Anda di halaman 1dari 12

JPKN

Volume …, Nomor …, Bulan Tahun Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI MEMBANGUN NASIONALISME


GENERASI MUDA INDONESIA

Taun Taun1, Puput Agustine Nabila2, Ghina Putri Nabila3


1
Teknik Kimia, Teknik, UNSIKA, Karawang
2
Teknik Kimia, Teknik, UNSIKA, Karawang
3
Teknik Kimia, Teknik, UNSIKA, Karawang
1
taun@fh.unsika.ac.id
+62 857-2146-6092

Abstrak
Sebagai sebuah negara, Indonesia tidak dapat menghindari tantangan globalisasi. namun dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman Negara Indonesia akan mampu bertahan
menghadapi perkembangan zaman, karena semuanya sudah diatur dalam filosofi pancasila. Artikel ini
berpendapat bahwa dengan tetap menjaga semangat nasionalisme, pada pola pikir generasi muda
melalui melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) akan membuat mereka bertahan
dari pengaruh negatif dan kerusakan moral di era globalisasi yang tidak terkendali, pengaruh budaya
asing yang dapat membuat generasi muda mudah meninggalkan budaya sendiri karena menganggap
budaya asing lebih modern daripada Budaya Indonesia. Dengan demikian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sangat penting untuk memperkuat moral dan etika generasi hari ini. selain itu
pendekatan persuasif dan berdialog kepada masyarakat tentang pentingnya Pancasila sebagai ideologi
negara menjadikan mereka lebih baik dalam menghadapi globalisasi dan mempertahankan jati diri
Indonesia.
Kata Kunci: Pancasila, ideologi, nasionalisme, generasi muda.

Abstract
Indonesian as a nation cannot escape the challenges of globalization in all areas of public life, but by
following to the values of the Pancasila as the guiding principles of the Indonesia Country will be
able to stand facing the times, because everything is already in the Pancasila’s philosophy. This
paper argues that while the spirit of nationalism is maintained in the mentality of the younger
generation mindset through the Pancasila and Citizenship Education (PPKn), it will be protected
them from negative influences and moral impairment in an era where globalization is uncontrollable,
the influence of foreign cultures that able to make young people easily leaving their own culture
because they consider foreign cultures more modern than Indonesian Cultures. Therefore, Pancasila
and Citizenship Education is very important to strengthen the morality and ethics of the younger
generation, besides that a persuasive approach and dialogue to the public about the importance of
Pancasila as the state ideology will make them better to face globalization and defend Indonesia's
identity.
Keywords: Pancasila, ideology, nationalism, young generation.

1. PENDAHULUAN
Ideologi merupakan hal yang paling mendasar yang akan menentukan arah dan
tujuan suatu negara, Dalam konteks kelompok atau masyarakat, ideologi sering digunakan
sebagai dasar bagi usaha pembebasan pikiran manusia, menurut Setyowati (2016) ideologi
adalah sekumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi sekelompok manusia dalam
mencapai tujuan tertentu, secara umum, Ideologi adalah teori-teori yang tidak berorientasi
pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya. Ideologi
terbagi menjadi dua kategori yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup. ideologi terbuka
mengandung orientasi dasar sedangkan interpretasinya tergantung prinsip-prinsip moral

1
2

yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan Ideologi tertutup tidak hanya menentukan
nilai dan prinsip dasar, tetapi sampai pada sesuatu konkrit dan operasional. contoh ideologi
tertutup adalah ideologi komunis, Ideologi ini merupakan hasil pemikiran dari Karl Marx
seperti dalam Uni Soviet, sedangkan contoh ideologi terbuka adalah ideologi pancasila
yang dianut oleh negara indonesia.
Sebagai ideologi terbuka Pancasila bersifat fleksible, yang berarti bahwa pancasila
adalah ideologi yang dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada tanpa mengubah nilai-
nilai standar yang terkandung dalamnya. Pancasila adalah suatu gagasan atau teori yang
diyakini kebenarannya sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia yang digunakan untuk
memecahkan setiap persoalan yang ada, Pancasila juga selalu memberikan solusi untuk
setiap permasalahan yang ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi kesepakatan
pencetusnya Indonesia sejak 18 Agustus 1945, yang berbunyi: 1) Ketuhanan Yang Maha
Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai salah satu solusi bagi warga negara indonesia,
pancasila harus ditanamkan pada setiap warga negara, mengamalkan nilai nilai yang
terkandung di dalamnya sehingga tidak akan ada masalah yang tidak dapat diselesaikan,
hal ini juga berlaku bagi pemegang kekuasaan dan kebijakan yang diposisikan sebagai
panutan, baik tua maupun muda.
Menurut Undang-undang (UU) No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pemuda
adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun yang ditandai
dengan antusiasme, sifat kritis, idealisme, inovatif, progresif, dinamis dan reformis.
Namun, melihat kondisi pemuda saat ini, sudah sepatutnya kita Kembali pada lembaran
sejarah, bagaimana pemuda bangsa ini membangun nasionalisme sehingga mampu lepas
dari penjajahan bangsa asing, Namun, kita juga harus melihat bahwa kesalahan masa lalu
juga menunjukkan bahwa Pancasila adalah komoditas politik, sehingga membuat sebagian
masyarakat Indonesia menjadi antipati terhadap Pancasila. Menurut Tribun News
Jogyakarta (2017), sebanyak 20 persen generasi muda Indonesia tidak hafal Pancasila
sebagai dasar negara yang sangat sederhana namun sarat makna.
Dan sebagian besar warga negara indonesia yang tidak hafal pancasila berada di
provinsi bangka Belitung. Di sisi lain, survei Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
menyebutkan 50 persen masyarakat Indonesia tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
3

sedangkan untuk generasi muda berdasarkan survei 80 persen anak sekolah juga tidak hafal
lagu 'Indonesia Raya'. Lowethal (1994) menjelaskan bahwa sesuatu yang menjadikan
simbol identitas atau ikon suatu negara, salah satunya adalah lagu kebangsaan, dapat
dikatakan jika kita tidak mengingat secara detail lambang negara kita (Indonesia Raya &
Pancasila) maka kita termasuk dalam kategori orang yang tidak memiliki nasionalisme.
Menurunnya nasionalisme juga disebabkan oleh globalisasi yang tidak terkendali yang
masuk ke Indonesia. Sundawa (2017) berpendapat bahwa arus globalisasi yang berdampak
negatif dan menjadi ancaman dapat berupa penyebaran ide-ide baru terutama dari Barat
(westernisasi), degradasi moral, perubahan pola pikir ke materialisme, dan kebebasan tidak
terbatas (liberalisme). Globalisasi menyebabkan benturan antara budaya lokal dengan
budaya asing. Selain itu, generasi muda terlihat banyak yang sudah berorientasi pada
budaya asing yang menimbulkan pandangan bahwa budaya asing lebih modern
dibandingkan dengan budaya lokalnya, Hal ini terlihat dari semangat mereka untuk
mengubah sikap, cara berbicara, penampilan (fashion) bahkan pola hidup. Padahal pemuda
memiliki peran sebagai kontrol sosial yang harus memiliki nasionalisme yang kuat dan
pemahaman Pancasila sebagai landasan yang membentuk nasionalisme.
Selain itu, menurut Azra, Pancasila terpinggirkan dan sulit berkembang saat ini
karena tiga faktor, Pertama, Pancasila telah tercemar akibat kebijakan rezim orde baru
yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo
kekuasaannya; Kedua, liberalisasi politik dengan dihapuskannya ketentuan bahwa
Pancasila adalah satusatunya dasar untuk berorganisasi, pemberlakuan ketentuan ini secara
otomatis membuka peluang bagi landasan-landasan dasar lain untuk menjadi asas
organisasi, seperti agama, dsb., Hal ini menyebabkan Pancasila tidak lagi menjadi satu-
satunya dasar dalam kehidupan berbangsa dan berpolitik; Ketiga, dikeluarkannya
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan ini sedikit banyak berdampak pada
menguatnya sentimen kedaerahan yang secara otomatis meningkatkan chauvinism (paham
yang mengagung agungkan bangsa/negara sendiri dan memandang rendah bangsa lain) di
daerah dan menghilangkan rasa nasionalisme terhadap Indonesia. Tujuan artikel ini adalah
untuk menawarkan sejumlah terapi kecil ke negara kita yang sakit, dengan bagaimana
generasi muda dapat menyerap kembali Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
dalam upaya mengembalikan nasionalisme bangsa, seperti pada peristiwa Rengasdengklok,
atau pada saat sumpah pemuda tahun 1928.

