Anda di halaman 1dari 7

Resume PBAK UIN Sunan Kalijaga

Nama : Hadiwijaya

NIM : 231030027

Prodi : Ilmu Hukum

A. REVITALISASI NILAI KEBANGSAAN DALAM SEMANGAT NASIONALISME

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sumber
daya manusia yang begitu parah-negara yang hanya merdeka dalam teks bukan dalam konteks. Disetiap
momentum penting bangsa selalu dipromotori oleh pemuda yakni pelajar dan maha- siswa. Kemudian,
menurut Indonesia merupakan negara yang mempunyai dua konsensus kenegaraan yang diakui secara
de facto oleh dunia. Pertama Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdakaan Indonesia tahun
1945. Dua konsensus ini hadir dan terbentuk dalam satu negara besar yakni Indo- nesia.

Pasca perang dunia 1 tahun 1916, terjadi pergeseran konstelasi geo-poli- tik, kurang lebih selama 12
tahun. Menurut (Hasyim, 2005) Sekelompok orang Indonesia yang tergabung dalam berbagai
perhimpunan pemuda sep- erti Jong Celebes, Jong Java dan sebagainya, melihat ada celah bagi mereka
untuk merumuskan dan mendeklarasikan kepada dunia tentang bangsa In- donesia (The Nation of
Indonesia) pada tahun 1928 yang kita kenal dengan

Untuk mencegah paham-paham tersebut, perlunya kita meningkat- kan kesadaran terhadap nilai
nasionalisme. Nilai yang cinta akan tanah air, nilai yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan,
toleransi, berbhineka tungal ika, dan berpancasila. Kemudian, perlunya kita memahami apa yang disebut
dengan nasionalisme dan nilai apa yang harus kita junjung dalam mencintai tanah air dan bangsa.

1. Nasionalisme

Nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas yaitu persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan
dari semua kelompok etnis dan budaya di dalam suatu bangsa. Dalam kerangka nasionalisme, juga
diperlukan se- buah kebanggaan untuk menampilkan identitasnya sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu
sendiri merupakan proses yang lahir karena dipelajari dan bukan warisan yang turun temurun dari satu
generasi kepada generasi beri- kutnya.

(Abdullah, 2001) Berdasarkan sejarah Indonesia, tonggak lahirnya na- sionalisme diyakini sejak lahirnya
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908, yang pada masa itu merupakan organisasi modern pertama di
Indonesia. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan pemerintah sebagai hari Kebangkitan Nasional, yang
perayaannya sendiri pertama kali pada tahun 1938, ketika la- hirnya Parindra. 2 Landasan Nilai Bangsa
Indonesia:

a) Pancasila Sebagai Ideologi

ideologi adalah satu pilihan yang jelas membawa komitmen untuk mewujudkannya, atau dengan kata
lain apabila seseorang memiliki kesada- ran ideologis yang mendalam, maka akan semakin tinggi pula
rasa komit mennya untuk melaksanakan ideologi tersebut.

Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan dasar atau landasan dalam menjalankan pemerintahan
negara. Pancasila dalam hal ini tidak hanya se bagai suatu pemikiran filsafat dan dasar negara,
melainkan berlanjut dalam bentuk gagasan bertindak yang kita sebut ideologi. Ideologi ini tidak saja
berkaitan dengan kehidupan kenegaraan, melainkan juga kehidupan mas- yarakat. Dengan demikian
ideologi ini merupakan ideologi negara dan bang- sa Indonesia, jadi merupakan ideologi nasional.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Berdasarkan Pancasila-UUD 1945 Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
mengidealkan bentuk negara kesatuan (een- heidstaats-vorm), bentuk pemerintahan republik (republijk
regerings-vorm).

