Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH GLOBALISASI

"UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI UNTUK MEMPERKUKUH KEHIDUPAN


BANGSA"

SMP ISLAM YAPIM MANADO

ANGGOTA :

1. Firdaus Heru.S

2.

3. Faisal Kurnia R. / 15

4. Mawar Sari / 19
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “UPAYA MENGHADAPI GLOBALISASI untuk MEMPERKUKUH KEHIDUPAN
BANGSA” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam karya tulis ini masih jauh dari
karya tulis yang sempurna karena kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang konstruktif guna menyempurnakan karya-karya ke depannya. Pada akhirnya, penulis tetap
berharap semoga karya tulis ini bermanfaat dan berguna bagi dunia pendidikan dan remaja.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang


bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia
global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat
akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting
kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang
harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan
kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua
puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima
atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau
dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak
orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi
tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan
terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara
lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi,
pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson
(1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran
kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita
akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks
institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif
dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai
sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan
dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil.
Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat
dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi
seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan
koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke
berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah
proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang
satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di
belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada
awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang
tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian
mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola
dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan
dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia
secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada
kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan
lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari,
seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
2.Rumusan Masalah

1. Apa definisi globalisasi ?

2. Bagaimana proses globalisasi ?

3. Apa saja bentuk globalisasi ?

4. Apa ciri-ciri globalisasi ?

5. Apa faktor terjadinya globalisasi ?

6. Apa pengaruh yang ditimbulkan globalisasi terhadap moral suatu bangsa ?

7. Apa pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan Indonesia ?

8. Bagaimana cara mencegah dampak pengaruh bahaya globalisasi tersebut ?

9. Mengapa nilai moral sangat diperlukan ?

10. Bagaimana tanggapan masyarakat akan hal tersebut ?

11. Bagaimana pengaruh terhadap kebudayaan nasional ?

3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

1.Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah

2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan

Sendiri karena kebudayaan adalah jati diri negara

3 untuk memenuhi nilai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.


BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GLOBALISASI

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal.

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar
negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau
batas-batas negara.

B. TEORI GLOBALISASI

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat
tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:

1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak
memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

a) Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan


semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia
yang toleran dan bertanggung jawab.

b) Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena


negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama
Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen
dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).

2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka


berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada,
terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah
fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini
hanyalah merupakan tahap lanjutan.

3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka


setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis.
Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan
konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami
sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah
kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan
bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya,
dapat dikendalikan.
B.Proses Globalisasi

Globalisasi pada hakikatnya merupakan gagasan dari pihak atau negara tertentu
yang kemudian di tawarkan kepada pihak atau negara lain untuk diikuti dengan
alasan tertentu. Proses globalisasi memerlukan waktu, sehingga merupakan suatu
proses yang terus bergulir dari waktu ke waktu.

Proses globalisasi, mata rantainya terletak di Eropa, secara cepat menyebar dan
berkembang ke seluruh dunia, dan sebagian besar negara-negara di dunia
membuka diri untuk menerima globalisasi. Proses globalisasi tidak hanya
menyentuh kehidupan budaya, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan seperti
ekonomi, sosial, politik dan komunikasi.

Fase Pertama

Globalisasi telah dimulai sejak abad ke-15, seiring dengan pertumbuhan


kapitalisme dan ekspansi suatu negara ke luar negeri. Proses globalisasi juga telah
di mulai sejak terjadinya penaklukan atas Asia, Afrika, dan Amerika Latin serta
pendudukan bangsa kulit putih atas tanah di Amerika Utara dan Australia.

Fase Kedua

Fase kedua dari globalisasi di bangun pada era interimperial trade atau
perdagangan antar kaum penjajah. Perdagangan antarnegara di Eropa, yang
selanjutnya dengan Amerika merupakan serangkaian kerja sama lokal dalam satu
kawasan untuk mendukung kekuatan dominan dalam kawasan tersebut. Dalam
konteks ini, globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi antara
perusahaan multinasional di suatu negara untuk merebut pasar dunia.

Fase Ketiga

Pada tahapan ketiga, globalisasi masuk kedalam fase international trade atau
perdagangan internasional. Perdagangan internasional atas komoditas dan
jaringan pasar global maupun regional telah memberi karakter kelas dalam
globalisasi, di mana globalisasi menjadi arena bagi konflik kelas dan konflik
perdagangan.

Selain 3 tahapan di atas, terdapat juga tahapan-tahapan dalam proses globalisasi,


antaralain

Tahap embrional (tahun 1500-1800)

Tahap pertumbuhan (tahun 1810-1870)


Tahap take off (tahun 1870-1920)

Tahap perjuangan hagemoni (tahun 1920-1960)

Tahap ketidak pastian (tahun 1960-1990)

Tahap kebudayaan global (setelah tahun 1990)

Keenam tahap ini merupakan akibat dari revolusi ilmu pengetahuan dan
teknologi. Revolusi ilmu pengetahuan dengan segala perwujudannya telah
mendorong meluasnya budaya global dengan ciri mobilitas tinggi dan arus
informasi yang tidak terbendung. Adapun wujud dari arus budaya global adalah :

Arus ide yang di tandai dengan makin derasnya nilai baru yang masuk ke suatu
negara. Dalam arus ide ini muncul isu-isu yang telah menjadi bagian dari
masyarakat internasional. Isu internasional ini tidak hanya berlaku di suatu
wilayah nasional.

Arus media yang ditandai dengan makin kuatnya mobilitas informasi, baik
melalui media cetak maupun elektronik. Berbagai peristiwa di belahan dunia
seakan-akan berada di hadapan kita karena cepatnya informasi.

Arus keuangan yang di tandai dengan makin tingginya mobilitas modal, investasi
dan pembelian melalui internet, serta penyimpanan uang di bank asing.

Arus teknologi yang di tandai dengan mobilitas teknologi dengan munculnya


multinational corporation dan transnational corporation yang kegiatannya dapat
menembus batas-batas negara.

Arus etnis yang di tandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk
imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja, dan pendatang. Arus manusia ini melawan
batas-batas teritorial negara.
C.Bentuk bentuk Globalisasi dalam Kehidupan

akibat arus budaya global, isu isu internasional sekarang ini banyak berpengaruh pada
semua aspek kehidupan. Pengaruh globalisasi pada aspek aspek kehidupan memiliki
bentuk yang berlainan. Berikut ini bentuk globalisasi dalam beberapa aspek kehidupan.

1. Globalisasi Informasi.

Globalisasi informasi yang terjadi sekarang dimungkinkan oleh penggunaan media


elektronik dalam mengirim dan menerima informasi. Mula mula melalui radio dan
televisi, kemudian melalui jaringan internet. Ada dampak baik dan buruknya. Dampak
baiknya adalah Kita bisa menerima informasi dengan cepat dan tepat sesuai dengan
kebutuhan kita. Tetapi ada dampak buruknya juga, yaitu munculnya internet dapat
diakses oleh semua kalangan, baik dewasa ataupun anak anak. Ini akan menjadi dampak
buruk karena anak anak belum bisa menyaring mana yang baik dan mana yang buruk.

2. Globalisasi Ekonomi.

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan dan perdagangan, dimana


negara negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegerasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
untuk menghapus seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, jasa.

3.Globalisasi Kebudayaan.

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk di


antaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai nilai yang dianut oleh
masyarakat. Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal
abad ke 20 dengan berkembanya teknologi komunikasi. Ciri berkembangnya globalisasi
kebudayaan adalah sebagai berikut:

A. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

B. Penyebaran prinsip multikebudayaan, dan kemudahan akses suatu individu terhadap


kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

C. Berkembangnya turisme dan pariwisata

D. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara.

E. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film, dan lain lain.

F. Bertambahnya banyaknya event event berskala global, seperti piala dunia.


4. Globalisasi Bidang IPTEK

Fenomena globalisasi komunikasi memang sudah tidak dapat dihindari lagi oleh
siapapun, kecuali dia menutup diri menjauhi interaksi dan komunikasi dengan yang lain.
Hanya saja yang perlu disadari dan mendapat catatan , di samping globalisasi membawa
manfaat, namun juga mendatangkan kerugian.

Oleh karena itu, harus pandai-pandai menyikapinya, Komunikasi yang semakin


membludak ini membawa teknologi Informasi dan komunikasi yang berkembang pesat
pula. Dari situ muncullah pengaruh atau efek dari komunikasi itu sendiri. Antara lain:

a.Munculnya berbagai sarana Teknologi Komunikasi, membuat sejumlah besar

informasi penting dapat mencapai setiap bagian dari dunia dalam waktu singkat. dalam
hubungan Internasional, Globalisasi yang menjalar sedemikian cepatnya ke negara-
negara lain juga akan menguatkan hubungan diplomatik antar negara

b.Hilangnya sekat antara berbagai negara, ruang dan waktu. Karena komunikan dapat
berkomunikasi dengan komunikan dalam waktu yang relatif cepat pada waktu itu juga
walaupun keduanya terpisah secara geografis.

c.Dari sisi ekonomi, dengan mudahnya berkomunikasi dan berinteraksi membuka pasar
baru, permintaan yang tinggi untuk produk, dan persaingan juga lebih besar. Demikian
juga dengan Peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) yaitu jumlah produksi barang
dan jasa. Sehingga banyak ekonom menyatakan bahwa globalisasi dan internet telah
menciptakan banyak keuntungan untuk usaha kecil dan menengah di seluruh dunia.

d.Globalisasi Informasi Komunikasi dan Teknologi membantu negara untuk


meningkatkan kemakmuran rakyatnya baik dari sisi Ilmu Pengetahuan, Ekonomi,
Politik, Sosial dan Budaya.

