Anda di halaman 1dari 9

Warisan Founding Fathers Untuk Generasi Milenial

Oleh

Ni Kadek Nindi Yuliasari

Universitas Pendidikan Ganesha

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, bangsa Indonesia telah menetapkan
suatu dasar yang kita kenal dengan sebutan Pancasila. Pancasila merupakan hasil dari satu
kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir
Sukarno, piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945. Adalah
jiwa besar para founding fathers, para ulama dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok
Nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan bangsa
Indonesia. Melalui proses yang cukup panjang yang terjadi, dan dilibatkannya banyak tokoh
hebat dalam perumusan Pancasila maka akhirnya bangsa Indonesia memiliki dasar atau fondasi
yang dapat dikatakan nyaris sempurna ini. Mengapa dikatakan Pancasila sebagai dasar negara
merupakan ideologi yang nyaris sempurna atau bahkan dapat dikatakan mendekati sempurna
daripada ideology negara lainnya? Pancasila adalah ideology yang berbeda di anatara banyak
ideologi. Setelah mengalami banyak percobaan untuk mencederainya, Pancasila masih tetap
Berjaya hingga saat ini. Buktinya, gagasan ideology komuunisme, sosialisme, kapitalisme,
liberalism, dan landasan- landasan agama tertentu seakan lenyap hilang terbawa angin. Lantas,
Pancasila masih bediri meski kadang tertatih. Pancasila adalah ideologi negara yang tidak buta
terhadap kemajemukan budaya, etnis, suku dan agama. Pancasila menjadi payung “warna-warni”
yang melindungi seluruh rakyat Indonesia terhadap serangan gagasan-gagasan yang liar dan
mematikan. Pancasila sekaligus menjadi obat yang membalut luka dan borok mereka semua
yang terluka karena ideologi lain. Pancasila yang kita miliki adalah pandangan hidup bersama.
Pandangan ini merupakan visi yang memampukan kita memandang masa depan bangsa. Bak
rambu-rambu lalu lintas, Pancasila menjadi petunjuk bagi kita dalam menjalani hidup sebagai
warga negara Indonesia yang baik. Rambu ini tentu akan membawa kita pada keselamatan demi
mencapai tujuan kita bersama, yakni kesejahteraan. Pancasila dapat dikatakan sebagai ideology
yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Pancasila dapat pula dikatakan sebagai salah
satu atau bhakan satu- satunya ideology yang fleksibel karena pada dasarnya Pancasila mampu
untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin lama semakin baru dan berubah- ubah.