METODE

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
4

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.


sebagaimana dikemukakan Creswel penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian
dengan menggali masalah dan mengembangkan pemahaman yang mendetail tentang
fenomena sentral. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek pengukuran
kualitas, nilai atau makna yang terkandung dalam suatu fakta atau fenomena. Kualitas,
nilai, atau makna ini hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui kata-kata. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dilakukan
dengan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan objek penelitian dengan
menyajikan data yang lebih mendalam mengenai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan
dengan mencari data yang relevan dengan pembahasan Pancasila sebagai ideologi
pembentuk nasionalisme generasi muda Indonesia. Setelah data diperoleh, peneliti
menginterpretasikan dan menganalisis data tersebut untuk menghasilkan gagasan yang
mendalam tentang objek penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan konsensus politik yang
dibuat oleh Bapak bangsa Indonesia. Pancasila menjanjikan komitmen untuk bersatu dalam
sikap dan pandangan, membangun negara tanpa mempersoalkan perbedaan latar belakang,
budaya, agama, ras, suku, dan Bahasa sehingga tujuan nasional dapat terwujud.
Pancasila memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme liberal dan sosialisme-
komunis. Perbedaan tersebut menjadikan Pancasila lebih unggul dari sistem lainnya karena
Pancasila mengakui dan melindungi hak individu dan hak masyarakat baik dalam bidang
ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi Pancasila secara harmonis mengakui
baik kolektivisme yang ada dalam sistem komunis maupun individualisme yang ada dalam
sistem kapitalis liberal. Dalam rumusan definitif Pancasila disusun secara hierarkis dan
sinergis sesuai dengan posisinya sebagai falsafah negara dan dasar negara yang menganut
kedaulatan rakyat, populisme sebagai konsekuensi dari pluralistik bangsa Indonesia.
Secara historis dalam pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, secara tidak
langsung memunculkan Pancasila sebagai Filsafat Grondslag, ketika Pancasila memiliki
redaktur yang berbeda yaitu dasar kebangsaan, dasar internasionalisme, dasar musyawarah
dan mufakat perwakilan, dan dasar kesejahteraan dan dasar ketuhanan. Sedangkan menurut
Sundawa (2016) Pancasila kaya akan nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang berbalut
demokrasi. Di era revolusi industri 4.0 sangat penting untuk menjaga eksistensi
kepribadian bangsa Indonesia, hal ini dikarenakan arus informasi yang sangat cepat yang

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
5

juga dibarengi dengan masuknya budaya asing yang sangat cepat juga. Memang
perkembangan teknologi informasi juga memberikan dampak positif, antara lain
mempermudah generasi muda untuk mendapatkan data dan informasi serta mempermudah
hubungan jarak jauh, sehingga antar negara tidak ada sekatsekat, namun juga globalisasi
mampu mengalihkan nilai-nilai Pancasila yang dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa
dan tentunya akan memicu konflik di masyarakat terutama pada generasi muda, menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 sebagai manusia yang labil dan bersemangat.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia sekaligus sebagai ideologi yang penuh
toleransi dan pluralisme. Hal ini karena Indonesia adalah negara multikultural dan
pluralistik yang dibangun di atas perbedaan latar belakang suku, budaya, agama dan etnis.
Persatuan ini tidak akan terwujud jika tidak dibarengi dengan rasa nasionalisme dari setiap
warga negara. Jika kita telaah Pancasila memang sesuai dengan kondisi negara ini menurut
zamannya, seperti pada sila pertama Pancasila 'Ketuhanan Yang Maha Esa' mengandung
kesadaran akan ketuhanan, hal ini karena Indonesia sebagai negara yang memegang teguh
prinsip ketuhanan. erat dengan agama sebagai identitas Indonesia. Butir pertama dalam
Pancasila adalah representasi dari keragaman keyakinan yang tidak terbatas di Indonesia,
mulai dari zaman prasejarah, nenek moyang kita sudah menganut animisme dan
dinamisme, secara tidak langsung mengakui bahwa mereka lemah dan mengagungkan
sesuatu yang diatasnya, yang meliputi kepercayaan terhadap berbagai pohon, kepercayaan
pada binatang buas dan roh leluhur. Hal ini berlanjut pada kepercayaan Hindu-Buddha di
Indonesia yang menjadi sangat besar pada masa kerajaan Sriwijaya Majapahit, serta
kepercayaan Kristen yang berkembang di daerah Tapanuli dan sebagian wilayah timur
Indonesia pada abad 16 ke atas dan disertai dengan Masuk dan menyebarnya Islam, dari
pluralisme inilah Pancasila mampu melindunginya, Indonesia condong ke salah satu agama
sebagai pengakuan atas pluralisme Indonesia, menurut Meinarno (2016) bahwa ada
hubungan antara karakter transenden dengan sila pertama Pancasila, Nilai ketuhanan ini
didasarkan pada toleransi antar umat beragama, jika nilai-nilai sila ini dilaksanakan dengan
baik, nasionalisme Indonesia akan terbentuk dengan sendirinya.
Selanjutnya sila kedua adalah 'Kemanusiaan yang adil dan beradab', yang berarti
bahwa kemanusiaan menjadi poin utama dalam sila ini, sila kedua lebih menitikberatkan
pada karakter warga negara Indonesia yang menekankan pada akhlak atau perilaku yang
luhur dan memiliki sikap yang luhur di antara warga negara. Hal ini menjelaskan bahwa
bangsa Indonesia sebagai manusia yang beradab menjunjung tinggi keadilan, tidak hanya

