Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PANCASILA DALAM MENANGGAPI GLOBALISASI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 10

1. MELVY INDRI SYAHDANI (230430091)


2. RAHNIA ZALFA (230430093)
3. ANGGI DWI SARTIKA SIREGAR (230430099)
4. MANZALI NOVIYANTI (230430096)
5. FITRI HARIYANI(230430095)
6. DELVIA BR BARUS (230430097)
7. NURBAITI BR SIMBOLON (230430094)
8. DIVA HUMAIRA (230430092)
9. FAHRIL IRAWAN (230430098)
10. T.M HABIBI FIRDAUS (230430090)

DOSEN PENGAMPU: MUKSALMINA,S.Sy.,M.H.

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Globalisasi merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari dalam perkembangan dunia
saat ini. Perkembangan teknologi dan interkoneksi antar Negara telah membawa dampak yang
signifikan dalam segala aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
dasar bangsa Indonesia, yaitu pancasila.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam
konteks globalisasi ini. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila mengandung prinsip-
prinsip keadilan, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan yang universal, menjadikannya
sebagai landasan yang kuat untuk menghadapi tentang globalisasi.

Dalam konteks globalisasi, berbagai budaya, agama, dan system nilai dari berbagai
budaya, agama, dan sistem nilai dri berbagai Negara saling berbaur. Hal ini menghadirkan
beragam pandangan dan perspektif yang berbeda-beda. Untuk menanggapi kondisi tersebut,
pancasila menjadi acuan yang relevan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika, yang mengajarkan
keragaman sebagai kekayaan bangsa.

Pancasila juga penting dalam menanggapi hegemoni budaya kapitalis yang sering kali
menyerap nilai-nilai local dan mengabaikan keberagaman. Dengan memegang teguh nilai-nilai
pancasila, bangsa Indonesia dapat mempertahankan identitas budaya yang khas dan tetap
menjadi subjek aktif dalam perkembangan global.

Selain itu, pancasila juga melahirkan semangat gotong royong yang sangat relevan dalam
menghadapi globalisasi. Dalam era ini, saling ketergantungan dan kolaborasi antar Negara
menjadi semakin penting. Dengan semangat gotong royong yang dianut oleh pancasila, bangsa
Indonesia dapat berperan sebagai Negara yang aktif dan berdaya tawar dalam kancah global.

Namun demikian, pancasila juga perlu terus beradaptasi dan mengikuti perkembangan
zaman. Globalisasi membawa tantangan baru seperti perubahan sosial, ekonomi, dan politik
yang cepat. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai pancasila perlu dilakukan dengan cara yang
kontekstual dan berkembang sesuai kebutuhan zaman.

Dalam makalah ini, akan membahas lebih lanjut mengenai peran pancasila dalam
menanggapi dampak globalisasi serta upaya yg harus dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk
menjaga keberlanjutan nilai-nilai pancasila dalam menghadapi tentang global.
DAFTAR ISI

a.
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar ideologi Negara Republik Indonesia secara resmi


tercantum di dalam alinca ke-empat pembukaan undang-undang dasar 1945, yang ditetapkan
oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945. Di masyarakat Indonesia dengan pernyataan “Bangsa yang
besar adalah memiliki jati diri”. Apa sesungguhnya jati diri bangsa Indonesia yang terdiri dari
kepulauan dan berbagai suku bangsa memiliki dasar Negara pancasila denagan Bhineka
Tunggal Ika, pada dasarnya pancasila sebagai dasar Negara, sebagai ideologi nasional yang
menjadi cita-cita dan tujuan Negara yang harus dilaksanakan secara konsisten khususnya bisa
menghadapi maraknya masalah sebelum globalisasi yang sekarang dengan ditandainya dengan
di tandainya nilai-nilai pancasila, baik nilai positif maupun nilai negatif. Selain itu juga
mempunyai peran penting sebagai ideologi pancasila dalam menghadapi adanya zaman yang
muncul. Republik Indonesia, MENGETUK MPR RI TIDAK. V/MPR/2000, tentang
pemantapan persatuan dan kesatuan nasional, menjadikan pancasila sebagai ideology Negara
yang terbuka dengan membuka wacana dan dialog terbuka didalam masyarakat sehingga dapat
menjawab tantangan sesuai dengan kunjungan Indonesia masadepan. Kekurang pahaman akan
pancasila sebagai ideology menyebabkan terjadinya banyak penyimpanan dalam sikap dan
perilaku di kalangan masyarakat yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat. Untuk itu
perlu persepsi yang sama, khususnya dikalangan masyarakat akan Pancasila sebagai ideolagi
dan dapat memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya sehingga penerapan kehidupan
sehari-hari untuk sukses hidup berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan Bhineka Tunggal
Ika dan persatuan Indonesia.
melalui bertambahnya keterkaitan manusia dan faktor yang merupakan akibat dari
transkulturasi dan teknologi modern yang berkembang. Saat ini globalisasi kian
marak terjadi, mengakibatkan setiap bangsa lenyap sehingga muncul beberapa
tantangan yang harus di hadapi. Yang bisa mengancam eksistensi pancasila yaitu
tantangan dari luar dan tantangan dari dalam, untuk globalisasi termasuk
tantangan dari luar, sedangkan yang termasuk tantangan dari dalam yaitu
pluralism. Globalisasi merubah hub
Pengertian globalisasi yaitu adanya perubahan sosial yang dapat diamati melalui bertambahnya
keterkaitan manusia dan faktor yang m erupakan akibat dari transkulturasi dan teknologi
modern yan g berkembang. Saat ini globalisasi kian dari dalam yaitu pluralism. Globalisasi
merubah hubungan antara satu negara dengan negara lain. pengaruh dari globalisasi harus
cepat ditangani dengan melakukan antisipasi menerapkan pemahaman dan nilai-nilai
pancasila di amalkan untuk marak terjadi, mengakibatkan setiap bangsa lenyap sehingga
muncul beberapa tantangan yang harus di hadapi. Yang bisa mengancam eksistensi pancasila
yaitu tantangan dari luar dan tantangan dari dalam, untuk globalisasi termasuk tantangan dari
luar, sedangkan yang termasuk tantangan mengatasi

2.rumusan masalah

Penulisan sudah menyusun bagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah ini. Ada pula
sebagai permasalahan yang hendak di bahas dalam makalah ini :

1. Apa itu pancasila?


2. Apa itu globalisasi ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pancasila dalam menghadaapi globalisasi?
4. Apa peran pancasila sebagai dasar Negara pada era globalisasi?
5. Bagaimana impelementasi nilai-nilai pancasila pada era globalisasi?
6. Bagaimana strategi pancasila dalam menghadapi globalisasi?
7. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme?
8. Bagaimana peranan pancasila dalam menghadapi era globalisasi dan modernisasi?

3.Tujuan

Bersumber dari rumusan masalah diatas,diperoleh tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menetahui pengertian pancasila


2. Untuk mengetahui pegertian globalisasi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pancasila dalam menghadapi
globalisasi
4. Untuk mengetahui peran pancasila sebagai dasar Negara pada era globalisasi
5. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pancasila pada era globalisasi
6. Untuk mengetahui strategi pancasila dalam menghadapi globalisasi
7. Untuk mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
8. Untuk mengetahui peran pancasila dlm menghadapi era globalisasi dan modernisasi

4.manfaat penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:

1. Mampu memahami pengertian pancasila


2. Mampu memahami pengertian globalisasi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pancasila dalam menghadapi globalisasi
4. Memahami peran pancasila sebagai dasar negara pada era globalisasi
5. Mengetahui implementasi nilai-nilai pancasila pada era globalisasi
6. Mengetahui strategi pancasila dalam menghadapi globalisasi
7. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
8. Memahami peran pancasila dalam menghadapi era globalisasi dan moernis
BAB II

TINJAUAN ATAU KAJIAN MATERI

PENGERTIAN PANCASILA

Nama pancasila terdiri dari dua kata sansekerta,yaitu “panca’’ yan artinya lima,dan “sila”
yang aartinya prinsip atau asas. Jadi, pancasila adalah prinsip dan pedoman hidup berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Inonesia. Pancasila memiliki serangkaian nilai yakni
keTuhanan , kemanusiaan,persatuan,kerakyatan,dan keadilan dalam menjalani kehiddupan
bermasyarakat. Pancasila bukan hanya rumusan yang terbentuk secara instan tanpa memiliki
sumber yang kuat,melainkan pancasila adalah rumusan dasar Negara yang bersumber pada
nilai-nilai moral kepribadian bangsa Indonesia , baik nilai agama, social dan budaya yang
telah melekat pada persamaan dengaan ekstistensi bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai suatu nilai tidak begitu saja muncul dengan cepat tanpa memiliki kekuatan
yang serius karna pancasila merupakan dasar Negara yang diperoleh dari keutamaan
karakter Negara Indonesia,baik sifat sifat social maupun kemasyarakatan yang telah
dikaitkan dengan keberadaan Negara Indonesia. Banyaak perjuangaan dari para pemimpin
bangsa dimasaa lalu dalaam merumuskan pancasila, mulai dari rapat BPUPKI pertama
BPUPKI Ir.Soekarno menyampaikan dalam pidatonya secara lisan tentang kemungkinan
definisi hakiki Negara Indonesia. Kemudian,pada saat itu,beliau memperkenalkan nama
“PANCASILA” sebagai dasaar Negara yang mengandung lima sila,menurut Soekarno, hal
ini atas masukan dari salah seorang sahabatnya, khususnya seseorang yang ahli bahasa.

Pansila digali daari lapisaan lapisan latar belakang sejarah Negara Indonesia dimana setiap
lapisan mengandung komponen social lainnya,jelas cenderung menjadi sertifikasi bahwa
dampak elemen social itu vital. Lebih lanjut dijelskan,sangat berarti jika melihat salah satu
nilai pancasila yang paling tegas terkait,khususnya manfaat mengutamakan kepentingan
Negara dibandingkan dengan diri sendiri,cinta tanah air,tanah air dan membina rasa
solidaritas untuk Negara.

PENGERTIAN GLOBALISASI
Globalisasi adalah penyebaran dampak dari berbagai Negara didunia ini. Mulai dari budaya,
ilmu pengetahuan dan pemahaman filosofis di masing-masing Negara, mulai meramba ke
berbagai Negara-negara lainnya.

Pada hakikatnya, pengertian globalisasi sebenarnya belum mempunyai definisi yang tepat.
Kecuali kecuali sekadar definisi kerja (workingdefinition), sehingga tergantung dari
segi mana orang melihatnya. Globalisasi dilihatsebagai suatu proses sosial, atau
proses sejarah, atau proses alamiah yang akanmenghantarkan seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain,mewujudkan suatu tatanan
kehidupan yang terbaru atau kesatuan ko-eksistensi denganmenyingkirkan batas-
batas wilayah, ekonomi dan budaya masyarakat.

Pengertian Globalisasi menurut para ahli memiliki perbedaan pendapat


dalammendefinisikan Globalisasi. Berikut beberapa pengertian Globalisasi menurut para
ahli :
 Immanuel wallerstein dalam teori sistem dunia menjelaskan bahwa globalisasi telah
membagi Negara-negara di dunia menjadi 3 kelas, yaitu Negara inti atau
pusat,Negara semi periferi atau semi pinggiran, Negara periferi/ pinggiran.
 Cochrane dan Pain berpandangan bahwa pengertian globalisasi adalah kehadiran dari
sistem ekonomi dan kebudayaan global yang membuat masyarakat di seluruh dunia
menjadi sebuah masyarakat yang satu atau tunggal yang global.Scholte
mengartikan globalisasi sebagai dari berkembangnya hubungan internasional, dalam
hal in setiap negara tetap mempertahankan identitas masing-masing, tetapi menjadi
semakin ketergantungan satu sama lainnya.
 Martin Wolf, Globalisasi adalah proses menuju kemakmuran negara-negara
dunia,karena globalisasi adalah tahap terakhir perkembangan ekonomi yang
menuntut semua negara untuk berkompetisi secara ekonomi.
 Selo Soemardjan mendefinisikan globaliasasi sebagai proses terbentuknya sistem
komunikasi dan kelompok antara masyarakat yang ada di penjuru dunia untuk
mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang sama.
 Thomas mayer berpendapat bahwa globalisasi membuat masyarakat dunia menjadi
semakin mirip dalam hal pemerintahan & kebijakan yang dibuat.
 Menurut Thomas Friedman yang memandang bahwa globalisasi sebagai proses
liberalisasi, dimana setiap negara di dunia berpeluang untuk memperoleh keuntungan
besar jika mampu bersaing di pasar global.

Globalisasi merupakan proses asimilasi dalam skala internasional yang terjadi akibatadanya
pertukaran kebudayaan, pemikiran, dan produk luar yang masuk ke dalam negeri.Globalisasi
bisa berdampak positif dan bisa juga berdampak negatif tergantung bagaimanakita menyikapi.
Berikut adalah dampak- dampak dari adanya globalisasi :
Dampak positif1
1.Kemudahan dalam berkomunikasi
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Adaptasi etos kerja yang lebih baik dan kemandirian
4. Penguatan supremasi hukum dan perlindungan ham skala global
5. Tingkat kehidupan yang lebih baik.

Dampak negative
1. Kesenjangan ekonomi (culture lag)
2. Culture shock
3. Etnosentrisme
4. Sekularisme
5. Pergaulan bebas mengikuti budaya luar.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANCASILA DALAM MENGHADAPI


GLOBALISASI

Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia dan berperan penting dalam menghadapi
tantangan globalisasi. Globalisasi dapat membawa dampak negatif terhadap penerapan nilai-
nilai Pancasila, seperti bangkitnya individualisme, kosmopolitanisme, dan fundamentalisme.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, terdapat beberapa cara penerapan nilai-nilai Pancasila di
era globalisasi, seperti:
Pendidikan : Salah satu cara untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila adalah melalui
pendidikan dan pembelajaran berkelanjutan yang menekankan nilai-nilai Pancasila
Memanfaatkan teknologi : Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk menarik generasi
muda dan masyarakat agar memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila
Menyaring budaya asing : Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk mengkritisi dampak
globalisasi dan modernisasi, serta menyaring budaya luar yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila..

Perilaku moral : Dalam menghadapi globalisasi, penting untuk mengaktualisasikan nilai-nilai


Pancasila dalam perilaku dan tindakan moral
Mempromosikan toleransi, pluralisme, dan multikulturalisme : Nilai-nilai Pancasila yang
berupa toleransi, pluralisme, dan multikulturalisme harus dipromosikan dan dikenang sebagai
representasi sosial dari Pancasila
Peran Pancasila Sebagai Dasar Negara Pada Era Globalisasi
Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa,
yang di dalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis. Selain itu
Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki dua dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai
ideal dan aktual. Pancasila yang memiliki semboyan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, dengan
pluralisme dan multikulturalisme yang harus disatukan oleh “rasa bersama” dalam idiom
nation-state semangat nasionalisme yang menyertainya.

