Anda di halaman 1dari 12

PAPER

NASIONALISME

DOSEN PENGAMPU :
Widya Aprilia Mandey,S.H.,S.S.,M.H.

DISUSUN OLEH :
Junais Dolo ( 2214201091 )

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

TAHUN 2024
ABSTRAK

Nasionalisme yang terkandung di dalam Pancasila menjadi landasan masyarakat Indonesia


sejak dulu kala. Namun, sekarang semangat kebangsaan jarang Diperlihatkan untuk tujuan
membangun kebersamaan dan keutuhan Indonesia. Nasionalisme mulai terkikis karena
khalayak tidak menjadikan Pancasila sebagai Pedoman hidup. Dalam penelitian ini objek
yang diteliti merupakan katalog Pameran foto jurnalistik “Di Mana Garuda” dengan tujuan
untuk mengidentifikasi Dan mengetahui nilai-nilai nasionalisme yang terkandung di
dalamnya sehingga Teori yang digunakan yaitu metode semiotika dari Roland Barthes untuk
melihat Makna denotasi dan konotasi dalam lima foto katalog “Di Mana Garuda”. Jenis
Penelitian ini adalah penelitian metode kualitatif dengan pendekatan metode Semiotika.
Dengan memperhatikan relasi tanda pada lima foto, tampak nilai Nasionalisme yang
terkandung di dalam katalog “Di Mana Garuda”. Nilai-nilai Nasionalisme tersebut yaitu
religius (patuh terhadap ajaran agama), tenggang rasa, Persamaan derajat, tidak
diskriminatif, gotong royong, kekeluargaan, bersikap adil, Dan tolong menolong. Nilai-nilai
nasionalisme ini akan tampak ketika khalayak Menelaah lebih jauh serta memahami pesan
dalam foto-foto tersebut. PFI Yogyakarta lewat pameran foto jurnalistik ingin menyadarkan
arti penting Nasionalisme yang selama ini mulai terkikis di tengah masyarakat.

Kata kunci: Nilai Nasionalisme.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nasionalisme merupakan suatu pahaman yang menciptakan dan mempertahankan


kedaulatan negara yang bertujuan untuk mewujudkan suatu konsep identitas negara
untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional. Secara politis, nasionalisme merupakan manifestasi
kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk
merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Nasionalisme
juga meliputi rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun
eksternal.

Di Indonesia sendiri, nasionalisme sudah mulai terlihat sejak zaman penjajahan yang
dilandaskan rasa tertindas sebagai bangsa terjajah, keinginan hidup bersama dalam tatanan
yang lebih teratur, dan memiliki musuh yang sama yaitu penjajah. Nasionalisme juga tidak
dapat dipisahkan dengan agama, yang merupakan suatu hal yang amat penting dalam
berlangsungnya kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Jika dilihat dari segi budayanya, Indonesia merupakan negara majemuk yang
multikuktural. Berbagai macam suku, budaya, etnis, agama, dan kelompok-kelompok
lainnya dapat hidup bahagia dan berdampingan didalam negara ini. Namun terkadang justru
beberapa suku saling bermusuhan satu sama lain, beberapa kelompok juga saling angkat
senjata untuk menjatuhkan kelompok lainnya demi tercapainya suatu tujuan.
Hal tersebut jelas tidak akan menimbulkan kedamaian dan keuntungan bagi Indonesia,
namun yang pasti hal tersebut akan menimbulkan suatu kehancuran dan kerugian bagi
Indonesia sendiri. Di sinilah peran ideologi Pancasila muncul. Sebagai negara multikultural
yang menganut ideologi Pancasila, nasionalisme juga dapat diraih dengan
mengimplementasikan nilai dari sila-sila Pancasila tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa
nasionalisme, ideologi, dan kultur di Indonesia saling berhubungan satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan nasionalisme?

1.2.2. Bagaimanakah kondisi isu nasionalisme di Indonesia saat ini?

1.2.3. Mengapa negara Indonesia disebut muktikultural?

1.2.4. Bagaimana sejarah nasionalisme di Indonesia dari zaman dulu sampai saat ini?

1.3 Tujuan

Dengan menyusun dan membaca paper ini, penyusun dan pembaca diharapkan dapat
memahami dan mengetahui sejarah adanya nasionalisme di Indonesia dan hubungan antara
nasionalisme serta agama di Indonesia. Pada paper ini, diaharapkan pula pembaca
memahami tentang penjabaran secara singkat mengenai perbandingan antara konsep
nasionalisme Indonesia di zaman penjajahan dan di era globalisasi saat ini serta pandangan
mengenai masyarakat Indonesia yang menuju integrasi nasional berbasis kulturalideologi.
Selain itu, dari studi kasus mengenai rasa nasionalisme masyarakat di perbatasan Malaysia,
paper ini juga memiliki tujuan untuk membuka wawasan pembaca tentang isuisu nyata
terkikisnya nasionalisme yang terjadi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Nasionalisme Indonesia

Dalam melihat tumbuhnya kesadaran nasionalisme di Indonesia, ada dua perspektif


yang dapat diambil.

