Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan


Nasionalisme Bangsa”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Agus Sikwan, SH.,M.Hum

Disusun oleh:
Berlin Lintang Darristi (H1031211006)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2021/2022
ABSTRAK

Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan Nasionalisme Bangsa

Di era globalisasi, banyak aspek-aspek yang mengalami perkembangan yang


signifikan. Perkembangan yang terjadi tentunya membawa suatu kemajuan bagi segala
aspek yang mendapat dampak adanya globalisasi. Sebagai proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan
komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan
seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-
lain.

Nasionalisme bangsa Indonesia dapat terus dipertahankan dan dilestarikan dengan

mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan kehidupan

berbangsa dan bernegara. Yang sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada

sila ke-3 yakni Persatuan Indonesia yang bermakna Menjaga Persatuan dan Kesatuan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Rela berkorban demi bangsa dan negara.

Dari pembahasan diatas, bahwasanya Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

kehidupan sehari-hari dalam kehidupa berbangsa dan bernegara dapat menumbuhkan

semangat nasionalisme yang kuat dalam mengantisipasi perubahan-perubahan di era

globalisasi demi mempertahankan nasionalisme dan keutuhan bangsa Indonesia.

Kata kunci: globalisasi, pancasila, implementasi, nasionalisme


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi, banyak aspek-aspek yang mengalami perkembangan yang

signifikan. Perkembangan yang terjadi tentunya membawa suatu kemajuan bagi segala

aspek yang mendapat dampak adanya globalisasi. Sebagai proses, globalisasi

berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan

waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan

komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan

seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-

lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam

globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala

informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh

dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak

mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan

yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya

sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi

bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.

Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krisna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme

Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005).

Proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu

dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat

dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua

bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan

keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung

utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga

segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke

seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara

termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan

pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan

politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai

nasionalisme terhadap bangsa. Dengan adanya globalisasi yang mulai mempengaruhi

dan masuk ke lingkup nasionalisme, maka diperlukan adanya suatu tindakan preventif

dan filtrasi yang dipandang ampuh dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan

oleh pengaruh globalisasi yang kini mulai mengikis semangat nasionalisme.


1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas,dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh adanya globalisasi terhadap kualitas nasionalisme bangsa?

2. Bagaimana peran pendidikan kewarganegaraan dalam mengatasi pengaruh

globalisasi terhadap nasionalisme bangsa?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh globalisasi terhadap kualitas nasionalisme

bangsa.

2. Untuk mengetahui peran pendidikan kewarganegaraan dalam mengatasi pengaruh

globalisasi terhadap nasionalisme bangsa.


BAB II

PENDEKATAN HISTORIS

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat

Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta

membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah

diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,

yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu

kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa

Indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu

diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai

luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap

penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,

baik di pusat maupun di daerah.


Secara bahasa nasionalisme barasal dari kata nation, yang berarti bangsa. Jadi

nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Han Kohn dalam

Budi Cahyo (1995) memberikan makna nasionalisme sebagai suatu paham yang

berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepeda Negara

kebangsaan. Dengan makna yang demikian nasionalisme memiliki pokok kekuatan

dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya dan penyerahaan

setinggitingginya.

Bagi bangsa Indonesia, nasionalisme merupakan hal yang sangat mendasar sebab

ia telah membimbing dan mengantar bangsa Indonesia dalam mengarungi hidup dan

kehidupannya (Budi Cahyo, 20;1995). Nasionalisme adalah manifestasi kesadaaran

bernegara atau semangat bernegara (Slamet Muljana, 3;2008). Sehingga barang siapa

yang merasa dirinya adalah warga Negara yang memiliki jiwa nasionalisme,

selayaknya membuktikan dengan perbuatan yang nyata untuk menunjukkan rasa cinta

negaranya.

Nasionalisme di Indonesia lahir dengan proses yang panjang, tidak instan. Sehingga

dalam perkembanganya tampak bahwa proses pendewasaann dan kematangan konsep

nasionalisme Indonesia bergerak dari nasionalisme cultural, berkembang ke

sosioekonomis, dan memuncak manjadi nasionalisme politik revolusioner yang

mempunya aspek multidimensional (Budi Cahyo, 27;1995)


Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan kedalam memperhebat nation

building dan character building sesuai dengan falasafah dan pandangan hidup bangsa

(Budi Cahyo 21:1995). Pancasila, inilah cara pandang yang digunakan dalam

membangun nasionalisme bangsa. Dengan cara pandang tersebut kita dapat melakukan

pemikiran membangun nasional bangsa. Muljana (2008) menerangkan; “cara berpikir

nasional ialah sikap seseorang terhadap kesadaran bernegara. Cara berpikir nasional

memiliki ciri khusus, berupa norma obyektif; mengutamakan kepentingan kehidupan

nasional. Segala perbuatan baik yang berisifat ke luar maupun kedalam diukur dengan

norma tersebut. Apakah suatu tindakan itu menguntungkan kehidupan nasional

ataukah justru merugikan. Bila merugikan, perlu bahkan wajib ditinggalkan jika

kesadaran bernegara memang terdapat dalam hati warga Negara yang

bersangkutan.”
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Bangsa di Era Globalisasi

