Abstrak
Sebagai sebuah negara, Indonesia tidak dapat menghindari tantangan globalisasi. namun dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman Negara Indonesia akan mampu bertahan
menghadapi perkembangan zaman, karena semuanya sudah diatur dalam filosofi pancasila. Artikel ini
berpendapat bahwa dengan tetap menjaga semangat nasionalisme, pada pola pikir generasi muda
melalui melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) akan membuat mereka bertahan
dari pengaruh negatif dan kerusakan moral di era globalisasi yang tidak terkendali, pengaruh budaya
asing yang dapat membuat generasi muda mudah meninggalkan budaya sendiri karena menganggap
budaya asing lebih modern daripada Budaya Indonesia. Dengan demikian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sangat penting untuk memperkuat moral dan etika generasi hari ini. selain itu
pendekatan persuasif dan berdialog kepada masyarakat tentang pentingnya Pancasila sebagai ideologi
negara menjadikan mereka lebih baik dalam menghadapi globalisasi dan mempertahankan jati diri
Indonesia.
Kata Kunci: Pancasila, ideologi, nasionalisme, generasi muda.
Abstract
Indonesian as a nation cannot escape the challenges of globalization in all areas of public life, but by
following to the values of the Pancasila as the guiding principles of the Indonesia Country will be
able to stand facing the times, because everything is already in the Pancasila’s philosophy. This
paper argues that while the spirit of nationalism is maintained in the mentality of the younger
generation mindset through the Pancasila and Citizenship Education (PPKn), it will be protected
them from negative influences and moral impairment in an era where globalization is uncontrollable,
the influence of foreign cultures that able to make young people easily leaving their own culture
because they consider foreign cultures more modern than Indonesian Cultures. Therefore, Pancasila
and Citizenship Education is very important to strengthen the morality and ethics of the younger
generation, besides that a persuasive approach and dialogue to the public about the importance of
Pancasila as the state ideology will make them better to face globalization and defend Indonesia's
identity.
Keywords: Pancasila, ideology, nationalism, young generation.
1. PENDAHULUAN
Ideologi merupakan hal yang paling mendasar yang akan menentukan arah dan
tujuan suatu negara, Dalam konteks kelompok atau masyarakat, ideologi sering digunakan
sebagai dasar bagi usaha pembebasan pikiran manusia, menurut Setyowati (2016) ideologi
adalah sekumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi sekelompok manusia dalam
mencapai tujuan tertentu, secara umum, Ideologi adalah teori-teori yang tidak berorientasi
pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya. Ideologi
terbagi menjadi dua kategori yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup. ideologi terbuka
mengandung orientasi dasar sedangkan interpretasinya tergantung prinsip-prinsip moral
1
2
yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan Ideologi tertutup tidak hanya menentukan
nilai dan prinsip dasar, tetapi sampai pada sesuatu konkrit dan operasional. contoh ideologi
tertutup adalah ideologi komunis, Ideologi ini merupakan hasil pemikiran dari Karl Marx
seperti dalam Uni Soviet, sedangkan contoh ideologi terbuka adalah ideologi pancasila
yang dianut oleh negara indonesia.
Sebagai ideologi terbuka Pancasila bersifat fleksible, yang berarti bahwa pancasila
adalah ideologi yang dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada tanpa mengubah nilai-
nilai standar yang terkandung dalamnya. Pancasila adalah suatu gagasan atau teori yang
diyakini kebenarannya sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia yang digunakan untuk
memecahkan setiap persoalan yang ada, Pancasila juga selalu memberikan solusi untuk
setiap permasalahan yang ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi kesepakatan
pencetusnya Indonesia sejak 18 Agustus 1945, yang berbunyi: 1) Ketuhanan Yang Maha
Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai salah satu solusi bagi warga negara indonesia,
pancasila harus ditanamkan pada setiap warga negara, mengamalkan nilai nilai yang
terkandung di dalamnya sehingga tidak akan ada masalah yang tidak dapat diselesaikan,
hal ini juga berlaku bagi pemegang kekuasaan dan kebijakan yang diposisikan sebagai
panutan, baik tua maupun muda.
Menurut Undang-undang (UU) No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pemuda
adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun yang ditandai
dengan antusiasme, sifat kritis, idealisme, inovatif, progresif, dinamis dan reformis.