2.1.1.Kesadaran Nasionalisme Purba (Archaic Nationalism)

Nasionalisme purba muncul dalam keadaan masyarakat yang masih sangat sederhana.
Kesadaran nasionalisme ini mengikuti struktur kesempatan politik yang dimungkinkan
oleh rezim kolonialisme, perkembangan sarana komunikasi, kapasitas agen, dan jaringan
sosial. Bentuk kesadaran purba masih bersifat lokalitas, yang artinya kesadaran ini hanya
melingkupi satu wilayah tertentu yang banyak didukung oleh komunitas keagamaan
karena pada saat itu belum muncul lembaga atau asosiasi modern. Di sisi lain, masyarakat
membutuhkan panduan moral dalam kehidupan publik. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa saat terjadi kolonialisme di Indonesia reaksi perlawanan yang pertama kali
muncul adalah dari komunitas agama. Beberapa diantaranya adalah pada Perang
Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Perang Aceh (1873-1903) dan Jihad Cilegon
(930 Juli 1888).

2.1.2.Kesadaran Nasinalisme Tua (Proto-Nationalism)


Kesadaran Nasionalisme Tua dilandasi oleh kemunculan gerakan-gerakan sosial yang
lebih terorganisir seperti organisasi Sarekat Islam (SI), Syarikat Dagang Islam (SDI),
kelompok intelektual yang tergabung dalam STOVIA, Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad
Dahlan, ISDV, Boedi Oetomo, Sumpah Pemudah dan sebagainya. Meski terdapat
heterogenitas dan konflik diantara kelompok-kelompok tersebut, ada factor pemersatu
yaitu adanya agenda bersama yang menjadi titik temu dalam agenda publik yang berpusat
pada isu kemajuan, kesejahteraan umum, dan pentingnya persatuan nasional; serta adanya
keanggotaan ganda. Kesadaran nasionalisme tua dibagi menjadi empat fase,

a. Masa Perintis

Masa perintis merupakan langkah awal nasionalisme yang diawali dari terbentuknya
organisasi dari 20 Mei 1908 (lahirnya organisasi budi utomo). b. Masa Penegas

Masa penegas adalah masa dimana jiwa kebangsaan seluruh rakyat Indonesia

diperkuat dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. c. Masa

Percobaan

Masa ini bangsa Indonesia banyak mengalami gebrakan dengan terbentuknya


organisasi yang bertujuan untuk meminta kemerdekaan dari penjajah.

d. Masa Pendobrak

Dalam mas ini, semangat juang nasionalisme Indonesia berhasil menghancurkan


jeratan penjajahan dan membawa kemerdekaan bagi Indonesia.

2.2. Nasionalisme dan Agama

Secara politis, nasionalisme merupakan manifestasi kesadaran yang mengandung


cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan maupun
sebagai pendorong untuk membangun dirinya, lingkungan masyarakat, dan negaranya. Kita
sebagai warga negara Indonesia memang harus bangga dan mencintai negara, tetapi bukan
berarti kita juga merasa lebih hebat dan unggul daripada bangsa atau negara lain.
Nasionalisme juga kerap didefinisikan sebagai pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain yang didasarkan pada nilai – nilai
Pancasila.

Sementara itu, agama adalah tata cara yang mengatur peribadahan manusia kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
yang lain dan lingkungannya. Istilah agama merujuk dari bahasa Sanskreta yang bermakna
suatu tradisi atau tidak kacau karena berasal dari kata a dan gama.

Agama dan Nasionalisme saling berhubungan. Seorang ulama besar bangsa


sekaligus Pahlawan Nasional, K.H. Hasyim Asy'ary, mengatakan “Agama dan Nasionalisme
adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari Agama dan
keduanya saling menguatkan”. Ucapan ini menginsyaratkan bahwa agama adalah salah satu
hal yang mendukung dan menopang negara karena negara adalah wadah untuk
mengamalkan keagamaan itu sendiri. Keduanya merupakan hal yang saling mendukung.
Dalam perspektif agama, dikatakan bahwa agama memerintahkan melawan kezaliman dan
menegakkan keadilan. Kezaliman dalam hal ini yaitu hal-hal yang dapat menimbulkan
perpecahan bangsa. Sehingga, dapat disimpulkan jika seseorang menjaga nasionalisme
bangsa, sebenarnya ia juga sedang mengamalkan nilai-nilai agama.