Seperti yang dikemukakan diatas, budaya globalisasi sedang melanda dunia, tak

terkecuali Inodonesia. Segala aspek secara tidak langsung mendapatkan pengaruh yang

dengan adanya globalisasi ini. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam

masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda

juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda

kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan

gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis

yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan

yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara

berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan

gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi

orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau

melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan

kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas

dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi

santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh

manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang

ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Seperti

tindakan kriminalitas dan lain-lain. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada

karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, Moral generasi bangsa menjadi rusak,

timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai

nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa

sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus

masa depan bangsa. Seharusnya penerus bangsa mempuyai sikap nasionalisme yang

kuat demi mempertahankan budaya dan nilai-nilai Pancasila yang dijadikan landasan

dalam berbangsa dan bernegara dalam rangka memupuk serta membudayakan rasa

semangat dan jiwa nasionalisme bangsa. Kehadiran globalisasi tentunya membawa

pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi

dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai

bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-

lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.


Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, antara lain :

1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan

demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika

pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat

tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme

terhadap negara menjadi meningkat.

2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan

kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut

akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan

nasional bangsa.

3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos

kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk

meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan

mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme, antara lain :

1) Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat

membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan

berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi

akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.


2) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri

karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza

Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk

dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita

terhadap bangsa Indonesia.

3) Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai

bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh

masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

4) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan

miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut

dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat

mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku

sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli

dengan kehidupan bangsa.

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak

daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi

pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.


3.2 Peranan Pancasila Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi

Dunia kini tengah mengalami perubahan drastis dengan berbagai kemajuan yang

telah dicapai. Perubahan wajah dunia telah membawa pengaruh bagi perubahan sosial

di Tanah Air. Perubahan sosial yang terjadi tentu tak bisa dipandang sebelah mata

mengingat perubahan tersebut mengandung kekuatan dan dinamika yang menyangkut

tata nilai, sikap, dan tingkah laku bangsa dan rakyat Indonesia. Bagi bangsa dan rakyat

Indonesia yang membangun bangsa dan negara dengan kekuatan dan

kepribadian sendiri, perubahan sosial tak berarti westernisasi atau kebarat-baratan.

Seyogianya, perubahan sosial yang terjadi dipandang sebagai upaya bangsa untuk

mengembangkan kepribadiannya sendiri melalui penyesuaian dengan tuntutan dan

kebutuhan masyarakat modern. Atau dengan kata lain, dengan kepribadiannya sendiri,

bangsa dan negara Indonesia berani menyongsong dan memandang pergaulan dunia.

Kini, mau tak mau dan suka tak suka, bangsa Indonesia harus hidup dan berada di antara

pusaran arus globalisasi dunia.

Tetapi, harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati

diri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas

kepribadian bangsa lain mungkin saja mendatang kemajuan, tetapi kemajuan tersebut

akan membuat rakyat menjadi asing dengan dirinya sendiri.


Seperti yang terjadi saat ini dimana rakyat tidak lagi mengenal dirinya sendiri.

Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar melalui nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam Pancasila. Rakyat dan bangsa yang kehilangan jati

dirinya sendiri senantiasa berada dalam kegelisahan sehingga akhirnya menjadi lemah.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring

agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja

yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata

nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut

terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan

bangsa Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau

budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya.

Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup

dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana

saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan

begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian

bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan

hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang

hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam

memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan

tersebut.
3.3 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menumbuhkan Nasionalisme
Bangsa

Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, mata pelajaran

Pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah sekarang ini seolah hanya pelengkap

kurikulum, dan tidak dipelajari secara serius oleh peserta didik. Pelajar dan guru hanya

mengejar mata pelajaran-mata pelajaran yang menentukan kelulusan saja. Temuan ini

menegaskan, hasil survei lembaga-lembaga lain yang dilakukan sekitar tahun 2006 dan

2007 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai

Pancasila merosot tajam.

Bagi kalangan tertentu, keprihatinan tersebut mungkin dipandang sebagai sikap

konservatif. Namun, dalam konteks berbangsa, ini adalah sebuah fakta bahwa

kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan pendidikan kewarganegaraan tidak lagi

populer. Penyebabnya bisa macam-macam, satu hal yang patut kita beri perhatian,

yakni fenomena ini mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa kita sedang

terancam. Sebagai dasar negara, Pancasila adalah barometer moral di mana kerangka

kewarganegaraan harus didasarkan. Pancasila secara fundamental merupakan kerangka

yang kuat untuk pendefinisian konsep kewarganegaraan yang inklusif, sebab

didalamnya memiliki komitmen yang kuat terhadap pluralisme dan toleransi.

Komitmen inilah yang mampu mempersatukan dan menjaga keutuhan bangsa yang

terdiri 400 lebih kelompok etnis dan bahasa.