Namun, melihat kondisi pemuda saat ini, sudah sepatutnya kita Kembali pada lembaran
sejarah, bagaimana pemuda bangsa ini membangun nasionalisme sehingga mampu lepas
dari penjajahan bangsa asing, Namun, kita juga harus melihat bahwa kesalahan masa lalu
juga menunjukkan bahwa Pancasila adalah komoditas politik, sehingga membuat sebagian
masyarakat Indonesia menjadi antipati terhadap Pancasila. Menurut Tribun News
Jogyakarta (2017), sebanyak 20 persen generasi muda Indonesia tidak hafal Pancasila
sebagai dasar negara yang sangat sederhana namun sarat makna.
Dan sebagian besar warga negara indonesia yang tidak hafal pancasila berada di
provinsi bangka Belitung. Di sisi lain, survei Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
menyebutkan 50 persen masyarakat Indonesia tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya.
sedangkan untuk generasi muda berdasarkan survei 80 persen anak sekolah juga tidak hafal
lagu 'Indonesia Raya'. Lowethal (1994) menjelaskan bahwa sesuatu yang menjadikan
simbol identitas atau ikon suatu negara, salah satunya adalah lagu kebangsaan, dapat
dikatakan jika kita tidak mengingat secara detail lambang negara kita (Indonesia Raya &
Pancasila) maka kita termasuk dalam kategori orang yang tidak memiliki nasionalisme.
Menurunnya nasionalisme juga disebabkan oleh globalisasi yang tidak terkendali yang
masuk ke Indonesia. Sundawa (2017) berpendapat bahwa arus globalisasi yang berdampak
negatif dan menjadi ancaman dapat berupa penyebaran ide-ide baru terutama dari Barat
(westernisasi), degradasi moral, perubahan pola pikir ke materialisme, dan kebebasan tidak
terbatas (liberalisme). Globalisasi menyebabkan benturan antara budaya lokal dengan
budaya asing. Selain itu, generasi muda terlihat banyak yang sudah berorientasi pada
budaya asing yang menimbulkan pandangan bahwa budaya asing lebih modern
dibandingkan dengan budaya lokalnya, Hal ini terlihat dari semangat mereka untuk
mengubah sikap, cara berbicara, penampilan (fashion) bahkan pola hidup. Padahal pemuda
memiliki peran sebagai kontrol sosial yang harus memiliki nasionalisme yang kuat dan
pemahaman Pancasila sebagai landasan yang membentuk nasionalisme.
Selain itu, menurut Azra, Pancasila terpinggirkan dan sulit berkembang saat ini
karena tiga faktor, Pertama, Pancasila telah tercemar akibat kebijakan rezim orde baru
yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo
kekuasaannya; Kedua, liberalisasi politik dengan dihapuskannya ketentuan bahwa
Pancasila adalah satusatunya dasar untuk berorganisasi, pemberlakuan ketentuan ini secara
otomatis membuka peluang bagi landasan-landasan dasar lain untuk menjadi asas
organisasi, seperti agama, dsb., Hal ini menyebabkan Pancasila tidak lagi menjadi satu-
satunya dasar dalam kehidupan berbangsa dan berpolitik; Ketiga, dikeluarkannya
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan ini sedikit banyak berdampak pada
menguatnya sentimen kedaerahan yang secara otomatis meningkatkan chauvinism (paham
yang mengagung agungkan bangsa/negara sendiri dan memandang rendah bangsa lain) di
daerah dan menghilangkan rasa nasionalisme terhadap Indonesia. Tujuan artikel ini adalah
untuk menawarkan sejumlah terapi kecil ke negara kita yang sakit, dengan bagaimana
generasi muda dapat menyerap kembali Pancasila dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
dalam upaya mengembalikan nasionalisme bangsa, seperti pada peristiwa Rengasdengklok,
atau pada saat sumpah pemuda tahun 1928.
METODE
juga dibarengi dengan masuknya budaya asing yang sangat cepat juga. Memang
perkembangan teknologi informasi juga memberikan dampak positif, antara lain
mempermudah generasi muda untuk mendapatkan data dan informasi serta mempermudah
hubungan jarak jauh, sehingga antar negara tidak ada sekatsekat, namun juga globalisasi
mampu mengalihkan nilai-nilai Pancasila yang dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa
dan tentunya akan memicu konflik di masyarakat terutama pada generasi muda, menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 sebagai manusia yang labil dan bersemangat.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia sekaligus sebagai ideologi yang penuh
toleransi dan pluralisme. Hal ini karena Indonesia adalah negara multikultural dan
pluralistik yang dibangun di atas perbedaan latar belakang suku, budaya, agama dan etnis.
Persatuan ini tidak akan terwujud jika tidak dibarengi dengan rasa nasionalisme dari setiap
warga negara. Jika kita telaah Pancasila memang sesuai dengan kondisi negara ini menurut
zamannya, seperti pada sila pertama Pancasila 'Ketuhanan Yang Maha Esa' mengandung
kesadaran akan ketuhanan, hal ini karena Indonesia sebagai negara yang memegang teguh
prinsip ketuhanan. erat dengan agama sebagai identitas Indonesia. Butir pertama dalam
Pancasila adalah representasi dari keragaman keyakinan yang tidak terbatas di Indonesia,
mulai dari zaman prasejarah, nenek moyang kita sudah menganut animisme dan
dinamisme, secara tidak langsung mengakui bahwa mereka lemah dan mengagungkan
sesuatu yang diatasnya, yang meliputi kepercayaan terhadap berbagai pohon, kepercayaan
pada binatang buas dan roh leluhur. Hal ini berlanjut pada kepercayaan Hindu-Buddha di
Indonesia yang menjadi sangat besar pada masa kerajaan Sriwijaya Majapahit, serta
kepercayaan Kristen yang berkembang di daerah Tapanuli dan sebagian wilayah timur
Indonesia pada abad 16 ke atas dan disertai dengan Masuk dan menyebarnya Islam, dari
pluralisme inilah Pancasila mampu melindunginya, Indonesia condong ke salah satu agama
sebagai pengakuan atas pluralisme Indonesia, menurut Meinarno (2016) bahwa ada
hubungan antara karakter transenden dengan sila pertama Pancasila, Nilai ketuhanan ini
didasarkan pada toleransi antar umat beragama, jika nilai-nilai sila ini dilaksanakan dengan
baik, nasionalisme Indonesia akan terbentuk dengan sendirinya.
Selanjutnya sila kedua adalah 'Kemanusiaan yang adil dan beradab', yang berarti
bahwa kemanusiaan menjadi poin utama dalam sila ini, sila kedua lebih menitikberatkan
pada karakter warga negara Indonesia yang menekankan pada akhlak atau perilaku yang
luhur dan memiliki sikap yang luhur di antara warga negara. Hal ini menjelaskan bahwa
bangsa Indonesia sebagai manusia yang beradab menjunjung tinggi keadilan, tidak hanya
Terakhir, sila kelima yang berbunyi 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia'
mengandung makna bahwa sebagai warga negara kita memiliki hak dan kewajiban, konsep
keadilan sosial dimana setiap warga negara mendapat bagian yang sama dalam kekayaan
intelektual, spiritual, dan kekayaan negara. yang dikelola oleh para wakil negara dalam
pemerintahan, sehingga tercipta keseimbangan yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan
situasi. Jika hal ini diserap dengan baik oleh generasi muda maka rasa nasionalisme akan
tumbuh dengan sendirinya, karena kepentingan bersama dan kebanggaan bersama adalah
kunci nasionalisme.
Benedict Anderson menyatakan bahwa nasionalisme adalah gagasan dari masyarakat
atau komunitas. Nasionalisme dapat diartikan sebagai 'Masyarakat Terbayang' yang berarti
suatu pemikiran yang dibayangkan oleh setiap manusia dalam suatu bangsa sebagai
identitas sosial, gambaran ini didasarkan pada konsep seperti etnonasionalisme atau
nasionalisme budaya yang memandang manusia secara inheren terorganisasi ke dalam
komunitas sejarah sebagai memiliki kekuatan dan keunikan serta kekhasan budaya
berdasarkan nilai-nilai lokal. Dalam arti sempit, nasionalisme adalah sikap yang
menjunjung tinggi bangsa dan negara itu sendiri, dalam konteks Indonesia yang
berideologi pancasila, nasionalisme diartikan sebagai suatu pandangan yang menunjukkan
kecintaan setiap warga negara terhadap bangsa dan tanah airnya yang dilandasi tentang
nilai-nilai luhur Pancasila.
