Oleh :
Hasna Mutiara Safitri (181424009)
Hilda Fitria Nurul Huda (181424010)
Muhammad Hafizh Musyaffa (181424016)
Riva Nur Arofah (181424025)
Salma Nabila Putri (181424027)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prostitusi Online sebagai
Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Akibat Pengembangan IPTEK”. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami membuat makalah ini denngan tujuan agar mahasiswa dan orang lain dapat
menegtahui dan memahami mengenai Prostitusi Online sebagai Penyimpangan Nilai-Nilai
Pancasila Akibat Pengembangan IPTEK. Selain itu, makalah ini juga ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diberikan oleh ibu Diana.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen kami, dan rekan rekan yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai
dengan tanggal pengumpulannnya.
Kami harap makalah yang telah kami buat dapat bermanfaat bagi orang banyak, dan
kita bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih mengenai Prostitusi Online
sebagai Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Akibat Pengembangan IPTEK. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan masih ada yang harus kami
perbaiki. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan sarannnya agar makalah ini dapat tersusun
dengan rapi dan teratur.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………… 2
1.4 Cara Memperoleh Data …………………………………………….…. 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maka dari itu perlu adanya filter dari dalam diri sendiri yang dapat membedakan antara
penggunaan teknologi dengan baik atau penggunaan teknologi yang salah. Tentunya dengan
menerapkan nilai-nilai pancasila dari dalam diri sendiri merupakan salah satu upaya untuk
mencegah seseorang terjerumus ke dalam hal-hal buruk yang diakibatkan oleh penggunaan
teknologi yang salah. Pengguna teknologi dapat semakin buruk perilakunya akibat salah
dalam menggunakan teknologi. Beberapa dampak yang dapat terjadi yaitu degradasi moral,
bahkan yang terburuk pembunuhan. Dalam hal ini tentu pancasila sangatlah berperan
penting untuk mencegah terjadinya dampak-dampak buruk tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, kami menyusun makalah dengan
judul “Prostitusi Online sebagai Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Akibat
Pengembangan IPTEK”.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui permasalahan prostitusi online yang terjadi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya prostitusi online di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya prostitusi online di Indonesia.
4. Untuk mengetahui peran Pancasila dalam mengatasi prostitusi online di
Indonesia.
2
1.4 Cara Memperoleh Data
Adapun cara yang digunakan untuk memperoleh data dalam penyusunan makalah ini
adalah literasi atau studi kepustakaan. Kami melakukan pencarian dan pengumpulan data
dari berbagai sumber bacaan, buku, artikel resmi. Kami tidak melakukan pencarian data
dengan terjun langsung ke lapangan.
Buku, artikel yang menjadi sumber referensi tentunya yang berkaitan dengan
pembahasan makalah ini yaitu “Prostitusi Online sebagai Penyimpangan Nilai-Nilai
Pancasila Akibat Pengembangan IPTEK”. Buku yang menjadi referensi yaitu buku
Pendidikan Pancasila, sedangkan artikel yang kami jadikan referensi yaitu bersumber dari
internet.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pancasila secara entimologis berasal dari sensakerta (bahasa kasta brahmana) yang
berartilima unsur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pancasila diartikan sebagai
dasar Negara serta falsafah bangsa dan Negara Republik Indonesia yang terdiri atas lima
sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (3)
Persatuan Indonedia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan (5) Kedalina sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4
2.2 Prostitusi Online
Menurut Kartini Kartono (1997:177), prostitusi atau yang biasa disebut pelacuran
berasal dari bahasa latin yaitu pro-situare yang berarti membiarkan diri berbuat zina,
membuat perbuatan persundalan, pencabulan, pergendakan. Dalam bahasa ingris prostitusi
disebut prostitution yang artinya hamper sama dengan bahasa latin. Pelaku prostitusi biasa
disebut pelacur dan dikenal juga sebagai WTS/wanita tuna susila. Wiliam Benton juga
menjelaskan dalam Enclycopedia Britanica () bahwa prostitusi merupakan praktek
hubungan seksual yang dilakukan sesaat, yang kurang ebih dilakukan dengan siapa saja
untuk imbalan uang. Dalam kamus bahasa Indonesia yang ditulis oleh Poerdarmita
(1984:548) pelacuran berasal dari kata lacur yang berarti malang, sial, gagal, atau bururk
laku.