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
6

mementingkan diri sendiri, menghormati dan menghargai sesama manusia. Nilai


kemanusiaan dalam sila kedua juga memiliki keterkaitan dengan ketuhanan dan agama
yang berkembang di Indonesia. Secara tidak langsung bapak bangsa Indonesia berpikir
secara mendalam dan telah menganggap bahwa kepentingan bersama, kemanusiaan dan
keadilan adalah ciri khas bangsa Indonesia, sehingga jika sila kedua ini benar-benar dijiwai
oleh generasi muda maka dengan sendirinya akan terbentuk nasionalisme yang kuat.
Sedangkan pada sila ketiga, 'Persatuan Indonesia', kalimat yang redakturnya pendek,
mengandung banyak makna. Konsep persatuan terbentuk dari semangat kemanusiaan yang
menuntut kebersamaan antar masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia. Jelas para
pendiri bangsa ini ingin menunjukkan bahwa tanpa persatuan tidak akan ada Indonesia.
Karena pada saat itu persatuanlah yang menjadi alat untuk melepaskan diri dari penjajahan
dan penindasan. Sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia wajib bagi Indonesia untuk
mempertahankan eksistensinya sebagai negara dan sebagai negara yang memiliki
masyarakat majemuk dan multikultural, dengan latar belakang suku, bahasa, budaya, dan
agama yang berbeda. Salah satu upayanya adalah dengan menciptakan satu bahasa yaitu
bahasa Indonesia. Butir ketiga ini secara langsung menjelaskan bahwa generasi muda harus
bersatu dalam semangat kebangsaan yang sama dengan semangat sumpah pemuda 28
Oktober 1928.
Kemudian, dalam sila keempat, yaitu ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan’, kalimat ini menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia harus memiliki rasa tanggung jawab dan kerukunan dalam setiap
keputusan yang diambil oleh para wakil rakyat yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) melalui musyawarah untuk kepentingan semua. Menurut Morfit (1981)
'musyawarah' berarti “yang berarti musyawarah dan diskusi di antara masyarakat,… dan
menyiratkan kehendak dominasi mayoritas atau tirani minoritas”. Artinya kunci
musyawarah adalah mempertimbangkan semua lapisan masyarakat agar tidak ada dominasi
antara golongan mayoritas dan minoritas, musyawarah inilah yang membedakan demokrasi
pancasila dengan demokrasi barat. Menurut Sitorus (2016) Kerakyatan dalam naungan
demokrasi memperkuat semua elemen yang menjadikan manusia lebih humanis, seperti
ciri khas bangsa Indonesia. Sehingga jika generasi muda menginternalisasi poin keempat
ini akan meningkatkan rasa nasionalisme mereka, karena setiap keputusan diambil
berdasarkan kesepakatan dan keuntungan bersama.