Nasionalisme tumbuh bersama dari rasa persamaan dan kebersamaan bangsa
Indonesia pada masa penjajahan untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Mengenai nasionalisme sebenarnya bukanlah fenomena baru, karena jika kita
melihat sejarah, konsep nasionalisme berasal dari konsep berbangsa dan bernegara, di
Eropa baru muncul pada abad ke-18. Nasionalisme adalah pemikiran yang terbentuk dari
gelombang revolusi kerakyatan yang membawa semangat egalitarianisme untuk
menumbangkan hegemoni kelas aristokrat. Nasionalisme di Indonesia tidak bisa disamakan
dengan nasionalisme di negara barat, hal ini dikarenakan nasionalisme Indonesia memiliki
kehidupan yang berkeadilan dan antikolonialisme. Dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan nasionalisme di Indonesia, Latief (2015) membaginya menjadi dua, yang
pertama adalah nasionalisme purba (Archaic Nationalism) dan nasionalisme tua (Proto
Nationalism). Nasionalisme purba (Archaic Nationalism) muncul secara sederhana dan
mengikuti struktur peluang politik yang dimungkinkan oleh rezim kolonialisme,
nasionalisme ini bersifat lokalitas meskipun pada tingkat tertentu dapat saling
Dari konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa peran generasi muda sangatlah
penting, karena pemuda sebagai pilar peradaban di masa depan, nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila harus benar-benar diserap oleh pemuda dan dapat diterapkan
dalam kehidupan seharihari. Pancasila berperan sangat penting dalam menumbuhkan rasa
nasionalisme generasi muda, asalkan generasi muda mau menanamkan dan
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut, sehingga mampu menyaring derasnya arus
informasi dan budaya luar yang bertentangan. nilainilai ideologi bangsa Indonesia yaitu
pancasila. Dengan demikian, para pemuda akan mampu memilah budaya asing yang
masuk tanpa melupakan budayanya sendiri.
SIMPULAN
Pancasila merupakan salah satu ideologi terbuka di dunia yang memiliki keunggulan
dibandingkan ideologi lainnya. Hal ini dikarenakan Pancasila secara filosofis mengandung
nilai-nilai luhur dari negara Indonesia, nilai-nilai yang terbentuk melalui sejarah panjang
negara ini dalam menghadapi penjajahan dan penjajahan, sebagai ideologi terbuka
Pancasila mampu mengakomodir segala permasalahan yang ada di Indonesia, khususnya
permasalahan generasi muda. Di era revolusi industri 4.0. Setiap butir Pancasila memiliki
makna yang dalam jika benar-benar dihayati oleh generasi muda, jika kita menanamkan
ideologi Pancasila sejak dini melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi
solusi preventif terhadap pengaruh negatif dari budaya asing. Pendekatan dan diskusi
persuasif juga perlu dilakukan dengan generasi muda untuk menginternalisasikan nilai-
nilai Pancasila, agar rasa nasionalisme generasi muda tetap terjaga dari dulu hingga
sekarang dan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset
Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fossati, D., Aspinall, E., Muhtadi, B., & Warburton, E. (2020). Ideological representation
in clientelistic democracies: The Indonesian case. Electoral Studies, 63 (July 2019),
102111. https://doi.org/10.1016/j.electstud.2019.102111
Ginting, H. (2017). Peranan Pancasila Dalam Menumbuhkan Karakter Bangsa Pada
Generasi Muda. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri
Medan, 1(1), 197–201. Retrieved from heryansyahginting@gmail.com
Gunandha, (2017). https://www.suara.com/news /2017/09/27/024408/survei-separuh-
wargaindonesia-ta k-hafal-lagu-indonesia-raya
Gunawan, (2017). https://jogja.tribunnews.com /2017/06/01/banyak-generasi-muda-tak-
hapalpancasila -lambang-garuda-juga-jarang-terlihat-terpasang.
Huda, M.C. (2018). Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara: Implemetasi
NilaiNilai Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia.
Resolusi: Jurnal Sosial Politik, 1(1), 78–99.
https://doi.org/https://doi.org/10.2489/resolusi.v1i1.160
Jimly, A. (2006). Ideologi, Pancasila, dan konstitusi. Jaringan Informasi Hukum, (1), 1–23.
Retrieved from jdih.ristekdikti.go.id/?q=system/files/perundangan/1927 202140.pdf
%0A
Juneman, Meinarno, E. A., & Rahardjo, W. (2012). Symbolic Meaning of Money, Self-
esteem, and Identification with Pancasila Values. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 65(ICIBSoS), 106–115. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.099
Kyridis, A., Mavrikou, A., Zagkos, C., Golia, P., Vamvakidou, I., & Fotopoulos, N.
(2009). Nationalism through state-constructed symbols: The case of national
anthems. International Journal of Interdisciplinary Social Sciences, 4(6), 1–13.
https://doi.org/10.18848/1 833-1882/CGP/v04i06/52940
Latief et al. (2015). Nasionalisme: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan
III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lesmana & Arandito, (2019). https://www.suara.
com/news/2019/07/16/113931/banyakwarga-indonesia -tak-hafal-pancasila-terparah-
bangka-belitung
Maulia, S. T. (2011). Pemahaman Konsep NilaiNilai Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa,
46– 55. SEMINAR NASIONAL: Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi
ISSN: 2598-6384