Anda di halaman 1dari 18

Makalah

DUYUNG (DUGONG DUGON)

Dosen Pengampun : Samsuar S Pd,M Pd

Disusun Oleh :
Elpija (21117002 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR,
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas yang
berjudul DUGONGDUGON
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu mata
kuliah, bapak samsuar. M. Pd, yang telah membantu penulisan dan memberikan
masukan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dalam segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karna
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritil dari bapak dan
teman" agar saya dapat pemperbaikinya Terima kasih.

Aceh Besar, Desember 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB l PENDAHULUAN........................................................................................1
1. 1 Latar Belakang..............................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1. 3 Tujuan............................................................................................................3
1. 4 Manfaat.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Ciri - Ciri Dugong Dugon.............................................................................4
2 2 Habitat dan Sebaran dugong..........................................................................8
2.3 klasifikasi.....................................................................................................10
2.4 potensi dugong dugon..................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB l
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Populasi Dugong dugon tersebar di wilayah perairan Indonesia yang
memiliki keterkaitan dengan ekosistem lamun sebagai habitat pakannya. Mamalia
laut D. dugon diketahui memiliki pola makan sebagai herbivora dan
menghabiskan waktu untuk aktivitas makan di padang lamun. Salah satu wilayah
yang memiliki banyak lokasi padang lamun yang masih sehat adalah Indonesia
bagian timur. Indonesia timur menjadi salah satu jalur migrasi mamalia laut
seperti paus, lumba-lumba dan habitat mamalia laut seperti D.dugon. Survei udara
di Kepulauan Lease pernah mencatat pada Desember 1990 dijumpai 17 ekor D.
dugon dengan seekor anakan dan pada Agustus 1992 dijumpai 10 ekor tanpa
anakan. Anakan D. dugon biasanya mudah dikenali karena selalu didampingi dan
dikawal ketat induknya sampai menjelang dewasa. Berdasarkan survei tersebut
diperkirakan populasi D. dugon di perairan Kepulauan Lease berkisar 22-37 ekor.
Keberadaan populasi D. dugon tidak lepas dari adanya peluang kejadian D. dugon
terdampar termasuk di wilayah perairan Maluku.
Berdasarkan data dari Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
Sorong, sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 tercatat ada 41 kejadian
mamalia laut terdampar (Ordo Cetacea dan Ordo Sirenia) yang tersebar di wilayah
Indonesia Timur yaitu 1 kejadian di Provinsi Papua, 14 kejadian di Provinsi Papua
Barat, 12 kejadian di Provinsi Maluku dan 14 kejadian di Provinsi Maluku
Utara.Dari 41 kejadian tersebut, 20 kejadian adalah kejadian D. dugon terdampar
dan 6 diantaranya terjadi di Provinsi Maluku. Semakin seringnya mamalia laut
terdampar terlebih dalam kondisi mati akan berdampak pada penurunan
populasinya. Gangguan lingkungan juga akan terjadi seperti bau busuk dan
ancaman penyebaran penyakit.
Pada Rencana Aksi Nasional Konservasi Dugong dan Habitatnya (Lamun)
di Indonesia Periode I 2017-2021, dinyatakan bahwa salah satu isu dan
permasalahan penting terkait dengan upaya pencapaian tujuan konservasi Dugong

1
dan habitatnya baik langsung maupun tidak langsung adalah kurangnya
kegiatanpenelitian tentang Dugong di Indonesia. Kejadian D. dugon terdampar
tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan terjadi. Beberapa faktor yang
diindikasikan sebagai ancaman keberadaan D. dugon adalah penangkapan yang
sengaja dilakukan untuk dikonsumsi dagingnya, taring dan air mata karena
memiliki nilai ekonomi, tangkapan tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan,
kerusakan/hilangnya habitat dan faktor.
Lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN) memiliki kategori status keterancaman
beberapa jenis mamalia laut secara global artinya status keterancaman tersebut
tidak menggambarkan keadaan di wilayah Indonesia saja namun dunia termasuk
D. dugon dalam status rentan (vulnerable) karena populasinya yang mendekati
kepunahan. Konvensi perdagangan internasional spesies terancam punah
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora/CITES) yang bertujuan melindungi tumbuhan dan satwa liar terhadap
perdagangan internasional spesimen tumbuhan dan satwa liar juga menetapkan
perlindungan terhadap D. dugon. Adanya proteksi tersebut karena perdagangan D.
dugon dinilai dapat mengakibatkan kelestarian D. dugon terancam. Pemerintah
Indonesia meratifikasi CITES dengan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978.
Pada konvensi tersebut, Ordo Sirenia dimasukkan pada lampiran 1 atau biasa
disebut sebagai Appendix 1. Appendix 1 berarti bahwa spesies tersebut dilarang
diperdagangkan secara internasional dan pemanfaatannya tidak diperbolehkan
dalam bentuk apapun. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam juga menegaskan adanya sanksi pidana dan denda bagi setiap
orang yang sengaja melakukan pemanfaatan pada satwa yang dilindungi.
Pemerintah Kementerian Kelautan dan Perikanan telah membentuk jejaring
penanganan mamalia laut terdampar dan mengadakan sosialisasi teknis
penanganan mamalia laut terdampar namun itu tidaklah cukup. Pada semua
kegiatan yang ditujukan sebagai upaya konservasi mamalia laut diperlukan suatu
perencanaan yang tepat untuk mengantisipasi dan menanggulangi kejadian
terdamparnya D. dugon. Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu

2
strategi bagaimana mengelola suatu wilayah yang berpotensi mengalami kejadian
D. dugon terdampar di Provinsi Maluku.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka makalah ini didusun untuk
mengetahui tentang duyung (dugong dugon), di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Apa saja ciri ciri dari duyung (dugong dugon)?
b) Dimana saja habitat dari Duyung (dugong dugon)?
c) Bagaimana klasifikasi dari Duyung (dugong dugon)?
d) Apa saja potensi yang ada pada duyung (dugong dugon)?

1. 3 Tujuan
a) Untuk mengetahui ciri ciri duyung (dugong dugon)
b) Untuk mengetahui habitat duyung (dugong dugon)
c) Untuk mengetahui klasifikasi duyung (dugong dugon)
d) Untuk mengetahui potensi duyung (dugong dugon)

1. 4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam
penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.Semoga penelitian ini akan
menambah wawasan peneliti.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ciri - Ciri Dugong Dugon


Dugong (dugong dugon) mempunyai ciri khusus moncong yang
menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang tumbuh di dasar
perairan. Ikan dugong mempunyai tubuh yang besar. Panjang dugong dewasa
sekitar 2,5-3 meter dengan berat 225-450 kg. Kulit dugong (dugong dugon) tebal,
keras dan licin dengan warna abu abu agak kebiruan. Dugong memiliki kepala
yang bulat dengan mata kecil dan lubang hidung di bagian atas moncong.
Memiliki bulu yang terletak di bibir atas yang berguna untuk membantu
menemukan makanan. Penglihatan dugong terbatas tapi memiliki pendengaran
yang tajam.

Gambar 1. Bentuk dugong

4
Gambar 2. Detail mata dugong yang kecil. Sebelah kiri atas adalah lubang telinga.

Gambar 3. Lubang hidung dugong yang mempunyai katup yang dapat

5
Gambar 4. Kiri: Moncong dugong dengan bibir atas yang tebal dipenuhi bulu
sikat (bristles) yang sensitif. Kanan: Detail bulu sikat pada moncong dugong.

Gambar 5. Perbedaan dugong betina dan jantan dilihat dari pososi relatif antara
umbilicus, celah genital (celah vagina atau celah penis) dan dubur (anus).

6
Gambar 6. Puting susu pada ketiak sirip dugong betina

 Makanan Dugong
Duyung atau yang juga biasa disebut dugong merupakan satu-satunya
mamalia laut yang bersifat herbovira atau pemakan tanaman. Secara lebih
spesifik, duyung mempunyai sifat maun yaitu pemakan daun-daun. Tanaman yang
biasa dikonsumsi duyung antara lain akar-akar tanaman laut, tumbuhan padang
lamun, dan juga rumput laut.
Makanan tersebut menjadikan habitat hidup duyung berada di perairan
dangkal yang terdapat padang lamun atau hutan bakau. Bentuk moncong duyung
yang mengarah ke bawah merupakan bentuk adaptasi dengan lingkungan untuk
memudahkan memakan rumput laut yang tumbuh di dasar perairan dangkal.
 Cara dugong berkembang biak
Cara dugong berkembang biak adalah dengan cara vivipar atau melahirkan.
Dugong akan siap berkembang biak setelah mencapai usia 10 tahun. Lama
kehamilan dugong adalah 12 sampai 14 bulan. Setelah melahirkan, bayi dugong
akan menyusu selama 1 sampai 2 tahun.