Inilah pentingnya kita kembali peduli kepada Pancasila, melaksanakan

komitmen-komitmennya dan menegakkan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sebagai

warga negara, kita juga memiliki tanggung jawab mengawasi pelaksanaan

komitmenkomitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya.

Sebenarnya banyak cara menumbuhkembangkan rasa nasionalisme masyarakat

Indonesia di tengah wacana mengenai kekhawatiran akan semakin tajamnya

kemerosotan nasionalisme. Nasionalisme dapat dipupuk kembali dalam

momentummomentum yang tepat seperti pada saat peringatan hari sumpah pemuda,

hari kemerdekaan, hari pahlawan dan hari besar nasional lainnya, guru maupun dosen

yang tulus mengajar dengan baik dan dengan ikhlas menuntun para siswa hingga

mampu mengukir prestasi yang gemilang,

pelajar yang belajar dengan sungguhsungguh dengan segenap kemampuannya

demi nama baik bangsa dan Negara, cinta serta bangga tanpa malu-malu menggunakan

produk-produk dalam negeri demi kemajuan ekonomi Negara. Bukan itu saja

nasionalisme juga dapat dibangun melalui karya seni seperti menciptakan lagu-lagu

yang berslogan cinta tanah air, melukis, seni peran yang bertajuk semangat juang untuk

negara dan karya-karya seni lainnya. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang

tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.


Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.Mewujudkan

supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya

dan seadil- adilnya. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,

ekonomi, sosial budaya bangsa.

Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang

dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan

suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan

hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu

bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang

bersangkutan untuk mewujudkannya.

Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa

Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa

lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia

sendiri. Bangsa dan rakyat Indonesia sangat patut bersyukur bahwa founding fathers

telah merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia

yang dikenal dengan nama Pancasila. Bahwa Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa

seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa

Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa

Indonesia.
Karena itu, Pancasila tak bisa terlepas dari tata kehidupan rakyat sehari-hari

mengingat Pancasila merupakan pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita moral yang

meliputi seluruh jiwa dan watak yang telah berurat-berakar dalam kebudayaan bangsa

Indonesia. Kebudayaan bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah menegaskan bahwa

hidup dan kehidupan manusia bisa mencapai kebahagiaan jika dikembangkan secara

selaras dan seimbang baik dalam pergaulan antar anggota masyarakat selaku pribadi,

hubungan manusia dengan komunitas, hubungan dengan alam, maupun hubungan

dengan Sang Khalik.

Maka, guna meredam pengaruh dari luar perlu dilakukan akulturasi kebudayaan

akibat globalisasi. Artinya, budaya dari luar disaring oleh budaya nasional sehingga

output yang dikeluarkan seusai dengan nilai dan norma bangsa dan rakyat Indonesia.

Memang masuknya pengaruh negatif budaya asing tidak dapat lagi dihindari, karena

dalam era globalisasi tidak ada negara yang bisa menutup diri dari dunia luar. Oleh

sebab itu, bangsa Indonesia harus mempunyai akar-budaya dan mengikat diri dengan

nilai-nilai agama, adat istiadat, serta tradisi yang tumbuh dalam masyarakat. Pancasila

dapat ditetapkan sebagai dasar negara karena sistem nilainya mengakomodasi semua

pandangan hidup dunia internasional tanpa mengorbankan kepribadian Indonesia. Hal

ini akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan semangat untuk ber-nasionalisme.
Nasionalisme bangsa Indonesia dapat terus dipertahankan dan dilestarikan

dengan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan

kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang sesuai dengan pengamalan nilai-nilai

Pancasila pada sila ke-3 yakni Persatuan Indonesia yang bermakna Menjaga Persatuan

dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Rela berkorban demi bangsa dan

negara. Cinta akan Tanah Air, Berbangga sebagai bagian dari Indonesia dan

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka

Tunggal Ika merujuk pada semangat Nasionalisme bangsa.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Implementasi nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupa berbangsa dan bernegara

dapat menumbuhkan sem0angat nsionalisme yang kuat dalam mengantisipasi

perubahan-perubahan di era globalisasi demi mempertahankan nasionalisme dan

keutuhan bangsa Indonesia.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar

dalam membangun dan menumbuhkan semangat nasionalisme bangsa. Hendaknya

seluruh elemen bangsa Indonesia mengimplementasikan nilai-nilai luhur Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari, demi terciptanya masyarakat bangsa yang

bernasionalisme tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Budi Cahyo. 1995. Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia, dari


Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang;IKIP Semrang press

Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional, dari


Kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid I. Yogyakarta;LKIS

http://id.wikipedia.org

Edison A. Jamli dkk. 2005.Kewarganegaraan.

internet.public jurnal. 2005Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan


Manusia di Negara Berkembang. september .

Pidato LetJen TNI (Purn) H. R. Soeprapto, Ketua Umum DHN'45.Pancasila dan


Globalisasi. Jakarta. 16 Oktober 2006.

http://dyahemangfitri.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai