NASIONALISME
DOSEN PENGAMPU :
Widya Aprilia Mandey,S.H.,S.S.,M.H.
DISUSUN OLEH :
Junais Dolo ( 2214201091 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2024
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Di Indonesia sendiri, nasionalisme sudah mulai terlihat sejak zaman penjajahan yang
dilandaskan rasa tertindas sebagai bangsa terjajah, keinginan hidup bersama dalam tatanan
yang lebih teratur, dan memiliki musuh yang sama yaitu penjajah. Nasionalisme juga tidak
dapat dipisahkan dengan agama, yang merupakan suatu hal yang amat penting dalam
berlangsungnya kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Jika dilihat dari segi budayanya, Indonesia merupakan negara majemuk yang
multikuktural. Berbagai macam suku, budaya, etnis, agama, dan kelompok-kelompok
lainnya dapat hidup bahagia dan berdampingan didalam negara ini. Namun terkadang justru
beberapa suku saling bermusuhan satu sama lain, beberapa kelompok juga saling angkat
senjata untuk menjatuhkan kelompok lainnya demi tercapainya suatu tujuan.
Hal tersebut jelas tidak akan menimbulkan kedamaian dan keuntungan bagi Indonesia,
namun yang pasti hal tersebut akan menimbulkan suatu kehancuran dan kerugian bagi
Indonesia sendiri. Di sinilah peran ideologi Pancasila muncul. Sebagai negara multikultural
yang menganut ideologi Pancasila, nasionalisme juga dapat diraih dengan
mengimplementasikan nilai dari sila-sila Pancasila tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa
nasionalisme, ideologi, dan kultur di Indonesia saling berhubungan satu sama lain.
1.2.4. Bagaimana sejarah nasionalisme di Indonesia dari zaman dulu sampai saat ini?
1.3 Tujuan
Dengan menyusun dan membaca paper ini, penyusun dan pembaca diharapkan dapat
memahami dan mengetahui sejarah adanya nasionalisme di Indonesia dan hubungan antara
nasionalisme serta agama di Indonesia. Pada paper ini, diaharapkan pula pembaca
memahami tentang penjabaran secara singkat mengenai perbandingan antara konsep
nasionalisme Indonesia di zaman penjajahan dan di era globalisasi saat ini serta pandangan
mengenai masyarakat Indonesia yang menuju integrasi nasional berbasis kulturalideologi.
Selain itu, dari studi kasus mengenai rasa nasionalisme masyarakat di perbatasan Malaysia,
paper ini juga memiliki tujuan untuk membuka wawasan pembaca tentang isuisu nyata
terkikisnya nasionalisme yang terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Nasionalisme purba muncul dalam keadaan masyarakat yang masih sangat sederhana.
Kesadaran nasionalisme ini mengikuti struktur kesempatan politik yang dimungkinkan
oleh rezim kolonialisme, perkembangan sarana komunikasi, kapasitas agen, dan jaringan
sosial. Bentuk kesadaran purba masih bersifat lokalitas, yang artinya kesadaran ini hanya
melingkupi satu wilayah tertentu yang banyak didukung oleh komunitas keagamaan
karena pada saat itu belum muncul lembaga atau asosiasi modern. Di sisi lain, masyarakat
membutuhkan panduan moral dalam kehidupan publik. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa saat terjadi kolonialisme di Indonesia reaksi perlawanan yang pertama kali
muncul adalah dari komunitas agama. Beberapa diantaranya adalah pada Perang
Diponegoro di Jawa Tengah (1825-1830), Perang Aceh (1873-1903) dan Jihad Cilegon
(930 Juli 1888).
a. Masa Perintis
Masa perintis merupakan langkah awal nasionalisme yang diawali dari terbentuknya
organisasi dari 20 Mei 1908 (lahirnya organisasi budi utomo). b. Masa Penegas
Masa penegas adalah masa dimana jiwa kebangsaan seluruh rakyat Indonesia
diperkuat dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. c. Masa
Percobaan
d. Masa Pendobrak
Sementara itu, agama adalah tata cara yang mengatur peribadahan manusia kepada
Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
yang lain dan lingkungannya. Istilah agama merujuk dari bahasa Sanskreta yang bermakna
suatu tradisi atau tidak kacau karena berasal dari kata a dan gama.
Kedua, keinginan hidup bersama dalam tatanan yang lebih teratur secara sosial dan politik.
Ketiga, masyarakat Indonesia memiliki musuh yang sama, yakni kaum penjajah. Lahirnya
nasionalisme di Indonesia selain disebabkan penderitaan panjang di bidang ekonomi, sosial,
pendidikan, hukum dan politik, juga dipengaruhi oleh meningkatnya semangat bangsa-
bangsa terjajah lainnya dalam meraih kemerdekaan, antara lain dari Filipina dan India.
Pada saat ini, kita berada di era globalisasi dengan kemajuan teknologi. Di era
globalisasi, Indonesia harus siap menerima tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa
dan bernegara karena mudahnya pengaruh luar negeri masuk ke Indonesia. Namun, tidak
peduli seberapa besarnya suatu tantangan di era globalisasi. Nasionalisme serta kehidupan
berbangsa dan bernegara perlu dan sangat dipentingkan untuk dipertahankan.