7
Gambar 7. Proses perkawinan dugong

2 2 Habitat dan Sebaran dugong


Habitat hidup dugong adalah kawasan pesisir pantai pada perairan
dangkal hingga kedalaman sedang sekitar 20 meter dibawah permukaan laut.
Satwa ini menyukai perairan yang agak hangat, yaitu pada suhu antara 15 hingga
17 derajat Celcius. Selain itu dugong juga membutuhkan lingkungan yang
mendukung perilaku hidupnya dengan baik.
Hal tersebut dikarenakan binatang ini kerap melakukan migrasi saat terjadi
perubahan curah hujan. Adapun kondisi ekosistem yang paling cocok untuk
duyung yaitu ekosistem padang lamun yang berada pada lingkungan beriklim
tropis dan sub-tropis. Itulah mengapa spesies ini banyak ditemukan di sepanjang
garis pantai Asia hingga Australia.
Selain kawasan perairan Asia dan Australia, duyung juga hidup di
wilayah laut Afrika Timur sampai ke Pasifik Barat. Ada lima negara yang menjadi
tempat hidup duyung paling banyak, yaitu Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar,
Papua Nugini, dan Australia. Sayangnya populasi mamalia laut ini terus
mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya.
Negara lain yang juga menjadi habitat dugong, yaitu Yaman, Saudi
Arabia, Komoro, Djibouti, Mesir, Sudan, Somalia, Jordania, Vanuatu, Mayotte,
Tanzania, Mozambiq, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon, Madagaskar, India,

8
China, Jepang, Kamboja, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Vietnam, Indonesia, dan Timor Leste.
1. Ancaman Terhadap Duyung
Status duyung sebagai binatang yang rentan terhadap kepunahan
disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari faktor lingkungan hidup dan juga faktor
yang berkaitan dengan struktur anatomi tubuh mamalia ini.
Secara umum ancaman tersebut dapat dibagi menjadi ancaman eksternal
dan ancaman internal, antara lain:
 Ancaman Eksternal
Ada banyak sekali ancaman eksternal yang mengakibatkan menurunnya
populasi duyung di lautan. Faktor utama yang menyebabkan ancaman tersebut
terjadi adalah aktivitas manusia.
Berikut ini adalah beberapa ancaman eksternal yang berpengaruh besar
terhadap kehidupan mamalia yang berkerabat dengan gajah ini, yaitu:
 Hilangnya habitat hidup duyung. Seperti diketahui bahwa dugong hidup di
pesisir pantai pada perairan dangkal padang lamun dan hutan bakau.
Sayangnya, saat ini manusia mulai memanfaatkan wilayah tersebut untuk
sektor perikanan, pelayaran, dan sebagai lokasi untuk mendirikan rumah.
 Maraknya kegiatan menggunakan perahu atau pemogokan perahu
sehingga menimbulkan polusi akuatik yang merusak kondisi air. Padahal
duyung sangat memerlukan air yang berkualitas baik untuk dapat bertahan
hidup.
 Terjadi kerusakan pada ekosistem padang lamun dan hutan bakau. Padang
lamun tidak hanya menjadi tempat tinggal duyung, tetapi juga sumber
memperoleh makanan. Namun yang terjadi saat ini padang lamun
mengalami kerusakan akibat pembuangan limbah, reklamasi pesisir pantai,
dan polusi pertanian.
 Adanya polusi kimia. Aktivitas transportasi laut juga dapat berimbas buruk
pada kelangsungan hidup duyung jika selama proses tersebut ada minyak
dan logam berat yang tumpah ke wilayah perairan.

9
 Perubahan iklim secara drastis. Ancaman ini tidak sepenuhnya diakibatkan
oleh ulah manusia. Terjadinya bencana alam seperti perubahan cuaca yang
sangat ekstrem merupakan salah satu pemicu penurunan populasi duyung.
 Ancaman Internal
Ancaman internal terhadap populasi duyung dipengaruhi oleh kondisi tubuh
binatang ini. Selain itu, juga disebabkan oleh sifat serakah manusia.
 Berikut ini adalah beberapa ancaman yang datang dari sisi internal, yaitu:
 Rendahnya tingkat kelahiran. Interval kehamilan pada duyung berlangsung
dalam waktu yang sangat lama dan jumlah anaknya pun hanya satu. Hal
itu menyebabkan peluang untuk meningkatkan populasi binatang ini
sangat kecil.
 Minyak ikan yang dihasilkan dari kulit duyung serta air mata yang
sebenarnya cairan pelembab merupakan dua hal yang paling diburu oleh
masyarakat. Oleh sebab itu meski telah berstatus sebagai hewan
dilindungi, pada kenyataannya dugong masih banyak diburu oleh pemburu
liar.

2.3 klasifikasi
Dugong merupakan salah satu jenis binatang mirip ikan. Istilah yang
digunakan untuk menyebut satwa ini pun berbeda-beda di setiap negara. Dalam
Bahasa Inggris, duyung dikenal dengan sebutan sea cow atau dugong.