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
7

Terakhir, sila kelima yang berbunyi 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia'
mengandung makna bahwa sebagai warga negara kita memiliki hak dan kewajiban, konsep
keadilan sosial dimana setiap warga negara mendapat bagian yang sama dalam kekayaan
intelektual, spiritual, dan kekayaan negara. yang dikelola oleh para wakil negara dalam
pemerintahan, sehingga tercipta keseimbangan yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan
situasi. Jika hal ini diserap dengan baik oleh generasi muda maka rasa nasionalisme akan
tumbuh dengan sendirinya, karena kepentingan bersama dan kebanggaan bersama adalah
kunci nasionalisme.
Benedict Anderson menyatakan bahwa nasionalisme adalah gagasan dari masyarakat
atau komunitas. Nasionalisme dapat diartikan sebagai 'Masyarakat Terbayang' yang berarti
suatu pemikiran yang dibayangkan oleh setiap manusia dalam suatu bangsa sebagai
identitas sosial, gambaran ini didasarkan pada konsep seperti etnonasionalisme atau
nasionalisme budaya yang memandang manusia secara inheren terorganisasi ke dalam
komunitas sejarah sebagai memiliki kekuatan dan keunikan serta kekhasan budaya
berdasarkan nilai-nilai lokal. Dalam arti sempit, nasionalisme adalah sikap yang
menjunjung tinggi bangsa dan negara itu sendiri, dalam konteks Indonesia yang
berideologi pancasila, nasionalisme diartikan sebagai suatu pandangan yang menunjukkan
kecintaan setiap warga negara terhadap bangsa dan tanah airnya yang dilandasi tentang
nilai-nilai luhur Pancasila.
Nasionalisme tumbuh bersama dari rasa persamaan dan kebersamaan bangsa
Indonesia pada masa penjajahan untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Mengenai nasionalisme sebenarnya bukanlah fenomena baru, karena jika kita
melihat sejarah, konsep nasionalisme berasal dari konsep berbangsa dan bernegara, di
Eropa baru muncul pada abad ke-18. Nasionalisme adalah pemikiran yang terbentuk dari
gelombang revolusi kerakyatan yang membawa semangat egalitarianisme untuk
menumbangkan hegemoni kelas aristokrat. Nasionalisme di Indonesia tidak bisa disamakan
dengan nasionalisme di negara barat, hal ini dikarenakan nasionalisme Indonesia memiliki
kehidupan yang berkeadilan dan antikolonialisme. Dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan nasionalisme di Indonesia, Latief (2015) membaginya menjadi dua, yang
pertama adalah nasionalisme purba (Archaic Nationalism) dan nasionalisme tua (Proto
Nationalism). Nasionalisme purba (Archaic Nationalism) muncul secara sederhana dan
mengikuti struktur peluang politik yang dimungkinkan oleh rezim kolonialisme,
nasionalisme ini bersifat lokalitas meskipun pada tingkat tertentu dapat saling

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
8

mempengaruhi dengan ideologi yang terbentuk di wilayah Indonesia lainnya. Sedangkan


nasionalisme tua (Proto Nationalism) adalah nasionalisme yang lebih tertata karena
munculnya gerakan-gerakan sosial nasional. Dari kedua jenis nasionalisme Indonesia
tersebut, terkait partisipasi pemuda pada zamannya, dimana pada nasionalisme kuno
pemuda ikut berjuang mengusir Portugis di Ternate di bawah Komando Sultan Babullah,
begitu pula pada zaman nasionalisme lama, bagaimana generasi muda di STOVIA
mempunyai ide untuk mendirikan organisasi Budi Utomo, atau bagaimana para pemuda
mengasingkan Soekarno ke Rengasdengklok untuk meminta dipercepat proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Namun nasionalisme ini tidak dapat tumbuh dengan sempurna di era saat ini dimana
tidak ada lagi ancaman penjajahan fisik, sehingga membutuhkan alternatif baru, terutama
di era modern ini. Mahpudz berpandangan bahwa membangun nasionalisme di tingkat
generasi muda dapat diwujudkan melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) yang dapat menciptakan rasa kebetulan yang mampu membentuk kepedulian dan
kepekaan terhadap masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk masalah-masalah
yang terkait dengan rasa solidaritas terhadap bangsa dan negara. Karena pemuda
sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional,
salah satunya seperti menjaga keutuhan NKRI, memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa, memelihara dan mengamalkan Pancasila. Seperti yang disampaikan oleh
Lemhanas, semangat nasionalisme yang harus dimiliki oleh generasi muda dalam hal ini
adalah mahasiswa yaitu semangat kebersamaan untuk membangun masa depan yang lebih
sejahtera bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, agama, ras, kulit.
warna, jenis kelamin atau kelas'.
Menurut Rajasa (2007) bahwa generasi muda dapat mengembangkan karakter
nasionalisme melalui tiga proses yaitu: Pertama, character building, artinya generasi muda
harus memiliki kemauan yang kuat untuk membangun karakter positif bangsa, menjunjung
tinggi nilai-nilai moral pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan nyata; Kedua,
character enabler, dimana generasi muda menjadi role model pembangunan karakter
bangsa yang positif dengan membangun kesadaran positif dengan kekompakan yang
tinggi, seperti menjadi penengah dalam penyelesaian konflik; dan Ketiga, character
engineer artinya generasi muda harus berperan dengan berprestasi di bidang iptek, serta
terlibat dalam proses pembelajaran dalam membangun karakter positif bangsa sesuai
perkembangan zaman.