e.Berkembangnya mode-mode dalam dunia busana, fashion dan arsitektur.

f.Banyak bermunculan kelompok kerjasama baik bilateral, multilateral, regional


maupun internasional seperti munculnya International Governmental Organization
(IGO’s) seperti United Nations, OIC (Organizationof Islamic Countries), maupun
gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement). Selain itu kelompok Civil Society juga
tidak mau ketinggalan, mereka mendirikan (Non-Governmental Organizations) yang
bergerak di banyak bidang mulai dari sosial, politik, lingkungan, gender, ekonomi,
budaya dan lain-lain.

g.Manusia berkomunikasi menggunakan Komunikasi berupa media elektronik, baik itu


melalui mobilephone, maupun dunia maya seperti e-mail, chatting, facebook,p muka.
h.Globalisasi dianggap sebagai proses satu arah, yaitu hubungan antara negara maju
dengan negara berkembang. Sudut pandang ini membuat globalisasi dianggap terkait
erat dengan dominasi dan newiomperialisme oleh negara maju. Dengan kata lain bahwa
suatu kelompok masyarakat atau negara yang mempunyai kekuasaan dominan mencoba
untuk mempengaruhi atau memaksa kelompok masyarakat atau negara lain agar
mengikuti kemauan mereka. Negara berkembang atau negara dunia ketiga acapkali
diartikan sebagai korban dominasi Barat[1]

i.Munculnya istilah “penjajahan budaya” merupakan hubungan tak seimbang dalam


media dan budaya antar negara. Isu spesifik utamanya adalah aliran tak seimbang dari
film, pemberitaan, program televisi, musik dari satu negara ke negara-negara lain..

j.Di sisi lain, berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang
gelap sampai tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak
pidana di bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “cybercrime” atau
kejahatan maya.

k.Kemajuan pesat teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan komputer,


pornografi, terorisme digital, “perang” informasi sampah, bias informasi, hacker,
cracker dan sebagainya.

l.Proses globalisasi yang sedang berjalan memicu suatu kondisi yang timpang,

baik dinegara maju maupun negara berkembang. Kemakmuran sedang digalakkan


namun masih terlalu banyak negara maupun masyarakat yang tidak ikut merasakannya.

m.Terdapat banyak kesenjangan antar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan


sosial karena tidak terbagi ratanya penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

n.Munculnya kekhawatiran bahwa adanya globalisasi akan menciptakan negara-negara


kaya dengan masyarakat miskin didalamnya.

5.Globalisasi Bidang Transportasi

Segala kemudahan dan kelancaran dalam menggunakan alat transportasi yang kita
rasakan saat ini tidak lain halnya merupakan hasil karya dari penemuan orang orang
berjasa. Banyak fakta – fakta sejarah dan fakta- fakta unik yang terjadi di dalam lingkup
penemuan transportasi. Sejak awal mulanya, leluhur kita ialah sosok yang berjasa dalam
penemuan alat transportasi. Yang mendasari penemuan penemuan besar setelahnya ialah
penemuan roda. Roda mengubah konsep transpotasi yang ada. Bermula dari
penambahan roda pada hewan-hewan yang menjadi angkutan, lalu timbulnya pemikiran
mengenai pengadaan akselerasi hingga munculnya sebuah mesin. Selain penemuan
pesawat terbang, penemuan mesin uap justru lebih penting. Jika tidak ada mesin
temuan James Watt itu, Alat transportasi saat ini bisa jadi tidak akan seperti ini adanya.
Sistem transportasi dunia mulai terjamah oleh sistem teknologi yaitu pada tahun 1765,
pada saat itu mesin uap mulai diciptakan oleh James Watt yang pertama kali
dikomersilkan oleh Robert Fulton pada tahun 1807. Terciptanya mesin uap mempunyai
pengaruh yang besar dalam sistem transportasi dunia. Sebelum itu perjalanan darat
ditempuh dengan menggunakan kuda, kuda yang diberi kereta dibelakangnya atau
dengan berjalan kaki.

“In 1817 among the forests near central Germany a new kind of bike was created by
Baron Karl von Drais. The bicycle was wooden with two wheels, a seat and handle
bars[1].”

Pada 1885 Karl Benz yang sebelumnya telah menemukan mesin yang menggunakan
bahan bakar bensin mulai mengolah kembali hasil penemuannya tersebut menjadi
mobil, dan saat itulah mobil mulai dikomersilkan[2]. Salah satu penemuan terhebat dari
transportasi ialah penemuan pesawat terbang. Alat transportasi ini ditemukan oleh
Orville dan Wiblur Wright pada 17 Desember 1903. Dua tahun kemudian mereka
mengembangkan mesin tersebut menjadi sebuah pesawat yang dapat dikendalikan
langsung oleh manusia dan memiliki sayap seperti yang dapat dilihat seperti saat ini.
Penemuan ini merupakan salah satu tonggak moderenisasi yang terjadi saat ini,
termasuk adanya roket-roket yang melintasi luar angkasa, hingga satelit-satelit yang
berguna untuk melihat kondisi permukaan bumi.

Alat - alat transportasi tersebut tidak hanya sekedar diciptakan, alat - alat tersebut juga
mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya jaman pada saat ini,
dikembangkan sesuai dengan selaras dengan perkembangan akan kebutuhan manusia.
Contohnya seperti kereta, saat ini kereta tidak lagi menggunakan mesin uap tapi sudah
menggunakan mesin yang lebih canggih bahkan sekarang kereta sudah ada yang
menggunakan listrik. Mobil juga mengalami hal yang sama, saat ini bahkan sudah ada
mobil yang menggunakan tenaga surya. Semua alat transportasi mengalami
perkembangan dan kualitas yang dimiliki juga semakin baik.

D.CIRI CIRI GLOBALISASI

Lalu bagaimana tanda tanda atau ciri ciri globalisasi. Terjadinya globalisasi dapat dikenali
dengan 4 karakter perubahan, yang dapat dikatakan sebagai ciri ciri globalisasi.
a. Ciri pertama globalisasi terjadinya pelebaran aktivitas sosial, politik, dan
ekonomi di pelosok wilayah, regional dan benua.

b. Ciri kedua globalisasi adalah terjadinya intensifikasi atau peningkatan serta


keterhubungan aliran perdagangan, investasi, keuangan, serta migrasi dan
pertukaran budaya.

c. Ciri ketiga globalisasi adalah terjadinya percepatan interaksi dan komunikasi


secara mendunia dengan terciptanya sistem transportasi maju, sehingga
mempercepat pertukaran serta difusi ide, barang barang, informasi, modal dan
juga masyarakat.

d. Ciri keempat globalisasi adalah terjadinya peningkatan intensitas dan kecepatan


interaksi global yang mengakibatkan kejadian atau peristiwa lokal di willayah
yang berjauhan dapat menjadi sesuatu yang berdampak global. Artinya masalah
domestik dan masalah global menjadi semakin berhubungan (become
increasingly fluid).

Berdasarkan pengertian globalisasi dan ciri ciri globalisasi diatas dapat dikatakan bahwa
globalisasi itu bersifat multidimensi. Artinya, globalisasi tidak hanya berkutat pada
masalah keuangan saja (ekonomi saja), globalisasi saling mempengaruhi mulai dari
dimensi ekonomi, politik, sosial dan budaya.

E.FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA GLOBALISASI

Globalisasi muncul karena adanya bangsa-bangsa. Masalah Globalisasi merupakan suatu


ketergantungan dalam masalah sosial, politik, ekonomi, dan budaya antarbangsa di dunia

Globalisasi terbentuk karena beberapa faktor, yaitu :

1.Kebijakan negara untuk berhubungan dan menjalin kerja sama dengan negara lain.

2. Sistem ekonomi internasional

3. Adanya migrasi penduduk ke berbagai negara

4. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

5. Berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan transnasional


PENYEBAB MENINGKATNYA GLOBALISASI ADA TIGA FAKTOR, YAITU:

a.Adanya Perubahan Politik Dunia

Menurut Anthony Giddens, ada sejumlah pengaruh politik yang memengaruhi meningkatnya
globalisasi. Yaitu:

1) Bubarnya Uni Soviet tahun 1991 dan Jatuhnya Komunisme Model Soviet.Sejak bubarnya
Uni Soviet, negara-negara bekas blok Soviet seperti Rusia, Polandia, Republik Ceko, dan lain-
lain bergerak mengikuti sistem politik dan ekonomi Barat.

2) Munculnya Mekanisme Pemerintahan Internasional dan Regional

Mekanisme pemerintah internasional dan regional misalnya PBB dan Uni Eropa.

3) Munculnya Organisasi Antarpemerintah (Intergovernmental Organizations/IGOs) dan


Organisasi Non-pemerintah Internasional (Internasional Non-Governmental
Organizations/INGOs)

Organisasi-organisasi internasional ini mendorong terjadinya komunikasi dan interaksi


antarpemerintah atau masyarakat antarnegara.Hal ini juga mendorong meningkatnya
globalisasi:

b.Adanya Aliran Informasi yang cepat dan luas

Kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi mendorong tiap-tiap individu
bisa berhubungan dengan cepat. Selain itu, kemajuan di bidang teknologi juga menbuat
individu dapat mengakses informasi dengan cepat, baik informasi dari dalam negeri maupun
luar negeri

c.Berkembang Pesatnya Perusahaan-Perusahaan Transnasional.

Perusahaan transnasional atau transnational corporations (TNCs) adalah perusahaan yang


memproduksi barang atau jasa di lebih dari satu negara.
F.pengaruh globalisasi terhadap moral suatu bangsa

1.pengertian moral

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga
moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal
yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak
orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit.

Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral
jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di
masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka
orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari
budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.

2.pengaruh globalisasi terhadap moral suatu bangsa

Arus modernisasi dan globalisasi itu mempunyai banyak nilai positif dan negatifnya . Segi
positifnya, informasi yang didapat menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa
sebelumnya yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu, semua orang
juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan zaman. Mereka tidak mau
dikatakan ketinggalan zaman. Malah orang yang tidak mengikuti era globalisasi ini seringkali
diejek oleh teman sejawatnya.

Sisi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak kalah sedikitnya, fasilitas-fasilitas
yang ada di era globalisasi ini sebagian besar disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh,
internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone
digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain.

Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah para penikmat ’aksesoris-aksesoris’ era


modernisasi ini kebanyakan melakukan hal-hal yang sebagaimana diungkapkan di atas. Yang
membuat hati semua masyarakat Indonesia miris lagi, objeknya adalah para remaja, sang
penerus bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Para remaja bukannya ’disibukkan’ untuk
menuntut ilmu dalam meneruskan pembangunan bangsa ke depan, melainkan disibukkan
dengan menikmati ’hiburan-hiburan’ yang tersaji pada era globalisasi sekarang ini, seperti
handphone, televisi, dan lain-lain. Bahkan, ’hiburan-hiburan’ yang bersifat negatif pun mereka
terima dan nikmati. Mereka tidak sadar bahwa hal itu akan memorak-porandakan negara ini
dalam waktu beberapa saat lagi.

Bagi para produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar bisnis yang sangat
potensial karena pola konsumsi seseorang itu terbentuk pada saat usia remaja. Di samping itu,
remaja juga sangat mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan
cenderung boros dalam menggunakan sesuatu yang dimilikinya, misalnya uang atau harta
benda.

Sifat-sifat di atas itulah yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk memasuki ‘pasar remaja’.
Jadi sering sekali kita lihat di televisi-televisi bahwa intensitas acara remaja itu lebih banyak
daripada acara kalangan usia lain.

Salah satu karakter yang khas di kalangan remaja adalah identifikasi (peniruan dan
penyeragaman) dalam suatu kelompok. Untuk itu, mereka biasanya membutuhkan panutan
untuk dijadikan contoh. Saat ini, kita harus mengakui bahwa remaja masa kini miskin figur
panutan yang bisa dijadikan contoh. Betapa tidak, di satu sisi mereka sangat membutuhkan
seseorang yang dapat dijadikan panutan, sedangkan di sisi lain mereka disuguhi panutan-
panutan yang berlaku negatif yang sering tampil di layar-layar televisi, misalnya pemain
sinetron yang sering memerankan adegan berpacaran, berpegangan tangan antar lawan jenis,
dan lain-lain.

Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap perilaku seseorang telah dibuktikan lewat
penelitian ilmiah. Seperti diungkapkan oleh American Psychological Association (APA) pada
tahun 1995 bahwa tayangan yang bermutu akan memengaruhi seseorang untuk berperilaku
baik. Sedangkan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku
buruk. Bahkan, penelitian itu menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang
dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka terima dari media semenjak usia anak-
anak.
Sebuah penelitian tentang pergaulan remaja di kabupaten Bandung memberikan
informasi kepada kita bahwa sekitar 40 % remajanya sudah pernah berciuman dengan
pasangannya. Sedangkan 60 % remaja Bandung pernah bersentuhan dengan teman lawan
jenisnya. Dalam hal ini seperti berpegangan tangan, dan lain-lain. Kemudian sekitar 25 % dari
data itu sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Hasil penelitian
tersebut menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita semua, mengingat kabupaten Bandung
belumlah menjadi daerah yang modern seperti halnya kota Bandung.

Untuk menanggulangi permasalahan di atas diharapkan peran aktif pihak keluarga


terutama para orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar anak-anaknya tidak terjerumus ke
dalam perbuatan yang negatif. Orang tua hendaklah memberikan teladan yang baik kepada
anak-anaknya. Sesungguhnya nilai moral dan budi pekerti yang merupakan fondasi utama
perilaku baik dapat dimiliki oleh setiap orang dari keteladanan orang tua dan tokoh-tokoh
masyarakat yang diidolakannya.

Pemahaman dan pengamalan ajaran agama semenjak dini pun diyakini dapat
menanggulangi permasalahan di atas. Pengetahuan agama akan membentengi seseorang dari
perilaku amoral, kriminal, dan budaya-budaya asing yang negatif.
G.pengaruh globalisai terhadap kebudayaan bangsa

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga kebudayaan itu bersifat
abstrak. Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya yang berupa perilaku maupun benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola perilaku, bahasa, organisasi social, kesenian dan lain sebagainya yang
berfungsi untuk menunjang kehidupan bermasyrakatnya. Kebudayaan dari barat saat ini sudah
mendominasi segala aspek kehidupan pada masyarakat Indonesia. Peradaban yang disebarkan
oleh barat telah mengacu terhadap segala hal, dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali
bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan
bangsa barat.

Kebudayaan barat masuk ke Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah
kerana adanya krisis globalisasi yang telah meracuni sebagian besar masyarakat Indonesia.
Pengaruh kebudayaan barat berjalan sangat cepat dan menyeluruh. Tentunya hal itu akan
menimbulkan pengaruh yang sangat luas pada sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia.
Pengaruh yang berjalan begitu cepat tersebut menimbulkan terjadinya goncangan social atau
culture shock yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai
pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidak seimbangan di dalam
kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan teknologi dan
masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan
kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan akulturasi kebudayaan
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan bangsa
Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara
mentah atau apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap
kebudayaan asli. Ciri-ciri terjadinya globalisasi terhadap kebudayaan, yaitu:

a.Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional

b.Penyebaran prinsip multi kebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu


individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya

c.Berkembangnya turisme dan pariwisata

d.Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain

e.Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain
f.Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.

Sehingga, proses persebaran budaya semakin cepat

g. Persaingan bebas dalam bidang ekonomi

h.Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa

Dan budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang
menghantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional, hal ini
memicu orang bersifat antara lain sebagai berikut :

1.Individualisme : Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju

membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang

lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa

mereka adalah makhluk social.

2.Matrialistisme : Paham dimana masyarakat memandang segalanya

dari segi materi. Orang yang memiliki jabatan dan harta

yang melimpah pasti akan lebih dihargai oeleh masyarakat

sekitarnya, walaupun orang tersebut tidak memiliki

intelektual yang bagus. Sebaliknya, orang yang memiliki

intelektual tinggi tetapi tidak memiliki harta dan jabatan

maka orang tersebut akan selalu direndahkan.

3.Konsumeris : Paham yang menjadikan seseorang atau kelompok

melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang -

barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak

sepantasnya secara berkelanjutan.

4.Hedonisme : Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) adalah

kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup


dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis

memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan.

Kemudian menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu

dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang

didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya

mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak

menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik.

Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya,

menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai

tujuan hidupnya. Orang-orang lebih senang menghabiskan

waktu di tempat-tempat perbelanjaan dan tempat hiburan.

Dampak Globalisasi Terhadap Kebudayaan Indonesia

Pengaruh globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia juga mempunyai dampak, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Adapun dampak pengaruh globalisasi bagi kebudayaan di
Indonesia yaitu :

Dampak Positif globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia

1.Mempermudah proses pembuatan alat musik tradisional. Kebanyakan masyarakat Indonesia


membuat membuat alat musik tradisional secara manual dan memeperlukan banyak waktu dan
banyak tenaga untuk membuatnya. Tetapi sekarang, masyarakat Indonesia tidak perlu
membuat alat musik tradisional secara manual karena dengan adanya globalisasi kebudayaan
masyarakat Indonesia dengan mudah membuat alat musik tradisional menggunakan mesin –
mesin dengan teknologi canggih yang lebih menghemat tenaga dan waktu pembuatan, dan
dapat menghasilkan banyak alat musik dengan kualitas terjamin.

2.Budaya Indonesia lebih dikenal di mancan negara karena dengan adanya media elektronik,
dan Internet.
3.Adanya pertukaran pelajar, sehingga kebudayaan Indonesia dapat dikenal dan dipelajari oleh
pelajar luar negeri.

Dampak negatif globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia

1.Gaya hidup kebarat-baratan. Tidak semua budaya barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat
pada orang tua, kehidupan bebas remaja dan lain-lain. Hampir 50% dari remaja dunia terutama
kaum perempuan, sudah kehilangan mahkota paling berharga miliknya. Dan 80% sudah berani
mencoba dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkotika).

2.Semakin sedikit generasi muda yang melestarikan musik, tarian, dan budaya tradisional kita.

3.Remaja mengikuti cara berpakaian yang cenderung tidak memperlihatkan kesopanan. Pada
masa lalu, cara berpakaian dan model baju masih sangat sederhana. Tidak se-unik dan se-
modern pakaian remaja saat ini. Pada masa lalu, jika menghadiri acara resmi, masih banyak dari
mereka yang menggunakan baju tradisional, seperti baju adat, dan kebaya. Berbeda dengan
sekarang, remaja yang ingin menghadiri acara resmi seperti pesta ulang tahun, lebih memilih
untuk mengenakan baju kasual yang berciri-khaskan kebarat-baratan.

4.Lebih senang dan tertarik mempelajari kebudayaan luar negeri dibanding kebudayaan dalam
negeri. Seperti : remaja jaman sekarang lebih senang dan tertarik mempelajari tradisi – tradisi
yang di lakukan oleh orang luar negeri, mempelajari gaya bahasanya, musiknya, lebih senang
mengenakan dan mengenal pakaian – pakaian adat negara lain, dll.

5.Lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal.

6.Budaya - budaya tradisional tergeser oleh budaya negara lain.

7.Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD atau DVD.

8.Erosi nilai-nilai budaya.

9.Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.

10.Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat.

Upaya – upaya Mengatasi Dampak Globalisasi bagi Kebudayaan

Indonesia
Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan karena adanya
peradaban global dapat kita lakukan hal-hal seperti berikut :

1. Memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya nasional.
Memperkokoh ketahanan nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya
asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi adopsi budaya asing yang produktif dan
bernilai positif.

2. Melestarikan adat istiadat dan budaya daerah. Dampak negatif globalisasi membuat
budaya luar dapat dengan mudah kita ketahui. Pengetahuan akan budaya luar
terkadang membuat masyarakat lebih menyukainya daripada budaya daerah sendiri.
Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada
adat istiadat.

3. Adanya seleksi bagi budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing yang
masuk ke Indonesia harus dipilih sesuai dengan adat istiadat dan norma – norma yang
berlaku di Indonesia.

4. Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya Indonesia.

5. Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa dengan
cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah keluar negeri.
Selain itu, dapat dilakukan dengan menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan
kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas
kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan
pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

6. Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa cinta terhadap kebudayaan dalam
negeri.

7. Mengenalkan dan mengajarkan adat istiadat dan kebudayaan Indonesia sejak dini
H.cara menghadapi pengaruh negatif globalisasi

1.ciri dampak negatif globalisai

Berikut ini beberapa ciri dampak negatif globalisasi yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.

Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti


telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global
terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.

Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).

Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,


film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan
makanan.

Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis


multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Dampak Negatif Globalisasi yang Mengkhawatirkan

Dan berikut ini adalah dampak negatif globalisasi yang sebenarnya terjadi di dunia
maupun di negara kita indonesia, perlu diketahui bahwa dampak negatifnya semakin
terasa untuk waktu sekarang-sekarang ini.

Dampak negatif globalisasi antara lain:

Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan gotong


royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala
sesuatu berdasarkan materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan
kekayaan, kedudukan social atau jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan
sosial antara golongan kaya dan miskin semakin lebar.

Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan


mengabaikan nilai-nilai agama.

Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam
masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.

Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa
melalui media massa seperti tayangan-tayangan film yang mengandung unsur
pornografi yang disiarkan televisi asing yang dapat ditangkap melalui antena parabola
atau situs-situs pornografi di internet.

Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, yang
dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas

b.cara menghadapi dampak negatif globalisasi

1. Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia

• Dampak negatif globalisasi merupakan sebuah realita yang mau tak mau harus
dihadapi bila Bangsa Indonesia ingin tetap hidup sebagai bangsa yang berdaulat di
dunia.

• Cara untuk menghadapi dampak negatif globalisasi yaitu dengan mempersiapkan diri
sebaik-baiknya melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang optimal, bangsa Indonesia
dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat bersaing di kancah
dunia Internasional.

2. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan dan Moralitaas Masyarakat

• Dampak negatif globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi.


Karenanya keberadaan nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting.
Sebab nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai-nilai keimanan
dan moralitas itulah yang mampu mengatasi dampak negatif dari globalisasi.
• Sebagai kaum Muslim, kita hendaknya menanamkan nilai-nilai Islam di kehidupan
sehari-hari. Kita hendaknya menjalankan syariat Islam. Mengetahui mana yang halal
dan haram. Sehingga kita dapat memilah-milah pengaruh dari luar.

• Moralitas bangsa juga harus ditingkatkan. Di dalam dampak negatif globalisasi ini,
moralitas bangsa cenderung menurun kualitasnya. Ini tidak lepas dari tanggung jawab
orang tua, guru, dan pemerintah. Salah satu solusinya adalah melaksanakan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.

3. Mendorong dan Mendukung Upaya Memperjuangkan Keadilan Antar Bangsa

• Salah satu dampak negatif globalisasi adalah saling berkaitannya antara satu negara
dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama ataupun persaingan global.

• Pemerintah Indonesia harus berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan


keadilan dan keseimbangan antarbangsa. Upaya pemerintah tersebut harus selalu
didorong dan didukung oleh setiap warga negaranya.

• Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan 1 diantara 2 negara yang


memberikan permohonan agar Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Ini
membuktikan kepedulian bangsa kita terhadap perdamaian dan peradilan
antarbangsa. Maka sebagai warga negara, hendaknya kita mendukung upaya
pemerintah.

4. Mendorong dan Mendukung Negara Maju untuk Memberikan Dana Perbaikan


Lingkungan

• Negara maju sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi, sebab negara maju
banyak yang memiliki perusahaan transnasional. Perusahaan tersebut biasanya berdiri
di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
• Aktifitas perusahaan tersebut membuat lingkungan hidup menjadi rusak oleh
pencemaran limbah atau asap pabriknya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah
negara-negara maju menyisihkan uang guna mendanai upaya-upaya perbaikan dan
pelestarian lingkungan hidup.

• Tindakan ini sangat pantas diambil oleh Indonesia, karna buktinya banyak sekali
hutan yang dijadikan perindustrian. Lahan hijau pun semakin sulit ditemukan di saerah
perindustrian. Untuk memulihkan keadaan, Indonesia butuh dana dari perusahaan
asing tersebut.

5. Meningkatkan Jiwa Semangat Persatuan, Kesatuan, Serta Nasionalisme

• Adanya dampak negatif globalisasi menjadi suatu tantangan yang berat bagi negara
berkembang yang belum maju dan kuat. Negara yang masyarakatnya tidak mempunyai
jiwa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang kuat akan dengan
mudah dipermainkan oleh negara-negara maju. Oleh karna itu, semangat dan jiwa
persatuan, kesatuan dan nasionalisme harus terus ditingkatkan oleh seluruh rakyat
Indonesia.

• Bila jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme telah tertanam
dengan kuat pada setiap warga negara Indonesia tidak akan mudah dipermainkan oleh
negara-negara yang kuat dan maju.

6. Melestarikan Adat Istiadad dan Budaya Daerah

• Dampak negatif globalisasi juga membuat budaya luar dapat dengan mudah kita
ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih
menyukainya daripada budaya daerah sendiri.

• Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun kita harus tetap
melestarikan kebudayaan kita sendiri. Jangan sampai kebudayaan kita punah begitu
saja seiring dengan waktu. Apalagi kebudayaan itu seenaknya saja diambil oleh bangsa
lain. Betapa malunya kita?
• Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada
adat istiadat. Apalagi kita sebagai masyarakat Minangkabau, dimana “adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.

7. Menjaga Keasrian Objek Wisata Dalam negeri

• Salah satu ciri-ciri dampak negatif globalisasi adalah perjalanan dan perlancongan
antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia sebagai begara yang kaya akan objek-
objek wisata yang indah hendaknya memanfaatkannya dengan seoptimal mungkin.
Salah satu usaha adalah menjaga keasrian objek wisata tersebut.

• Sebenarnya selain Bali, banyak lagi pulau-pulau di Indonesia yang memiliki tempat
yang sangat indah untuk dikunjungi. Namun banyak lokasi yang tidak terjaga
keasriannya sehingga tidak menarik untuk dikunjungi. Maka seharusnya masyarakat
selalu menjaga keasrian objek wisata di daerah masing-masing misal wisata garut dan
taman matahari di bogor.

• Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti tidak membuang
sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret tembok, melakukan penghijauan
disekitar pegunungan, tidak membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke
laut, melestarikan terumbu karang, dan sebagainya.

Demikianlah artikel tentang dampak negatif globalisasi dan cara mengatasinya seperti
diatas tadi. Semoga dengan adanya artikel ini, bagi anda bisa menambah referensi dan
wawasan pengetahuan umum agar upaya kita mengatasi dampak negatif globalisasi
semakin baik dan menunjukan hasil yang terbaik buat warga di dunia.
I.pentingnya pendidikan moral di era globalisasi

Tantangan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi

Latar Belakang

Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua,


lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan
menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio
visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal
milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi.

Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat
ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau,
sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir
seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut.
Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global
tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan
criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang
artifisial. Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang
pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti.

Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi
yang besar kepada keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian
untuk kebaikan seluruh umat manusia. Akan tetapi, sekali lagi, dengan perbedaan
perspektif terhadap nilai-nilai etika dan moralitas agama, jargon saintis sebagai pencari
kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan.

Arti Pendidikan Moral

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha


sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia
yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang
berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. Apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Setiap budaya memiliki
standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah
terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan,
kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu
berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan moral adalah usaha yang
dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang
dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya
sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat setempat.

Perkembangan Era Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar
negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas negara.

Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk


diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan
ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai
salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan
subsistem dari kebudayaan.

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan
kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut
menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan
semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

Dampak positif globalisasi antara lain:

• Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan

• Mudah melakukan komunikasi

• Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)

• Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran

• Memacu untuk meningkatkan kualitas diri

• Mudah memenuhi kebutuhan

Sedangkan dampak negatif globalisasi antara lain:


• Informasi yang tidak tersaring

• Perilaku konsumtif

• Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit

• Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk

• Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat

Pendidikan Moral Menurut Pandangan Islam

Ada istilah yang senantiasa disejajarkan ketika seseorang membicarakan tentang etika
sosial manusia. Di antara istilah-sitilah itu adalah moral, etika, dan akhlak. Rachmat
Djatnika (1996:26) dalam bukunya yang berjudul Sistem Ethika Islami mengatakan
bahwa sinonim dari akhlak adalah etika dan moral.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pengertian dari moral dipakai untuk
menunjuk kepada suatu tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan ide-ide umum
yang berlaku dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu.

Sementara itu dikatakan oleh Karl Barth, kata “etika” yang berasal dari kata “ethos”
adalah sebanding dengan kata “moral” dari kata “mos”. Kedua-duanya merupakan
filsafat tentang adat kebiasaan. Di sini Karl Barth secara tegas memberikan penjajaran
yang sama antara kata etika dan moral.
Terkait dengan moralitas atau akhlak manusia ini, al-Ghazali membuat pembedaan
dengan menempatkan manusia pada empat tingkatan. Pertama, terdiri dari orang-
orang yang lengah, yang tidak dapat membedakan kebenaran dengan yang palsu, atau
antara yang baik dengan yang buruk. Nafsu jasmani kelompok ini bertambah kuat,
karena tidak memperturutkannya. Kedua, terdiri dari orang yang tahu betul tentang
keburukan dari tingkah laku yang buruk, tetapi tidak menjauhkan diri dari perbuatan
itu. Mereka tidak dapat meninggalkan perbuatan itu disebabkan adanya kenikmatan
yang dirasakan dari perbuatana itu. Ketiga, orang-orang yang merasa bahwa perbuatan
buruk yang dilakukannya adalah sebagai perbuatan yang benar dan baik. Pembenaran
yang demikian dapat berasal dari adanya kesepakatan kolektif yang berupa adat
kebiasaan suatu masyarakat. Dengan demikian orang-orang ini melakukan perbuatan
tercelanya dengan leluasa dan tanpa merasa berdosa. Keempat, orang-orang yang
dengan sengaja melakukan perbuatan buruk atas dasar keyakinannya (Abul Quasem,
1988:92).

Dalam rangka tujuan membangun akhlak yang baik dalam diri manusia, al-Ghazali
menyarankan agar latihan moral ini dimulai sejak usia dini. Pribahasa Arab mengatakan
bahwa pembelajaran sejak kecil seperti mengguratkan tulisan di atas batu. Orang tua
menurutnya bertanggung jawab atas diri anak-anaknya. Bahkan ia mengatakan agar
seorang anak diasuh dan disusukan oleh seorang perempuan yang saleh. Makanan
berupa susu yang berasal dari sumber yang tidak halal akan mengarahkan tabiat anak
ke arah yang buruk. Setelah memasuki usia cerdas (tamyiz), seorang anak harus
diperkenalkan dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam Islam. Seperti
disebutkan di atas, proses ini dapat dilakukan melalui pembiasaan dan melalui proses
logis atas setiap perbuatan , baik yang menyangkut perbuatan baik atau buruk.
Melakukan identifikasi secara rasional atas setiap akibat dari perbuatan baik dan buruk
bagi kehidupan diri dan sosialnya.

Ketika pikirana logis itu menyertai perbuatan seseorang, insya Allah setiap orang akan
berpikir lebih dahulu dalam melakukan perbuatannya. Apakah perbuatan itu
berimplikasi buruk, baik yang berupa munculnya prasangka buruk terhadap dirinya,
atau secara langsung berakibat buruk terhadap orang lain. Dengan kata lain terdapat
kontrol yang terus menerus dari diri seseorang ketika akan melakukan suatu perbuatan
tertentu. Seseorang akan memiliki kesadaran sejati dan pertimbangan yang matang
terhadap implikasi-implikasi dari setiap perbuatannya.
Pola Pikir Tantangan Pendidikan Agama Islam Dalam Era Global

Suatu tantangan yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah pola hidup
modern di era global yang cenderung bersifat mendunia dan individual. Oleh karena itu
semua aspek kehidupan tidak bisa dipastikan cocok dengan kehidupan itu sendiri,
sementara dunia penddikan Islam berusaha membahagiakan kehidupan di dunia dan di
akhirat kelak dengan mengutamakan kebersamaan, kerukunan dan keperdulian.

Kegagalan dalam menjalankan pendidikan berarti kegagalan dalam membina


generasinya. Pendidikan yang ideal adalah memberikan harapan masa depan yang
bermutu dan berkualitas, baik secara jasmani ataupun rohani. Material dan sepiritual.
Pendidikan agama (Islam) selalu berusaha menciptakan insan yang madani lagi Islami,
bahagia di dunia dan di akhirat. Sementara kapasitas (alokasi waktu) yang tersedia
pada sekolah-sekolah umum sangat kecil sekali, yakni hanya dua jam dalam satu
minggu.

Keterbatasan alokasi waktu pendidikan agama (Islam) tersebut tidak menutup


kemungkinan untuk mengkondisikan sekularisme di kalangan generasi muda.
Penyebabnya ialah fokus dan perhatian anak didik tidak lagi membutuhkan agama,
akan tetapi lebih mementingkan kepada kebutuhan materi atau keilmuan dan
teknologi yang serba canggih dan mutakhir.

Dalam sejarah hidup manusia, pendidikan tidak pernah berhenti dalam membentuk
kualitas pribadi seseorang. Upaya peningkatan kualitas pribadi tersebut merupakan
dasar/prinsip yang harus dikembangkan dalam menghadapi era global. Karena
pendidikan merupakan proses komprehensip, meliputi seluruh aspek kehidupan dalam
rangka mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang survive pada zamannya.

Melalui pendidikan, baik sifatnya pendidikan umum ataupun agama, diharapkan dapat
tertata basis nilai, pemikiran dan moralitas bangsa agar mampu menghasilkan generasi
yang tangguh dalam keimanan, kokoh dalam keperibadian, kaya dalam intelektual dan
unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Persoalan yang muncul dalam era global ini adalah : pada satu sisi lembaga-lembaga
pendidikan (sekolah atau luar sekolah) lebih mengutamakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek), dan pada sisi lain lebih mengutamakan pada segi Ilmu Iman dan
Taqwa (Imtaq), sehingga telah terjadi dikhotomi dimana satu sisi masyarakat peserta
didik lebih menguasai ilmu pengetahuan umum akan tetapi lemah dalam segi ilmu
agama. Sebaliknya ilmu agama sangat menguasai namun ilmu umum sangat lemah.

Kondisi dikhotomi system pendidikan itu sangat menghawatirkan dan berakibat


terbentuknya generasi superior, yakni menciptakan produk yang pribadi dan moral
yang kurang, bahkan tidak Islami karena terhegemoni oleh Iptek. Sementara generasi
lainnya ‘alim dan mempunyai integritas moral yang baik akan tetapi miskin dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fenomena tersebut telah mengejala dalam dunia modern
sekarang ini, dan sekaligus menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Agama Islam
khususnya. Oleh karenanya perlu disikapi bersama secara terpadu. Artinya tidak hanya
merupakan tanggung jawab para pemuka dan pendidikan agama Islam saja, melainkan
menjadi tanggungjawab bersama masyarakat umumnya dan orang tua pada
khususnya.

Pola pendidikan dalam era global tergambar dalam sebuah diagram pola pikir
tantangan pendidikan dalam era globalisasi di bawah ini.

Untitled1

Pada diagram di atas, tergambar bahwa pendidikan terbagi dalam dua hal, yakni
Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Pendidikan Umum dimotori oleh akal dan
rasio dan banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang telah mengubah pola (nilai)
kehidupan. Tujuan pendidikan nasional sebenarnya adalah untuk menciptakan
manusia bermutu dan berkualitas. Begitu juga tentang Pendidikan Agama (Islam) yang
dimotori oleh akal, wahyu dan rasio adalah juga telah memberikan kontribusi besar
dalam pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga tercipta ‘Muslim Sejati’.

“Ipoleksosbudhankam dan Agama” adalah merupakan faktor pendukung sekaligus juga


sebagai faktor penghambat. Oleh karenanya semakin baik perkembangan ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta keberagamaan suatu
bangsa, maka semakin teruji keberhasilan proseas pendidikan. Sebaliknya, semakin
banyak gangguan dari aspek kehidupan tersebut, maka semakin sulit pendidikan untuk
menjalankan tujuan, visi dan missinya dalam membantuk sumber daya manusia
disekitarnya.

Tantangan pendidikan agama Islam dalam era global meliputi semua aspek kehidupan
nasional, yaitu kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan dan agama itu sendiri. Kelemahan yang dirasakan dalam proses pendidikan
ini adalah terletak pada pembinaan Sumber Daya Manusia, penyediaan dana
pendidikan dan sistem pendidikan itu sendiri. Pada SDM yang memiliki potensi dan
profesionalisasi yang tinggi akan melahirkan kebijakan pendidikan yang baik, usaha
dana dan sistem pendidikan yang ideal, sehingga mampu mengimplementasi konsep
dengan baik dan benar.

Pentingnya Menumbuhkan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi

Globalisasi memiliki sisi positif dan negatif terhadap pendidikan moral. Disatu sisi, arus
globalisasi merupakan harapan yang akan memberikan berbagai kemudahan bagi
kehidupan manusia. Namun disisi lain, era globalisasi juga memberikan dampak yang
sangat merugikan. Dengan perkembangan sektor teknologi dan informasi, manusia
tidak lagi harus menunggu waktu, untuk bisa mengakses berbagai informasi dari
seluruh belahan dunia, bahkan yang paling pelosok sekalipun. Kondisi ini menjadikan
tidak adanya sekat serta batas yang mampu untuk menghalangi proses transformasi
kebudayaan. John Neisbitt, menyebutkan kondisi seperti ini sebagai “gaya hidup
global”, yang ditandai dengan berbaurnya budaya antar bangsa, seperti terbangunnya
tatacara hidup yang hampir sama, kegemaran yang sama, serta kecenderungan yang
sama pula, baik dalam hal makanan, pakaian, hiburan dan setiap aspek kehidupan
manusia lainnya. Kenyataan semacam ini, akan membawa implikasi pada hilangnya
kepribadian asli, serta terpoles oleh budaya yang cenderung lebih berkuasa. Dalam
konteks ini, kebudayaan barat yang telah melangkah jauh dalam bidang industri serta
teknologi informasi, menjadi satu-satunya pilihan, sebagai standar modernisasi, yang
akan diikuti dan dijadikan kiblat oleh setiap individu. Globalisasi menyebabkan
perubahan sosial yang memunculkan nilai-nilai yang bersifat pragmatis, materialistis
dan individualistik.

Tidak terkecuali, bagi masyarakat Indonesia yang telah memiliki budaya lokal, terpaksa
harus menjadikan budaya barat sebagai ukuran gaya hidupnya, untuk bisa disebut
sebagai masyarakat modern. Disamping itu, sebagai bangsa yang berpenduduk
mayoritas muslim, yang telah memiliki acuan suci, yakni Al-Qurán dan tauladan Nabi
Muhammad SAW, masyarakat Indonesia juga telah menggantikan budaya Islam yang
telah mampu mengangkat martabat serta derajat masyarakat jahiliyah Arab dengan
budaya barat, yang merupakan produk revolusi industri, yang telah menjatuhkan
martabat manusia. Dengan kebebasan individu dalam faham barat, telah menjadikan
masyarakat muslim melepaskan kontrolnya dari kepercayaan moralitas serta
spiritualitas (agama).

Berbagai perilaku destruktif, seperti alkoholisme, seks bebas, aborsi sebagai penyakit
sosial yang harus diperangi secara bersama-sama. Sehingga kenyataan ini menjadikan
banyak orang yang tidak lagi mempercayai kemampuan pemerintah, untuk
menurunkan angka kriminalitas serta berbagai penyakit sosial lainnya.

Dari gambaran diatas, terlepas dari mana yang paling signifikan, namun kenyatan
tersebut, telah menjadikan pendidikan moral serta agama sebagai salah satu upaya
untuk menanggulangi penyakit serta krisis sosial yang ada ditengah masyarakat.

Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, runtuhnya nilai moralitas serta
norma agama dikalangan masyarakat dan para pemimpin bangsa, sebenarnya sangat
pantas untuk kita kemukakan kepermukaan, dalam upaya menemukan solusi bagi
penyelesaian krisis multidimensional yang ada. Karena ketidak mampuan bangsa ini
bangkit dari keterpurukan, lebih diakibatkan oleh kurangnya kebersamaan serta rasa
saling menang dan meraih keuntungan sendiri, diantara setiap elemen bangsa.
Kesadaran dari masing-masing individu serta kelompok akan kemaslahatan bersama-
lah, yang akan menjadi solusi paling tepat bagi upaya penyembuhan penyakit sosial
yang ada. Dengan demikian, pendidikan moral dan agama, menjadi sangat mutlak bagi
terbangunnya tata kehidupan masyarakat yang damai, adil makmur dan bermartabat.
Terlebih lagi, dalam konteks kehidupan global yang semakin transparan dan penuh
kompetisi, nilai agama dan moralitas merupakan benteng agar setiap individu tidak
terjerumus dalam prakti kesewenag-wenangan dan ketidak adilan.

Moralitas al Qurán serta Tauladan Muhammad

Dalam Islam, moralitas atau sisitem perilaku, terwujud melalui proses aplikasi sistem
nilai/norma yang bersumber dari al Qurán dan sunnah Nabi. Berbeda dengan etika
atau moral yang terbentuk dari sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam
masyarakat, yang dapat berubah menurut kesepakatan serta persetujuan dari
masyarakatnya, pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Sistem etika ini sama
sekali bebas dari nilai, serta lepas dari hubungan vertikal dengan kebenaran hakiki.

Dalam surat Ali Imran, ayat 190-191 disebutkan,“sesungguhnya dalam penciptaan


langit dan bumi, serta pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi Ulil
Albab (yaitu) orang-orang yang berdzikir pada Allah ditengah ia berdiri, duduk dan
berbaring, serta bertafakur tentang penciptaan langit dan bumi. (kemudian ia berkata),
Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia….”. Dalam ayat ini,
setidaknya dapat diambil tiga titik penting, yakni ulul albab (sisi kemanusiaan),
Dzikrullah (sisi ke-Tuhanan), serta Tafakur (sisi kealaman).

Perenungan terhadap Tuhan, merupakan landasan bagi kebijaksanaan yang akan lahir
dari setiap kerja dan aktifitas manusia. Dengan pelaksanaan perenungan terhadap
Tuhan secara kontinyu, akan membawanya pada kesadaran ilahiyah. Sedangkan
tafakur (kerja berfikir) manusia merupakan kerja universal dan integral. Dalam hal ini,
berfikir bukan saja terhadap langit dan bumi, akan tetapi juga terhadap segala sesuatu
yang ada didalamnya, termasuk berbagai fenomena dan arus sejarah kehidupan yang
dialami oleh umat manusia, dari waktu kewaktu. Formulasi dari hasil berfikir terhadap
alam inilah yang selanjutnya dirumuskan sains dan teknologi, sebagai salah satu bentuk
dari produk budaya manusia.

Disinilah letak keberhasilan manusia untuk menjadi hamba yang bergelar ulil albab.
Seorang ulil albab akan menjalani hidup serta kehidupannya dengan dua landasan,
yakni landasan dzikir dan landasan pikir. Landasan dzikir menekankan pada rasa
tanggungjawabnya didalam memanfaatkan alam semesta, semata-mata hanya demi
kemaslahatan umat, sedangkan landasan pikir akan membawanya untuk senantiasa
melakukan kerja perekayasaan terhadap alam semesta, dengan menghasilkan berbagai
temuan sain yang aplikatif (teknologi).

Hubungan diantara kedua landasan tersebut, dalam kaitannya dengan alam semesta,
tercermin dalam sikap dan tingkah laku (moral), disaat manusia melaksanakan
fungsinya sebagai khalifatullah. Moral merupakan sikap manusia yang dimanifestasikan
kedalam perbuatannya. Oleh karena itu, antara sikap dan perbuatan harus menyatu,
dan tidak boleh saling kontradiktif, atau dalam bahasa yang lebih populer adalah
“menyatunya kata dan perbuatan”.

Disamping itu, Nabi Muhammad, sebagai al matsalul kamil (contoh yang sejati dan
sempurna), juga telah memberikan tauladan terhadap umatnya untuk berlaku menurut
nilai-nilai moralitas yang luhur. Bahkan, salah satu fungsi diutusnya Muhammad adalah
untuk menyempurnakan moral masyarakat. Sehingga pribadi Muhammad merupakan
contoh moralitas yang sangat luhur, bagi pembentukan tatanan sosial masyarakat yang
bermartabat.

Oleh karena itu, moral bukan saja bersifat personal, seperti jujur, adil dan
bertanggungjawab, akan tetapi juga berdimensi publik, yakni terciptanya etika kolektif,
serta kehidupan sosial yang santun. Dengan etika kolektif inilah, akan terbangun etika
organisasi yang mengharuskan setiap individu untuk berjalan bersama, menurut
landasan etika kolektif tersebut. Namun demikian, pada dasarnya etika publik ini
terbentuk dari etika individu, sehingga tidak mungkin akan tercipta etika publik, tanpa
adanya kesadaran masing-masing pribadi akan nilai moralitas.
Pendidikan agama dan moral merupakan pedoman sangat penting bagi dalam proses
belajar mengajar sebagai salah satu antisipasi agar anak-anak didik kita terhindar hal-
hal yang bertentangan dengan agama di era globalisasi saat ini. Dikatakan, dengan
kuatnya pendidikan agama akan menciptakan generasi yang bermoral dan berkualitas.
Kondisi itulah yang saat ini ditanamkan Yayasan Pendidikan Harapan, sehingga
melahirkan generasi-generasi yang berkualitas dengan cirinya iman, ilmu dan amal.

Pendidikan moral bisa disamakan pengertiannya dengan pendidikan budi pekerti.


Pendidikan moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama,
adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian
supaya menjadi manusia yang baik. Secara umum, ruang lingkup pendidikan moral
adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai budi
pekerti luhur. Di antara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun,
berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan keras,
bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas
diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa
percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif,
taat asas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, dan ulet. Jika
anggota masyarakat telah memiliki karakter dengan seperangkat nilai budi pekerti
tersebut, diyakini ia telah menjadi manusia yang baik.

Zaim Elmubarok dalam bukunya “Membumikan Pendidikan Nilai” (2009) berkeyakinan


bahwa sentral pendidikan nilai adalah keluarga. Menurutnya, keluarga adalah satu-
satunya sistem sosial yang diterima di semua masyarakat, baik yang agamis maupun
yang non-agamis. Sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat, keluarga memegang
peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Sesungguhnya dapat
dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan
dalam tingkat yang sangat tinggi, ia berkaitan erat dengan kelahiran peradaban,
transformasi warisan dan pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara
keseluruhan, semua tradisi, keyakinan, sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial,
ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.

Zaim juga menanggap keluarga merupakan batu pondasi setiap masyarakat besar
manusia, dimana semua anggotanya memiliki peran mendasar dalam memperkokoh
hubungan-hubungan sosial dan pengembangan serta penguatan di semua aspeknya.
Untuk itu, semua usaha guna memperkuat bangunan keluarga, akan membuka
peluang untuk pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat, dan pengokohan nilai-nilai
moral di tengah masyarakat. Teori ini sangat relevan dengan kenyataan sosial yang
berlaku di Indonesia, bahwa lembaga keluarga merupakan modalitas sosial yang sudah
terbangun sejak lama dan selalu dijaga hingga sekarang.

Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga
anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah keluarga
memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian
anak dan remaja. Tentu saja status sosial dan ekonomi keluarga di tengah masyarakat
berpengaruh pada pola berpikir dan kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan
bentuk dan cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana
kehidupan yang lebih baik, atau sebaliknya, akan memperoleh efek yang buruk
darinya.

Tantangan Pendidikan Moral

Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral


dan budi pekerti anak antara lain sebagai berikut:

Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan tantangan


tersendiri dimana informasi baik positif maupun negative dapat langsung diakses
dalam kamar/rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam penanaman agama (yang
telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi pekerti) hal itu akan berdampak
negative jika tidak di saring dengan benar.

Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-
tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.

Moral para pejabat/birokrat yang memang suda amat melekat seperti “koruptor”,
curang/tidak jujur, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, dan lain-lain ikut menjadi
tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan, diragukan ketulusan dan
keseriusan diimplementasikan secara benar.
Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budi pekerti ke dalam
setiap mata pelajaran juga cukup sulit. Ini terjadi karena ternyata tidak semua guru
dapat mengaplikasikan model integrated learning tersebut ke dalam mata pelajaran
lain yang sedang diajarkannya atau yang diampunya.

Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan begitu
saja. Karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan pasti memerlukan dana yang tidak
sedikit

Faktor-faktor Penyebab Turunnya Moral di Masyarakat Indonesia

Masalah moralitas masyrakat Indonesia baik itu usia remaja hingga dewasa, sekarang
ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada
jawabannya. Seperti mengapa para remaja kita sudah mengkonsumsi obat-obatan
terlarang? mengapa para remaja kita dengan bebasnya bergau dengan lawan jenis
tanpa merasa risih dan malu? megapa para pemiimpin di negeri kita sugguh mudah
tersinggung, dan tidak malu juga mempertontonkan pertengkaran di muka umum?
Mengapa begitu banyak para pemimpin ini tidak merasa malu mengambil hak-hak
orang kecil, seperti melakuka korupsi?. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah
dikemukakan meruapakan sederetan kecil dari masalah moral yang masih belum bisa
hadapi.

Ketika berbicara tentang moral, kita perlu tahu bahwa hal ini erat kaitannya dengan
perilaku masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang menyimpang dari aturan
yang seharusnya membuat moral bangsa kita semakin buruk di mata negara lain.
Kemerosotan moral ini bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan karena hal itulah
yang membuat negara kita tampak kurang berwibawa di dunia internasional. Ada
beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu
perlu diketahui sehingga kita mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu
dalam penyelesaian masalah tersebut.

a) Penyalalah gunaan sebagian ajaran moral

Tidak diragukan lagi bahwa sebagian ajaran moral telah dan masih terus akan
disalahgunakan dalam berbagai bentuk dan cara. Mereka yang telah dirasuki
ketamakan, terutama apabila mempunyai kekuatan dan pengaruh, tidak akan ragu-
ragu dalam memakai segala cara untuk mencapai tujuannya. Penelitian ilmiah, terlepas
dari kebenaran landasannya, terkadang di[ergunakan untuk melakukan penindasan,
tirani, menyiksa kelas buruh.

b) Penyalahgunaan Konsep-Konsep Moral

Sama hal nya dengan ajaran moral, konsep-konsep dari moral pun disalahgunakan.
Seringkali ditemui, kemerdekaan ditindas atas nama kemerdekaan, dan ketidakadilan
diterapkan atas nama keadilan dan persamaan. Setiap hal yang baik dan bermamfaat
bisa disalahgunakan. Meskipun demikian, bagaimanapun nama keadilan itu
disalahgunakan tidak akan sama halnya dengan ketidakadila itu sendiri. Keduanya
tetap berbeda. Demikian juga, bagaimanapun nama kemerdekaan disalahterapkan,
tetapi kemerdekaan sejati tidak akan sama dengan perbudakan.

Jadi tidak diragukan lagi ajaran Islam telah dieksploitasi untuk tujuan pribadi dan
kelompok tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut palsu atau rancu.
Sebaliknya, keadaan tersebut menuntut kewaspadaan sebagian masyarakat agar
ajaran tersebut tdak rusak, dan nilai-nilainya tidak disalahgunakan.

c) Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)

Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa
Indonesia saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah
individu yang tidak mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Dengan budaya
asing yang masuk ke negara kita sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa free
sex atau materialisme adalah hal yang biasa. Keadaan ini sangat memprihatinkan
mengingat banyak remaja yang melakukan hal tersebut dan hal itu yang sering jadi
masalah remaja saat ini. Tumbuhnya budaya materialisme juga bisa diliat dari
banyaknya orang-orang yang sangat memperhatikan gaya hidup yang terkesan mewah
tanpa memperdulikan sekitar dan masa depannya.
d) Perkembangan Teknologi

Turunnya moral bangsa Indonesia juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi saat
ini. Dengan kemudahan akses internet, banyak orang memanfaatkan fasilitas tersebut
untuk mencari gambar atau video porno. Hal ini jika dilakukan terus menerus akan
merusak moral bangsa karena pikiran mereka sudah dimasuki oleh doktrin-doktrin
barat yang kadang salah tersebut.

e) Lemahnya Mental Generasi Bangsa

Penurunan kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat disebabkan karena
lemahnya mental dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk
karakter yang kurang baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilku seseorang
dalam menjalani kehidupan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu
diupayakan pembentukan karakter sejak dini

f) Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti

Kurangnya materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya
moral bangsa kita baik itu dalam bangku sekolah, dan kurangnya perhatian dari guru
sebagai pendidik dalam hal pembentukan karakter peserta didik, sehingga peserta
didik lebih banyak terfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek
afektif dalam pembelajaran. Hasilnya adalah peserta didik pintar dalam hal pelajaran
tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang kurang bagus. Banyak di antara
peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran, namun tidak hormat
terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat jujur, malas,
dan sifat-sifat buruk lainnya.

Tingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun peserta didik, dipandang
sebagai akibat dari kurang efektifnya sistem pendidikan saat ini. Ditambah lagi dengan
masih minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter
peserta didik. Sehinga sebagian peserta didik tidak mempunyai karakter positif.
Pendidikan tanpa karakter hanya akan membuat individu tumbuh secara parsial,
menjadi sosok yang cerdas dan pandai, namun kurang memiliki pertumbuhan secara
lebih penuh sebagai manusia. Hal tersebut sudah dicontohkan dalam sistem
pendidikan kita pasca reformasi. Kurikulum yang dibangun untuk mencerdaskan
kehidupan justru berujung kepada penurunan moral dari sebagian perserta didiknya.

Solusi

Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam ahlak kita, untuk menaggulangi
masalah moral ini , diantara lain adalah :

a) Memandang Martabat Manusia

Rasulullah Saw, telah mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan martabat


dan derajat manusia.

Orang yang meceritakan tradisi tersebut bertanya kepada Sayidina Ali k.w. tentang
sifat-sifat tersebut. Sayidina Ali menjawab “ alim , toleran, tahu berterima kasih, sabar,
murah hati, berani, mempunyai harga diri, bermoral, berterus terang, dan jujur.

Memiliki harga diri (self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk kepentingannya
dan untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus memperhitungkan segala sesuatu yang
sekiranya bisa memalukan da merendahkan posisinya, seperti tidak konsisten denga
martabatnya sebagai manusia, dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan bisa
mengembangkan kematangan spiritualnya, dan mengangkat posisinya agar bisa
dibanggakan.

Sebagai contoh, setiap orang sadar bahwa sifat cemburu dan iri hati hanya akan
menghina dan memalukan dirinya sendiri. Orang yang iri hati tidak akan tahan dengan
kemajun dan prospek orang lain. Ia tidak senang dengan prestasi-prestasi mereka.
Reaksi satu-satunya adalah bagaimana caranya bisa menimbulkan bencana bagi orang
lain dan mengganggu rencana-rencana mereka. Da tidak akan merasa puas jika orang
lain tidak kehilangan nasib baiknya, dan tidak seperti dia. Setiap orang saddar akan
memiliki sifat seperti itu hanya merupakan cerminan kepicikan belaka. Seseorang yang
tidak menghargai keberhasilan orang lain adalah manusia yang tak berharga tak
berkepribadian.

Sama halnya dengan sifat iri hati. Orang yang iri hati adalah orang yang begitu
terpesona dengan kekayaanya sehingga ia enggan utuk menyisihkan atau
membelanjakannya, bahkan bukan untuk kepentingan sendiri dan keluarganya. Dia
tidak mau mendermakan kekayaan yang dimilikinya. Nampaknya orang semacam itu
menjadi tawanan dari kekayaannya sendiri. Dia merendahkan martabat di depa
matanya sendiri.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan sejati
manusia. Kita merasa senag jika memberika amal, bertindak toleran, sederhana dan
bekerja tekun, dan sebagainya. Sedangan sifat munafik, menjilat, cemburu dan
sombong akan menghina dirinya sendir, tanpa terikat pada ajaran atau kebiasaan dan
tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam mengutuk keras sifat-sifat jelek
seperti itu, dan melarang eras mengembangkannya.

Beberapa sifat tertentu seperti toleran dan pengorbanan diri adalah masalah
penghargaan diri dan tanda keterbukaan hati dan kebesaran jiwa. Orang yang selalu
sikap berkrban dan melatih kendalu dirinya, da ditandai denga kepribadian yang baik
seperti itu sehingga dia menjalani kepentingannya demi untuk kebaika orang lain dan
untuk mempertahankan tujuan yang diharapkan.
Merendahkan hati dalam pengertian menghormati orang lain dan mengakui prestasi
mereka dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk tunduk pada
kekuatan, juga merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan martabat manusia.
Kualitas seperti ini dipunyai oleh mereka yang selalu bisa mengendalikan diri dan tidak
egois (self-centered), dan dengan realistis mengakui hal-hal baik dalam diri orang lain
dan menghormatinya.

Sifat-sifat mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yag mulia, adalah bagian
fari nilai-nilai moral Islam yang tinggi. Kita mempunyai contoh-contoh yang tak
terhitung mengenai sifat-sifat seperti itu, dan semua masalah etika mungkin
diperhitungkan berkaitan dengan martabat manusia. Karena itu Nabi Besar Umat Islam
dalam menyimpulkan pesan etikanya, menggambarkan sifat-sifat itu sebagai karakter
manusia yang sempurna dan mulia.

b) Mendekatkan Manusia dengan Alloh

Hanya sifat-sifat mulia yang telah disebutkn diatas yang akan mendekatkan manusia
dengan Alloh . Dngan demikian manusia-manusia harus memiliki dan mengembagkan
sifat-sifat tersebut apabila kita membahas sifat-sifat Alloh, dan sebaliknya. Dia Maha
mengetahui, Maha Kuasa dan Maha Kompeten. Semua tindakan-Nya telah
dierhtungkan dengan baik-baik. Dia Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang. Semua
merasakan karunia-Nya. Dia menyukai kebenaran dan membenci keburukan. Dan
selanjutnya dan seterusnya. Manusia dekat dengn Alloh sesuai dengan kualitas-kualitas
yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut mendarah daging dalam drinya dan menjadi
pelengkapnya, bisa dkatakan bahwa ia telah mendapatkan nilai-nilai moral islam.
Rasululloh bersabda :

“Binalah diri sendir sesuai dengan sifat-sifat Alloh”

Manusia Islam, terlepas dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari tidakan
dan kebiasaannya, selalu mampu untuk mengetahui apakh tindakan atau sifat tertentu
akan menjaga martabat kemanusiannya, dan apakah akan membantunya dalam
perjalanan mendekatkan diri kepada Alloh. Dia menganggap bahwa yang diinginkan
adalah segala tindakan yang akan mengangkat martabat manusia mendekatkan dirinya
dengan Alloh. Demikian pula dia akan enggan dan menghindarkan diri dari segala
tindakan yang akan merusak martabat manusia an memperlemah hubungan dengan
Alloh. Dia menyadari bahwa perhatianya terhadap kedua kriteria tersebut secara
otomatis akan membangkkitkan gairah dan berantusias untuk berkarya denga sadar
untuk kepentingannya dan kepentingan kemanusiaan secara luas.

c) Kontribusi di bidang pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
Pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Pendidikan Nasional
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Namun, jika kita melihat kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, ternyata
masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Proses pendidikan belum sepenuhnya
berhasil membangun manusia Indonesia yang berkarakter positif. Bahkan, banyak yang
menyebut, pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan
sarjana pintar dalam bangku sekolah atau perkuliahan dan piawai dalam menjawab
soal ujian, berotak cerdas, tetapi lemah dalam hal mental, penakut, dan perilakunya
tidak terpuji. Di sisi lain, pendidikan yang bertujuan mencetak manusia yang cerdas dan
kreatif serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belum sepenuhnya
terwujud. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus pelajar yang terlibat tawuran, kasus
kriminal, narkoba, seks di luar nikah, dan kasus-kasus yang lain.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan,
untuk memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun keinginan
tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan. Pemerintah dalam
melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak menitikberatkan pada kemampuan
kognitif siswa, dengan mengesampingkan kemampuan afektif atau perilaku siswa dan
psikomotorik atau keterampilan
Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan menerapkan
pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai
pada pendidikan tinggi. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran dan
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi
insan kamil. Dengan penerapan pendidikan karakter, maka karakter dari peserta didik
akan terbentuk sejak mereka berada di bangku sekolah dasar, kemudian dilanjutkan
pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan terbentuknya karakter tersebut,
maka akan menjadi perisai atau kontrol dalam diri seseorang, sehingga akan
mengendalikan perilaku orang tersebut. Intinya adalah, jika karakter sudah terbentuk,
maka akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.Dengan menanamkan nilai-nilai
kebaikan dalam setiap proses pendidikan, akan membantu proses pembentukan
karakter dari peserta didik yang bermoral dan bermartabat. Dengan terbentuknya
karakter tersebut, maka karakter tersebut akan sulit hilang sehingga akan menjadi
watak perilaku seseorang dalam menjalani masa yang akan datang. Penerapan
pendidikan karakter dalam sistem kurikulum pendidikan dapat dilaksanakan dengan
cara :

Menyisipkan nilai–nilai moral di setiap proses belajar mengajar

Membentuk kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih menekankan
pada penggugahan motivasi internal peserta didik

Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral, dan peserta didik


dipersyaratkan lulus mata pelajaran tersebut

Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral hendaknya


lebih aplikatif, tidak hanya text book semata

Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan hati (moral). Dalam hal
ini guru, Departemen Pendidikan Nasional, dan masyarakat pemerhati pendidikan
untuk bersama-sama mengupayakan penerapan pendidikan karakter ke dalam sistem
kurikulum pendidikan.

Kesimpulan
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah
sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan
kebudayaan masyarakat setempat. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita mampu
menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian masalah tersebut.
Bagaimana kemerosotan moral di masyarakat sekarang adalah sebuah hal bahwa
masyarakat kuarang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Masyarakat sekarang sudah mengambil suatu budaya barat yang tidak sesuai dengan
budaya bangsa kita, oleh karena itu mereka terpengaruh dengan kebiasaan yang buruk
melalui berbagai pengaruh baik media elektronik, style, dan gaya hidup yang serba
lebih ke modern-modernan. Perkembangan teknologi dan budaya membuat sebagian
orang di Indonesia menyalahgunakannya dengan berbagai kemauan dan kehendak
mereka sendiri. Jadi, ada baiknya kita bisa memilih bagaimana budaya, teknologi dan
lain sebagainya berguna bagi kita dan orang lain. Semoga dengan adanya pendidikan
moral sejak dini bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah SWT dan budi pekerti kita
bisa membuat kita terpandang sebagai khalifah yang baik di dunia ini.
J.tanggapan masyarakat terhadap globalisasi

globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasional.


Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungan dengan
negara lain. Berbagai tanggapan dan kecenderungan perilaku masyarakat dalam
menghadapi arus modernisasi dan globalisasi. Secara garis besar dapat dibedakan
menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.

a. SIKAP POSITIF

Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi


dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama
dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan
membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan
akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.

2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari
sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya
adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau
sedang terjadi

kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat


menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi.
Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih
(selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi
kita.

3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap
adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan
modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat
selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.

4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah


perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat
kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak
modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli
sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju,
namun tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.

b . SIKAP NEGATIF

Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan akibat dampak
modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat
terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur
berikut ini.

1) Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang
telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga
mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan
zaman. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great
Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini
akan menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan
menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan zaman.

2) Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang
kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada
umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh
modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada
kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini
cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.

3) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan


dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini
akan menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar,
padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita.
Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa
adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi
sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya,
masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus
modernisasi yang kurang terkontrol.
K.pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional

Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Nasional - Pengaruh globalisasi yang


mengancam jati diri bangsa adalah masuknya unsur-unsur budaya nasional.Di era
globalisasi ini,setiap bangsa bebas keluar masuk memberikan pengaruhnya kepada
bangsa lain.Akibatnya,berbagai paham dan ideologi pun masuk ke bangsa lain,begitu
pula bangsa Indonesia.Globalisasi sekarang ini merambah hampir ke semua bidang
kehidupan kita.Tidak semua masyarakat dapat menerima globalisasi dengan tangan
terbua.Ketidaksiapan menerima globalisasi akan menciptakan perubahan dalam
masyarakat.

Culture Shock (Gegar Budaya)

Culture Shock atau biasa disebut Gegar budaya merupakan istilah psikologis untuk
menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang mengahdapi kondisi lingkungan
sosial budaya yang berbeda.Globalisasi banyak membawa unsur-unsur budaya baru
yang mungkin mengakibatkan kekagetan oleh masyarakat yang tidak siap
menerimannya.

2. Culutre Lag (Kesenjangan Budaya)

Culture Lag atau biasa disebut Kesenjangan budaya merupakan suatu kondisi yang
memperlihatkan terjadinya kesenjangan antara berbagai bagian dalam suatu
kebudayaan.Dapat dikatakan culture lag karena merupakan suatu ketertinggalan
kebudayaan.
BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi semakin sempit.

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.

Dampak Globalisasi yang terlihat Dampak negatif globalisasi yaitu dampak buruk yang dapat
dihindari sebelum itu terjadi.Dampak positif globalisasi yaitu dampak positif/baik yang dapat
diperkirakan sebelum itu terjadi.

Terdapat banyak cara untuk mengatasi dampak buruk dari globalisasi Menumbuhkan semangat
nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan
mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya,Menanamkan dan melaksanakan
ajaran agama dengan sebaik- baiknya,Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan
menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya, Selektif terhadap pengaruh
globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus pandai – pandai menyaring arus globalisasi yang
masuk, agar tetap dapat sesuai dengan kebudayaan bangsa indonesia.
B.SARAN

Kita tidak dapat menentang arus globalisasi, tetapi kita juga tidak harus sepenuhnya mengikuti.
Setelah mengetahui berbagai dampak globalisasi, baik positif maupun negative, kita dituntut
untuk selektif memilih budaya atau pun hal – hal baru yang bersasal dari luar, sehingga kita tidak
menghilangkan budaya yang sejak dahulu telah tertanam pada diri kita.

Anda mungkin juga menyukai