3. Bhinneka Tunggal Ika

Istilah "Bhinneka Tunggal Ika" diambil dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan
Mojopahit sekitar abad 14. Istilah tersebut ter- cantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap
seperti di bawah ini:

Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa kuno, yang mana kata bhinneka merupakan gabungan
dua kata: bhinna dan ika, sedangkan tunggal ika merupakan gabungan dua kata tunggal dan ika. Bhina
diartikan berbe da-beda dan ika diartikan itu sedangkan tunggal diartikan satu. Berdasarkan arti kata
tersebut Bhinneka Tunggal Ika berarti "berbeda-beda itu satu itu" yang sering kita artikan berbeda tetapi
tetap satu jua.

B. MENEGUHKAN MODERASI BERAGAMA DI KAMPUS

Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif yang hanya mengakui
kebenaran dan keselamatan secara se- pihak, tentu dapat menimbulkan gesekan antar kelompok
agama. Konflik kemasyarakatan dan pemicu disharmoni masyarakat yang pernah terjadi di- masa lalu
berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan ekstrim kanan (Islamisme). Namun sekarang ini
ancaman disharmoni dan ancaman negara kadang berasal dari globalisasi dan Islamisme, yang oleh Yudi
(2014: 251) disebutnya sebagai dua fundamentalisme: pasar dan agama. Dalam kontek
fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu ditum- buhkan cara beragama yang
moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang terbuka.

Moderasi beragama yang diusung kementarian Agama bertujuan untuk berfikir inklusif dan
mengembalikan semangat kegotong royongan kita se- bagal anggota masyarakat. Nilai-nilai moderasi
beragama sebagaimana buku yang diterbitkan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang
berjud- ul Moderasi Beragama (2019) menyebutkan ada 4 nilai utama yang menjadi

Visi moderasi Islam merupakan tawaran paradigma dan konsepsi yang ideal baik dilingkungan
masyarakat atau lingkungan kampus. Sebab, moder. asi Islam tidak hanya terhenti dan se batas wacana
dan paradigma semata, melainkan moderasi dapati mengejawantah dalam bentuk gerakan (move
ment). Pilihan tujuan dari gerakan wasatiyyah islam dapat mengambil ben tuk berupa gerakan
kesadaran dari kelompok ekstrim kanan atau kiri Islam, atau pilihan gerakan alternatif sebagai counter
opini baru dari dua kutub ekstrimitas islam. Namun yang tidak kalah penting lagi adalah perlu difor-
mulasikan secara serius bagaimana fungsionalisasi wasatiyyah islam dalam praktek kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Sebagai kaum muda yang memiliki kelebihan menjadi MAHASISWA, tentu dalam melihat peristiwa ini
tentu secara langsung memikul tanggu- ng jawab dalam menyelesaikan masalah intoleransi beragama.
Bisa kita mulia dari penanaman nilai akidah ASWAJA yang secara substansi sangat sesuai dengan konsep
moderasi beragama, juga memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menyebarkan pemahaman agama
yang sesuai syariat seh- ingga membentuk opini publik yang edukatif dan positif. Selain mengedukasi
masyarakat mahasiswa juga memiliki peran mengontrol pemerintah dalam kebijakannya terhadap
kehidupan umat beragama di indonesia.

C. MENEGUHKAN NILAI KEBANGSAAN, MEMBANGUN SPIRIT NASIONALISME

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan sumber
daya manusia yang begitu parah,negara yang hanya merdeka dalam teks bukan dalam konteks Pada
setiap momentum penting, bangsa Indonesia selalu dipromo- tori oleh pemuda yakni pelajardan
mahasiswa. Kemudian, menurut (Hasyim, 2005) Indonesia merupakan negara yang mempunyai dua

mahasiswa hari ini harus lebih cakap dengan perkemban- gan yang begitu cepat. Selain mengoptimalkan
manfaat dari perkembangan zaman, mahasiswa juga perlu untuk mencegah, bahkan melawan dengan
tegas terkait dampak-dampak dari perkembangan zaman, salah satunya tantangan ideologi trans
nasional yang dapat mengganggu dan mengan- cam kedaulatan dan keutuhan bangsa. Dengan bekal
nilai kebangsaan dan semangat nasionalisme, mahasiswa dapat mampu menjadi garda pertama untuk
menjaga kedaulatan bangsa dan negara serta melawan apapun yang menganggu kedaulatan dan
keutuhan bangsa.
Empat Pilar Bangsa

1. Pancasila Sebagai Ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu eidos dan logos. Eidos artin ya melihat, memandang, pikiran,
idea atau cita-cita. Sedangkan logos, logia artinya ilmu. Secara sederhana ideologi diartikan sebagai apa
yang dipikir kan, diinginkan atau dicita-citakan. Pada umumnya yang dimaksud dengan ideologi adalah
seperangkat cita-cita, gagasan-gagasan yang merupakan keyakinan, tersusun secara sistematis, disertai
petunjuk cara-cara mewu judkan cita-cita tersebut (Wiyono, 2019). Menurut (Wiyono, 2019) ideologi
adalah suatu gagasan yang berdasarkan suatu idea-idea tertentu. Ideologi merupakan pedoman
kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkand- ung didalamnya. Ideologi memuat orientasi pada
tindakan, namun persep- si yang menyertai orientasi, pedoman, dan ko…

2. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

Ajaran filsafat bernegara bangsa Indonesia yang dibingkai dalam sebuah ideologi negara yang disebut
Pancasila merupakan landasan utama semua sistem penyelenggaraan negara Indonesia. Hukum sebagai
produk negara tidak dapat dilepas dari falsafah negaranya. Dalam pandangan seperti ini. maka filsafat
hukum pun tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filsafati dari negaranya (Wiyono, 2012).

Penjelasan lebih rinci tentang hal itu dapat dicermati dari pemikiran Philipus M. Hadjon (1998:71) yang
mengatakan bahwa kajian teori hukum terhadap status Pancasila sebagai dasar negara melalui alur
dogmatik hu- kum, teori hukum, dan filsafat hukum, akan sampai pada filsafat hukum yang
menempatkan Pancasila sebagai landasan filsafat hukum Indonesia. Filsafat hukum yang berlandaskan
pada dasar negara Pancasila disebut juga sebagai filsafat hukum Pancasila.

Karena filsafat hukum Pancasila dapat diterima dalam konsepsi pe-

3. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Negara Kesatuan Republik Indonesia atau sering disingkat NKRI adal negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik, dengan nama neg ara Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17
Agustus 1945, mer upakan awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI terd dari wilayah
kepulauan yang tersebar dengan beraneka ragam adat, buday suku, dan keyakinan.
Secara etimologis atau asal mula bahasa, kalimat Bhinneka Tunggal Ika tercipta dari bahasa Jawa Kuno
apabila dipisah akan menjadi Bhinneka = beragam, Tunggal = satu, serta Ika itu. Dan jika diartikan secara
harfiah menjadi beragam. Artinya, bisa dikatakan beragam tapi tetap saja satu. Sem- boyan diambil dari
buku atau kakawin Sutasoma oleh Empu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14
Masehi.

Sebelumnya, motto yang dijadikan motto resmi Negara Indonesia itu sangat panjang, yaitu Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Pe- rumusan motto Bhineka Tunggal Ika dilakukan oleh Mpu
Tantular dalam buku atau kakawin Sutasoma. Perumusan moto ini pada dasarnya adalah pernyataan
kreatif dalam upaya mengatasi keberagaman agama dan keyak- inan. Ini dilakukan sehubungan dengan
upaya pengembangan dan ekspansi kerajaan Majapahit pada waktu itu.