Pancasila yang sejak dahulu dicitakan sebagai dasar negara dan sudah sejak nenek moyang kita
digunakan sebagai pandangan hidup sudah seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa
Indonesia dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Demikian juga bagi
generasi muda, Pancasila yang mulai kehilangan pamornya di kalangan generasi muda
diharapkan akan muncul kembali kejayaannya jika generasi muda mulai sadar dan memahami
fungsi Pancasila serta melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila terdiri dari 5 (lima) sila, tertuang dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV dan
diperuntukkan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Pembukaan UUd 1945 tersebut tidak
secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namun sudah dikenal luas bahwa 5 sila yang
dimaksud adalah pancasila untuk dimaksudkan sebagai dasar Negara.
Pancasila sejak masa Orde Baru runtuh sampai sekarang ini dianggap sebelah mata oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah dan telah
melanggar nilai-nilai dari Pancasila. Penyimpangan terbesar dan yang paling sulit untuk dibasmi
adalah masalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), masalah yang seolah-olah sudah
menjadi penyakit mendarah daging di Indonesia ini. KKN dilakukan karena kurang adanya 6
rasa nasionalisme dalam bangsa Indonesia tersebut, dan tidak mengamalkan Pancasila dengan
baik dan benar. Bangsa yang baik juga harus dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dan
golongan, dengan kepentingan bersama yakni kepentingan bersama harus didahulukan. Tetapi
dalam keseharian, sikap mengutamakan kepentingan bersama sangat susah dan hampir
dikatakan mustahil untuk dihapuskan karena masalah pribadi, hubungan pertemanan, relasi, dan
hubungan darah merupakan hubungan yang erat dan bahkan dapat mengalahkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia.

Seperti yang kita ketahui dalam argumentasi Soekarno mengenai dasar Negara dibuka dengan
suatu pernyataan, “ Apakah Weltancchauung (dasar dan filsafat hidup) kita, jikalau kita
mendirikan Indonesia merdeka?” Soekarno tidak menjawab pertanyaan ini dengan singkat.
Terlebih ia hendak mengutarakan pandangan bahwa dasar Negara Indonesia ini haruslah
ditemukan dalam lunuk jiwa bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa ini merdeka.

Pancasila sebagai dasar (filsafah) negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang tekandung
dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan berenegara. Nilai-nilai
Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai filsafati yang sifatnya mendasar. Nilai dasar Pancasila
bersifat abstrak, normative dan nilai itu menjadi motivator kegiatan dalam penyelenggaraan
bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman normative bagi
penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan
dan penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia termasuk peraturanperundang-undangan
merupakan pencerminan dari nilai-nilai pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan
memiliki tolak ukur yaitu tidak boleh menympang dari nilai-nilai ketuhanan, niali kemanusiaan,
milai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

Di era sekarang, mengembalikan atau menegaskan kembali kedudukan Pancasila sebagai dasar
(filsah) Negara Indonesia merupakan suatu tuntutan penting oleh karena telah banyak terjadi
kesalahan penafsiran atas pancasila di masa lalu. Pengalaman sebelumnya menunjukkan adanya
tafsir tunggal dan monolitik atas Pancasila. Oknum negara telah menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor bagaimana sebuah bangsa dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi alat kekuasaan untuk mengendalikan semua elemen bangsa
dengan dogmatisme ideologi.

menunjukkan adanya tafsir tunggal dan monolitik atas Pancasila. Oknum negara telah
menjadikan pancasila bukan sebagai system norma dan koridor bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi pancasilah telah direduksi sebagi alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen bangsa dengan dogmatisme ideologi.

Generasi muda dari sudut pandang ini memiliki sifat majemuk dengan aneka ragam etnis,
agama, ekonomi, domisili, dan bahasa. Mereka memiliki ciri ekosistem kehidupan yangterbagi
ke dalam masyarakat nelayan, petani, pertambangan, perdagangan, perkantoran dan sebagainya.
Sedangkan pada Pasal 7 dan Pasal 8, pelayanan kepemudaan diarahkan untuk menumbuhkan
patriotisme, dinamika, budaya prestasi, dan semangat profesionalitas; dan meningkatkan
partisipasi dan peran aktif pemuda dalam membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan pada Pasal 8, disebutkan bahwa strategi pelayanan kepemudaan adalah bela negara;
kompetisi dan apresiasi pemuda; peningkatan dan perluasan memperoleh peluang kerja sesuai
potensi dan keahlian yang dimiliki; dan pemberian kesempatan yang sama untuk berekspresi,
beraktivitas, dan berorganisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
peningkatan kapasitas dan kompetensi pemuda; pendampingan pemuda; perluasan kesempatan
memperoleh dan meningkatkan pendidikan serta keterampilan; dan penyiapan kader pemuda
dalam menjalankan fungsi advokasi dan mediasi yang dibutuhkan lingkungannya.

Globalisasi diartikan suatu fenomena di mana batasan-batasan antar negara seakan memudar
karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan
khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan
lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Di era
global ini banyak sekali budaya-budaya yang masuk di negara kita, dan kita juga tidak akan bisa
mengelak dari masuknya budaya-budaya negara lain. Yang terpenting adalah bagaimana
masyarakat Indonesia terutama generasi muda bisa menyaring budaya- budaya asing dan bisa
mengambil budaya yang baik dan menyaring yang buruk dan tidak sesuai dengan nilai dan
norma pancasila.

Akhir-akhir ini mulai banyak dibicarakan atau dipertanyakan tentang wawasan kebangsaan
generasi muda. Pancasila yang diharapkan dapat memberikan peran dan kontribusinya bukan
hanya sekarang tapi juga yang akan datang menjadi aktor dan pelaku dalam pembangunan
nasional.

Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui tiga
proses yaitu :

1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan membangun


karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral
serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari
pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran
kolektif denhgan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan berprestasi
dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses pembelajaran
dalam pengembangan karakter positif bangsa sesuai dengan perkembangan zaman.

Pancasila dijadikan acuan para generasi muda dalam bersikap bertindak dan bertutur katayang
sesuai dengan norma Pancasila. Seringkali kita mendengar demonstrasidemonstrasi yang
anarkhis dilakukan mahasiswa mengatasnamakan perjuangan atas nama rakyat yang ujung-
ujungnya pengrusakan fasilitas-fasilitas pemerintah, membakar mobil dan lain-lain. Juga
terjadinya kerusuhan-kerusuhan pertandingan sepak bola yang dilakukan oleh suporter masing-
masing kesebelasan yang merasa tidak puas akan kekalahan timnya. Dan juga tawuran pelajar
masih juga terjadi di linkungan masyarakat Indonesia.

Urgensi pendidikan pancasila di Era Globalisasi

Pancasila memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan jiwa nasionalisme pada
generasi muda di era globalisasi sebagai benteng agar tidak terseret pengaruh negatif
globalisasi. Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia yang memiliki nilai luhur
dan makna tersendiri pada setiap silanya karena nilainilai yang terkandung pada setiap sila
Pancasila diambil dari nilai kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang sudah ada sejak
dahulu kala. Adapun makna dan nilai yang terkadung di dalam Pancasila serta urgensinya bagi
generasi muda tersebut diantaranya yaitu: sila pertama mengandung nilai Ketuhanan atau
relijiusitas, nilai ini merupakan nilai yang berkaitan dengan keterikatan individu terhadap
sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan yang mulia, agung, dan suci. Hal ini bahwasannya,
Ketuhanan merupakan citra hidup yang bertujuan untuk menjadikan masyarakat yang
berketuhanan, sehingga akan membentuk generasi muda yang mempunyai semangat dalam
berbuat kebajikan semata mata untuk meraih ridho Tuhan YME. Berdasarkan pandangan etis
agama, negara yang berdasarkan pada Ketuhana YME adalah negara yang menjamin kebebasan
setiap warga negaranya untuk memeluk agama sertakepercayaan masing-masing dan
menjalankan ibadatnya. Sehingga beriman kepada Tuhan YME sudah menjadi kewajiban bagi
warga negara Indonesia sebagai masyarakat yang beragama (Nafisah & Dewi, 2021).
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya nilai Ketuhanan
generasi muda dapat menjadikannya sebagai tameng yang kokoh untuk penangkal pengaruh
negatif yang dibawah oleh arus globalisasi.

Sila kedua mengandung nilai kemanusiaan atau moralitas, makna dari nilai ini yaitu manusia
selaknya besikap adil dan beradab sebagai kesadaran manusia dalam asas kehidupan. Sebab,
manusia sebagai makhluk yang beradab memiliki kesanggupan untuk menjadi manusia yang
lebih baik. Manusia yang beradab mampu menerima dengan tulus segala kebenaran yang ada
dengan pola kehidupan masyarakat yang seimbang dan teratur serta mematuhi segala peraturan
hukum global yan ada. Dengan adanya nilai kemanusiaan atau moralitas dalam diri seseorang
maka akan muncul jiwa semangat dan usaha yang gigih untuk melakukan perbuatan yang
positif di dalam masyarakat dan alam semesta, serta dapat di implementasikan dalam wujud
cinta damai, harmoni, serta toleransi (Ayu & Trisiana, 2017). Nilai kemanusiaan sangat
diperlukan sebab di era globalisasi saat ini banyak sekali generasi muda yang tidak menghargai
hak orang lain dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai generasi muda. Dengan demikian,
jiwa generasi muda yang di landasi dengan nilai kemanusiaan mampu membentuk perilaku
positif seperti saling menghargai hak dan kewajiban mampu membentuk prilaku positif seperti
saling menghargai hak dan kewajiban antar sesama, dimana adanya implementasi tersebut dapat
mengandung nilai negatif dari globalisasi yang dapat menyebabkan degrasi moral. Sila ketiga
mengandung nilai persatuan dan kebangsaan, maknanya bangsa Indonesiayang kaya akan
keberagaman agama, suku, bahasa, daerah, dan budaya dapat dipersatukan. Secara universal
nilai yang terkandung dalam kode etik tersebut diantaranya yaitu: (1) persatuan dan kesatuan
seluruh rakyat Indonesia; (2) rasa cinta dan bangga tehadap tanah air Indonesia; (3) persatuan
dan kesatuan yang berbentuk Bhineka Tunggal Ika (Suargana & Dewi, 2021). Manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial merupakan kodrat manusia yang bersifat monodualis.
Oleh karena itulah manusia memiliki keberagaman dan perbedaan antar individu, ras, suku,
agama, kelompok, maupun golongan. Sehingga konsekuensinya di negara Indonesia terdiri dari
keberagaman, namun dapat dipersatukan menjadi satu kesatuan dengan semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” (Asmaroini, 2016). Globalisasi hadir dengan kecanggihan teknologi informasi
yang memudahkan segala aktivitasmasyarakat khususnya generasi muda, akan tetapi
kebanyakan dari mereka terlalu menyibukkan diri dengan dunia maya sehingga lupa dan bahkan
tidak peduli akan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat membentuk generasi muda yang
bersifat individualistik yang dapat melunturkan jiwa nasionalisme bangsa. Oleh kerana itu,
dengan adanya nilai persatuan yang tertanam dalam jiwa generasi muda, maka tentunya
semangat nasionalisme pun juga terbentuk karena pada prinsipnya nasionalisme ditandai dengan
tindakan rela berkorban, serta menempatkan kepentinan bangsa demi kesatuan dan persatuan
bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Sila keempat mengandung nilai kerakyatan, yang maknanya bahwa kerakyatan mempunyai
prinsip untuk membuat Indonesia bangkit dan menggali setiap potensi masyarakat di era
modern. Ini artinya bahwa, nilai kerakyatan mampu menuntun masyarakat dan membuat
masyarakat tabah dalam menguasai diri saat bangsa Iindonesia sedang mengalami gejolak yang
hebat dalam menciptakan pembaharuan dan perubahan demi kemajuan bangsa. Selain itu juga,
dalam sila keempat ini terkandung nilai permusyawaratan dan perwakilan, yang mengandung
makna bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan dan adanya sikap
saling menghargai antar sesama untuk mencapai tujuan bersama. Ini artinya, asas
permusyawaratan dan perwakilan berlaku dalam setiap pengambilan keputusan dan adanya
kebebasan dalam menyuarakan pendapat namun tetap mengikuti etika yang ada (Oentoro
dalam Nafisah & Dewi, 2021). Berdasarkan uraian tersebut menunjukan bahwa nilai
kerakyatan, permusyawaratan, dan perwakilan perlu sekali untuk ditanamkan dan dipertahankan
dalam jiwa generasi muda, karena dengan demikian ditengah arus globalisasi pun mereka dapat
menghargai kebebasan orang lain dalam menyuarakan pendapat dan menyampaikan suara
dalam etika yang baik. Perlu diketahui bahwa di era globalisasi saat ini banyak sekali generasi
mu yang menyampaikan suaranya dengan etika yang kurang baik di media social, oleh karena
itulah peran dari nilai sila keempat ini melengkapi peran dari sila yang lain.

Sila kelima mengandung nilai keadilan, yang maknanya bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dalam semua aspek kehidupan. Adil artinya yaitu
menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsinya. Segala sumber yang ada di Indonesia
dipergunakan untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan juga untuk melindungi masyarakat yang lemah (Asmaroini, 2016). Dari
penjabaran ini dapat dilihat bahwa nilai keadilan yang terkandung dalam Pancasila sangat
penting untuk di implementasikan dalam jiwa generasi muda untuk memupuk semangat
nasionalisme di era globalisasi, karena dengan nilai keadilan generasi muda bisa lebih bijak lagi
dalam menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsinya.

Generasi muda memiliki tugas yang fundamental, sikap dan perilaku generasi muda
mempengaruhi nasib bangsa Indonesia saat ini dan di masa mendatang. Sebab, generasi
mudaadalah generasi penerus masa depan bangsa. Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
dalam setiap aktivitas generasi muda sangat penting untuk diterapkan agar jiwa dapat
nasionalisme tertanam dengan kuat. Oleh sebab itulah penanaman nilai-nilai Pancasila harus
lebih ditingkatkan dan harus dilakukan sesegera mungkin sejak dini, apalagi di tengah-tengah
arus globalisasi saat ini. Karena, globalisasi terjadi secara menyeluruh di segala penjuru dunia
tak terkecuali di Indonesia. Globalisasi tentunya membawa berbagai macam nilai dan budaya
dari luar baik itu negatif maupun positif. Nilai-nilai negatif dan budaya dari luar yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dapat merongrong semangat nasionalisme pada
generasi muda. Maka dari itu, semangat nasionalisme yang mulai terkikis dapat ditumbuhkan
kembali melalui penanaman nilai-nilai pancasila (Regiani & Dewi,2021).
Upaya paling mendasar yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila yaitu
melalui pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan tersebut dapat dimulai dari tingkat
pendidikan Sekolah Dasar (SD), pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atauSekolah
Menengah Kejuruan (SMK), hingga pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Pendidikan
merupakan awal dalam penanaman nilai-nilai Pancasila karena pendidikan memiliki keterkaitan
ikatan yang erat dengan Pancasila itu sendiri, khususnya Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu memupuk dan menumbuhkan
rasa nasionalisme melalui kegiatan yang berkaitan dengan kenasionalan contohnya saja seperti
memperingati hari kemerdekaan Indonesia, hari sumpah pemuda, hari Kartini, hari lahirnya
Pancasila, hari sumpah pemuda, hari kebangkitan nasionaldan masih banyak lagi. Bagi generasi
muda khususnya para pelajar dapat menanamkan rasa nasionalismenya melalui belajar dengan
bersungguh-sungguh sebagai salah satu kewajiban yang paling utama, semangat dalam berkarya
dan menghasilkan prestasi yang membanggakan diberbagai bidang demi mengharumkan nama
baik Indonesia, serta cinta dan bangga menggunakan produk-produk dalam negeri sehingga tak
hanya jiwa nasionalisme saja yang meningkat, namun perputaran roda perekonomian
Indonesiapun juga semakin maju. Adapun upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan
membuat suatu karya yang bertemakan cinta tanah air, kepahlawanan, dan lain sebagainya yang
bersifat nasional sehingga dalam proses pembuatan karya tersebut generasi muda akan teringat
kembali dengan perjuangan para pahlawan bangsa sebelumnya dan dengan demikian rasa
nasionalisme dalam diri mereka akan tertanam dan tumbuh di jiwa mereka (Regiani &
Dewi,2021).

Implementasi Nilai-nilai Pancasila pada Era Globalisasi

Pada kenyataannya, kita harus mengakui bahwa pancasila belum mendapatkan kedudukan yang
tepat di hati bangsa Indonesia. pemahaman nilai – nilai pancasila belum benar–benar
dipahami atau dihayati, terbukti dari banyaknya implementasi budaya asing yang tidak
sesuai dengan budaya Indonesia. Oleh karena itu, pancasila perlu ditanamkan kembali
khususnya bagi generasi muda dalam proses mengembangkan dirinya yang akan melakukan
pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.

1. Sebagai pribadi, seseorang dapat bersikap sebagai hamba tuhan sesuai dengan agamadan
kepercayaan masing – masing yang mampu bersyukur dan menghargai ciptaan tuhan
yang lainnya, sehingga tercipta keadilan di dalam kehidupannya.
2. Sebagai anggota keluarga dan masyarakat, seseorang dapat menempatkan dirinya
dengan benar sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Ia harus paham dan mampu
menempatkan hak dan kewajiban dalam kebersamaanhidup.
3. Sebagai warga negara, seseorang harus mampu memahami hak dan kewajiban
sesuaidengaan peraturan yang berlaku, mampu membawa dirinya secara tepat dalam
hubungan dengan warga lain.
Pancasila bukan hanya rumusan, melainkan lebih dari itu, pancasila perlu diupayakan di
berbagai bidang dalam kehidupan seluruh masyarakat. Arus globalisasi tidak dapat dihentikan,
dengan segala dampak yang ditimbulkan seharusnya memberikan pengaruh positif. Namun,
pengaruh globalisasi ternyata banyak menimbulkan pengaruh yang negative bagi kebudayaan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pembudayaan nilai – nilai Pancasila perlu diupayakan. Kita
harus bersikap selektif dalam mengikuti perkembangan globalisasi agar nilai – nilai luhur
bangsa Indonesia tetap terjaga.

Solusi dari segala permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini terkait pengamalan pancasila
adalah Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan mampu untuk membawa bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang. Ideologi juga diharapkan mampu
untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan
ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan tidak keluar
dari aturan dan kaidah Negara Indonesia.

Srategi Pancasila dalam Menghadapi Globalisasi

1. Pendidikan nilai-nilai Pancasila memperkuat pendidikan dan melibatkan semua lapisan


masyarakat untuk menghindarisasi nilai-nilai Pancasila.
2. Promosi budaya lokal dan melestarikan budaya lokal sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari identitas bangsa.
3. Kerjasama internasional dengan Negara-negara lain dalam rangka memperkuat peran
pancasila di dunia.
menunjukkan adanya tafsir
tunggal dan monolitik atas
Pancasila. Oknum negara telah
menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor
bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi
alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen
bangsa dengan dogmatisme
ideologi.
Merujuk pada UU No. 40/2009
tentang Kepemudaan, generasi
muda atau pemuda
didefinisikan sebagai “Warga
negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan
dan perkembangan yang berusia
16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun”. Sementara
itu dalam konteks demografi dan
antropologis, generasi muda
dibagi ke dalam usia persiapan
masuk dunia kerja, atau usia
produktif antara 15-40 tahun.
Sementara dari sudut pandang
sosial budaya.
menunjukkan adanya tafsir
tunggal dan monolitik atas
Pancasila. Oknum negara telah
menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor
bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi
alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen
bangsa dengan dogmatisme
ideologi.
Merujuk pada UU No. 40/2009
tentang Kepemudaan, generasi
muda atau pemuda
didefinisikan sebagai “Warga
negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan
dan perkembangan yang berusia
16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun”. Sementara
itu dalam konteks demografi dan
antropologis, generasi muda
dibagi ke dalam usia persiapan
masuk dunia kerja, atau usia
produktif antara 15-40 tahun.
Sementara dari sudut pandang
sosial budaya.
menunjukkan adanya tafsir
tunggal dan monolitik atas
Pancasila. Oknum negara telah
menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor
bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi
alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen
bangsa dengan dogmatisme
ideologi.
Merujuk pada UU No. 40/2009
tentang Kepemudaan, generasi
muda atau pemuda
didefinisikan sebagai “Warga
negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan
dan perkembangan yang berusia
16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun”. Sementara
itu dalam konteks demografi dan
antropologis, generasi muda
dibagi ke dalam usia persiapan
masuk dunia kerja, atau usia
produktif antara 15-40 tahun.
Sementara dari sudut pandang
sosial budaya.
menunjukkan adanya tafsir
tunggal dan monolitik atas
Pancasila. Oknum negara telah
menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor
bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi
alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen
bangsa dengan dogmatisme
ideologi.
Merujuk pada UU No. 40/2009
tentang Kepemudaan, generasi
muda atau pemuda
didefinisikan sebagai “Warga
negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan
dan perkembangan yang berusia
16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun”. Sementara
itu dalam konteks demografi dan
antropologis, generasi muda
dibagi ke dalam usia persiapan
masuk dunia kerja, atau usia
produktif antara 15-40 tahun.
Sementara dari sudut pandang
sosial budaya.
menjadikan pancasila bukan
sebagai system norma dan koridor
bagaimana sebuah bangsa
dijalankan dan diarahkan, tetapi
pancasilah telah direduksi sebagi
alat kekuasaan untuk
mengendalikan semua elemen
bangsa dengan dogmatisme
ideologi.
Merujuk pada UU No. 40/2009
tentang Kepemudaan, generasi
muda atau pemuda
didefinisikan sebagai “Warga
negara Indonesia yang memasuki
periode penting pertumbuhan
dan perkembangan yang berusia
16 (enam belas) sampai 30 (tiga
puluh) tahun”. Sementara
itu dalam konteks demografi dan
antropologis, generasi muda
dibagi ke dalam usia persiapan
masuk dunia kerja, atau usia
produktif antara 15-40 tahun.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAINASIONALISME1.
Pengertian Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dantidak mengenal batas
wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu prosesdari gagasan yang muncul, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsayang lain akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia .

Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seolah-olah memudar karena
terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan
khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan
lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Namun
fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampak positif, berbagai macam perubahan yang
terjadi akibatnya dari globalisasi sudah sangat terasa, baik itu di tawaranang
politik,ekonomi,sosial,budaya,dan teknologi informasi.

Berbagai dampak negative terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter dampak dari
globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada hal-hal positif yang
sebenarnya bisa lebih banyak yang kita dapatkan dari fenomena globalisasi ini.Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu Negara negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengar uh negatif.
Pengaruh globalisasi diberbagai dalam kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan
lain-lain mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.

2.Pengaruh positif globalisasi

1) Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka


dandemokratis.Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahandijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapatmemberikan
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasanasionalisme terhadap
negara menjadi meningkat.

2) Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional,meningkatkan kesempatan


kerja dan meningkatkan devisa negara. Denganadanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yangmenunjang kehidupan nasional bangsa.

3)Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baikseperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yangsudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnyamemajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita
terhadapnya bangsa.

3.Pengaruh global negatifisasi


1) Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalismedapat membawa
kemajuan dan kesejahteraan. Sehingga tidak menutupkemungkin an berubah arah dari ideologi
Pancasilake ideologi liberalisme.Jika hal tersebut disebutkan terjadi akibatny rasa
nasionalismebangsa akan hilang.

2) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produkdalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri membanjiriIndonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negerimenunjukkan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat
kitaterhadap bangsa Indonesia.

3) Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitasdiri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat y ang oleh masyarakat dunia
diangg ap sebagai kiblat.

4) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kayadan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya danmiskin yang dapatmenggang gu kehidupan nasional bangsa.

5) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulianantarperilaku sesama


warga. Dengan adanya individualisme maka orangtidak akan peduli dterlibat dalam kehidupan
bangsa

.Pengaruh – pengaruh di atas memang tidak berpengaruh secara langsungterhadapnasionalisme.


Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasanasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakupan masyarakat secara global.
Apa yang di luar negeridianggap baik memberikan aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan dinegara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila terpenuhi
belumtentu sesuai di Indonesia. Bila tidak terpenuhi akan dianggap tidak aspiratif dandapat
bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan
PERANAN PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI DAN
MODERNISASI

Pancasila dibentuk pada sidang BPUPKI I dari 28 Mei- 1 Juni 1945. BPUPKI atau Dokuritsu
Zyundi Tyoosakai ini dibentuk untuk membicarakan dasar negara yang akan menjadi dasarnya
Indonesia merdeka. Terdapat tiga tokoh yang mengajukan gagasannya pada pembahasan dasar
negara yaitu Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiga tokoh tersebut memiliki kelima
gagasan yang berbeda. Dan yang akhirnya gagasan yang disetujui oleh anggota sidang yaitu
pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dengan 5 prinsip yang merupakan philosofische
grondslag (pandangan hidup) dan dasar negara, yaitu :

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Ir. Soekarno juga menawarkan bahwa bila dikehendaki hanya tiga sila maka menjadi socio-
nationalism, sociodemocratic, dan Ketuhanan. Apabila dikehendaki hanya satu saja maka
menjadi gotong royong. Dengan demikian Ir. Soekarno menjadi satu-satunya pembicara yang
utuh, jelas dan tegas menyatakan tentang dasar negara sebagai philosofische grondslag. Secara
filosofis Pancasila memuat nilai-nilai yang baik dan berakar dari kepribadian bangsa Indonesia
serta menjadi tuntunan dalam berpikir, berkata, dan bersikap di dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Perilaku yang sudah menjadi kebiasaan akan membentuk budaya,
dengan demikian Pancasila dapat dikatakan menjadi sumber budaya dalam beretika dan
bermoral. Pancasila sebagai Dasar Negara Istilah dasar negara dalam etimologis identik dengan
istilah grundnorm (norma dasar), rechtsidee (cita hukum), staatsidee (cita negara),
philosophische grondslag (dasar filsafat negara).2 Banyaknya pengertian mengenai dasar negara
dalam bahasa asing, mengakibatkan dasar negara bersifat universal, bersifat universal disini
memiliki arti setiap negara memiliki dasar negara. Di Indonesia yang menjadi salah satu negara
kaya akan kebudayaan, ras, suku, agama, dan adat istiadat dipersatukan dengan dasar negara
yang bernama Pancasila. Pancasila merupakan lima prinsip atau asas dasar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pancasila dilihat dari segi historis merupakan cerminan
dari ciri khas bangsa Indonesia. Dimana sejak dahulu sudah mampu mempersatukan bangsa ini
yang terdiri dari berbagai macam suku,ras, budaya, adat-istiadat. Disinilah karakter dan jati diri
bangsa Indonesia yang terkenal akan nilai-nilai luhurnya yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila dan juga diyakini maupun tidak dimiliki oleh bangsa lain. Secara yuridis atau dari
segi hukum pun mampu menuntun pandangan hukum yang jelas bagi masyarakat, sehingga
menjadikannya karakteristik tersendiri bagi hukum Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan
Pancasila juga dikatakan sumber dari segala sumber hukum, hal ini karena seluruh hukum yang
ada di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, dan ketika bertentangan maka
hukum tersebut tidak dapat disahkan atau dibatalkan. Selanjutnya Pancasila dari segi sosiologis
dapat dilihat dari kebhinnekaan yang tersebar di 17.000 pulau. Secara sosiologis sila-sila di
dalam Pancasila dapat dipraktekan dalam kehidupan nyata (materiil, formal, dan fungsional)
yang ada di dalam masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara artinya setiap sendi-
sendi kehidupan dan ketatanegaraan di Indonesia harus berlandaskan pada nilai Pancasila.
Dimana Pancasila harus menjadi kekuataan yang menjiwai aktivitas dalam berjalannya kegiatan
di negara ini. Pancasila merupakan hasil dari sidang BPUPKI yang bertujuan menjadikan
Pancasila sebagai dasar falsafah negara atau filosophische gromdslag bagi Indonesia merdeka.
Dengan begitu Pancasila memiliki kedudukan sebagai berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia


2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945
3. Menciptakan suasana hukum bagi hukum dasar negara
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan perintah
maupun penyelenggara negara lain untuk memelihara budi pekerti yang luhur.

Dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila bagi seluruh masyarakat Indonesia sudah tidak bisa
diragukan kembali, karena Pancasila tidak hanya menjadi sebuah dasar negara di republik ini
tetapi juga menjadi 5 nilai yang meyakinkan masyarakat Indonesia. Maka dari itu Pancasila juga
menjadi Ideologi bangsa Indonesia yang bersifat terbuka. Maksud dari ideologi terbuka yaitu
Pancasila tidak bersifat kaku atau tertutup, bahkan bisa mengikuti perkembangan jaman ke
jaman serta peradaban manusia yang berubah. Tetapi untuk nilai-nilai yang terdapat di dalam
Pancasila tetap dan tidak bisa diganti, sehingga penjabaran ideologi terlaksana dengan
interpretasi yang kritis dan rasional. Globalisasi dan Modernisasi Globalisasi dan modernisasi
merupakan salah satu fenomena sosial yang mulai muncul sejak jaman reformasi. Fenomena ini
membawa dampak baik maupun buruk terhadap Indonesia serta diiringi dengan kemajuan
teknologi, informasi, dan komunikasi yang dasyatnya dapat mengubah cara interaksi di realitas
masyarakat. Besarnya arus globalisasi dan modernisasi semakin memperkecil ruangan interaksi
individu satu dengan lainnya dan kelompok satu dengan lainnya. Teknologi dan informasi yang
semakin canggih berimbas kepada bagaimana masyarakat memperoleh informasi, jadi dapat
dikatakan masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi dan perubahan sosial itu terjadi
disana. Ketika masyarakat dengan gampang mendapatkan informasi atau pengetahuan maka
dengan gampang pula pengaruh informasi yang buruk atau tidak sesuai dengan pengetahuan
yang seharusnya didapatkan. Filterisasi di dalam menggapai informasi dan pengetahuan sangat
diperlukan di jaman pesatnya arus globalisasi dan modernisasi ini. Ketika diterimanya budaya
asing di Indonesia hal tersebut merupakan budaya modern “up to date” bagi kalangan yang
sangat mengikuti perkembangan arus globalisasi dan modernisasi. Selain itu, hedonisme yang
merupakan salah satu kebudayaan masyarakat konsumtif budaya barat atau budaya dikalangan
negara maju menjadi salah satu fenomena perubahan sosial di Indonesia. Budaya hedonisme
sangat mengancam Indonesia di seluruh kalangan masyarakat terutama para remaja, dengan
begitu maka budaya Indonesia perlahan semakin memudar. Kebudayaan Indonesia yang sopan,
santun, arif, dan dapat dikatakan masuk kea rah budaya ketimuran mulai hilang dengan
masuknya budaya barat ini. Di dalam perubahan sosial ini peranan Pancasila sangat diperlukan,
agar jati diri bangsa Indonesia terutama para remaja dan anak muda yang akan melanjutkan
nanti tetap menjadi pribadi bangsa Indonesia tanpa campur tangan negara lain. Faktor yang
melandasi adanya perubahan sosial yaitu discovery dan invention. Discovery merupakan
penemuan kebudayaan baru, dan discovery menjadi invention ketika masyarakat sudah
mengakuinya. Hal ini merupakan keterkaitan antaran modernisasi dan globalisasi, dimana
ketika aplikasi media sosial yang sudah digunakan oleh masyarakat dan masyarakat mengakui
bahwa mereka menggunakannya.4 Setiap masyarakat akan berubah, baik itu berubah cepat atau
lambat maupun luas atau terbatas. Perubahanperubahan itu mencakup nilai-nilai, pola perilaku,
susunan organisasi maupun interaksi sosial. Perubahan itu bisa terjadi karena masyarakat
mengalami perubahan dalam bermasyarakat. Perubahan sosial yang terjadi disebabkan karena
memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme yang terdapat di dalam silasila pancasila.
Kaum muda lebih memilih untuk bergaul dan mengekor kebudayaan barat dibandingkan dengan
kebudayaan sendiri, dapat dilihat dari cara berbicara, bersikap, berpakaian, dan pola hidup yang
lebih meniru gaya asing dibandingkan budaya Indonesia sendiri. Maka dari itu, peranan
pancasila sangat penting sebagai dasar negara di dalam menghadapi arus globalisasi dan
modernisasi yang masuk ke dalam Indonesia. Pancasila sangat berperan dalam menumbuhkan
rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan anak muda dengan didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Dimana nilai-nilai Pancasila satu dengan lainnya sangat menjiwai dan dijiwai untuk
mewujudkan satu kesatuan yang utuh dan menjadi landasan dalam berperilaku dan bertindak.
Di jaman global dan modern ini kita tidak bisa mengelak akan budaya-budaya yang masuk,
tetapi hal yang terpenting adalah bagaimana masyarakat Indonesia terkhususnya anak muda
menyaring budaya asing akan hal baik atau buruknya dan yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Karena masyarakat yang cinta akan bangsanya, ia akan menolak budaya yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme dan patriotisme harus
diungkapkan dengan benar, nasionalisme dan patriotisme yang luas dan sesuai dengan nilai
Pancasila. Maksudnya adalah kita mencintai budaya dan rela berkorban demi bangsa Indonesia,
tetapi juga tetap menghargai budaya bangsa asing dan tidak menerima secara begitu saja akan
budaya asing, karena seperti yang disampaikan tadi bahwa globalisasi dan modernisasi
memerlukan filterisasi. Peranan Pancasila terhadap Globalisasi dan Modernisasi Di era yang
sangat berkembang ini dengan adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi Pancasila yang
berfungsi sebagai dasar negara sangat penting peranannya sebagai pembatas agar masyarakat
dapat memfilterisasi budaya yang baik dan buruk serta sesuai dengan nilai dari Pancasila.
Semua itu juga perlu dukungan dari kesadaran masyarakatnya sendiri akan bahayanya pengaruh
buruk globalisasi dan modernisasi terhadap bangsa ini. Hal lain yang diharuskan dalam
menghadapi globalisasi dan modernisasi yaitu mengaktualisasikan Pancasila dalam bermoral
atau bertingkah laku. Dalam mewujudkan aktualisasi Pancasila, pada setiap nilai yang
terkandung di dalamnya dijabarkan dalam bentuk norma-norma atau peraturan-peraturan yang
ada keterkaitannya dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setidaknya ada
sepuluh nilai yang harus ditanamkan terhadap generasi untuk bertingkah laku yang baik yaitu,
Kebijaksanaan (wisdom), Keadilan (justice), Keteguhan (fortitude), Kontrol diri (selfcontrol),
Cinta dan Kasih Sayang (love), Perilaku positive (positive attitude), Kerja keras (hard work),
Kemampuan mengembangkan potensi (resourcefulness), Integritas (integrity), Kerendahan hati
(humility). (Lickona, 2013:6).
Peranan Pancasila dalam menghadapi fenomena global serta pengaruh modernisasi terhadap
masyarakat Indonesia dapat diaktualisasikan dan dijabarkan dari masingmasing kelima sila :

1. “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang memiliki arti percaya terhadap Tuhan dan
menjalankan kewajibanNya serta tidak memaksakannya terhadap orang lain. Ketika
masyarakat sudah percaya akan Tuhan dan tetap menjalankan kewajibanNya tidak akan
cepat terpengaruh dan tetap bisa menjaga dari pengaruh global, salah satu contoh Isis
yang mulai mempengaruhi islam-islam di seluruh dunia dengan pengaruh radikalisme
yang sangat kuat. Ketika masyarakat Indonesia sudah percaya terhadap Tuhan dan
mengetahui bahwa Islam di Indonesia tidak ada campur tangan dari negara manapun,
fenomena global dan pengaruh budaya dari luar tidak akan masuk ke Indonesia.
2. “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” artinya mengakui persamaan derajat sesama
manusia dalam hal hak dan kewajiban. Tidak hanya mengakuinya di dalam negara saja,
tetapi antar negara lain juga saling menghormati.
3. “Persatuan Indonesia” artinya patriotisme-persatuan, dimana mengutamakan
kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan individu. Dalam fenomena modernisasi
ketika budaya-budaya barat masuk ke Indonesia, ketika masyarakat sudah cinta terhadap
budaya sendiri maka budaya barat tidak akan secara gampang diterima di Indonesia.
4. “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” artinya demokrasi dan seluruh pengambilan keputusan
akan selalu berdasarkan hasil musyawarah dan kepentingannya untuk bangsa dan
negara. Jadi dapat dikatakan sila keempat akan memfilterisasi budaya barat ketika hasil
keputusan dari masyarakat Indonesia terhadap masuknya budaya barat tidak disetujui.
5. “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” artinya menjaga keseimbangan antara
hak dan kewajiban untuk memajukan kehidupan sosial. Jadi keadilan sangat diutamakan
di dalam sila kelima ini, ketika fenomena global dan pengaruh modern barat tidak
menjadi suatu keadilan bagi masyarakat Indonesia maka tidak bisa dikatakan bahwa hal
tersebut bisa masuk ke Indonesia.