10
Gambar 8. Dugong
Berikut ini adalah taksonomi dan sistem klasifikasi dari dugong, yaitu:
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Kelas Mammalia
Ordo Sirenia
Famili Dugongiadae
Genus Dugong
Spesies Dugong dugon

2.4 potensi dugong dugon


a) Pemakan Tumbuhan
Dugong adalah mamalia herbivora berupa rumput laut sebagai makanan
utamanya. Dugong mencabut rumput laut dari dasar laut menggunakan
moncongnya kemudian menggoyangkan kepalanya untuk menyingkirkan
pasir.pasir

11
Meskipun biasanya memakan rumput laut pada kedalaman 1 – 5 meter,
dugong juga dikenal mampu menyelam untuk mencari makan hingga kedalaman
lebih dari 20 meter. Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput laut
setiap harinya.
b) Air mata Dugong
Manfaat air mata dugong yang di percaya masyarakat adalah sebagai
berikut:
 pengasih (pemelet).Air mata duyung ini dapat dicampur dengan parfum
dan bila digunakan disertai jampi-jampi tertentu, sehingga dapat
membuat lawan jenis jatuh hati.
 “Untuk meminta air mata duyung. Ada kepercayaan air mata duyung ini
untuk pengasih. Bisa buat pelaris dagangan atau buat cari cewek,”
Dugong memang hewan primadona, karena selain diambil taring dan
dagingnya, masih kuatnya kepercayaan masyarakat tentang khasiat air mata
dugong menjadi sumber bencana sendiri bagi spesies ini.
Padahal fakta ilmiahnya, air mata dugong tersebut adalah proses biologis.
Lendir yang keluar dari matanya adalah untuk menjaga kelembaban mata ketika
dugong muncul ke permukaan air.
“Cairan tersebut hanya lendir pelembab mata dugong dan keluar dari
kelenjar air mata ketika dugong sedang tidak berada di dalam air,” Dugong keluar
air mata bukan sedih, tetapi nangis karena dehidrasi.
c) Umur Panjang

12
Dugong tergolong hewan dengan angka harapan hidup yang tinggi. Umur
seekor dugong bisa mencapai 70 tahun. Kamu bisa memperkirakan usia dugong
dari berapa banyak cincin yang mereka miliki di gadingnya, layaknya pohon jati.
d) . Hamil 12-14 Bulan
Dugong akan siap bereproduksi ketika mencapai usia 9 atau 10 tahun. Usia
kehamilan dugong biasanya 12 hingga 14 bulan. Bayi dugong akan hidup bersama
induknya hingga berusia 1,5 tahun.
Tidak seperti banyak spesies laut lainnya, perkawinan dugong tidak
bersifat musiman dan terjadi sepanjang tahun. Dugong jantan akan mengikuti satu
betina dan mencoba kawin dengannya. Perilaku ini dikenal sebagai following
phase yang diikuti oleh fighting phase.
e) Bisa Tahan Napas Lama
Dugong menghirup oksigen dari atas permukaan air melalui lubang
hidungnya, dugong dapat menahan nafas hingga 11 menit dan menyelam hingga
33 meter untuk mencari makan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dugong merupak an Salah satu spesi es dari Famili Dugong
idae.Spesies ini hidup di daerah perairan pantai tropis, tepatnya dipadang
lamun.Hal tersebut dikarenakan makanan dari dugongadalah lebih dari 90%
lamun.
Dugong mempunyai kebiasaan makan yang rakus, menggali pada usia
dewasadapat menghabiskan 25-30 kg lamun basah setiap harinya. Bagianmulut
menunjukka n bahwa dugong ad alah pemaka n dasar.Kepaladugong bulat dan
besar, sehingga dapat disesuaikan dengankebutuhan menjadi pemakan tumbuhan
dasar perairan. Duyungbernafas dengan menggunakan paru-paru sehingga
Dugong harusbergerak kepermukaan untuk mengambil oksigen.

3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah dengan adanya makalah
inidiharapkan lebih banyak informasi yang diperoleh akan kondisi Spesies laut
yang rentan akan kepunahan salah satunya adalah Dugong. Dan semoga kita juga
dapat mengetahui tentang ciri ciri, habitat, klasifikasi dan potensi Dugong
sehingga kita dapat melindungi dan memelihara agar keberadaanya dapat terjaga
melalui upaya pengetahuan ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,P.K.danR.M.R.Barclay.1995.Akustiksinyaldaritersendiridugong:
karakteristik fisik dan korelasi perilaku. Jurnaldari Mammalogy.

Azkab, MH 1998.Duyung Sebagai Pemakan Lamun. Bogor: IPB.Diana, S.2007.

Model Konservasi Dugong. Karya Tulis Ilmiah. FakultasPerikanan dan Ilmu


Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Grzimek, B. 1972. Ensiklopedia Kehidupan Hewan Grzimek. Van Nostrand


Perusahaan Reinhold. New York.

Khalifah, Muta Ali. 2011.Tingkah Laku dan Karakteristik Suara Dugongdugon di


Sea World Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol , Jakarta.

Marsh, H. 1997.Pergi, Pergi, Dugong.Alam Australia Musim


Dingin.http://www.wwf.or.id/berita_fakta/blog/?uNewsID=25301

15

Anda mungkin juga menyukai