D. REVITALISASI SPIRIT KEMAHASISWAAN GAMALKAN TRIDARMA PERGURUAN TINGGI Fungsi


Social Control dan Iron Stock Guna Mencetak Agent of Change Bagi Mahasiswa Guna
Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi

Mahasiswa memiliki beberapa peran penting dalam masyarakat, yakni sebagai agent of change, social
control, dan iron stock. Untuk dapat mewu judkan 3 peran penting ini, mahasiswa dituntut ikut serta
berusaha bersama yang melibatkan kampus, masyarakat serta pemerintah. (Jannah et al., 2021) Sebagai
agen of change, mahasiswa harus memperjuangkan perubahan un- tuk memperbaiki lingkungan sosial
kehidupan masyarakat; Sebagai social control, mahasiswa harus berperan sebagai perantara antara
pemerintah dan masyarakat. Sebagai Iron Stock, mahasiswa diharapkan menjadi manu- sia tangguh yang
memiliki kemampuan dan akhlak mulia sebagai generasi penerus bangsa.

Agent of change adalah orang-orang yang bertindak sebagai perubah atau pemicu terjadinya sebuah
gerakan yang bisa berdampak positif atau- pun berdampak negatif. Orang-orang yang punya semangat
untuk men- dorong seseorang serta mengayomi orang lain dan orang-orang yang berani menantang
status serta dapat menyebabkan krisis dalam rangka mendukung tindakan dramatis serta upaya
perubahan. Perubahan merupakan hal yang wajib terjadi disetiap zaman agar menghasilkan bangsa yang
besar, kuat se- jahtera lahir dan bathin serta bermartabat di mata dunia. Mahasiswa se- bagai
sekumpulan orang terdidik yang berasal dari berbagai disiplin ilmu akan menjadi suatu kekuatan sosial
yang sangat luar biasa dalam melakukan berbagai perubahan. (PENYUSUN, 2020)

Social Control ialah suatu mekanisme

Tri Darma dan Sumpah Mahasiswa


Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tiga kewajiban yang terdapat dalam perguruan tinggi. Tiga
kewajiban tersebut, yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Seluruh civitas akademika di kampus bertanggung jawab terhadap Tri Dharma
Pergu- ruan Tinggi. Dalam pengimplementasiannya, ada beberapa dasar teori yang dapat diterapkan
dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu:

1. Pendidikan

Mahasiswa sebagai kaum intelektual bangsa yang menduduki 5% dari populasi warga negara Indonesia
berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu bangsa pun meningkat pada umumnya
dengan ilmu yang dipelajari selama pendidikan di kampus sesuai bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa
dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketika mahasiswa
melakukan segala kegiatan da- lam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan rasional, bukan
dengan

2. Penelitian

Penelitian dalam dunia pendidikan tinggi adalah kegiatan mencari kebe naran yang dilakukan menurut
kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau
hipotesis di bidang ilmu pengetahuan, Ilmu yang dikuasai melalui proses pendidikan di perguruan tinggi
harus diimplementasikan dan dit erapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti melalui
penelitian Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri mahasiswa itu sendiri, namun
juga memberikan manfaat bagi kemajuan peradaban dan kepentingan bangsa kita dalam
menyejahterakan bangsa. (BUKMAN, 2020)

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Pengabdian masyarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri untuk kepentingan masyarakat.
Pengabdian masyarakat seharusnya bersifat kontinual dan jangka panjang karena dalam membangun
sebuah masyarakat dibutuhkan proses yang panjang. Banyak aspek yang harus disentuh untuk
menjadikan suatu masyarakat itu baik, karakternya, budayanya, sampai pola pikirnya juga harus kita
sentuh untuk benar-benar menciptakan sebuah mas- yarakat yang beradab.

Dengan membentuk masyarakat yang maju maka secara tak langsung akan terbentuk pula sebuah
peradaban yang maju karena sebuah peradaban berawal dari kumpulan masyarakat yang saling
mempengaruhi dan meleng- kapi. Seandainya ada satu saja masyarakat yang baik maka kebaikannya
akan menular pada masyarakat yang lain dan sampai akhirnya seluruh masyarakat akan baik juga dari
sebuah komunitas kecil kemudian tumbuh menjadi ko- munitas yang besar hingga masyarakat yang
besar. (Kosasih, 2017)

Anda mungkin juga menyukai