Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL ILMIAH

PENDIDIKAN PANCASILA
“AKTUALISASI PANCASILA UNTUK MENJAGA NKRI DI
ERA GLOBAL”
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah pendidikan
pancasila
Dosen Pengampu : Tutik Wijayanti, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
YAYANG FATMA IMANIA
NIM : 4201416019
Email : yayangfimania@gmail.com

PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
ABSTRAK

Diera globalisasi sangat diperlukan suatu pedoman bagi bangsa Indonesia berkaitan dengan
kulturasi budaya yang memungkinkan lunturnya kepribadian bangsa Indonesia. Beberapa
bidang yang terpengaruh oleh Aktualisasi pancasila diera globalisasi merupakan pedoman
yang dipakai untuk menjaga keutuhan NKRI (Negara kesatuan republik Indonesia ).Tujuan
dari artikel ilmiah ini adalah menganalisa aktualisasi pancasila di era global untuk
mempertahankan NKRI. Argumen utama dari artikel ini adalah globalisasi merupakan
sutau proses yang tidak dapat di hindari oleh masing-masing Negara di dunia,. Globalisasi
memberikan dampak posif dan negative, diantara dampak positifnya adalah meningkatkan
pembangunan suatu Negara dan mempererat hubungan antar Negara. Sedangkan dampak
negatifnya adalah lunturnya ideology atau kebudayaan disuatu Negara . aktualisasi
pancasila harus dilakukan dalam berbagai bidang seperti bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan hukum. Selain itu sikap kita dalam menyikapi arus globalisasi haruslah sesuai
dengan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bangsa.

Kata kunci : globalisasi, pancasila, aktualisasi, menjaga, NKRI,politik, ekonomi, sosial,


buaday,hukum, sikap.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara demokrasi yang menjunjung tinggi nilai persatuan dan
kesatuan di setiap aspek bernegaranya. Walaupun Indonesia memiliki banyak suku, ras,
agama dan budaya yang beragam, tidak menjadikan warganegaranya berpecah belah.
Indonesia memiliki semboyan bhineka tunggal ika yang menyatukan segala perbedaan.
Semboyan bhineka tunggal ika telah teraktualisai oleh pancasila sebagai ideologi dan dasar
Negara Indonesia yang telah di resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945.

Di era globalisasi sebagian besar Negara mau atau tidak mau pastilah harus
membaur dengan Negara lain. Proses globalisasi tidak lepas dari kulturalisasi budaya . tidak
heran banyak budaya yang tersebar di Negara lain dan banyak juga budaya suatu Negara
yang mulai luntur karena terkontaminasi oleh budaya lain. Aktualisasi pancasila menajdi
point penting dalam usaha untuk mempertahankan NKRI di era globalisasi.

Perkembangan zaman bukanlah suatu alasan sebagai penghancur nilai dan norma
yang terdapat dalam pancasila, Namun pancasila berperan sebagai bendungan penahan arus
derasnya globalisasi. Sudah 71 tahun bangsa Indonesia merdeka bebas dari penjajahan,
namun tanpa kita sadari kita masih dijajah secara tidak langsung oleh arus perkembangan
zaman, entah itu secara ekonomi, politik, dan gaya hidup masyarakat, dan selama 71 tahun
pula bangsa Indonesia telah tertanamkan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila dan
UUD 1945. Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara
lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak
diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu
Negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama,
yaitu Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berhasil atau tidaknya kita
menjawab tantangan keterbukaan zaman itu tergantung dari bagaimana kita dapat
memaknai dan menempatkan Pancasila dalam pola berpikir dan bertindak. Dalam artikel ini
akan dibahas mengenai aktualisasi pengamalan pancasila dan UUD 1945 dalam era
globalisasi dari berbagai bidang yaitu bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial dan
budaya, dan bidang hukum.

TINJAUAN PUSTAKA

Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan
ideologi Negara (soegito.2016)

Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara Indonesia yang


beragam, hal itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila sebagai jiwa bangsa
Indonesia, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup dan pedoman
bangsa Indonesia. Sebagai warga negara yang setia kepada nusa dan bangsa haruslah mau
mepelajari dan menhayati pancasila yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara ( Kaelan
dan Zubaidi, Ahmad. 2007 )..

Keutuhan negara dan bangsa ini bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa ini
berpegang kepada dasar negara Pancasila. Tugas kita ialah agar seluruh lapisan masyarakat
menyadari tentang makna dan hakikat perlunya berideologi. Kalau bangsa dengan lapisan
masyarakatnya sudah menyadari hal ini maka kita akan ambil sampai kepada tertib politik.
Tertib politik ini ialah kondisi yang diperlukan untuk kestabilan nasional ( Djamal.
1986:10).

Alfred north whitehead (1864-1947), tokoh utama filsafat proses, berpandangan


bahwa semua realitas dalam mengalami proses atau perubahan, kemajuan, kreatif dan baru.
Ealitas itu dinamik dan suatu proses yang terus menerus “menjadi “, walaupun unsure
pemanensi realitas dan identitas diri dalam perubahan tidak boleh diabaikan . sifat alamiah
itu dapat pula dikenakan pada ideologi pancasila sebagai suatu realitas .
PEMBAHASAN

a. Era Global

Di era global, Negara-negara berkembang mau tidak mau , suka tidak suka, harus
berinteraksi dengan Negara-negara maju. Melalui interaksi inilah Negara maju pada
akhirnya melakukan hagemoni dan dominasi terhadap Negara-negara berkembang dalam
relasi ekonomi politik internasional. Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap
bangsa tentunya memberikan tantangan yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukan. Era
keterbukaan sudah dan mulai mengakar kuat, identitas nasional adalah batang mutlak yang
harus dipegang agartidak ikut arus sama dan seragam yang melenyapkan warga local serta
tradisional bersamanya. Peru dipahami bahwa identitas nasional, dalam hal ini Pancasila
mempunyai tugas menjadi ciri khas, pembeda bangsa kita dengan bangsa lain selain
setumpuk tugas-tugas mendasar lainnya. Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan
tepat maka hal ia akan mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa.

Salah satu lokomotif globalisasi adalah teknologi informasi dan komunikasi.


Teknologi ini berimplikasi pada cepatnya proses informasi dan komunikasi di seluruh
belahan dunia. Kalau dulu pernah ada slogan “dunia tak selebar daun kelor” maka di era
globalisasi slogan itu sebenarnya telah usang, karena kenyataannya memang “dunia selebar
daun kelor”, Dunia menjadi sedemikian sempit dan kecil. Semua peristiwa yang terjadi di
suatu belahan dunia dapat langsung disaksikan detik itu juga di penjuru dunia lain, sekecil
apapun kejadian itu, dari peristiwa pemilihan presiden sampai perselingkuhan seorang
wakil rakyat. Begitu pula apa yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat dunia dapat
juga dilakukan oleh komunitas lainnya dalam model dan kualitas yang tidak berbeda.

Beberapa ciri penting (sekaligus sebagai implikasi) globalisasi adalah: Pertama,


hilangnya batas antarnegara (borderless world), maraknya terobosan (breakthough)
teknologi canggih, telekomunikasi dan transportasi, sangat memudahkan penduduk bumi
dalam beraktivitas. Dengan berdiam di rumah atau di ruang kantor, seseorang bisa bebas
selancar ke seluruh isi dunia, sampai-sampai rencana pembunuhan pun bisa diketahui
sebelumnya.

Secara alamiah, tanah air kita memiliki tiga karakteristik utama, yaitu secara
geografis sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau dan ratusan ribu
kilometer garis pantai serta terletak pada “posisi silang” antara dua benua dan dua samudra,
memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Serta secara demografis memiliki
keanekaragaman yang sangat luas dalam berbagai bidang dan dimensi kehidupan seperti
ras/etnis,agama, bahasa, kultur, sosial, ekonomi dan lain-lain.
Faktor letak strategis dan kekayaan sumber daya alam tadi akan semakin penting
manakala aspek geoekonomi, geopolitik dan geostrategi menjadi bahan tinjauan. 90%
energi yang dibutuhkan Jepang dikapakan melalu perairan Indonesa. 60% ekspor Austalia
dikirim ke Asia melalui perairan Indonesia. Amerika Serikat minta innocentpassage melinta
dari timur ke barat di dalam wilayah perairan territorial indonesia, bagi pemelihara
hegemoni dan aksesnya ke sumber minyak di TimurTengah, tidak heran jika banyak negara
berkepentingan terhadap kestabilan atau instabilitas indonesia yang kaya akan minyak,
mineral, hutan dan aneka ragam kekayaan laut. Oleh karenaya salah satu konsekuensi dari
ciri letak strategis dan kekayaan SDA tadi adalah masuknya berbagai pekentingan asing ke
dalam negeri kita.

Pergesekan antar berbagai kepentingan asing tersebut selain aneka kepentingan


internal / nasional dapat dilahirkan berbagai macam konflik di Indonesia. Sedangkan secara
demografis dengan 1072 etnik yang menghuni kepulauan Indonesia serta ribuan macam
adat-budaya, ratusan macam bahasa serta sekian banyak agama yang menjadi ciri
pluriformitas bangsa,sudah barang tentu selain menyimpan berbagai macam kekayaan
budaya, juga sekaligus mengandung berbagai potensi dan sumber konflik.

Tanpa disadari sebenarnya saat ini bangsa Indonesia sedang terlibat dalam suatu
peperangan dalam kondisi terdesak hampir terkalahkan. Kita dapat saksikan dengan kasat
mata terpinggirkannya nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan, gotong-
royong, toleransi, musyawarah mufakat dan digantikan oleh individualisme, kebebasan
tanpa batas, sistem one man one vote dan sebagainya.

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan


martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas
rokhani manusia. Unsur jiwa (rokhani) manusia meliputi aspek akal, rasa dan kehendak.
Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas. Rasa
dalam bidang estetis, dan kehendak dalambidang moral (etika).

b. aktualisasi pancasila

Moerdino (1995-1996) menunjukan adanya tiga tataran nilai dalam idologi


pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah :

pertama , nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak, yang terlepas dari
pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak,
bersifat amat umum, tidak terikat leh waktu ddan tempat, dengan kandungan kebenaran
yang bagaoikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya , maka nilai dasar berkenaan
dengan eksistensi sesuatu yang mencakup cita-cita , tujuan, tatanan dasar, dan ciri khasnya.
Nilai dasar pancasila ditetapkan oleh para pendiri Negara. Nilai dasar pancasila tumbuh
baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah
menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi
tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan, dan
kesatuan seluruh masyarakat.

Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat konstekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan
kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini
dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntunan zaman. Namun nilai instrumental
haruslah mengacu pada nilai dasar yang djabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan
dengan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru utnuk mewujudkan semangat
yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan
nilainya maka nilai instrumental merupakan kebijaksaan, strategi, organisasi, system,
rencana, program , bahkan juga pryek-proyek yang menindak lanjuti nilai dasar tersebut.
Lembaga Negara yang berwenang menyusun nilsi instrumental ini adalah MPR, Presiden
dan DPR.

Ketiga, nilai praksis yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari,
berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan ( mengaktualisasikan) nilai pancasila. Nilai
praksis terdapatpada demikian banyak wujud penerapan nilai pancasila, baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislates maupun yudikatif, oleh
organisasi kekuatan politik, oleh organisasi kenasyarakatan, badan-badan ekonomi ,
pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warga Negara secara perseorangan .dari segi
kandungan nilainya, nilai praksis merpakan gelanggang petarungan antara idealism dan
realita.

Jika ditinjau dari pelaksaan yang dianut, maka sesungguhnya pada nilai praksislah
ditentukan tegak atau tidaknya niali dasar dan ni;ai instrumental itu. Bagi suatu ideology,
yang paling penting adalah bukti pengalamannya atau aktualisasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangs, dan bernegara. Suatu ideology dapat memiliki rumusan yang
amat ideal dengan ulasan yanga mat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar dan nilai
instrumental. Akan tetapi , jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidk dapat
diaktualisasikan, maka ideology tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. Bahkan
moerdiono menegaskan, bahwa tantang terbesar bagi seluruh ideology adalah menjaga
konsistensi antara nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksisnya.
Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai pancasila kedalam
praktek hidup berbangsa dan bernegara maka perlu pancasila yang formal. Universal itu
ditransformasikan menjadi rumusan pancasila yang umum dan kolektif dan bahkan menjadi
pancasila yang individual. (suwarno;1993)

Artinya, pancasila menjadi sifat dari subjek kelompok dan individual, sehingga
menjiwai semua tingkah laku dalam lingkungan praksisnya dalam bidang kenegaraan,
politik dan pribadi. Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideology pancasila adalah
kehidupan praksis kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhna.
Soejati djiwangdono mensinyalir, bahwa masih terdapat beberapa kekeliruan yang
mendasar dalam cara orang memahami dan enghayati Negara pancasila dalam berbagai
seginya. Kiranya tidak tepat membut”sacral” dan taboo berbagai konsep dan pengertian
seakan –akan sudah jelas betul dan pasti betul, tuntas dan sempurna sehingga tidak boleh
dipersoalkan lagi. Belum teraktualisasinya pancasila secara konsisten dlam tatana prakisi
perlu terus menerys diadakan peruabahan, baik dalam arti konseptual maupun operasional.
Banyak hal harus di tinjau kembali dan di kaji ulang. Beberapa mungkin perku dirubah ,
beberapa lagi perlu dikembangkan lebih lanjut dan jelaskan atau diperjelas, dan beberapa
lagi perlu ditinggalkan.

Aktualisasi nilai pancasila dituntut untuk selalu mengalami pembaharuan. Hakekat


pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui system yang ada atau dengan kata
lain, pembaharusan mengandaikan adanya dinamika internal dalam diri pancasila .
menguatkan pendekatan teori aristotles, bahwa di dalam diri pancasila sebagai realitas
menganut potensi , yaitu dasar kemungkinan. Potensi dalam pengertian ini adalah
kemampuan real subjek untuk dapat diubah.jika dikaitkan dengan aktualisasi niali
pancasila, maka pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan perundang-undangan pada
segala tingkaran , sebagai aktulisasi niali-nilai pancasila harus terbuka terhadap peninjauan
dan penilaian atau pengkajian tentang keterkaitan nilai dasar pancasila.

Aktualisasi pancasila adalah Sebagai suatu paradigma, Pancasila merupakan model


atau pola berpikir yang mencoba memberikan penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai
manusia personal dan komunal dalam bentuk bangsa. Pancasila yang merupakan satuan
dari sila-silanya harus menjadi sumber nilai, kerangka berfikir, serta asas moralitas bagi
pembangunan.Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi
secara obyektif dan subyektif. Aktualisasi pancasila secara obyektif yaitu aktualisasi
pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan
Negara, bidang politik, bidang ekonomi dan bidang hukum. Sedangkan aktualisasi
pancasila secara subyektif yaitu aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama dalam
aspek moral dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula alat
perekat yang sangat ampuh bagi negara bangsa yang spektrum kebhinekaannya teramat
lebar (multfi-facet natio state) seperti Indonesia. Alat perekat tersebut tiada lain daripada
Pancasila yang berfungsi pula sebagai ideologi, dasar negara serta jatidiri bangsa. Untuk
dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus diimplementasikan dalam
segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, budaya, hukum.

1. Bidang Politik

Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam


pembukaan UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi
seluruh rakyat indonesia”.Sehingga system politik Indonesia adalah Demokrasi pancasila .

Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam
arti rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam
pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah wadah
pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya,
peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik
seperti para pegawai Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial
agar berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai
abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta
cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.

Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah yang berhakikat:

a. kebebasan, terbagikan/terdesentralisasikan, kesederajatan, keterbukaan, menjunjung


etika dan norma kehidupan
b. kebijakan politik atas dasar nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi yang
memperjuangkan kepentingan rakyat , kontrol publik,
c. Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-
luasnya,
d. Supremasi hukum.
Begitu pula standar demokrasi yang :

a) bermekanisme ‘checks and balances’, transparan, akuntabel,


b) berpihak kepada ‘social welfare’, serta
c) meredam konflik dan utuhnya NKRI.

perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi serta
melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh aktualisasi
Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti perbaikan di tingkat
penyelenggara pemerintahan. Lembaga-lembaga negara mesti paham betul bagaimana
bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila. Eksekutif, legislatif, maupun yudikatif harus terus
berubah seiring tantangan zaman.

Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi pancasila dan mekanisme


Undang Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak seimbangan kekuasaan diantara
lembaga-lembaga negara dan makin jauh dari cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang
ditandai dengan berlangsungnya sistem kekuasaan yang bercorak absoluth karena
wewenang dan kekuasaan Presiden berlebih (The Real Executive ) yang melahirkan budaya
Korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga terjadi krisis multidimensional pada hampir
seluruh aspek kehidupan.

Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat yang mengidap penyakit “amoral” meminjam
istilah Sri Mulyani-moral hazard. Hampir tiap komunitas (BUMN maupun BUMS),
birokrasi, menjadi lumbung dan sarang “bandit” yang sehari-hari menghisap uang negara
dengan praktik KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul
ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap
pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman
bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka
kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150
tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini ,
pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah,
maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal dengan istilah ”The
Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan
berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya
segera diubah menjadi public services management.

2. Bidang Ekonomi

Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan menerapkan sistem


ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni mekanisme harga dan social (sistem
ekonomi campuran), bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan
agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-
was, dan rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset
produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting
bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak. Sehingga perlu pengembangan
Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat menjamin dan berpihak pada pemberdayaan
koperasi serta usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM).selain itu ekonomi yang
berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhanya
tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada atau
turut campur.

Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan


artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga
tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di
Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun
sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini
dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi
interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:

a. ekonomika etik dan ekonomika humanistic


b. nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
c. ekonomi berkeadilan social.
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan Orde Lama
yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan mendasar
(radically). Bermula dari krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke lingkungan
perbankan hingga ke lingkup perindustrian.

Kebijakan perekonomian Indonesia yang diterapkan tidak membumi, hanya sebatas


“membangun rumah di atas langit” dan akibatnya upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat menjadi tersingkirkan. Rakyat masih terus menjadi korban kegagalan kebijakan
pemerintah.

Potret perekonomian Indonesia semakin buram, memperhatikan kebijakan pemerintah


yang selalu “pasrah” dengan Bank Dunia atau pun International Monetary Fund (IMF)
dalam mencari titik terang perbaikan ekonomi Indonesia. Belum lagi menumpuknya utang
luar negeri semakin menghimpit nafas bangsa Indonesia, sampai-sampai seorang bayi baru
lahir pun telah harus menanggung hutang tidak kurang dari 7 juta rupiah.

Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk


segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan masalah
baru bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar langkah Orde
baru dinilai sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat
Indonesia yang sejak dahulu berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat,
setelah 30 tahun dicekoki ideologi ‘ekonomisme’ itu justru kualitas hidup masyarakat
Indonesia semakin merosot tajam (dekadensia).

Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan
(ketergantungan) pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk
perekonomian masyarakat yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok
negeri tidak tersentuh. Hal ini juga terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang
tidak proporsional, tidak mencerminkan model perekonomian yang telah dibangun oleh
para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat dilihat pada beberapa kasus, misalnya,
pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang sulit mencari sesuap nasi,
mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat miskin), atau jaring pengaman
sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.
3. Bidang Sosial Budaya

Aktualisasi Pancasila dalam bidang social budaya berwujud sebagai pengkarakter sosial
budaya (keadaban) Indonesia yang mengandung nilai-nilai religi, kekeluargaan, kehidupan
yang selaras-serasi-seimbang, serta kerakyatan profil sosial budaya Pancasila dalam
kehidupan bangsa Indonesia yang gagasan, nilai, dan norma/aturannya yang tanpa paksaan
sebagai sesuatu yang dibutuhkan proses pembangunan budaya yang
dibelajarkan/dikondisikan dengan tepat dan diseimbangkan dalam tatanan kehidupan,
bukan sebagai suatu warisan dari generasi ke generasi, serta penguatkan kembali proses
integrasi nasional baik secara vertical maupun horizontal.

Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan


bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun,
ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain. Budaya Indonesia memang mengalami
perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini
didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia.
Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan yang masih sejalan dengan
Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan
budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia.

Seperti terjadinya pergeseran gaya hidup (life style) yang oleh sejumlah pakar gejala ini
termasuk jenis kemiskinan sosial-budaya. Beberapa indikasi dapat dikemukakan di sini,
antara lain: manusia hidup cenderung materialistik dan individualistik,menurunnya rasa
solidaritas, persaudaraan, rasa senasib-sepenanggungan, keharusan mengganti mata
pencaharian, pelecehan terhadap institusi adat, dan bahkan pengikisan terhadap nilai-nilai
tertentu ajaran agama. Ciri ini telah ada dan berkembang hingga ke daerah-daerah. Dulu
masih dapat dinikmati indahnya hubungan kekeluargaan (silaturrahim), realitas sekarang
semua itu sudah tergantikan dengan komunikasi jarak jauh. Misalnya, kebiasaan
berkunjung ke daerah untuk merayakan lebaran atau hari-hari penting lainnya, telah
tergantikan dengan telpon atau e-mail. Mestinya kondisi ini tidak perlu terjadi pada bangsa
yang dikenal ramah, santun, dan religius.

Perobahan sosial berikutnya bahwa pluralitas tidak terfocus hanya pada aspek SARA,
tetapi dimasa yang akan datang kemajemukan masyarakt Indonesia yang sangat heterogen
ditandai dengan adanya sinergi dari peran, fungsi dan profesionalisme individu atau
kelompok. Sehingga kontribusi profesi individu/kelompok itulah yang akan mendapat
tempat dimanapun mereka berprestasi.
Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi karena
pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu
harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila.
Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya pada tingkat
propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada tingkat kemampuan
mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan kehendak manusia.

4. Bidang Hukum

Pertahanan dan Keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi tercapainya
hidup manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, harus menjamin hak-hak dasar,
persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan hankam. Pertahanan dan keamanan
harus diletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai soatu Negara hukum dan bukannya
suatu Negara yang berdasarkan kekuasaan.

Mengingat TNI sebagai bagian integral bangsa Indonesia senantiasa memegang


teguh jati diri sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional berperan serta
mewujudkan keadaan aman dan rasa aman masyarakat, sesuai perannya sebagai alat
petahanan NKRI. TNI sebagai bagian dari rakyat berjuang bersama rakyat, senantiasa
menggugah kepedulian TNI untuk mendorong terwujudnya kehidupan demokrasi, juga
terwujudnya hubungan sipil militer yang sehat dan persatuan kesatuan bangsa melalui
pemikiran, pandangan, dan langkah-langkah reformasi internal ini.

Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang harus segera
direlisasikan, khususnya dalam bidang hukum antara lain:

1. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan
menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbarui Undang-undang
warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan
gender dan ketidak sesuaiaannya dengan tuntutan reformasi melalui program
legislasi.
2. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan para penegak hukum, termasuk
Kepolisian RI, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan
kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta
pengawasan yang efektif.
3. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa
dan pihak manapun.
4. Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya
kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya
negara hukum.
Satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara hukum,
artinya semua lembaga, institusi maupun person yang ada di dalamnya harus tunduk dan
patuh pada hukum. Maka ketika hukum di Indonesia betul-betul ditegakkan dengan tegas,
dan dikelola dengan jujur, adil dan bijaksana, insya Allah negeri ini akan makmur dan
tentram.

Namun saat ini betapa rapuhnya sistem dan penegakkan hukum (law enforcement)
di negeri ini dan karena itu merupakan salah satu kendala utama yang menghambat
kemajuan bangsa, sistem hukum yang masih banyak mengacu pada sistem hukum kolonial,
penegakkan hukum yang masih terkesan tebang pilih, belum konsisten merupakan mega
pekerjaan rumah serta jalan panjang yang harus ditempuh dalam bidang hukum,
Kepercayaan masyarakat terhadap supremasi hukum, termasuk lembaga-lembaga penegak
hukum, kian terpuruk .

c. Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan Negara
Indonesia

Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi


membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan
tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru
menjadi korban atas semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat
menjadi berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi
akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai
kesiapan untuk memasukinya. Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari
pergaulan dengan bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi
budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain
yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang
di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon
masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan
tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai
yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat dilakukan,
antara lain:

a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat
atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua
negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai
akibat atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja,
akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.

Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi


tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala
kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan
tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan
tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi
kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang
akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita
sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian
kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila.

KESIMPULAN

Proses globalisasi tidak bisa kita hindari, globalisasi meruapakan tantangan bangsa
ini . Globalisasi dapat bersifat menguntungkan bangsa ini, namun jika tidak disikapi dengan
baik maka akan memberikan damapak buruk bagi bangsa ini, terutama dalam hal ideology
berbangsa dan bernegara. Indonesia sesungguhnya memiliki satu pamungkas yang
menyatukan sekian potensi lokal dalam sebuah perahu untuk mengarungi arus globalisasi,
yakni Pancasila. namun dengan begitu derasnya arus globalisasi yang menerpa bangsa ini,
seakan memudarkan nilai-nilai pancasila yang seharusnya dapat diaktualisasikan oleh
seluruh masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang.

Dalam bidang Politik Indonesaia menganut system demokrasi pancasila , dimana


kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.yang menjadi masalah adalah ketika seseorang
sudah menjadi penguasa, pengamalan pancasila mulai terlupakan dan realisasinya masih
seorang penguasa yang memegang kekuasaan tertinggi.
Bidang Ekonomi aktualisasian pancasila dalam ini yaitu dengan menerapkan sistem
ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni mekanisme harga dan social (sistem
ekonomi campuran), bukan pada mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan
agar rakyat bebas dari kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-
was, dan rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset
produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi yang penting
bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak. Ekonomi menurut pancasila adalah
berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun
tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang
mematikan. Sehingga perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat
menjamin dan berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah, kecil, dan
mikro (UMKM).

Pada era globalisasi ini dimana persaingan dalam berbagai bidang, khususnya yang
bersentuhan dengan ekonomi sangatlah kompetitif, terutama dalam bidang usaha dan
perdagangan. Kesalahan dalam memilih orang pada posisi-posisi penting ekonomi akan
membawa akibat fatal. Mereka hanya memperpanjang daftar penderitaan rakyat, jika
mereka tidak memiliki rasa simpati yang ditingkatkan menjadi empati terhadap denyut nadi
kehidupan rakyat,dengan menyederhanakan birokrasi dalam berbagai perizinan, menghapus
berbagai pungutan dan retribusi yang mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, menciptakan
rasa aman dan sebagainya yang akan membuahkan suasana kondusif bagi dunia usaha
untuk meningkatkan kinerjanya.

Dalam bidang Sosial Budaya Aktualisasi Pancasila dalam bidang social budaya
berwujud sebagai pengkarakter sosial budaya (keadaban) Indonesia yang mengandung
nilai-nilai religi, kekeluargaan, kehidupan yang selaras-serasi-seimbang, serta kerakyatan
profil sosial budaya Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia yang gagasan, nilai, dan
norma/aturannya yang tanpa paksaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan proses
pembangunan budaya yang dibelajarkan/dikondisikan dengan tepat dan diseimbangkan
dalam tatanan kehidupan, bukan sebagai suatu warisan dari generasi ke generasi, serta
penguatkan kembali proses integrasi nasional baik secara vertical maupun horizontal.

Dalam bidang hukum, Pertahanan dan Keamanan Negara harus berdasarkan pada
tujuan demi tercapainya hidup manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, harus
menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan hankam.
Pertahanan dan keamanan harus diletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai soatu
Negara hukum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan kekuasaan.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada
diri kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar
kita tidak terkena dampak negatif dari globalisasi. Dan etika dan budaya harus disesuaikan
dengan nilai-nilai pancasila

DAFTAR PUSTAKA

Damodiharjo, Darji, dkk. 1981. SANTIAJI PANCASILA surabaya: Usaha Nasional.

Djamal. DRS.D. 1986. POKOK-POKOK BAHASAN PANCASILA. Bandung: Remadja


Karya CV.

Kaelan dan Zubaidi, Achmad. 2007. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK


PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta: Paradigma.

Moerdino. 1995/1996. “Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Menghadapi Era Globalisasi


dan Perdagangan Babas”, dalam Majalah Mimbar No.75 tahun XIII.

Nasution, Harun. 1970. FILSAFAT AGAMA, BULAN BINTANG. Jakarta : 137.

Soedjati Djiwandono, J. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila (Tinjauan Kritis ke Arah
Pembaharuan. Jakarta: CSIS.

Soegito, Ari Tri,dkk. 2016. PENDIDIKAN PANCASILA EDISI REVISI


2016.SEMARANG:UNNES

Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Whitehead, Alfred North. 1979. Process and Reality. New York: The Free Press

Wijarnako, Agus (2011), “AKTUALISASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA”.yogyakarta: Jurnal Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer (AMIKOM) YOGYAKARTA.Vol.14.No.1:9

Anda mungkin juga menyukai