DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki kebudayaannya masing-masing. Tidak terkecuali untuk negara kita
Indonesia, yang memiliki beragam kebudayaan. “Budaya adalah suatu sistem pola terpadu,
yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur
perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya. (Croydon,
1973:4)”. Kebudayaan yang ada di Indonesia muncul dari aktivitas sehari-hari nenek moyang
yang kemudian menjadi kebiasaan yang turun-temurun sehingga masih diterapkan hingga
saat ini. Setiap kebudayaan dari berbagai daerah atau suku di Indonesia pun berbeda-beda.
Namun, globalisasi masuk dan mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan.
Kebudayaan merupakan salah satu aspek kehidupan yang tidak luput dari pengaruh
globalisasi. “Globalisasi adalah proses peningkatan kesalingtergantungan masyarakat dunia
dinamakan dengan globalisasi. Ditandai oleh kesenjangan tingkat kehidupan antara
masyarakat industri dan masyarakat dunia ketiga (yang pernah dijajah Barat dan mayoritas
hidup dari pertanian) (Giddens, 1989)”. Perkembangan globalisasi yang pesat pun begitu
mudah diterima dan populer di kalangan masyarakat di seluruh dunia. Proses globalisasi
ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga mampu
mengubah dunia. Untuk itu kita sebagai masyarakat yang berilmu harus bisa memilah milih
informasi yang kita dapatkan, agar tidak ada pergeseran kebudayaan kita kearah yang buruk.
“Merupakan setiap orang yang secara resmi telah terdaftar untuk mengikuti pelajaran
di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar antara 18 – 30 tahun. Mahasiswa adalah suatu
kelompok dalam masyarakat yang memperoleh status karena memiliki ikatan dengan
perguruan tinggi (Sarwono, 1978)”. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar diharap bisa
membawa pengaruh positif serta membatasi pengaruh budaya asing yang berpeluang merusak
budaya bangsa Indonesia. Di tengah banyaknya informasi dan pengaruh buruk di Indonesia,
banyak masyarakat Indonesia yang menelan mentah mentah informasi yang masuk tanpa
mencari tahu kevalidan informasi nya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami angkat untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan
agar penulisan menjadi lebih terarah, yaitu:
“Metode ialah sebuah cara yang dilakukan dengan menggunakan berbagai prinsip terhadap
penemuan, pengesahan serta penjelasan yang benar adanya (Almadk, 1939)”. Adapun metode
penelitian yang digunakan dalam penyusunan tulisan ini adalah metode studi perpustakaan
baik dari buku maupun referensi lain yang mendukung.
Pada penulisan ini diperlukan kerangka pemikiran lebih terstruktur,maka dibuatlah kerangka
pemikiran yang diawali dengan mencari tahu pengertian kebudayaan dan
globalisasi,kemudian membahas mengenai peran dan upaya mahasiswa dalam menghadapi
pengaruh globalisasi serta pengaruh perkembangan globalisasi terhadap kebudayaan. Setelah
melalui tahapan-tahapan sebelumnya ,mahasiswa memiliki kemampuan meminimalisir
pengaruh-pengaruh negatif perkembangan globalisasi terhadap kebudayaan.
BAB II
Untuk mendukung pembuatan tulisan ini, maka perlu mengemukakan hal-hal atau teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan dalam
pembuatan tulisan ini.
2.1 Globalisasi
“Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu (Nurhaidah,
2015: 5)”. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi
proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
mendorong kita untuk melakukan identifikasi dan mencari kemiripan sehingga dapat
mempertemukan dua hal yang tampaknya bertentangan, yaitu pendidikan Indonesia yang
berlingkup nasional dan global. Dampak globalisasi memaksa banyak negara meninjau
kembali wawasan dan pemahaman mereka terhadap konsep bangsa.
“Globalisasi sebagai suatu proses bukan suatu fenomena baru karena proses
globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya (Nurhaidah, 2015: 6)”. Di akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai
negara ketika mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi. Loncatan
teknologi yang semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini
telah menjamur telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya.
2.2 Kebudayaan
Manusia tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan,karena dua hal ini sangat berhubungan
erat, kemudian manusia berhimpun diri menjadi satuan sosial-budaya, hingga membentuk
masyarakat ( Nurdien, 2015: 1). Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan,
menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tidak ada manusia tanpa kebudayaan,
dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan,
tak ada kebudayaan tanpa masyarakat.
Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja dalam
bahasa Latin colore yang dalam bahasa latin colore yang berarti ‘bercocok tanam’
(cultivation); dan bahkan di kalangan penulis pemeluk agama Kristen istilah cultura juga
dapat diartikan sebagao ‘ibadah’ atau ‘sembahyang’ (workship). Dalam bahasa Indonesia,
kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanksekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari kata
buddhi )budi atau akal); dan ada kalanya juga ditafsirkan bahwa budaya merupakan
perkembangan dari kata majemuk ‘budi-daya’ yang berarti ‘daya dari budi’, yaitu berupa
cipta, karsa, dan rasa. Karena ada juga yang mengartikan bahwa kebudayaan merupakan hasil
dari cipta, rasa, dan karsa. (Poerwanto, 2008: 51-52)
Pada pertengahan kedua abad ke-19 Sir Edward Burnett Taylor, Bapak Antropologi
Budaya, Profesor Antropologi pada Universitas Oxford, Inggris, melakukan serangkaian studi
tentang masyarakat-masyarakat “primitive”, yang meliputi perkembangan kebudayaan
masyarakat manusia melampaui fase-fase transisi “from savage through barbaric to civilized
life”,dari masyarakat liar, melewati kehidupan barbarik sampai pada kehidupan beradab.
Studi tentang kebudayaan masyarakat manusia ini disampaikannya dalam dua jilid buku
berjudul Primitive Culture setebal hampir 1000 halaman, meliputi berbagai aspek kehidupan
dan ketahanan hidup, kehidupan spiritual, kekuatan magik, sihir, astrologi, permainan anak-
anak, peribahasa, sajak anak anak, ketahanan adat, ritus pengorbanan, bahasa emosional dan
imitative, seni menghitung, berbagai macam dan ragam mitologi, hingga berbagai macam dan
ragam animisme, ritus dan upacara.
BAB III
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa menurut Burhan Bungin efek dari tayangan
televisi ada yang sesuai dengan apa yang direncanakan dan ada pula yang tidak direncanakan.
Efek yang tidak direncanakan ini dapat merusak tatanan norma sosial yang ada dan berlaku
bagi masyarakat muslim khusunya di Medan umumnya di Indonesia. Oleh karena itu para
desainer siaran baik iklan, sinetron dan infotainment juga harus memberikan perhatian agar
efek negatif dari siarannya dapat diminimalisir.
Fenomena yang terjadi di kota Medan membuktikan kebenaran teori kultivasi. Ketika
televisi menayangkan seseorang yang memakan pizza hutatau makanan impor lainnya,
membuat masyarakat beranggapan bahwa memakan makanan impor merupakan simbol
kemajuan seseorang atau komunitas. Sama halnya dengan tayangan mobil, menjadikan mobil
bukan sebatas alat transportasi, tetapitelah menjadi gaya hidup,
DAFTAR PUSTAKA
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/03/pengertian-budaya-menurut-para-ahli-
lengkap.html#29_Ralph_Linton_1945_30 . 15 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/10/5-pengertian-globalisasi-menurut-para-ahli-
lengkap.html . 15 Oktober 2019 pukul 16.15 WIB
Rizal, Fahrul. 2016. Pengaruh Pola Menonton Iklan, Sinetron dan Infotainment di Televisi
Terhadap Globalisasi Budaya pada Masyarakat Muslim di Kota Medan. Disertasi
Program Studi Komunikasi Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara: Tidak
diterbitkan