Globalisasi merupakan proses mendunianya suatu hal sehingga batas negara akan hilang.
Sedangkan modernisasi merupakan proses perubahan dari yang belum maju ke yang lebih maju.
Kedua hal ini sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial yang terjadi di era saat ini. Dimana
globalisasi yang didorong oleh kemajuan IPTEK dan seluruh aspek yang lebih maju di suatu
negara serta dapat menghilangkan batas negara satu dengan lainnya. Maka dari itu setiap negara
diperlukan suatu dasar negara agar terdapat batasan diantara negara tersebut
BAB II

KESIMPULAN

Jadi,kesimpulan dari makalah ini adalah bangsa dan negara Indonesia tidak bisa menghindari
akan adanya tantangan globalisasi,dengan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam
menghadapi globalisasi bangsa Indonesia akan tetap bisa menjaga eksistensi dan jati diri bangsa
Indonesia. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa menyerap untuk disesuaikan
dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan jadi,nilai-nilai baru yang berkembang nanti tetap
berada diatas kepribadian bangsaIndonesia. Pasalnya, setiap bangsa didunia sangat memerlukan
pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuanya
ingin dicapai. Dengan pandangan hidup,suatubangsa mempunyai pedoman dalammemandang
setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam pandangan
hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga.
Dari hal inilah dapat disimpulkan bahwa ideologi pancasila sebagai dasar negarayang
mempunyai lambang Bhineka Tunggal Ika dapat dijadikan patokan dalam
menghadapitantangan era globalisasi.

Berdasarkan hasil penelusuran dapat disimpulkan bahwa Pancasila mempunyai peranan penting
dalam menjawab tantangan globalisasi. Era globalisasi membawa banyak alternatif ideologi
yang dapat mengancam ideologi Pancasila
Tantangan globalisasi antara lain munculnya eksklusivisme sosial, identitas politik, polarisasi,
dan fragmentasi sosial berbasis SARA.
Bonus demografi yang akan segera dinikmati Indonesia juga menjadi tantangan dalam
menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi.
Untuk menjawab tantangan tersebut, terdapat beberapa rekomendasi penerapan nilai-nilai
Pancasila di era globalisasi, seperti memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi
generasi muda dan masyarakat.
Pancasila saat ini diajarkan dan dikuatkan melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) yang menekankan pada teori dan praktik.
Urgensi Pancasila dalam menanamkan nasionalisme pada generasi muda di era globalisasi telah
ditegaskan dalam beberapa penelitian.

Serta Pancasila sebagai dasar negara sangat luas peranannya di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Seiring perkembangan jaman Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara yang hanya bertitik
tolak di negara Indonesia, tetapi juga beradaptasi dengan fenomena global dan perubahan yang modern
di seluruh aspek. Tranformasi budaya yang masuk ke Indonesia bisa saja menjadi pemecah belah
kesatuan Indonesia yang dibangun sejak dahulu, tetapi ketika peranan Pancasila masih dipegang teguh
oleh seluruh masyarakat Indonesia hal tersebut bisa terhindari. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang
sangat kental ditubuh masyarakat Indonesia mulai dirasa luntur, maka dari itu bangsa Indonesia perlu
meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air dalam
menghadapi pengaruh global dan modern sangat diperlukan. Untuk tumbuh menjadi bangsa yang besar
harus ditanamkan sikap nasionalisme dan cinta tanah air sejak dini, agar semakin tua bangsa ini semakin
kuat juga untuk bertahan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan.

SARAN

Saran kami sebagai penulis kepada para pembaca diharapkan bisa tetap menjaga kepribadian
bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi, serta bisa mengambil hal-hal positif dari
efekglobalisasi dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara sehingga
bisamembantu pembangunan dan perkembangan negara. Sebagai generasi muda kita harus
bisamempertahankan bangsa yang sudah dilanda maraknya suatu perubahan yang secara
mengglobalini. Sungguh ironi ketika bangsa ini memiliki generasi yang tidak bisa menyaring
pengaruh buruk asing yang bisa membuat dirinya terjerumus ke jalan yang menyesatkannya.
Kita sebagaiPendidik dan orang tua wajib menanamkan jiwa Pancasila yang ada di tubuh
Negara ini sebagai benteng pengaruh buruk tersebut. Dengan nilai-nilai Agama yang sesuai
ajaran Al- Qur’an dan Hadist.

Berdasarkan hasil penelusuran, berikut beberapa rekomendasi Pancasila dalam menyikapi


globalisasi:
Memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat
Penguatan nilai-nilai Pancasila melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) yang menekankan teori dan praktik
Menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi muda di tengah arus globalisasi
Membangun rasa keberagaman dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam setiap
kebijakan pemerintah
Penguatan nilai-nilai Pancasila berbasis kearifan lokal

Meningkatkan kesadaran akan bahaya pengaruh negatif globalisasi dan modernisasi

Menyusun strategi khusus penerapan nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial

Mendorong masyarakat untuk terus memperhatikan lingkungan disekit


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Komaruddin, et al. (Eds.). (2019). Pancasila in Indonesian Islam: A


History of Islamic Political Thoughts. Amsterdam University Press.

Simamora, D. R. (2017). Pancasila and the Challenge of Globalization: An


Indonesian Political Perspective. International Journal of Social Science and
Humanity, 7(6), 364-368.

Soetjipto, B. (2008). Pancasila as the State Ideology of Indonesia. International


Social Science Journal, 57(186), 387-399.

Soekanto, S. (1994). Pancasila: The Foundation of the State Ideology of


Indonesia. Asian Journal of Public Administration, 16(2), 221-232.

Witular, R. (2015). Indonesia’s Foreign Policy and Globalization: The Role of


Pancasila. Jurnal Hubungan Internasional, 3(2), 107-122.
Yudhoyono, S. B. (2005). Pancasila and the Global Challenges of the 21st
Century. Keynote Address at the Commemoration of the National Awakening
Day.
UUD 1945, Bab II, Pasal 29.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (2011). Pancasila and Human Rights:
A Journey Towards Maturity. Jakarta: Komnas HAM.

Ami, Yolanda., Mahfuza., Hasnah. 2019. “Pancasila Sebagai Dasar Negara”.


Hlm. 6, diakses dari: file:///C:/Users/User/Downloads/PPK N
%20KELOMPOK%201%20PGMI3%20SEM%205.pdf .

38 Nasution, Robby. 2017. “Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi Terhadap


Perubahan Sosial di Indonesia”. Vol.2, diakses dari:
file:///C:/Users/User/Downloads/981- 2480-1-SP.pdf .
Nurwadani, Paristiyanti. 2016. “Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi”. Vol. 72, diakses dari: https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/ 8-
PendidikanPancasila.pdf .

Soeprapto. 1995. “Aktualisasi Nilai-Nilai Filsafat Pancasila Notonagoro”. Hlm.


30, diakses dari: https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article /view/31577/1911

Anda mungkin juga menyukai