Pemuda adalah kisaran usia belasan hingga 20-an awal. Dalam kisaran usia tersebut,
anak-anak muda sebenarnya tahu tentang Pancasila, tetapi apabila ditanyakan tentang
implementasinya, belum terlalu serius diimplementasikan. Jika melihat remaja-remaja Amerika,
dengan kecenderungan gaya hidup bebasnya, mereka tetap berpegang pada prinsip-prinsip
negara mereka. Bagaimana mereka selalu mengulang-ngulang amandemen, mereka tahu. Akan
tetapi di Indonesia, tidak banyak melakukan itu. Implementasi Pancasila masih sebatas teori yang
diajarkan di sekolah. Anak-anak jaman sekarang saat ini lebih butuh panutan atau role model,
seseorang yang benar-benar mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jujur
saja, kadang anak muda disalahartikan, dianggap sudah terpengaruh oleh budaya luar hingga
lupa budayanya. Padahal sebenarnya, mereka belum paham bagaimana caranya
mengimplementasikan Pancasila. Bangsa Indonesia menganut sistem ideologi yang kita kenal
dengan sebutan "Pancasila". Pada tanggal 1 Juni 1945 merupakan hari bersejarah bagi Indonesia,
karena pada hari tersebutlah lahirnya istilah Pancasila untuk pertama kali. Pancasila mengandung
5 sila penting yang mencerminkan idealism atau cita cita bangsa Indonesia. Pancasila sendiri
lahir dari pemikiran hebat  pahlawan Indonesia. Besarnya perjuangan serta pengorbanan para
pahlawan dalam memerdekan bangsa Indonesia, kita sebagai pemuda atau kaum milenial tidak
bisa hanya duduk menikmati kemerdekaan begitu saja. Kita harus aktif dalam mengisi
kemerdekaan dengan cara mewujudkan Indonesia yang adil dan damai, yaitu dengan cara
mengamalkan  nilai- segalanya dengan instant dan interaksi antar budaya yang terbuka
mempangaruhi pikiran dan budayanya. Perilaku kaum milenial yang dinamis dan fleksibel. Maka
pada titik tersebut Pancasila relevan dan berperan penting untuk generasi milenial khususnya.
Eksistensi Pancasila pendapat para milenial dapat menjadi jembatan emas untuk kaum milenial
membangun batas apa yang diterima pengaruh dari dunia luar yang merugikan dan bersifat
negative. Luar biasanya ideology Pancasila yang menempatkan "Ketuhanan Yang Maha Esa"
pada sila pertama, berguna sebagai peringatan bagi semua kita khususnya milenial bahwa ada
Tuhan sebagai pusat dari segala kehidupan. Kemajuan dan kecanggihan teknologi tidak bisa
mengalahkan dan menggantikan kehebatan Tuhan, dan memiliki iman yang kuat menjadi sebuah
harusan bagi milenial saat ini. Milenial harus sadar bahwa semua yang ada di dunia milik Tuhan,
sehingga kesombongan pada diri manusia dapat diminimalisir. Pancasila harus menjadi acuan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam relevansinya dengan sila ke-2.
Dimana kaum milenial Indonesia harus bijaksana, harus adil dalam pikiran dan perilaku etis
kepada sesame, dan tidak menggampangkan segala sesuatu dan terus berbuat kebaikan yang
mementingkan kepentingan umum demi kebaikan bersama. Generasi milenial harus sadar bahwa
sangat diperlukannya persatuan dan kesatuan untuk menjaga keutuhan Bangsa Indonesia yang
ada pada sila ke-3. Sikap toleransi sangat dibutuhkan dan memegang tegug pendirian yang tidak
bisa diacak dan dipecah oleh bangsa lain. Sesama warga Indonesia, generasi milenial harus
saling bekerja sama dalam mengangkat derajat bangsa Indonesia dan menunjukkan bahwa
bangsa kita adalah bangsa yang hebat. Generasi muda saat ini juga harus bersikap demokratis
dengan mementingkan aspek musyawarah dan mufakat dalam mengambil suatu keputusan yang
terkandung pada sila ke-4. Keputusan tidak boleh diambil secara sepihak, tetapi harus hasil
keputusan bersama. Sila ke-5 "Keadlian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Para milenial
harus mengusahakan keadilan buat masyarakat, perlu mengkritik sosial, ideology, politik dalam
negara yang menciptakan ketidak adilan bagi rakyat Indonesia. Pada hakikatnya para generasi
milenial harus terus memelihara serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pendidikan generasi milenial harus sadar bahwa nilai-nilai Pancasila tersebut harus
diterapkan untuk menciptakan Indonesia yang damai, aman, tentram serta adil. Generasi
milienial atau generasi Y (teori William Straus dan Neil Howe) yang saat ini berumur antara 18–
