BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
PEMBAHASAN
5.Secara relative integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan
SARA merupakan akronim dari suku, agama, ras, dan antargolongan adalah
sebuah fenomena kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, SARA adalah gejala inherent
(menyerta dan bersamaan) dengan kondisi masyarakat indonesia yang bersifat
pluralistis. Ideologi dari prespektif terhadap SARA perlu penataan ulang dari
dimensi pikir bahwa SARA sebagai sumber pemecahan sosial. Oleh karena itu
diperlukan pemikiran yang serius dan penuh kehati-hatian. Sebab, realitas SARA
rentang dengan konflik yang kadang penuh dengan kerawanan untuk saling
bertubrukan.
Bangsa Indonesia memang memiliki kekayaan yang beraneka ragam, namun jika
keberanekaragaman tidak dibina dengan baik, bisa melahirkan konflik yang
beraneka ragam. Konflik antar suku, ras, ras/etnis, dan antargolongan SARA,
yang ada di Indonesia, bisa berdampak merugikan dan mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
2. Menghormati bendera kebangsaan
Sang merah putih, mengajarkan kepada bangsa Indonesia agar keberanian yang
kita kembangkan selama ini selalu berlandaskan pada kesucian. Bendera Merah
Putih adalah bendera pusaka, sebagai lambang identitas persatuan dan kesatuan
republik Indonesia.
Sebagai bangsa yang majemuk bangsa Indonesia harus mampu bergaul dalam
rangka persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu “memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-BHINNEKA TUNGGAL IKA”. Wujud
perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan tersebut adalah:
Nasionalisme kini lebih pada hikmah jati diri perjuangan melawan sang kuasa
lalim yang secara peroangan maupun struktural dan demi hari depan yang lebih
baik dan adil. Perjuangan tersebut bersifat universal bersama-sama dengan kawan
sesama sege¬nerasi muda dan dari segala penjuru dunia.
Kebangsaan itu sendiri terjadi dan terbentuk sesuai dengan penjadian dan
pembentukan sejarah. Oleh karena sejarah bersifat terbuka maka pembentukan
dan penjadian itu tidak mengenal bentuk akhir atau finalitas. Jadi kebangsaan
bukanlah suatu kenyataan, melainkan suatu cita-cita, aspirasi dan tuntutan khas
Indonesia. Kebangsaan itu adalah suatu persatuan Indonesia merdeka yang
mengusahakan keadilan sosial, terutama bagi mereka yang tertindas.
RELATED:
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat Indonesia yang bersifat pluralistik ditandai oleh berbagai faktor, yang
antara lain oleh perbedaan suku bangsa, agama, ras/etnis dan antargolongan.
Perbedaan tersebut memungkinkan timbulnya suatu gejolak yang terjadi di
masyarakat, harus dipahami secara kritis agar tidak menimbulkan disintegrasi
bangsa. Oleh karena itu, membangun wawasan kebangsaan dari keanekaragaman
wawasan lokal dan SARA di Indonesia, akan menentukan bagi keberhasilan
upaya integrasi nasional dan sekaligus pemaknaan Indonesia bagi paham
kebangsaan (nasionalisme).
Nasionalisme yang merupakan wujud rasa cinta kita terhadap tanah air kita.
Dimana kita harus ikut serta di dalam membangun bangsa ini . salah satunya
degan menyusun konsep , tujuan yang baik demi terciptanya harapan seperti yang
di harapakan leh para pahlawn kita serta harapan yang baik yang ingin gapai
dikemudian hari.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa pembuatan maklah kami ini jauh dari kata sempurna ,
oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan
makalah kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/jhprayitno/cara-pandang-lokal-dalam-konteks-
wawasan-kebangsaan-dan-nasionalisme-indonesia
http://heridarso.blogspot.co.id/2015/11/wawasan-kebangsaan-dan-
nasionalisme.html?m=1