NIM : 235030407111008
Cluster : 32
Dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi bagi negara
Indonesia, terdapat usulan-usulan rumusan Pancasila dari tiga tokoh besar.
Mohamad yamin sebagai politikus dan ahli hukum merumuskan ‘Lima dasar’ pada
pidatonya tanggal 29 Mei 1945. Pidato tersebut berisi rumusan diantaranya :
perikebangsaan, perikemanusiaan, periketuhanan, perikerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat. Ia mengatakan dalam rumusannya tersebut bahwa kelima sila
yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup
ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.
Dalam pidatonya pada sidang BPUKI yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni
1945, Soekarno menyampaikan pidato yang berisi gagasan mengenai dasar negara
yang terdiri dari lima butir gagasan. gagasan tersebut antara lain : Kebangsaan
Indonesia, Internasionalisme dan perikemanusiaan, Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang Maha Esa.
Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu panitia kecil untuk
merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang
diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, serta menjadikan dokumen tersebut
sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka. Dari panitia kecil
tersebut, dipilih sembilan orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan untuk
menyelenggarakan tugas tersebut. Rencana mereka disetujui pada tanggal 22 Juni
1945, yang kemudian diberi nama Piagan Jakarta.
Soekarno juga mengusulkan tiga dasar negara yang diberi nama Ekasila,
Trisila, dan Pancasila. Di mana akhirnya dasar negara yang dipilih adalah Pancasila.
Pancasila terdiri dari dua kata yang berasal dari Bahasa sansekerta yaitu “panca"
berarti lima dan "sila" berarti prinsip atau asas. Pancasila juga sebagai rumus dan
pedoman kehidupan berbangsa seluruh rakyat Indonesia.
Jika kita melihat latar belakang kembali proses perumusan Pancasila sebagai
dasar negara berlangsung pada akhir masa pendudukan Jepang. Diawali dengan
janji Jepang yang akan membebaskan Indonesia, dari penjajahan yang diwujudkan
dengan Kaiso Declaration (Rukiyati 2015:39). Dalam rangka pemberian
“kemerdekaan” itu pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Melalui beberapa persidangan
terbentuk rumusan dasar negara yang tertuang dalam Piagam Jakarta, yang
kemudian dilanjutkan dengan perumusan undang-undang dasar. Setelah kekalahan
Jepang, dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Akhirnya
Jepang menyerah tanpa syarat dan kemerdekaan Indonesia diproklamirkan. Sehari
kemudian, disahkanlah undang undang dasar negara yang memuat Pancasila
dalam pembukaanya (preambule) sebagai dasar dan landasan berbangsa dan
bernegara. Essai ini mengangkat tentang perjuangan para pahlawan untuk
mencapai Indonesia merdeka, salah satunya melalui pahlawan kemerdekaan yang
berkontribusi merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi landasan
dan dasar falsafah bangsa Indonesia. Namun, dalam perjalanan kehidupan
berbangsa dan bernegara di era milenial ini, pancasila mengalami deviasi dalam
aktualisasi nilai-nilainya yang tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat.
Menurut saya, Pancasila lahir dari sebuah keadaan bangsa Indonesia yang
mendorong para tokoh untuk merumuskan ideologi yang dapat membangun
Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik. Pemikiran dan perundingan yang
berjalan damai meskipun banyak perbedaan tidak menjadi penghalang tersusunya
Pancasila sebagai dasar negara. Gagasan yang dikemukakan oleh tiga tokoh yaitu
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno pun sifatnya saling melengkapi
gagasan sebelumnya. Semua pemikiran bersatu untuk mewujudkan suatu dasar
yang menjadi landasan bergeraknya Bangsa Indonesia ke depannya. Sebagai
generasi muda Indonesia, saat ini kami terkesan bingung dengan identitas bangsa
kami sendiri. Mulai terpapar dengan berbagai ideologi dengan segala
propagandanya sebagai akibat dari meluasnya globalisas. canggihnya teknologi
saat ini membuat jarak antar negara dan budaya semakin tidak mempunyai batas
hingga melupakan bahwa menjadi nasionalis tidak hanya sekedar masih menjadi
warga negara Indonesia. Upaya penanaman kecintaan dan nilai moral yang sudah
di ajarkan ketika masih dibangku sekolah seakan-akan mulai terkikis.
Di era gempuran globalisasi saat ini, membutuhkan Upaya yang cukup besar
untuk memperkuat rasa nasionalisme yang berpengang kepada Pancasila. Nilai-
nilai pancasila harus tetap dipahami dan diamalkan di tengah arus globalisasi yang
semakin hari kian meluas. Namun banyak dari anak bangsa mulai lalai dalam
menjaga nilai nasionalisme, mulai terpengaruh dengan tren dunia, mengikuti dan
turut meramaikan perkembangan budaya dunia. Globalisasi memang membawa sisi
positif namun globalisasi juga membawa dampak negative yang cukup fatal apabila
tidak di tangani dengan benar.
Kita sebagai Gen-Z adalah salah satu objek utama yang harus didorong untuk
tetap mengamalkan nilai luhur, nasionalisme serta berpegang pada pancasila.
Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai dengan
tahun 2012. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini
merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin
berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan
Milenial.
Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah
penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan
sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan
diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045. Pada saat itu, Indonesia genap
berusia 100 tahun alias satu abad Indonesia. Inilah yang menjadi salah satu alasan
munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045.
Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa
dampak buruk terutama masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah,
pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Sebagai generasi yang tumbuh pasca reformasi 1998 di Indonesia dan bagian
dari apa yang disebut digital native, Gen Z tentunya memiliki sikap dan perilaku yang
berbeda dibandingkan dengan si generasi yang lebih tua. Memahami siapa Gen Z
sebenarnya, mulai dari gaya hidup mereka, perspektif, dan nilai-nilai untuk mereka
tujuan dan tantangan dalam hidup akan membantu kita menemukan jalan yang
benar.
Generasi ini memiliki keunggulan berupa kreativitas tinggi, penuh percaya diri
serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba
otomatis generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan
sangat gampang dipengaruhi. Perlu diingat, sebagai generasi emas selanjutnya kita
tidak boleh hanya cerdas memahami digital saja tetapi cerdas memahami nilai-nilai
pancasila. Masih banyak di antara kita yang acuh tak acuh terhadap Pancasila serta
melanggar berbagai aspek kehidupan.
Ini menyebabkan berbagai ancaman bagi militer maupun non militer yang
akan diuji dalam bidang ketahanan bangsa. Apalagi bangsa Indonesia yang
mempunyai keragaman agama, suku, budaya, dan Bahasa, hal ini akan semakin
mudah memecah belah keberagaman yang ada. Disisi lain muncul ancaman-
ancaman dari bidang pertahanan keamanan, maraknya kejahatan terorisme dan
radikalisme yang dewasa ini meresahkan masyarakat Indonesia yang didasari atas
pengaruh ideologi-ideologi yang tidak berjalan lurus dengan pancasila. Sementara
peran generasi emas juga harus mengisi kemerdekaan dengan semangat persatuan
dan memperkuat persatuan di tengah perbedaan yang ada di Indonesia.
Oktari, R (dua tahun lalu). Siapkah kamu menjadi generasi emas 2045.
https://indonesiabaik.id/infografis/siapkah-kamu-jadi-generasi-emas-2045