2.3. Konsep Nasionalisme Indonesia Dulu dan Sekarang

Pada masa lampau, di awal kemerdekaan, nasionalisme terbukti mampu


mengantarkan Indonesia kepada tujuannya. Bahkan setelah kemerdekaan, nasionalisme
berhasil menyatukan segenap perbedaan untuk bergerak bersama mengisi pembangunan.
Pertama, nasionalisme Indonesia timbul karena perasaan tertindas sebagai bangsa terjajah.

Kedua, keinginan hidup bersama dalam tatanan yang lebih teratur secara sosial dan politik.
Ketiga, masyarakat Indonesia memiliki musuh yang sama, yakni kaum penjajah. Lahirnya
nasionalisme di Indonesia selain disebabkan penderitaan panjang di bidang ekonomi, sosial,
pendidikan, hukum dan politik, juga dipengaruhi oleh meningkatnya semangat bangsa-
bangsa terjajah lainnya dalam meraih kemerdekaan, antara lain dari Filipina dan India.

Pada saat ini, kita berada di era globalisasi dengan kemajuan teknologi. Di era
globalisasi, Indonesia harus siap menerima tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa
dan bernegara karena mudahnya pengaruh luar negeri masuk ke Indonesia. Namun, tidak
peduli seberapa besarnya suatu tantangan di era globalisasi. Nasionalisme serta kehidupan
berbangsa dan bernegara perlu dan sangat dipentingkan untuk dipertahankan.

2.4. Menuju Integrasi Nasional Berbasis Kultural-Ideologi

Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam suku,
etnis, adat istiadat, dan agama. Kemultikulturalan ini membentuk sebuah kebudayaan khas
Indonesia. Kebudayaan meliputi ilmu kesenian, ilmu pengetahuan, hingga ilmu teknologi
yang merupakan asset bersama suatu kelompok. Tetapi, tak jarang jika beberapa kelompok
saling bermusuhan dan menjatuhkan kelompok lainnya demi tercapainya suatu tujuan. Hal
tersebut jelas tidak akan menimbulkan suatu kehancuran perpecahan. Selain itu, di luar
Indonesia, terdapat pula negara-negara multikultural yang justru terpecah-belah.
Negaranegara tersebut, khususnya negara di Timur-Tengah, tak bisa mempertahankan
perbedaanperbedaan yang ada di negaranya sehingga menyebabkan kerugian bagi negaranya
sendiri sekaligus bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Di Indonesia sendiri, sebenarnya multikultural ini bisa ditangani dengan


menggunakan ideologi bangsa, yaitu Pancasila yang merupakan perwujudan cita-cita dan
tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia. Dari sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan
Indonesia” sudah ditegaskan bahwa meskipun terdiri dari berbagai kultur yang berbedabeda,
leluhur perancang Pancasila menginginkan Indonesia menjadikan perbedaan tersebut
sebagai sebuah anugerah, bukannya memecah-belah diri menjadi kelompokkelompok kecil.
Hal yang sama juga terlihat dari semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Aspek kebudayaan dari
kemultikulturalan Indonesia juga berperan penting dalam membentuk suatu identitas
nasional yang berujung pada integrasi nasional. Aspek kebudayaan ini meliputi 3 unsur yaitu
akal budi, peradaban, dan pengetahuan.

Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia haruslah bersamasama
menghilangkan sikap etnosentrisme yang menganggap bahwa golongannya sendiri sebagai
golongan superior. Persatuan dan kesatuan harus menjadi prioritas. Masyarakat harus
memahami dan mengimplementasikan ideologi Pancasila dalam kehidupan seharihari
sehingga masyarakat tidak akan menjadikan kemultikulturalan Indonesia sebagai sebuah
penghalang dalam mencapai persatuan dan kesatuan. Jika Indonesia berhasil meraih
persatuan dan kesatuan tersebut, niscaya akan terbentuk kesatuan masyarakat Indonesia yang
utuh dan nasionalis yang berhasil mewujudkan integrasi nasional.

2.5. Studi Kasus : Nasionalisme Masyarakat di Perbatasan Malaysia

Masyarakat perbatasan menunjukkan beberapa kasus yang dikhawatirkan dapat


mengikis rasa nasionalisme sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Dimulai dari segi
tontonan televisi di daerah perbatasan yang memiliki perbedaan antara orang melayu yang
cenderung menonton televisi Indonesia dan warga keturunan Tionghoa yang menyukai
media milik Singapura. Selain itu, pemerintah Malaysia dinilai lebih memerhatikan
kesejahteraan warga di daerah perbatasan dibandingkan dengan pemerintah negara sendiri.
Pemerintah Malaysia juga tidak segan untuk memberi bantuan kepada warganya dengan
syarat mempunyai kartu tanda penduduk negara Malaysia sehingga banyak warga negara
Indonesia yang membuat kartu tanda penduduk Malaysia. Selain itu, masyarakat perbatasan
juga lebih memilih berobat ke kota-kota di Malaysia karena jaraknya yang lebih dekat dan
pelayanannya yang lebih baik.