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari berbagai macam suku,
etnis, adat istiadat, dan agama. Kemultikulturalan ini membentuk sebuah kebudayaan khas
Indonesia. Kebudayaan meliputi ilmu kesenian, ilmu pengetahuan, hingga ilmu teknologi
yang merupakan asset bersama suatu kelompok. Tetapi, tak jarang jika beberapa kelompok
saling bermusuhan dan menjatuhkan kelompok lainnya demi tercapainya suatu tujuan. Hal
tersebut jelas tidak akan menimbulkan suatu kehancuran perpecahan. Selain itu, di luar
Indonesia, terdapat pula negara-negara multikultural yang justru terpecah-belah.
Negaranegara tersebut, khususnya negara di Timur-Tengah, tak bisa mempertahankan
perbedaanperbedaan yang ada di negaranya sehingga menyebabkan kerugian bagi negaranya
sendiri sekaligus bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Dari hal ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia haruslah bersamasama
menghilangkan sikap etnosentrisme yang menganggap bahwa golongannya sendiri sebagai
golongan superior. Persatuan dan kesatuan harus menjadi prioritas. Masyarakat harus
memahami dan mengimplementasikan ideologi Pancasila dalam kehidupan seharihari
sehingga masyarakat tidak akan menjadikan kemultikulturalan Indonesia sebagai sebuah
penghalang dalam mencapai persatuan dan kesatuan. Jika Indonesia berhasil meraih
persatuan dan kesatuan tersebut, niscaya akan terbentuk kesatuan masyarakat Indonesia yang
utuh dan nasionalis yang berhasil mewujudkan integrasi nasional.
Secara perlahan, kondisi ini dapat menyebabkan warga perbatasan lebih mencintai
Malaysia karena pemenuhan kebutuhan dasarnya lebih oleh Malauysia. Berdasarkan studi
kasus yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan adanya
6ualism pada kebanyakan masyarakat perbatasan.
Solusi yang dapat diberikan dalam menyikapi kasus ini antara lain melalui
Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN), pelaksanaan upacara bendera yang disertai dengan
menyanyikan lagu-lagu wajib nasional, dan sejenisnya. Selanjutnya, melalui acara-acara
seremonial, terutama peringatan HUT kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus. Selain itu,
pemerintah juga wajib memperbaiki sarana dan prasarana di daerah perbatasan.serta
membangun berbagai lapangan kerja sehingga daerah perbatasan tidak menjadi daerah
terbelakang. Jika hal tersebut terwujud tentu saja akan menimbulkan perasaan senang dan
bangga sebagai warga perbatasan karena telah diperhatikan oleh negerinya sendiri. Rasa
nasionalisme pun tidak akan dikhawatirkan lagi kedepannya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara sembari
tetap menghormati bangsa lain yang implementasinya didasarkan pada nilai – nilai Pancasila
dan cita-cita negara. Guna menjaga dan mewujudkan nasionalisme di Indonesia, seluruh
lapisan masyarakat harus bekerja sama dan berupaya meningkatkan rasa cinta tanah air,
persatuan dan kesatuan, serta rasa bangga akan Indonesia. Niscaya, dengan bekerja dan
berupaya bersama-sama, Indonesia akan berhasil mewujudkan suatu integritas nasional
dimana masyarakatnya memiliki jiwa nasionalis yang tinggi dan peduli satu sama lain, mulai
dari masyarakat daerah kota, desa, WNI yang tinggal di luar negeri, hingga masyarakat yang
tinggal di daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Indonesia.
3.2 Saran
Jika benar-benar ingin mewujudkan Indonesia yang nasionalis, meskipun merupakan
negara majemuk yang multikultural, masyarakat harus tetap berupaya untuk merangkul satu
sama lain serta menegakkan persatuan dan kesatuan tanpa memerhatikan perbedaaan suku,
agama, adat istiadat, asal daerah, dan sejenisnya.
Penyusun juga menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan pembelajaran
ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Afriadi S., Djoko Sulistyono. (2018). Peranan Ideologi dalam Integrasi Nasional.
Jurnal Kebijakan Pemerintahan, 1(1) : 2-4.
Kholid, Idham. “Aswaja : Agama dan Nasionalisme.” YouTube, diunggah oleh kisah kita official,
15 Jul 2020, https://www.youtube.com/watch?v=7plJV_EMN7I&t=188s.
Musthafa, Walid. 2012. Konsep Nasionalisme Indonesia dalam Menghadapi Arus Globalisasi
Dunia.URL:https://www.kompasiana.com/walidmusthafa/55116d138133112349bc5fd8
/konsep-nasionalisme-indonesia-dalam-menghadapi-arus-globalisasi-dunia. Diakses
tanggal 17 November 2020.
Prawira, Adam. 2018. Tidak Ada Pertentangan antara Agama dan Nasionalisme. URL :
https://nasional.sindonews.com/berita/1327352/12/tidak-ada-pertentangan-
antaraagamadan-nasionalisme. Diakses tanggal 17 November 2020.