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
9

Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa peran generasi muda sangatlah
penting, karena pemuda sebagai pilar peradaban di masa depan, nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila harus benar-benar diserap oleh pemuda dan dapat diterapkan
dalam kehidupan seharihari. Pancasila berperan sangat penting dalam menumbuhkan rasa
nasionalisme generasi muda, asalkan generasi muda mau menanamkan dan
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut, sehingga mampu menyaring derasnya arus
informasi dan budaya luar yang bertentangan. nilainilai ideologi bangsa Indonesia yaitu
pancasila. Dengan demikian, para pemuda akan mampu memilah budaya asing yang
masuk tanpa melupakan budayanya sendiri.

SIMPULAN
Pancasila merupakan salah satu ideologi terbuka di dunia yang memiliki keunggulan
dibandingkan ideologi lainnya. Hal ini dikarenakan Pancasila secara filosofis mengandung
nilai-nilai luhur dari negara Indonesia, nilai-nilai yang terbentuk melalui sejarah panjang
negara ini dalam menghadapi penjajahan dan penjajahan, sebagai ideologi terbuka
Pancasila mampu mengakomodir segala permasalahan yang ada di Indonesia, khususnya
permasalahan generasi muda. Di era revolusi industri 4.0. Setiap butir Pancasila memiliki
makna yang dalam jika benar-benar dihayati oleh generasi muda, jika kita menanamkan
ideologi Pancasila sejak dini melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi
solusi preventif terhadap pengaruh negatif dari budaya asing. Pendekatan dan diskusi
persuasif juga perlu dilakukan dengan generasi muda untuk menginternalisasikan nilai-
nilai Pancasila, agar rasa nasionalisme generasi muda tetap terjaga dari dulu hingga
sekarang dan di masa mendatang.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada pihak-pihak yang sudah
membantu dan menjadi sumber informasi selama pengerjaan artikel ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan artikel ini. Kemudian ucapan terima kasih juga diberikan kepada
teman-teman Kelompok 2, berkat semangat dan dukungan mereka, penulis dapat
menyelesaikan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset
Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
10