Prostitusi online menururt Ahmad Rosyadi (2011:14) adalah praktek prostitusi atau
pelacuran yang menggunakan internet atau media online sebagai sarana transaksi bagi psk
dan yang ingin menggunakan jasanya. Media internet hanya digunakan sebagai sarana
penghubung saja antara psk dan pengguna jasa psk tersebut. Pelaku prostitusi online adalah
sebagai berikut :
5
1. Mucikari
Mucikari atau dalam kamus besar bahasa Indonesia merujuk pada kata muncikari adalah
induk semang bagi perempuan lacur atau germo. Peran mucikari dalam proses prostitusi
adalah menghubungkan para pekerja seks komersial kepada para pengguna jasa mereka.
Thanh-Danm Truong (1992:15) menjelaskan bahwa PSK atau yang biasa disebut
pelacur adalah pelaku yang melakukan praktek hubungan seksual sesaat, yang kurang lebih
dilakukan dengan siapa saja dengan imbalan uang.
Pihak inilah yang menjadi titik permasakahan terjadinya transaksi prostitusi online.
Pihak penyewa ini yang menjadi target website atau forum prostitusi online untuk menyewa
PSK.
Sanksi kejahatan prostitusi terdapat dalam Buku II KUHP Bab XIV tentang kejahatan
Terhadap Kesusilaan dan Buku III KUHP tentang Pelangggaran Ketertiban Umum. KUHP
tidak melarang prostitusi, melaiknkan melarang mucikari. Penjelasa tentang tindakpidana
tentang prostitusi yang terdapat dalam KUHP sebagai berikut :
6
Hukuman prostitusi online juga diatur dalam Undang-Undang RI No.11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Hal tersebut terdapat pada pasal 27 yang
berbunyi :
Hukuman bagi yang melanggar pasal 1 UU diatas sebagaimana diatur dalam Pasal
45 ayat (1) yaitu hukuman kurungan penjara 6 tahun dan/atau denda Rp 1 Miliyar ditambah
sepertiga.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Sejarah
Sedikit catatan sejarah yang mengungkap tentang prostitusi Indonesia pada masa
sebelum penjajahan bangsa Eropa. Diperkirakan sejak lama telah berlangsung pembelian
budak. Setelah penyebaran Islam di Indonesia, prostitusi diperkirakan telah meningkat
karena ketidaksetujuan Islam pernikahan kontrak.
Dalam sejarahnya raja-raja di Jawa yang memiliki sejumlah tempat diistananya untuk
ditempati sejumlah besar selir, sementara itu raja-raja di Bali bisa melacurkan para janda
yang tidak lagi diterima oleh keluarganya.
Selama periode awal kolonial Belanda, pria Eropa yang hendak memperoleh kepuasan
seksual mulai mempekerjakan pelacur atau selir yang berasal dari wanita lokal. Para
perempuan lokal dengan senang hati melakoni aksi prostitusi ini demi termotivasi oleh
masalah finansial, bahkan tak jarang ada keluarga, yang mengajukan anak perempuan
mereka untuk dilacurkan.
8
Pada awal tahun 1800-an praktik prostitusi mulai meluas, ketika itu jumlah selir
dipelihara oleh tentara Kerajaan Hindia Belanda dan pejabat pemerintah. Sementara
perpindahan laki-laki pribumi meninggalkan istri dan keluarga mereka untuk mencari
pekerjaan di daerah lain juga memberikan kontribusi besar bagi maraknya praktik prostitusi
pada masa itu.
Pada tahun 1852 pemerintah kolonial mulai membutuhkan pemeriksaan kesehatan secara
teratur pelacur untuk memeriksa sifilis dan penyakit kelamin lainnya. Para pelacur juga
diharuskan membawa kartu identitas pekerjaan mereka, meskipun kebijakan ini tidak
berhasil menekan angka pertumbuhan prostitusi yang meningkat secara dramatis selama
periode pembangunan yang berlangsung secara luas hingga akhir 1800.
MRS (27) seorang pria yang diduga germo atau mucikari, polisi juga ikut mengamankan
7 perempuan. Informasi itu pertama kali diperoleh Serambinews.com, dari pesan berantai
yang dikirim melalui aplikasi whatsapp dari satu grup ke grup lainnya. Lalu,
Serambinews.com pun memastikan kebenaran pengungkapan kasus esek-esek via online
tersebut ke sejumlah sumber di Mapolresta Banda Aceh.
9
"Benar, tapi kabarnya besok, Jumat (23/3/2018) sekitar pukul 15.00 akan dirilis secara resmi
dan rekan-rekan media pastinya akan diundang," kata seorang sumber yang minta tidak
dikutip namanya.
Setelah memastikan informasi itu benar, Serambinews.com dan sumber kepolisian itu pun
mengakhiri pembicaraan.
Nomor Hp MRS ditemukan dan petugas yang menyamar itu pun akhirnya terlibat
chatting melalui whatsapp dengan MRS. Kesepakatan pun dicapai, setelah MRS
menyebutkan tarif 'mengontrak' sebesar Rp 2 juta untuk seorang wanita. Ini disertakan
mengirim sejumlah foto wajah wanita-wanita yang diinginkan.
Dua petugas polisi yang menyamar itu pun memesan dua wanita dengan tarif Rp 4 juta.
Selanjutnya sesuai jadwal yang telah disepakati, pelaku MRS pun mengantar dua wanita ke
hotel di wilayah Aceh Besar itu, menggunakan sepeda motor.
Lalu MRS pun membawa masuk kedua wanita itu ke dalam salah satu kamar hotel.
Transaksi pun dimulai dengan disertai penyerahan uang sebesar Rp 4 juta yang dilakukan
oleh petugas yang menyamar.
Setelah transaksi itu, dua wanita itu pun langsung ditinggal di dalam kamar bersama dua
anggota yang menyamar itu. Kemudian MRS yang bermaksud pulang langsung dicegat oleh
petugas yang telah siaga di lokasi. Dalam pengungkapan kasus prostitusi online itu, petugas
mengamankan MRS, seorang pria yang diduga germo atau mucikarinya.
Lalu di dalam pesan whatsapp itu juga terlihat 7 wanita yang ikut diamankan.
10
3.3 Penyebab Prostitusi Online di Indonesia
Salah satu alasan utama untuk seorang pelacur memasuki bisnis adalah daya tarik untuk
mendapatkan uang secara cepat, The Jakarta Post melaporkan bahwa pelacur kelas atas di
Jakarta bisa mendapatkan Rp 15 juta -. Rp 30 juta (USD 1.755 untuk 3.510) per bulan. Rata-
rata para pelacur ini mampu menghasilkan uang lebih dari Rp 3 juta untuk setiap sesi layanan
mereka. Namun bagian terbesar dari jumlah mereka yang memasuki dunia prostitusi dengan
alasan uang datang dari masyarakat kelas menengah dan keluarga miskin.
Penyebab utama lainnya adalah adanya pola pemaksaan dan penipuan, dimana para
perempuan muda dari pedesaan dan kota-kota kecil ditawarkan peluang kerja di kota-kota
besar. Namun sesampainya dikota para perempuan ini diperkosa dan dipaksa untuk
melacurkan diri sementara menghasilkan uang bagi mucikari mereka.Sering pula para orang
tua menawarkan anak-anak perempuan mereka kepada mucikari agar memperoleh uang.
Berdasarkan laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bahwa sekitar 70 persen dari
pelacur anak Indonesia dibawa oleh keluarga dekat atau teman-teman ke dalam dunia
prostitusi.
11
Aspek Ekonomi
Seseorang yang melakukan prostitusi sebagian besar diakibatkan
keterpurukannya ekonomi, melalui praktik tersebut dapat memenuhi
kebutuhannya. Namun, hal tersebut sangat tidak dibenarkan.
Perkembangan IPTEK pada kasus prostitusi menunjukan penggunaan IPTEK yang tidak
sesuai fungsinya dan menyimpang dari pancasila, peraturan pemerintah dan kaidah norma-
norma yang berlaku. Contoh kasus prostitusi yang pernah terjadi, yaitu kasus prostusi yang
terjadi di Aceh pada tanggal 21 Maret 2018. Praktik prostitusi tersebut telah melanggar nilai-
nilai pancasila, yaitu pada sila ke satu "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pada ajaran agama,
tidak ada satupun agama yang membolehkan praktik prostitusi. Selanjutnya, melanggar sila
ke dua "kemanusiaan yang adil dan beradab" pada kasus ini menyebabkan ketidaknyamanan
pada orang lain akibat praktik tersebut dan seharusnya IPTEK digunakan pada semestinya
karena manusia adalah makhluk yang dapat berlaku adil dan beradab. Secara tidak langsung
juga praktik prostitusi telah melanggar peraturan perlindungan anak. Selain pancasila,
praktik prostitusi melanggar norma-norma yang berlaku, yaitu norma asusila, norma sosial
dan norma hukum.
Mengenai tindak pidana, kasus prostitusi sendiri dalam ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (“KUHP”), tidak ada pasal yang dapat digunakan untuk menjerat pengguna
PSK maupun PSK itu sendiri. Ketentuan KUHP hanya dapat digunakan untuk menjerat
penyedia PSK/germo berdasarkan ketentuan Pasal 296 dan Pasal 506 KUHP:
12
Pasal 296 "Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul
oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling
banyak lima belas ribu rupiah" dan Pasal 506 "Barang siapa menarik keuntungan dari
perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan
pidana kurungan paling lama satu tahun".
Mengenai tindakan pemerintah terhadap pelaku dan pengguna prostitusi di bawah umur
dikembalikan ke orang tuanya dan untuk yang berusia dewasa diberikan bimbingan ke
Rumah Perlindungan Trauma Centre (RPTC). Walaupun di dalam ketentuan KUHP tidak
dapat diterapkan, namun di dalam peraturan daerah terdapat sanksi untuk pengguna PSK.
Contoh Pasal 42 ayat (2) Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2007, berisi bahwa orang yang
melanggar ketentuan ini dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 20 hari dan
paling lama 90 hari atau denda paling sedikit Rp. 500.000 dan paling banyak Rp. 30 juta.
Contoh lainnya yatu Pasal 2 ayat (2) Perda Kota Tangerang No. 8 Tahun 2005 tentang
Pelarangan Pelacuran yang melarang siapapun di dalam wilayah Kota Tangerang untuk
melakukan perbuatan pelacuran. Orang yang melakukan perbuatan pelacuran di wilayah
Kota Tangerang diancam kurungan paling lama 3 bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp15.000.000.
Sebagai penanganan kasus penggunaan IPTEK yang tidak sesuai fungsinya, sila-sila
pancasila harus menjadi sistem etika dalam pengembangan IPTEK, berikut penjelasannya:
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena IPTEK
adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu,
pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat
manusia. Iptek bukan untuk kesombongan dan keserakahan manusia. Namun, harus
diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
13
3. Sila persatuan Indonesia mengkomplementasiakan universalitas dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta
keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di dunia.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pelacuran atau prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang
atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. Prostitusi di Indonesia dianggap
sebagai kejahatan terhadap kesusilaan/moral dan melawan hukum. Penyebabnya
adalah adanya pola pemaksaan dan penipuan, dimana para perempuan muda dari
pedesaan dan kota-kota kecil ditawarkan peluang kerja di kota-kota besar.
Berkembangnya IPTEK yang cepat mengakibatkan proses prostitusi lebih mudah
terakses dan meluas. Maka dari itu, sila-sila pancasila harus menjadi sistem etika
dalam pengembangan IPTEK.
4.2 Rekomendasi
15
DAFTAR PUSTAKA
16