36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting
dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki
kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena
hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan
dan sangat gampang dipengaruhi. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara
dan bangsa kita. Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi
komunikasi saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan
menyatukan anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan
memperoleh informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak
komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal. Teknologi komunikasi
dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan
menggunakan teknologi, media massa, internet (cyber war). Sasarannya jelas yaitu ketahanan
ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, karakter, dll. Disadari
atau tidak banyak pihak yang sepertinya tidak ingin Indonesia menjadi bangsa yang besar dan
hebat. Kita sering menerima gempuran dan pola serangan pintar melalui F-7, food, fashion, film
dan fantasi, filosofi, dan finansial. Serangan terhadap filosofi dan finansial ialah hal yang paling
mengkhawatirkan. Serangan terhadap filosofi yang paling mengkhawatirkan yang merupakan
bentuk perang ideologi dan pikiran agar terjebak pada pola ideologi liberalis, kapitalis, sosialis,
dan radikalis Untuk membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi
dan upaya-upaya memecah bangsa, maka bangsa ini harus kembali kepada Pancasila. Pancasila
sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang
sejarah, berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati perbedaan,
rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga
diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri. Pancasila harus dijadikan cara hidup (way of
life) seluruh anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila
tidak perlu lagi diajarkan secara formal dengan tampilan kaku, tetapi yang terpenting ialah
hakikatnya tetap terpelihara dan diamalkan. Dalam melaksanakan langkah-langkah itu,
diperlukan sinergisme lintas kelembagaan, untuk bersama-sama mengaktualisasikan Pancasila
melalui sistem dan dinamika kekinian. Kampus memegang peranan penting dalam menanamkan
nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial sehingga tidak ada indikasi perkembangan paham
lain. Generasi milenial harus berada di depan, memegang obor untuk mencegah paham-paham
yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke dalam kampus sehingga masa depan
pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa ke depan tidak berada di jalan yang salah. Arah
perjalanan bangsa ini berada di tangan generasi milenial, generasi muda yang saat ini tengah
membaca tulisan ini, yang akan menerima tongkat estafet pembangunan. Memaknai Pancasila itu
lebih dibutuhkan integrasi/kerjasama berbagai pihak. Hal ini memang sulit dilakukan, namun
jangan apatis. Anak-anak jaman sekarang lebih banyak berpikir kalau itu ”ribet”. Saya
menyarankan agar jangan cepat apatis. Ini memang tidak akan sebentar tetapi kita harus percaya
bahwa jika semuanya punya pandangan yang sama, maka ini bisa tercapai. Ingat saja perkataan
Bung Karno, “beri aku seribu orang tua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya, beri aku
sepuluh pemuda, akan kuguncang dunia”, bahwa kekuatan pemuda sangat besar. Dalam diskusi
yang ada di Wantimpres, sebaiknya juga melibatkan anak muda. Pasti akan lebih mengena,
karena Wantimpres sebagai wadah untuk mengumpulkan aspirasi dari berbagai kalangan untuk
disampaikan kepada Presiden tentang apa yang terjadi di luar. Kalau dibuat diskusi yang
melibatkan banyak anak muda, seperti BEM berbagai universitas atau tokoh muda, akan
memberikan dampak yang lebih massif. Dengan karakter penggunaan media sosial oleh anak
muda saat ini, dengan adanya diskusi yang melibatkan anak muda, maka akan cepat tersebar
berbagai pesan kepada anak muda lainnya. Dunia media sosial tidak ada batas. Namun, kita juga
harus sambil mengajarkan kepada anak muda agar wajib bertanggung jawab terhadap apa yang
ditulis, sehingga suatu saat akan muncul anak-anak muda yang berkualitas, dengan karakter
bangsa yang kuat.

Ideologi Pancasila merupakan falsafah bangsa Indonesia yang sudah tidak boleh ditawar-
tawar lagi. Pancasila merupakan konsensus nasional yang diramu dan sudah disepakati oleh
masyarakat Indonesia yang beragam, untuk menjaga kerukunan dan juga membangun
kedamaian. Namun, di era globalisai ini, pemahamam masyarakat, terutama para generasi
milenial terhadap Pancasila ini mulai tergerus dengan mulai masuknya ideologi lain. Padahal,
Pancasila merupakan warisan dari para pendahulu bagi generasi muda untuk tetap konsisten
dalam menjaga perdamaian di Indonesia. Menjaga Pancasila sebagai pedoman bagi bangsa
tentunya bukan sekadar menjaga warisan para pendahulu. Pancasila, bagi generasi milenial,
adalah untuk menjaga bangsa ini dari kerusakan dan pertumpahan darah akibat perpecahan.
Generasi muda harus bisa memaknai Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menyatukan
dan menciptakan kedamaian di masyarakat. Dalam perjalanan sejarah, Pancasila sebagai
landasan normatif telah mengakar begitu kuat. Pancasila belum banyak diimplementasikan ke
dalam level operasional kebijakan dan tindakan. Pancasila adalah hayat hidup bangsa Indonesia
sebagai penguatan karakter. Dengan saling memahami antara generasi muda dan generasi tua
diharapkan ada penyesuaian dengan kondisi jaman. Peran media cukup krusial. Kalau jaman
dahulu media hanya berupa televisi, radio, surat kabar atau majalah, tetapi era saat ini, ada
perkembangan media yang cukup besar, terutama media sosial, yang memegang kunci di
kalangan generasi muda. Melalui media sosial berbagai informasi mudah didapatkan. Media
sosial ini yang dahulu tidak ada. Karena itu, menjadi tugas bersama untuk saling memahami dan
memanfaatkannya. Selain itu, harus ada integrasi antara media sosial dengan media televisi atau
media cetak. Konten-kontennya harus memuat ideologi Pancasila. Dunia perfilman saat ini juga
sudah mulai mengangkat kisah-kisah pahlawan, tokoh-tokoh besar, atau orang yang inspiratif.
Walaupun memakan waktu yang lama, hal ini bisa membuat generasi Indonesia memiliki
karakter yang kuat. Selain itu, hal ini juga dapat menggerakkan anak muda untuk mencari tahu
tentang kisah inspiratif dan menjadi tahu. Pancasila merupakan pijakan paling utama dalam
semua aspek kehidupan bermasyarakat. Terjaganya persatuan bangsa Indonesia hanya bisa
terwujud selama Pancasila masih menjadi landasannya. Pancasila menjadi kesadaran filsafat
hukum dan sumber kesadaran berbangsa dan bernegara, Pancasila adalah ideologi yang
mempersatukan di tengah era keterbukaan informasi seperti saat ini yaitu bahaya radikalisme
dan perpecahan terus mengintai generasi muda Indonesia. Minimnya pemahaman terhadap
Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, membuat anak muda rentan
dipecah belah. Maka dari itu, nilai-nilai kearifan Pancasila dipandang perlu dibumikan kembali
di tengah-tengah kaum muda untuk menguatkan semangat persatuan. Padahal zaman terus
berubah dan lingkungan dunia juga berubah demikian cepat dan dinamis, tantangan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia juga berubah. Perkembangan teknologi informasi dalam dua
decade terakhir telah mengubah wajah dunia yang semakin menyatu. Mengaburkan batas-batas
identitas, masyarakat, negara dan bangsa, dan melahirkan apa yang disebut para pengkaji
globalisasi sebagai borderless society (masyarakat tanpa batas). Dunia seakan membentuk
sebuah desa kecil yang saling terhubungkan satu sama lain, oleh nila-nilai baru yang sangat
universal, semua orang seakan terserap kedalamnya. Generasi baru yang lahir di era ini, terutama
diatas tahun 2000-an, menyerap nilai-nilai baru yang hadir tanpa pemahaman ideology
kebangsaan yang memadai. Mereka menyukai segala sesuatu yang instan dan cepat, dan pada
saat yang sama menghindari diskursus yang rumit dan dalam. Oleh sebab itu, usaha untuk
menghadirkan Pancasila baik sebagai gagasan filosofis, historis dan sosiologis dalam diksi dan
pemikiran anak muda merupakan sebuah tantangan sekaligus keharusan. Generasi baru
Indonesia, bukan lagi generasi yang menyukai proses indoktrinasi nilai, apalagi dilakukan
dengan cara-cara lama. Sebab mereka adalah generasi yang cepat bosan dengan segala bentuk
kemapanan. Soal nilai-nilai yang harus dimiliki, mereka lebih senang melihat dan mengikuti
daripada mempelajari. Maka nilai-nilai Pancasila tidak bisa hanya diajarkan sebagai
pengetahuan, tetapi mesti dihidupkan dengan praktik-praktik keteladanan yang nyata. Para elit
dan pemimpin negeri ini harus menunjukkan perilaku bernegara yang mencerminkan sikap
berpancasila yang nyata, sehingga bisa diteladani generasi muda. Bahwa Pancasila artinya tidak
suka korupsi, Pancasila artinya praktik ekonomi yang membela kehidupan orang kecil, Pancasila
artinya pemilu yang jurdil, Pancasila artinya cerdas dan sehat.
Daftar Pustaka

Kaelan. 2007. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Yogyakarta Indonesia

Kohlberg, Laurence. 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral.Yogyakarta:Kanisius

Saidin Ernas , https://rakyatmaluku.com/2019/11/kontekstualisasi-pancasila-untuk-generasi-


muda/ diakses pada 20 Mei 2020 pukul 12:58 Wita

Anda mungkin juga menyukai