Fossati, D., Aspinall, E., Muhtadi, B., & Warburton, E. (2020). Ideological representation
in clientelistic democracies: The Indonesian case. Electoral Studies, 63 (July 2019),
102111. https://doi.org/10.1016/j.electstud.2019.102111
Ginting, H. (2017). Peranan Pancasila Dalam Menumbuhkan Karakter Bangsa Pada
Generasi Muda. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri
Medan, 1(1), 197–201. Retrieved from heryansyahginting@gmail.com
Gunandha, (2017). https://www.suara.com/news /2017/09/27/024408/survei-separuh-
wargaindonesia-ta k-hafal-lagu-indonesia-raya
Gunawan, (2017). https://jogja.tribunnews.com /2017/06/01/banyak-generasi-muda-tak-
hapalpancasila -lambang-garuda-juga-jarang-terlihat-terpasang.
Huda, M.C. (2018). Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara: Implemetasi
NilaiNilai Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia.
Resolusi: Jurnal Sosial Politik, 1(1), 78–99.
https://doi.org/https://doi.org/10.2489/resolusi.v1i1.160
Jimly, A. (2006). Ideologi, Pancasila, dan konstitusi. Jaringan Informasi Hukum, (1), 1–23.
Retrieved from jdih.ristekdikti.go.id/?q=system/files/perundangan/1927 202140.pdf
%0A
Juneman, Meinarno, E. A., & Rahardjo, W. (2012). Symbolic Meaning of Money, Self-
esteem, and Identification with Pancasila Values. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 65(ICIBSoS), 106–115. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.099
Kyridis, A., Mavrikou, A., Zagkos, C., Golia, P., Vamvakidou, I., & Fotopoulos, N.
(2009). Nationalism through state-constructed symbols: The case of national
anthems. International Journal of Interdisciplinary Social Sciences, 4(6), 1–13.
https://doi.org/10.18848/1 833-1882/CGP/v04i06/52940
Latief et al. (2015). Nasionalisme: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan
III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lesmana & Arandito, (2019). https://www.suara.
com/news/2019/07/16/113931/banyakwarga-indonesia -tak-hafal-pancasila-terparah-
bangka-belitung
Maulia, S. T. (2011). Pemahaman Konsep NilaiNilai Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa,
46– 55. SEMINAR NASIONAL: Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi
ISSN: 2598-6384

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
11

Meinarno, E. A., & Mashoedi, S. F. (2016). Pembuktian Kekuatan Hubungan Antara


NilaiNilai Pancasila Dengan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila
Dan Kewarganegaraan, 1(1), 12–22. https://doi.org/10.17977/um019v1i12016p012
Miftahuddin, M. (2015). Nasionalisme Indonesia: Nasionalisme Pancasila. MOZAIK:
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Humaniora, 4(1), 1–20. https://doi.org/10.
21831/moz.v4i1.4386
N.N. (2006). Diakses https://news.detik.com/berita /653718/80--anak-sekolah-tidak-
hafallagu-indonesia-ra ya
Prabowo A. &Heriyanto, (2013). Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) Oleh
Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang. JURNAL ILMU
PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9
Riyanto, A. (2007). Pancasila Dasar Negara Indonesia. Jurnal Hukum & Pembangunan,
37(3), 457. https://doi.org/10.21143/jhp.vol37.no3.151
Setyowati, P. J. (2016). Fungsi Filsafat, Agama, Ideologi Dan Hukum Dalam
Perkembangan Politik Di Indonesia. Yuridika, 31(1), 37. https://doi.org/10.20473
/ydk.v31i1.1957
Sitorus, J. H. E. (2016). Pancasila-based Social Responsibility Accounting. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 219, 700–709. https://doi.org/10.
1016/j.sbspro.2016.05.054
Sofyan, F.,S., dan Sundawa, D. (2015). Hubungan Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Semangat
Nasionalisme Mahasiswa. JPIS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 24, No. 2, Edisi
Desember 2015. DOI: https://doi.org/10.17509/jpis.v24i2.1455.
Sudaryanti, D., Sukoharsono, E. G., Baridwan, Z., & Mulawarman, A. D. (2015). Critical
Analysis on Accounting Information Based on Pancasila Value. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 172, 533– 539.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.399
Sugito, N., Aulia, R. dan Rukmana, L. (2021). Pancasila as the Establishing Ideology of
Nationalism Indonesian Young Generation. Available at:
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210204.027
Sundawa, D. (2016). Fostering Democratic Intelligence of Young Citizens Through the
Implementation of Civic Education Classroom as Democratic Laboratory, 55–62.
https://doi.org/10.2991/icse-15.2016.12

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…
12

Sundawa, D. (2017). Penguatan Karakter Mahasiswa Yang Berwawasan Kebangsaan


dalam Menghadapi Tantangan Disintegrasi Bangsa. Prosiding Seminar Nasional
Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1
2017, Hal. 202205. http://semnastafis.unimed.ac.id.
Undang Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan
Winarno. (2007). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi. Surakarta: PT. Bumi Aksara.

Pancasila Sebagai Ideologi Membangun Nasionalisme Generasi Muda Indonesia


JPKN
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Taun Taun, Puput Agustine Nabila, Ghina Putri Nabila
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol … No …, Bulan Tahun, Hal. …-…

Anda mungkin juga menyukai