Secara perlahan, kondisi ini dapat menyebabkan warga perbatasan lebih mencintai
Malaysia karena pemenuhan kebutuhan dasarnya lebih oleh Malauysia. Berdasarkan studi
kasus yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan adanya
6ualism pada kebanyakan masyarakat perbatasan.

Solusi yang dapat diberikan dalam menyikapi kasus ini antara lain melalui
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN), pelaksanaan upacara bendera yang disertai dengan
menyanyikan lagu-lagu wajib nasional, dan sejenisnya. Selanjutnya, melalui acara-acara
seremonial, terutama peringatan HUT kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus. Selain itu,
pemerintah juga wajib memperbaiki sarana dan prasarana di daerah perbatasan.serta
membangun berbagai lapangan kerja sehingga daerah perbatasan tidak menjadi daerah
terbelakang. Jika hal tersebut terwujud tentu saja akan menimbulkan perasaan senang dan
bangga sebagai warga perbatasan karena telah diperhatikan oleh negerinya sendiri. Rasa
nasionalisme pun tidak akan dikhawatirkan lagi kedepannya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara sembari
tetap menghormati bangsa lain yang implementasinya didasarkan pada nilai – nilai Pancasila
dan cita-cita negara. Guna menjaga dan mewujudkan nasionalisme di Indonesia, seluruh
lapisan masyarakat harus bekerja sama dan berupaya meningkatkan rasa cinta tanah air,
persatuan dan kesatuan, serta rasa bangga akan Indonesia. Niscaya, dengan bekerja dan
berupaya bersama-sama, Indonesia akan berhasil mewujudkan suatu integritas nasional
dimana masyarakatnya memiliki jiwa nasionalis yang tinggi dan peduli satu sama lain, mulai
dari masyarakat daerah kota, desa, WNI yang tinggal di luar negeri, hingga masyarakat yang
tinggal di daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Indonesia.
3.2 Saran
Jika benar-benar ingin mewujudkan Indonesia yang nasionalis, meskipun merupakan
negara majemuk yang multikultural, masyarakat harus tetap berupaya untuk merangkul satu
sama lain serta menegakkan persatuan dan kesatuan tanpa memerhatikan perbedaaan suku,
agama, adat istiadat, asal daerah, dan sejenisnya.

Penyusun juga menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan pembelajaran
ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Admin-Yusron. 2020. Pengertian Agama. URL : https://belajargiat.id/agama/. Diakses tanggal 17


November 2020.

Anugerah, Boy. 2016. Nasionalisme Indonesia, Dulu dan Kini. URL:


https://mediaindonesia.com/read/detail/52521-nasionalisme-indonesia-dulu-dan-kini.
Diakses tanggal 17 November 2020.

Anugerah, Boy. 2017. Nasionalisme Indonesia, Dulu dan Kini. URL:


https://www.kompasiana.com/boyanugerah/5a2c1436caf7db60c32995e2/nasionalismeindo
nesia-dulu-dan-kini?page=2 . Diakses tanggal 17 November 2020.
Ariffin, Muhammad. “Agama dan Nasionalisme.” YouTube, diunggah oleh PSQ ONLINE, 15 Jul
2020, https://www.youtube.com/watch?v=7plJV_EMN7I&t=188s.

Hasibuan, Afriadi S., Djoko Sulistyono. (2018). Peranan Ideologi dalam Integrasi Nasional.
Jurnal Kebijakan Pemerintahan, 1(1) : 2-4.

Kholid, Idham. “Aswaja : Agama dan Nasionalisme.” YouTube, diunggah oleh kisah kita official,
15 Jul 2020, https://www.youtube.com/watch?v=7plJV_EMN7I&t=188s.

Kusumawardani, Anggraeni, Faturochman, M. A. (2004). Nasionalisme. Buletin Psikologi,


12(2).

Musthafa, Walid. 2012. Konsep Nasionalisme Indonesia dalam Menghadapi Arus Globalisasi
Dunia.URL:https://www.kompasiana.com/walidmusthafa/55116d138133112349bc5fd8
/konsep-nasionalisme-indonesia-dalam-menghadapi-arus-globalisasi-dunia. Diakses
tanggal 17 November 2020.

Prawira, Adam. 2018. Tidak Ada Pertentangan antara Agama dan Nasionalisme. URL :

https://nasional.sindonews.com/berita/1327352/12/tidak-ada-pertentangan-
antaraagamadan-nasionalisme. Diakses tanggal 17 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai