaksud ibadah khusus yaitu shalat, puasa, zakat, dan haji. Di
sisi lain, ibadah umum mencakup ekonomi, pernikahan, kesehatan, politik, hutang piutang, dsb

b. Perbedaan Syariah Islam dan Fikih Islam


 Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan hadis, Fikih terdapat dalam kitab-kitab Fikih
 Syariah bersifat fundamental, Fikih bersifat instrumental
 Syariah bersifat abadi sebagai ketentuan Allah dan Rasul-nya, Fikih yang berupa karya
manusia sifatnya sementara
 Syariah hanya satu, Fikih dapat lebih dari satu. Dapat dilihat dari aliran Fikih yang
disebut mazhab
 Syariah menunjukkan kesatuan Islam, Fikih menunjukkan keragaman dalam Islam

II. Implementasi Syariah Islam dalam Kehidupan


a. Implementasi Ibadah Mahdhah dalam Kehidupan
 Thaharah : bersuci dari hadas (besar maupun kecil) dan najis
 Zakat : bagi yang mampu memberikan sebagian harta yang telah ditetapkan kepada
yang berhak menerima (Mustahik)
 Puasa : diwajibkan bagi umat Islam di bulan Ramadhan
 Shalat : diwajibkan shalat 5 kali dalam sehari yang didahului dengan thaharah
 Haji : mengunjungi Baitullah di Mekah dan tempat lain yang disyariatkan dalam rangka
ibadah mencari keridhaan Allah SWT

16
b. Implementasi Muamalah dalam Kehidupan Sosial
 Muamalah di bidang ekonomi
Aturan hukum Islam yang mengatur jual-beli, hutang piutang, jasa penitipan, dsb.
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi memiliki empat ciri khas, yaitu:
o Ekonomi Rabbaniyyah: Ekonomi islam sebagai ekonomi ilahiah, kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan oleh seorang muslim dalam rangka beribadah kepada Allah
o Ekonomi Akhlak: kegiatan ekonomi dengan akhlak tidak terpisahkan
o Ekonomi Kemanusiaan: bertujuan merealisasikan kehidupan yang baik bagi umat
manusia
o Ekonomi Pertengahan: nilai keseimbangan agar adil diantara dua sistem

 Muamalah di bidang sosial


Pergaulan antar lawan jenis
(1) Menjaga pandangan, (2) Menjaga auratnya masing-masing, (3) Tidak berbuat yang
dapat mendekatkan diri kepada zina, (4) Menjauhi pembicaraan yang dapat
‘membangkitkan syahwat’, (5) Tidak melakukan ikhtilat (berbaur pria dan wanita dalam
satu tempat).
Pergaulan sesama jenis
Nabi Muhammad saw bersabda : "Seseorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki
lain, dan begitu juga perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain, dan tidak
boleh seorang laki-laki bercampur dengan laki-laki lain dalam satu pakaian, dan begitu
juga perempuan dengan perempuan lain bercampur dalam satu pakaian."

 Muamalah di bidang politik


Selain sebagai rasul yang merupakan kepala agama, Nabi Muhammad saw. juga
merupakan kepala negara dengan wilayah kekuasaan Madinah Al-Munawwarah
(dulunya Yatsrib). Kota tersebut menjadi pusat pemerintahannya dengan piagam
Madinah sebagai aturan dasar kenegaraan.

17
a. Pengertian Politik Islam
Politik Islam adalah pengurusan atas segala urusan umat Islam. Dalam bahasa Arab
dikenal dengan nama siyasah yang menurut Al-Muhith berakar dari kata sasa-yasusu.
Dalam kalimat sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti mengurusinya, melatihnya,
dan mendidiknya. Dapat juga diartikan sebagai seni memerintah dan mengatur manusia
serta segala urusan seluruh umat berdasarkan ajaran Islam.

b. Kedudukan Politik dalam Islam


Terdapat tiga pendapat mengenai kedudukan politik dalam Islam:
1. Pendapat bahwa Islam adalah agama yang lengkap yang didalamnya terdapat juga
mengenai sistem ketatanegaraan atau politik. Pendapat ini memunculkan istilah fikih
siyasah yang menyatakan untuk meneladani sistem yang telah dilaksanakan Nabi
Muhammad saw beserta para Khulafa’ al-Rasyidin yaitu sistem khalifah.
2. Pendapat dari barat yang beranggapan bahwa agama tidak memiliki sangkut paut dengan
politik. Nabi Muhammad saw hanyalah seorang rasul dan tidak bertugas untuk memimpin
suatu negara.
3. Pendapat bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan namun memiliki tata
nilai kehidupan bernegara. Pendapat ini menolak Islam sebagai agama yang serba lengkap
namun juga menolak pendapat dari barat.

c. Landasan Politik dalam Islam


Landasan politik yang merupakan jejak sejarah ini antara lain:
1. Perjanjian Aqabah
Perjanjian Aqabah atau Bai’at Aqabah adalah perjanjian
antara Nabi Muhammad SAW dengan orang Yastrib
(Madinah), perjanjian ini terbagi menjadi 2, yaitu
Perjanjian (Bai’at) Aqabah 1 dan Perjanjian (Bai’at)
Aqabah 2.

18
2. Piagam Madinah
Adalah suatu piagam (watsiqah) yang diajukan oleh Nabi Muhammad saw untuk mengatur
hubungan antar komunitas yang ada di Mainah. Piagam ini adalah konstitusi negara yang
berasaskan Islam dan disusun sesuai syariat Islam.

d. Peran Nabi Muhammad saw. Sebagai Kepala Negara


1. Dalam negeri
 Pengembangan sumber daya manusia agar tangguh dengan penanaman aqidah dan
syariat Islam
 Membangun masjid untuk pusat pembinaan umat
 Mengangkat beberapa sahabat untuk menjalankan fungsi ketatanegaraan
 Mengangkat Abu Bakar dan Umar bin Khathab sebagai wazir
 Mengangkat beberapa sahabat sebagai pemimpin wilaya Islam, contohnya Muadz bin
Jabal sebagai Wali dan Qadhi di Yaman
2. Luar negeri
 Mengirim sekitar 30 buah surat kepada kepala negara lain, diantaranya yaitu Penguasa
Mesir Al-Muqauqis, Kisra Penguasa Persia, dan Kaisar Heraclius, penguasa tinggi Romawi
di Palestina. Tujuannya untuk mengajak masuk Islam, apabila menolak maka akan
diminta tunduk dan apabila tetap menolak maka akan diperangi.
 Menurut Abdul Halim Mahmud (1998), Islam memiliki politik luar negeri yang bertujuan
untuk penyebaran agama, mengamankan batas territorial Islam dari fitnah agama, dan
sistem jihad fisabilillah.

e. Prinsip Politik Islam


1. Prinsip Musyawarah
Penentuan kebijakan pemeritah dalam sistem pemerintahan Islam harus berdasarkan
kesepakatan musyawarah, hal ini sesuai dengan Q.S. 3 (Ali Imran) : 159.
2. Prinsip Keadilan

19
Para penguasa atau penyelenggara pemerintahan harus melaksanakan tugasnya dengan
baik dan berlaku adil terhadap perkara yang ia hadapi. Hal ini sesuai dengan QS An-Nahl
16:90.
3. Prinsip Kebebasan
Kebebasan bagi warga negara untuk memilih mana yang baik dan yang buruk.
4. Prinsip Persamaan
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai hak yang sama dan mendapat kebebasan,
tanggung jawab, tugas-tugas kemasyarakatan tanpa diskriminasi.
5. Prinsip Pertanggungjawaban dari Pemimpin Pemerintah tentang Kebijakan yang
Dalam Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut Al-thaharah. Al-
thaharah merupakan upaya preventif untuk menghindari penyebaran kuman dan
bakteri.

3. Akhlak Islam atau Ihsan

Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai
perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan sebagai
budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada dirinya
Ruang Lingkup Akhlak Islam
• Akhlak Kepada ALLAH swt
akhlak kepada ALLAH swt dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada ALLAH Sang Khalik.
• Akhlak Kepada Manusia
akhlak kepada manusia melingkupi akhlak kepada diri sendiri dan orang lain. Akhlak ini
seperti menyayangi diri sendiri dan menjaga diri sendiri dari perbuatan buruk.
• Akhlak kepada Alam Sekitar

20
berakhlak kepada alam sekitar berate menyikapi alam dengan cara memelihara
kelestariannya. ALLAH memberi amanat kepada manusia untuk menjaganya, maka
manusia harus mengendalikan dirinya dalam mengekploitasi alam.

Nilai Nilai Akhlak Islam


• Ikhlas
• Jujur
• Adil
• Rendah Hati
• Kasih Sayang

Implementasi Akhlak atau Ihsan dalam kehidupan


• Menyadari perbuatan buruk
• Mengubah kebiasaan yang tidak baik
• Menghindari diri dari segala hal yang membuat kebiasaan buruk terulang
• Berusaha untuk tetap berada dalam keadaan yang baik
• Berkomitmen untuk menolak kemaksiatan
• Memilih teman bergaul yang baik
• Menyibukkan diri untuk kegiatan yang bermanfaat

Hubungan Akhlak dengan Akidah atau Iman dan Syariah atau Islam
• Hubungan Akhlak dengan Akidah atau Iman
Rasulullah saw menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah mereka yang paling bagus akhlaknya” (HR.Muslim)
• Hubungan Akhlak dengan Syariah atau Islam
sebagai bentuk perwujudan iman (aqidah), akhlak harus berada dakam bingkai aturan
syari’ah Islam. Hal ini dikarenakan berakhlak baik juga dalam rangka ibadah untuk
mendekatkan diri kepada ALLAH.

21
4. Aliran dan Mazhab yang Berkembang dalam Pemahaman Ajaran Islam

4.1. Pengertian Aliran dan Mazhab

Faham (menjadi paham) merupakan masdar dari kata kerja “fahima-yafhamu” yang
artinya pemahaman. Maksudnya adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh seseorang.
Mazhab merupakan masdar dari kata kerja “dzahaba-yadzhabu” yang artinya pergi,
berpendapat, jalan pikiran, menyengaja, dan pandangan. Dalam terminologi, mazhab
berarti kumpulan dari pandangan dan pendapat keagamaan, ilmiah maupun filsafat.

Istilah mazhab bisa dimasukkan ke dalam ruang lingkup dan disiplin ilmu apa pun,
terkait segala sesuatu yang didapati adanya perbedaan. Setidaknya ada tiga ruang
lingkup yang sering digunakan istilah mazhab di dalamnya, yaitu mazhab akidah atau
teologi (madzahib i'tiqadiyyah), mazhab politik (madzahib siyasiyah), dan mazhab fikih
atau mazhab yuridis atau mazhab hukum (madzahib fiqhiyyah

4.2. Sebab-sebab Terjadinya Perbedaan Paham atau Mazhab Dalam Islam

Dalam sejarah perkembangan hukum Islam, perbedaan pendapat mengenai penetapan


hukum telah terjadi di kalangan para sahabat Nabi ketika beliau masih hidup. Tetapi
perbedaan pendapat itu segera dapat dipertemukan dengan mengembalikannya kepada
Rasulullah SAW. Setelah beliau wafat, maka perbedaan pendapat sering timbul di
kalangan sahabat dalam menetapkan hukum kasus tertentu, misalnya Zaid ibn Tsabit,
Ali, dan Ibn Mas’ud memberikan harta warisan antara al-jadd (kakek)
dan ikhwah (saudara), sedangkan Abu Bakar tidak memberikan warisan kepada para
saudara si mayat, jika mereka mewarisi bersama-sama dengan kakek si mayat, karena
kakek dia jadikan seperti ayah. Perbedaan pendapat di kalangan para sahabat Nabi itu,
relatif tidak banyak jumlahnya, karena masalah yang terjadi pada masa itu tidak
sebanyak yang timbul pada generasi berikutnya.

22
Terjadinya perbedaan pendapat dalam menetapkan hukum Islam, di samping
disebabkan oleh faktor yang bersifat manusiawi, juga oleh faktor lain karena adanya
segi-segi khusus yang bertalian dengan agama. Faktor penyebab itu mengalami
perkembangan sepanjang pertumbuhan hukum pada generasi berikutnya. Makin lama
makin berkembang sepanjang sejarah hukum Islam, sehingga kadang-kadang
menimbulkan pertentangan keras, utamanya di kalangan orang awam.

4.3. Aliran yang Berkembang di Bidang Akidah

Aliran Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah
kekuatan politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar
dari barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan oleh
Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian. Gerakan exodus itu, mereka lakukan karena
tidak puas dengan sikap Ali menghentikan peperangan, padahal mereka hampir
memperoleh kemenangan. Sikap Ali menghentikan peperangan tersebut, menurut
mereka, merupakan suatu kesalahan besar karena Mu’awiyah adalah pembangkang,
sama halnya dengan Thalhah dan Zutair. Oleh sebab itu tidak perlu ada perundingan lagi
dengan mereka. dan Ali semestinya meneruskan peperangan sampai para pembangkang
itu hancur dan tunduk.
Ash, Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al-Asy’ari, yang keempatnya ini pelaku utama
proses tahkim (damai) untuk mengakhiri peperangan. Namun, tahkim tersebut menurut
orang-orang khawarij tidak sesuai dengan ketentuan ajaran agama, karena Mu’awiyah
adalah pembangkang yang seharusnya diperangi sampai hancur dan tunduk. Dengan
demikian, jalan terakhir tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum Allah, dan
barang siapa menetapkan sesuatu dengan ketentuan yang tidak sesuai dengan hukum
Allah tergolong orang-orang kafir, sebagaimana dikemukakan dalam surah al-Maidah
ayat 44 yang artinya:

23
Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok,
sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual
dan keagamaan selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad saw.

Syi’ah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara berlebih-
lebihan. Karena mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak menjadi khalifah
pengganti Nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah
seperti Abu Bakar As Shiddiq, Umar Bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap sebagai
penggasab atau perampas khilafah.

Sebagaimana dimaklumi bahwa mulai timbulnya fitnah di kalangan ummat Islam biang
keladinya adalah Abdullah Bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam.
Pitnah tereebut cukup berhasil, dengan terpecah-belahnya persatuan ummat, dan
timbullah Syi’ah sebagai firqoh pertama :

Adapun menurut golongan Syi’ah, imam itu mempunyai pengertian yang


lain, dia adalah guru yang paling besar. Imam pertama telah mewarisi macam-
macam ilmu Nabi SAW. Imam bukan manusia biasa, tetapi manusia luar biasa,
karena dia ma’shum dari berbuat salah. Di sini ada dua macam ilmu yang dimiliki
imam yaitu; ilmu lahir dan ilmu batin. Sungguh Nabi SAW telah mengajarkan Al-
Qur’an dengan makna batin dan makna lahir, mengajarkannya rahasia-rahasia
alam dan masalah-masalah ghaib. Tiap imam mewariskan perbendaharaan ilmu-
ilmu kepada imam sesudahnya. Tiap imam mengajar manusia pada waktunya
sesuatu rahasia-rahasia (asrar) yang mereka mampu memahaminya. Oleh karena
itulah imam merupakan guru yang paling besar. Orang-orang Syi’ah tidak percaya
kepada ilmu dan hadits, kecuali yang diriwayatkan dari imam-imam golongan
Syi’ah sendiri.

24
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan sbb:
1) Pengakuan Iman Islam cukup di dalam hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan.
2) Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan di
akhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum.

Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.

a. At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela
tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa
Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak
memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia
agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke
dalam sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta
orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang
jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.

25
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran)

Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mereka yang menempuh seperti apa yang pernah
ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya
Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan
berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya
Radhiyallahu anhum.

As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau
buruk.

Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk yang telah
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, baik
tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah As-
Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan orang yang
menyalahinya akan dicela.

4.4 Paham dan Madzhad yang Berkembang di Bidang Syariat

Sebagaimana Akidah, Syariah juga berdasarkan ijtihad dan pemikiran para ahli di
bidangnya berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri,yang disebut Ilmu Fiqih.
Madzhab dibagi menjadi 4 yaitu Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafi’I dan
Madzhab Hanbali.

1. Madzhab Hanafi (80-150H)

26
Mazhab hanafi dinisbahkan kepada pengasas mazhab tersebut yaitu Imam Nu’man bin
Tsabit al-Kufi al-Hanafi. Beliau lahir di Kufah Iraq dari keturunan Parsi pada 80 H. dan
meninggal 150 H. Ia menuntut ilmu dan berguru dengan ulama-ulama terkenal pada
masa itu seperti al-Syaikh Humad bin Abi Sulaiman yang telah mewarisi ilmu dari
Abdullah bin Mas’ud seorang sahabat yang terkenal dalam bidang fiqih dan Ra’yi. Selain
dari itu Abu Hanifah juga berguru dengan imam Zaid bin Ali Zainal Abidin dan Ja’far al-
Sadiq dll.

2. Madzhab Maliki (93-179)


Imam Malik bin Anas al-Asbahi, berasal dari Yaman dan lahir di Madinah, dan tak pernah
meninggalkan Madinah kecuali untuk Haji, beliau lebih suka duduk bersebelahan
dangan Nabi, walaupun telah ditawarkan untuk mendampingi Khalifah di Baghdad.
Beliau telah banyak berguru dengan para Tabi’in, diantaranya ialah Ibn al-Shihab al-
Zuhri dan Rabi’ah al-Ra’yi, Yahya ibn Said , Abdul Rahman bin Hurmuz dll.

3. Madzhab al-Syafi’I (150-204 H)


Imam Abu Abdullah Muahammad bin Idris al-Syafi’i, mempunyai nasab yang bertemu
dengan Rasul yaitu dengan datuk beliau yang bernama Abd Manaf. Beliau lahir di
Ghazzah, Palestin, dan wafat di Mesir. Menimba ilmu di Mekkah sampai berumur 15
tahun dan diberikan izin berfatwa, kemudian beliau pindah ke Madinah berguru dengan
Imam Malik sampai wafat, lalu mengembara ke Yaman untuk berguru dengan Yahya bin
Hassan Murid Imam al-Auza’i, beliau ditangkap pada tahun 184 H. kerana didakwa
menentang pemerintahan Abbasiyah dan dibawa ke Baghdad disinilah beliau bertemu
dengan Imam Muhammad al-Syaibani dari Mazhab Hanafi, beliau terus mengembara
untuk belajar dan mengembangkan ilmunya sampailah akhirnya beliau mukim di Mesir
pada tahun199 dan meninggal tahun 204 H.

4. Madzhab Hanbali 164-241 H

27
Imam Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani lahir di Baghdad dan
mengembara ke Mekah madinah, Syam, Yaman, dan lain-lain untuk menuntut ilmu dan
berguru, dan diantara guru beliau adalah imam Syafi’i. Beliau amat arif dalam ilmu
Sunnah, dan berjaya menghasilkan sebuah Musnad yang mengandungi lebih daripada
40.000 hadith.

Penyebab timbulnya perbedaan madzhab,aliran,atau paham antara lain :

1. Perbedaan Qiraat Al-Qur’an.


2. Perbedaan dalam memahami term-term yang mersytarak atau multitafsir.
3. Sampai atau tidaknya nash hadits pada kelompok ulama.

4. Perbedaan pemahaman dalam istilah tertentu.


5. Perbedaan pandangan dalam beberapa hal yang tidak terdapat pada nash Al Qur’an
maupun hadist.
6. Pengalaman di lapangan dalam mebimbing umat.

4.5 Aliran Yang Berkembang di Bidang Akhlak

Akhlak pada wujudnya yang paling awal adalah teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah yang
mengajarkan tentang budi pekerti yang luhur. Terdapat aliran-aliran Akhlak. Akhlak
secara garis besar terdiri dari dua bagian (1) akhlak terhadap khaliq (pencipta) , yaitu
Allah dan (2) akhlak terhadap makhluk , yaitu segala sesuatu yang terdiri dari benda
padat, benda cair, dan gas. Selanjutnya adalah alam Nabati (flora) yang terdiri dari
berbagai macam tumbuhan. Alam Hewani (fauna), dan alam insani (manusia) yang
terdiri dari berbagai macam ras dan suku.

1. Akhlak terhadap khaliq (Allah SWT)

28
Akhlak terhdap khaliq (Allah) adalah dengan jalan menaati segala perintah-Nya,
menjauhi segala larangan-Nya,berdoa kepada-Nya, bertaubat dan beristighfar.
Terkait akhlak mulia kepada khaliq, hendaknya tercakup didalamnya tiga perkara
berikut:
1. Membenarkan berita-berita dari Allaah, baik berita tersebut terdapat dalam Al Qur’an
ataupun disampaikan melalui lisan rasul-Nya yang mulia dalam hadits-haditsnya.
2. Melaksanakan hukum-hukum-Nya, meskipun terasa berat realitanya, ketika kita harus
melawan hawa nafsu, akan tetapi hendaknya kita berakhlak mulia kepada Allah dengan
menjalankan hukum-Nya dengan lapang dada dan penuh suka cita dan bukan
mengharap penilaian manusia. 3. Sabar dan ridha kepada takdir-Nya, kendatipun
terkadang pahit dan tak menyenangkan, hendaknya seorang insan berakhlak mulia
kepada Allah dengan kesabaran menjalani takdir tersebut karena dibalik hal itu tentunya
Allah menyimpan hikmah yang besar dan tujuan yang terpuji.

2. Akhlak terhadap makhluk (nyata)


Akhlak terhadap makhluk dibagi menjadi dua terdiri dari akhlak terhadap manusia dan
selain manusia. Akhlak terhadap manusia terdiri dari akhlak terhadap Nabi dan Rasul,
akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap
masyarakat,akhlak terhadap bangsa dan hubungan antar bangsa. Dalam rangka
mewujudkan akhlak sebagaimana disebutkan, beberapa ulama melakukan berbagai
macam ijtihad dan menetapkan tata cara agar bisa di praktikan oleh setiap orang yang
ingin memiliki akhlak yang luhur. Hasilnya yaitu Ilmu Tasawuf. Tasawuf pengertiannya
secara etimologis dijumpai banyak makna, diantaranya:
1. Ahlu Shuffah, yaitu para sahabat Nabi yang tinggal disamping masjid Nabawi yang
menghabiskan umurnya untuk mendalami ajaran islam.
2. Al Shaf, yaitu barisan shalat yang paling depan , orang-orang sufi itu memperoleh
keutamaan bila dibandingan dengan muslim pada umumnya.
3. Shafiyyun, yaitu jernih atau mensucikan dirinya dari penyakit rohani (kejiwaan).
4. Shopos, berasal dari bahasa yunani yang berarti hikmah.

29
5. Shauf yaitu bulu domba. Dinamai demikian karena orang-orang shufi sering
mengenakan pakaian sederhana seperti ini.

Pengertian tasawuf secara terminologis, dalam pengertiannya yang sangat sederhana


adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagi seorang muslim untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya. Jalan itu biasanya
ditempuh melalui zuhud dan beberapa stasiun yang harus dilalui seperti,
1. Taubat
Seorang shufi atau tasawuf harus bertaubat dari segala kesalahannya. Dimulai tobat dari
dosa-dosa besar, tobat dari dosa-dosa kecil dan meninggalkan segala sesuatu yanh
syubhat ataupun meragukan.
2. Wara
Sufi harus meninggalkan segala hal yang bersifat syubhat atau meragukan. Misalnya
ketika ia makan daging hewan, jika meragukan, maka segera tinggalkan.
3. Faqir
Tidak mengharap lebih dari apa yang ia peroleh. Pantangan meminta bantuan kepada
orang lain,sungguhpun ia sangat membutuhkannya.
4. Tawadhu
Bersikap rendah hati merendah dalam segala hal,meskipun ia memiliki kemampuan dan
keistimewaan ada pada dirinya.
5. Takwa
Bersikap hati-hati , menjaga diri dan takut terhadap murka Allah. Menjalankan segala
perintah Allah dan menjauhi segala larangannya
6. Tawakkal
Menyerahkan diri klepada Allah. Pasrah terhadap ketentuan dan ketetapan dari Allah
SWT terhadap dirinya dan terhdap makhluk lain pada umumnya.
7. Ridha

30
Menerima dengan tulus segala ketentuan dan ketetapan dari Allah SWT dan menerima
qadha qadharnya. Mengeluarkan rasa benci dari dalam hatinya dan tersisa perasaan
cinta,senang, dan bahagia.
8. Cinta
Cinta yang sangat mendalam kepada Allah. Meraih dan dan memeluk kepatuhan yang
sangat mendalam kepada petintah Allah.
9. Makrifat
Mengenal Allah secara mendalam sehingga dapat tergambarkan hubungan yang sangat
erat antara manusia dengan Tuhannya.
10. Sabr
Bersikap tabah dalam melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Tasawuf sampai tingkatan inilah yang diterima oleh mayoritas umat islam. Tingkatan
tasawuf yang ditolak oleh mayoritas umat islam dan hanya diikuti oleh sebagian kecil
dari mereka adalah paham tasawuf yabng mengarah kepada al-Ittihad yang memiliki
dua bentuk, yaitu al-Hulul dan Wihdatul Wujud.

4.6 Salah Paham Terhadap Agama Islam


Agama Islam dalam perkembangan dakwah dan penyebarannya serta pengalamannya
sering disalahpahami oleh berbagai kalangan, bahkan disebagian kalangan orang islam
itu sendiri yang umumnya tidak mereka sadari. Telah banyak ahli yang mengemukakan
tentang kesalahpahaman terhadap Islam.
Berdasarkan literatur yang ada, kesalahpahaman itu umumnya terjadi pada beberapa
hal, antara lain :
1. Salah memahami ruang lingkup agama Islam
Sebagian orang sering menstereotype bahwa Islam itu hanya agama yang hanya
mengatur ibadah atau hubungan manusia dengan tuhan. Sejatinya Agama Islam
merupakan agama yang sangat luas, tidak hanya mencakup ibadah mahdlah atau

31
hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga menyangkut hubungan manusia dengan
sesamanya dan mahkluk lain, serta agama yang memerintahkan umatnya agar dapat
memaksimalkan akal dan pikirannya untuk melahirkan banyak produktvitas diberbagai
bidang.
2. Salah menggambarkan kerangka dasar dari ajaran Islam
Banyak kalangan hanya sebagian ilmu kalam, atau sebagian ilmu fiqih, atau sebagian
dari tasawuf. Karena banyak orang yang tidak mendalami tiga kerangka agama islam
(akidah, Syariah, dan akhlak) yang berkembang menjadi menjadi disiplin ilmu kalam,
fiqih, dan tasawuf secara lengkap maka kebanyakan menjadi paham sebagian yang
bertransformasi menjadi salah paham.
3. Kesalahan metode mempelajari agama Islam
Para ahli terutama orientalis sering melakukan pendekatan terhadap agama Islam
dengan menjadikan Islam sebagai objek kajian dengan cara-cara yang tidak Islami.
Mereka menyamakan istilah-istilah Islam dengan istilah-istilah yang ada dalam agama
lain yang berakibat sesat pikir.
4. Melihat islam dari perilaku pemeluknya
Perilaku seorang muslim belum tentu dapat merepresentasikan agama Islam, begitu
juga dengan agama lain, perilaku seorang umatnya belum tentu merepresntasikan
agama tersebut. Karena itu apabila kita ingin mempelajari agama Islam atau agama
apapun dengan mengambil standar dari perilaku umatnya maka akan terjadi kesalahan
atau kekeliruan.
5. Memahami islam bukan dari ahlinya
banyak kalangan yang sering mempelajari Islam dari ahlinya, tentu saja akan terjadi
kesalahpahaman yang fatal.
6. Memahami Islam tidak secara utuh
memahami Islam secara parsial tidak bisa memformulasikan Islam secara baik.

4.7 Metode Memahami Ajaran Agama Islam

32
Dalam rangka menghindari kesalahpahaman terhadap ajaran Islam, berikut adalah
beberapa metode yang baik dan benar :
 Harus memahami ruang lingkup agama Islam secara menyeluruh dan sesuai dengan
metode yang diajarkan Islam.
 Kerangka dasar agama Islam harus dipelajari secara lengkap dan berusaha memahami
pokok-pokok ajaran agama Islam bagian-bagiannya secara lengkap sehingga tidak terjadi
kekeliruan.
 Tidak mempelajari agama Islam dengan metode mempelajari agama lain.
 Mempelajari Islam daru sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnag, serta Ijma’ dan
Qiyas
 Mempelajari Islam dari para ahlinya.

4.6 Salah Paham Terhadap Islam

Islam sebagai agama dan sebagai hukum, sering disalahpahami bukan hanya oleh orang-
orang non muslim, tetapi juga oleh orang-orang Islam sendiri. Kesalahpahaman
terhadap Islam disebabkan karena banyak hal, di antaranya adalah :

1. Kesalahpahaman mengenai ruang lingkup ajaran Islam


Kesalahpahaman mengenai ruang lingkup ajaran Islam terjadi karena adanya anggapan
sebagian orang (orang Islam) bahwa semua agama adalah sama dan ruang lingkupnya
juga sama. Agama Islam tidaklah hanya mengatur hubngan antara manusia dengan
Tuhan saja, tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri,
dengan masyarakat, dan dengan benda serta alam sekitarnya. Sebagai suatu sistem,
agama Islam mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan
karena itu ruang lingkup ajarannya mencakup berbagai tata hubungan tersebut.

Untuk lebih memahami poin kesalah pahaman mengenai ruang lingkup ajaran islam,
berikut adalah pengertian mengenai Habluminallah dan Habluminannas :

33
HABLUM MINALLAH
Secara bahasa, arti Hablum Minallah adalah HUBUNGAN DENGAN ALLAH SWT.
Sedangkan secara syari’ah, artinya adalah perjanjian dengan Allah yakni masuk dalam
islam dan beriman dengan islam dimana iman ini adalah jaminan keselamatan di dunia
dan akhirat.
Hablum Minallah dibangun dengan berbagai cara antara lain Shalat, zakat, membaca
Qur’an, do’a, shalawat, sedekah dan masih banyak lagi lainnya.

HABLUM MINANNAS
Secara bahasa, arti Hablum Minannas adalah HUBUNGAN DENGAN MANUSIA. Adapun
secara syari’ah, maknanya adalah interaksi dengan sesama manusia dimana jaminan
kepercayaan bagi para mukmin dan mukminat yang dibimbing oleh syariat Allah SWT.
Hablum Minannas dilaksanakan dengan melakukan amalan lahir kita termasuk dalam
bidang muamalat, munakahat, tarbiyah, dan lain lain. Hidup bermasyarakat adalah
sebuah ketentuan yang tak bisa dihindarkan. Bahkan dalam melaksanakan ibadah
shalat, didirikan secara berjamaah adalah utama.

2. Kesalahpahaman menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam


Syariah sejatinya adalah ajaran menyeluruh dari agama Islam, yang berisi ketentuan dan
aturan serta hukum dan etika yang semua bermanfaat bagi kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat. Namun, pandangan orang tehadap istilah ‘Syariah’ cukup beragam.
Setidaknya ada tiga pandangan yang salah kaprah dalam memahami Syariah, sehingga
akan menjauhkan kaum muslimin dari makna keindahan dan keluasan Syariah yang
sebenarnya.

Kesalahan Pertama : Menganggap bahwa Syariah itu adalah Rajam, Potong Tangan dan
yang semacamnya

34
Ini adalah pandangan salah yang paling banyak dimunculkan barat, dan diterima
mentah-mentah oleh golongan yang tidak paham Islam, sehingga melahirkan sikap islam
phobia. Takut dan khawatir terhadap ajaran Islam. Sebagaimana disebutkan di awal
bahwa syariat adalah keseluruhan ajaran Islam, bukan semata-mata tentang
pelaksanaan Hukum Pidana Islam. Hukuman rajam dan potong tangan adalah salah satu
sisi dalam Hukum Pidana Islam, yang secara ‘kuantitas’ jumlah ayat dan hadits sangat
sedikit disebutkan. Artinya, salah jika yang disebut Syariah hanyalah semata-mata
penegakan hukum pidana Islam.
Syariat adalah kumpulan ajaran Islam yang menelisik seluruh bidang kehidupan,
karenanya menegakkan syariat itu tidak identic dengan hukum rajam dan potong
tangan, namun juga menyebarkan akhlak dan perangai Islam dalam kehidupan.

Kesalahan Kedua : Menganggap bahwa Syariat hanya berhubungan dengan Ibadah Saja
Kesalahan kedua adalah ketika seorang memandang bahwa menjalankan syariat
hanya terbatas pada sisi ibadah saja. Maka ia akan begitu semangat menjalankan semua
perintah ibadah yang termaktub dalam al-Quran dan sunnag dengan suka rela, atas
nama menjalankan syariat. Namun, ia tidak melihat keharusan menjalankan syariat
ketika sedang melakukan pekerjaan, transaksi, atau dalam pengelolaan organisasi dan
negara misalnya.

Kesalahan Ketiga : Menjalankan Syariat hanya sebatas symbol semata, dan menganggap
hal tersebut sudah cukup mulia
Bahasa yang paling sederhana dalam hal ini adalah : menjadikan syariah sebagai label
dan kover semata. Ada kepentingan lain yang menyeruak begitu hebat dibalik
penggunaan label syariah, salah satunya adalah kepentingan ekonomi. Tidak dipungkiri
lagi bahwa ada masa dimana label dan kover syariah menjadi sangat memikat dan
menarik banyak orang, bahkan juga meningkatkan grade sebuah produk. Namun jika
didalam produk tersebut tidak kita temukan nilai-nilai syariah, maka pemanfaatan
syariah sebagai branding akan mudah kita deteksi.

35
3. Kesalahpahaman dalam metode pembelajaran agama Islam
Kesalahan ke-3 kesalahan metode mempelajari islam, para ahli melakukan pendekataan
terhadap agama islam dengan menjadikan agama islam sebagai objek kajian dengan
cara yang tidak islami. Terdapat beberapa kesalahan berpikir dalam mempelajari
sebagai ususlan.

 Penyalahgunaan kata jihad


Penggunaan kata Jihad sering disalah gunakan dalam penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Arab yang benar arti kata jihad adalah perjuangan. Namun dalam Islam ini
sering digunakan untuk menjelaskan berjuang di jalan Tuhan.
Ada banyak bentuk jihad tetapi yang paling penting adalah Jihad al-nafs (jihad melawan
diri orang), jihad bil-lisan (jihad dengan menjadi vokal), jihad bil yad (jihad dengan
menggunakan tindakan), dan Jihad bis saif (jihad dengan menggunakan pedang). Setiap
jihad diranking berbeda dan dilaporkan bahwa Muhammad kembali dari peperangan
dan berkata: "Kami telah kembali dari jihad yang lebih rendah (yang terjadi dalam
peperangan) ke jihad yang lebih besar (perjuangan jiwa)." Ini berarti bahwa seorang
Muslim berjuang melawan dirinya dan jiwa adalah lebih penting daripada jihad yang
terjadi dalam perang. Dengan adanya kasus bunuh diri yang didasari kesalahpahaman
dalam mempelajari kata jihad, yang sering dianggap membunuh orang kafir termasuk
dalam jihad. Sedangkan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai jihad,
bahwa ada jihad yang lebih besar dari peperangan.

Berdasarkan hadits tersebut tidak hanya menyebutkan jika mati syahid harus melalui
mati syahid, ternyata hadits tersebut menyebutkan ada tujuh macam orang yang akan
mati syahid. Hadist ini mempermudah seseorang jika ingin mati syahid, orang-orang
yang menggunakan bom bunuh diri, mengalami kesalahan dalam pemahaman agama
islam. Mereka menganggap mati syahid hanya dengan cara meninggal dalam
peperangan, namun masih ad acara untuk mencapai mati syahid. Jika mati syahid

36
dicapai dengan cara melakukan bom bunuh diri diantara orang-orang kafir, akan
menyebabkan pertikaian antara orang muslim dengan orang non-muslim. Dalam
mempelajari agama islam harus sesuai dengan cara yang islami.

 Islam disebarkan dengan cara berperang


Beberapa orang sering berpikir salah menuduh islam disebarkan dengan berperang.
rahPadahal, kalua diteliti dari kenyataan sejarah, peperangan yang dilakukan Nabi hanya
bersifat membealas serangan musuh-musuhnya. Nabi Muhammad SAW tidak pernah
memulai peperangan terhadap kalangan non-muslim. Hal ini sangat jelas apabila kita
melihat kenyataan, ketika Nabi Muhamma SAW diusir dari tanah kelahirannya,
kemudian beliau hijrah ke Madinah, selalu diserang berkali-kali seperti perang badar,
perang uhud, perang khandaq, dan sebagainya. Semua itu terjadi di sekililing Madinah,
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW mendapatkan serang dari musuh-
musuhnya. Karenan terus menerus diseerang, maka terpaksa beliau lawan serangan.
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan
melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana
mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan
janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu
di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah
balasan bagi orang kafir. Tetapi jika mereka berhenti, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”(QS: Al-Baqarah; 190-192).
Ayat diatas menunjukkan jika kaum mulsim diserang oleh kaum kafir, kaum muslim
berhak untuk membela diri dengan membunuh mereka. Karena sedang membahas
peperangan jadi wajar saja jika bertemu musuh harus dibunuh. Islam tidak mengajar
untuk memulai peperangan namun lebih kepada melindungi diri dari serangan yang
dikirim oleh kaum kafir. Sedangkan jika kaum yang menyerang berhenti menyerang
Allah SWT masih mengampuni meraka karena mereka mau berubah dan bertaubat

37
kepada Allah SWT, alas an mereka berhenti bisa terjadi karena banyak hal. Namun
sebagai seorang muslim, tidak diajarkan untuk memulai perang dengan kaum kafir.

4. Kesalahpahaman Melihat Islam dari perilaku pemeluknya


Agama islam seperti juga agama lain, telah banyak dipeluk oleh ratusan juta umat
manusia. Namun demikian, belum mampu membimbing umatnya untuk bisa
melaksanakan seluruh ajaran Islam. Demikian juga agama lain,telah diikuti oleh ratusan
juta umat manusia. tetapi juga belum mampu membuat umatnya melaksanakan seluruh
ajaran agamanya. Karena itu, masih banyak perilaku umat Islam atau umat agama lain
yang belum Islami atau belum sesuai ajaran agamanya. Karena itu, apabila kita ingin
mempelajari agama islam atau agama agama lain, dengan mengambil standar dari
perilaku umatnya maka akan terjadi kekeliruan dan kesalahan.

5. Kesalahpahaman Memahami Islam bukan dari ahlinya


Banyak kalangan yang sering mempelajari Islam bukan dari ahlinya, tentu saja akan
terjadi kesalahan yang fatal. Dalam bidang apa pun, termasuk di dalam berbagai disiplin
ilmu, apabila dipelajari bukan dari ahlinya akan sesat dan menyesatkan.
Menuntut ilmu agama untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mewariskan amal
shaleh adalah tanda kebaikan yang Allah Azza wa Jalla kehendaki bagi para hamba yang
dipilih-Nya, sekaligus merupakan jalan menuju surga-Nya. Dari Mu’awiyah bin Abi
Sufyan Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُ َُ َ ُ ِّ َ ُ ِّ
‫اّلل ي ِرد َمن‬ ‫ين ِ ِف يفقهه خ ْ ًيا ِب ِه‬
ِ ‫الد‬
Barangsiapa Allâh kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan menjadikannya paham
(berilmu) tentang (urusan) agama (Islam)[1]
Dalam hadits shahih lainnya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ َ ً َ ُ ََْ ْ َّ ُ ُ َ ً َ َ َّ َ ْ
‫س ط ِريقا َسلك َمن‬ ‫للا َسه َل ِعل ًما ِفي ِه يلت ِم‬ ‫الجن ِة ِإل ط ِريقا ِب ِه له‬
Barangsiapa menempuh suatu jalan dengan tujuan untuk menuntut ilmu (agama), maka
Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga[2]

38
Dan tentu saja, pemahaman agama yang dimaksud di sini adalah ilmu yang bermanfaat
dan mewariskan amal shalih, inilah ilmu yang semakin dipelajari maka semakin
menguatkan iman dan menumbuhkan rasa takut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
َّ َ َ َ َ َ ْ
‫اّلل يخش ِإن َما‬ ‫ال ُعل َم ُاء ِع َب ِاد ِه ِمن‬
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara para hamba-Nya, hanyalah orang-
orang yang berilmu [Fâthir/35:28]
Inilah sebab utama yang menjadikan ilmu agama mempunyai kedudukan dan Oleh
karena agungnya kedudukan dan keutamaan ilmu yang bermanfaat ini, maka tentu
untuk mendapatkannya seorang hamba harus mengikuti adab-adab menuntut ilmu dan
syarat-syaratnya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para Ulama Ahlus sunnah
dalam kitab-kitab mereka yang menjelaskan adab-adab tersebut.
Di antara adab dan syarat yang paling penting dalam hal ini adalah mengetahui sumber
pengambilan ilmu yang benar dan memahami siapa yang pantas dijadikan sebagai
rujukan dan guru dalam menimba ilmu agama.
Jadi ilmu yang benar dan bermanfaat bukan hanya sekedar kepandaian berceramah
atau menyusun kata-kata dan retorika yang indah, bahkan bisa jadi orang yang pandai
berceramah dan menyampaikan kata-kata yang indah bukan orang yang memiliki ilmu
yang benar.

6. Kesalahpahaman Memahami Islam tidak secara utuh


Berbagai kalangan sering memahami Islam tidak seutuhnya, tetapi memahaminya
secara parsial sehingga tidak memformulasikan Islam secara baik. Mereka memahami
ajaran Islam dari bagian-bagian tertentu saja, seperti kita memformulasikan suatu
ruangan. Dari ruangan itu, hanya salah satu benda yang ada di sana, misalnya hanya
membahas lampu kristal yang ada di dalamnya. Sehingga uraiannya tidak dapat
menggambarkan seluruh ruangan itu, hanya dapat menggambarkan sebagian kecil dari
ruangan tersebut, yaitu lampunya.

39
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah
‘Azza wa Jalla karena Islam adalah agama yang datang dari Rabbul ‘alamin. Maka siapa
pun orangnya yang mencari-cari agama selain agama Islam, maka ia akan ditolak di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
agama di sisi Allah adalah Islam.” (QS Alu Imran: 19).
Juga penegasan-Nya:
ً َ ُ ُ ْ
‫رينِِالخس ِمن اْل ِخرِة ِ ِف هو و ِمنه ُيقبل فلن ِدينا ِاْلسَل ِم غي يبتغ من و‬
“Dan siapa yang mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Alu Imran: 85)
Yaitu, Siapa yang menempuh suatu jalan selain yang Allah syariatkan kelak di akhirat dia
termasuk orang-orang yang merugi sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sebuah hadits shahih, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang
bukan termasuk perkara kami, maka ia tertolak.” (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim III/103).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu melaporkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bahwa beliau bersabda:
َّ ُ َ َّ ُ ُ َ ُ ُ َّ َ َ
‫س ال ِذي و‬
ِِ ‫هذ ِه ِمن أحد ِ ِب يسمع ل ِبي ِد ِه نف‬
ِ ‫اب ِمن كان ِإل ِ ِب يؤ ِمن لم و مات و يِِنْصان ل و يهو ِدي اْلم ِة‬
ِ ‫ح‬ ‫ص‬‫أ‬
َّ
‫النار‬
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari kalangan umat
ini baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar (dakwah)ku sedangkan ia wafat
dalam keadaan tidak beriman kepadaku, kecuali dia termasuk penduduk neraka.” (HR
Muslim dalamShahih-nya)
Maka tidaklah ada suatu kebaikan yang dengannya seorang hamba mendekatkan diri
kepada Rabb-nya kecuali telah beliau ajarkan. Demikian dengan hal-hal yang
menjerumuskan kepada keburukan, maka beliau telah memperingatkan jauh-jauh hari
darinya.
Ketika seseorang telah memutuskan dirinya untuk memeluk agama Islam yang memang
satu-satunya agama yang benar sebagaimana diterangkan di atas, maka haruslah ia
menerima seluruh konsekuensinya secara sempurna tanpa membeda-bedakan antara
satu dengan yang lain. Ia harus melakukan seluruh ajarannya tanpa terkecuali. Demikian

40
juga ia harus berserah diri kepada hukum yang Allah turunkan; baik hukum itu sudah
diketahui hikmahnya atau belum.

41
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Quran

2. Mujilan, Mubarak Z, Nurwahidin, Hasyim H, Afroni S, Anfin Z, et al. Buku ajar mata kuliah
pengembangan kepribadian agama islam. Jakarta: Midada Rahma Press; 2018.

3. Purnama Y. Urgensi Tauhid [Internet]. Muslim.or.id. 2018 [cited 7 October 2018].


Available from: https://muslim.or.id/41194-urgensi-tauhid.html

4. [Author unknown]. Tauhid [Internet]. Kudus: Stain Kudus; [date unknown] [cited 2018
Okt 9]. Available from:
http://eprints.stainkudus.ac.id/105/5/FILE%205%20BAB%20II.pdf

5. Suprayogo I. Implementasi islam dalam kehidupan sehari-hari [Internet]. Malang: UIN


Malang; 2014 Aug 31 [cited 2018 Oct 05]. Available from : http://uin-
malang.ac.id/r/140801/implementasi-nilai-islam-dalam-kehidupan-sehari-hari.html

6. [Author unknown]. Urgensi akidah dan peranan akidah dalam kehidupan seorang
muslim [Internet]. 2005 Apr 15 [cited 2018 Oct 07]. Available from : almanhaj.or.id

7. Arif A. Bab 2-keimanan dan ketaqwaan [published lecture notes]. Bahan Ajar Bab 1-7.
Surabaya: Universitas Narotama; lecture given 2015 Oct 22. Available from :
http://akhmadarif.mhs.narotama.ac.id/2015/10/22/bahan-ajar-bab-1-7/

8. Anwar S. Keimanan dan ketaqwaan [published lecture notes]. Bab 3 Keimanan dan
Ketaqwaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia; lecture given 2012 Mar 8.
Availabe from : http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/

9. http://eprints.walisongo.ac.id/6900/2/BAB%20I.pdf
10. https://www.kompasiana.com/masto/552e33656ea834581d8b45d4/pengertian-dan-
ruang-lingkup-akidah
11. https://www.academia.edu/15496149/PENGERTIAN_DAN_KEDUDUKAN_AQID
AH_DALAM_ISLAM

42
43

Anda mungkin juga menyukai