Anda di halaman 1dari 15

REVITALISASI DAN AKTUALISASI PANCASILA

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali
dari jati diri dan nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dengan
berbagai kajian ternyata didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila
tersebut sebagai sebuah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan antar
sila tersebut saling menjiwai satu dengan yang lain. Ini dengan sendirinya menjadi ciri
khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas dan jatuh bangunnya perjalanan
sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari jaman penjajahan sampai pada
saat mengisi kemerdekaan.
Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan
sudah asing dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa
dan ada apa dengan kita sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang
surut masalah negari ini belum bisa mengoptimalkan tentang pengamalan nilai-nilai
Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini dengan jaman yang disepakati dengan nama
Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk mengembalikan tata negara ini dari
penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan
menghilangkan dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis yang
berkepanjangan di segala bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah kondisi yang
lebih baik atas system ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah hancur, menuju
Indonesia baru. Pada masa sekarang arah tujuan reformasi kini tidak jelas juntrungnya
walaupun secara birokratis, rezim orde baru telah tumbang namun, mentalitas orde baru
masih nampak disana-sini. Sedangkan pancasila adalah sebagai ideologi bangsa
Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan dari nilai-nilai luhur yang berasal
dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah ideologi politik, Pancasila bisa
bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa pula pudar dan
ditinggalkan oleh pendukungnya.
Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan sosial dalam bentuk
semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan faktor-faktor
yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi modern.
Globalisasi yang hampir menenggelamkan setiap bangsa tentunya
memberikan tantangan yang mau tidak mau harus bangsa ini taklukkan. Era
keterbukaan sudah dan mulai mengakar kuat, identitas nasional adalah
barang mutlak yang harus dipegang agar tidak ikut arus sama dan seragam
yang melenyapkan warna lokal serta tradisional bersamanya. Identitas
nasional, dalam hal ini Pancasila mempunyai tugas menjadi ciri khas,
pembeda bangsa kita dengan bangsa lain selain setumpuk tugas-tugas mendasar
lainnya. Pancasila bukanlah sesuatu yang beku dan statis, Pancasila cenderung terbuka,
dinamis selaras dengan keinginan maju masyarakat penganutnya. Implikasinya ada pada
identitas nasional kita yang terkesan terbuka, serta terus berkembang untuk diperbaharui
maknanya agar relevan dan fungsional terhadap keadaan sekarang.
Ketika globalisasi tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ia akan
mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. Globalisasi adalah tantangan
bangsa ini yang bermula dari luar, sedangkan pluralisme sebagai tantangan dari dalam
yang jika tidak disikapi secara bijak tentu berpotensi menjadi masalah yang bisa meledak
suatu saat nanti. Berhasil atau tidaknya kita menjawab tantangan keterbukaan zaman itu
tergantung dari bagaimana kita memaknai dan menempatkan Pancasila dalam berpikir
dan bertindak.
Beberapa ciri penting (sekaligus sebagai implikasi) globalisasi adalah: Pertama,
hilangnya batas antarnegara(borderless world), maraknya terobosan (breakthough)
teknologi canggih, telekomunikasi dan transportasi, sangat memudahkan penduduk bumi
dalam beraktivitas.

1.2 Batasan Masalah


Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya
1. Pemahaman tentang nilai-nilai Pacasila
2. Revitalisasi dan Reaktualisasi nilai-nilai Pancasila
3. Masalah mengenai penerapan Pancasila
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan ini diharapkan agar pembaca dapat memahami tentang nilai –
nilai pancasila, dan selanjutnya merevitalisasi dan reaktualisasi nilai – nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan globalisasi serta
mengetahui masalah mengenai penerapan pancasila dan menemukan upaya – upaya
untuk memaknai dan mereaktualisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara secara benar untuk menghadapi tantangan globalisasi.
penulisan ini diharapkan dapat mencerahkan kembali ideologi pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga Negara ini (Indonesia) dapat tetap hidup
dengan jati dirinya untuk mencapai cita-citanya
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai filsafat bangsa.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hokum
Negara.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pancasila sebagai ideologi dan cita – cita bangsa
Indonesia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui upaya – upaya Revitalisasi dan reaktualisasi pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menghadapi tantangan globalisasi.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa
§ Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim
diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada
kata“philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk
mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula
dipakai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai
pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai
kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari
dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan
cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-
dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya
diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati
kesempurnaan.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam
filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke
waktu.
§ Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno
di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana
filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep
humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman,
demokrasi parlementer, dan nasionalisme.
§ Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).
Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan Soasial”
terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”.
§ Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya
dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila
dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-
butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat
Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan,
Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary,
Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara
umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia
yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-
nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.
Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenran yang bermacam-
macam dan bertingkat-tingkat sebgai berikut:
1. Kebenaran indra (pengetahuan biasa);
2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmu pengetahuan);
3. Kebenaran filosofis (filsafat);
4. Kebenaran religius (religi).
§ Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah
mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata
hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-
persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan
persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan
merasa terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti
akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun
persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa
di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan
berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan
sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta
pandangan hidup sesuatu bangsa adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu
bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik
ini dat memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang
kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No.
II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
§ Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita
temukan dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara
Indonesia seperti di bawah ini :
1. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
2. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian
dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam
Jakarta).
3. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
4. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27
Desember 1945, alinea IV.
5. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus
1950.
6. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli
1959.
2.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Sumber Hukum
Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap
warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar
Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang
berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara
disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai
weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai
sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia
terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup
dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang
barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam
hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya sebagai dasar
Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara Republik
Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi Negara.
Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau pemerintah dan
rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang ataupun
sesuatu golongan tertentu. Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang
meruapakn cita-cita bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang
mewujudkan kenyataan dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan
kemasyarakatan kita.
Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, kita
harus kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya
atau untuk meluruskan kembali.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945
adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka.
Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-
cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan
gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju
kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus
1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang
Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok
yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan
dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-
persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara
harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang
bersumber pada UUD itu disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan
dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh
isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara
dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila
(dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber
dari segala sumber huum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat,
jurisprudensi, hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh
masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia.
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang
kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu
model yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air
kita sejak dahulu hingga sekarang. Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang
tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat
diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal
dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara kesatuan Republik
Indonesia secara kekal dan abadi
2.3 Pancasila Sebagai Ideologi dan Cita – Cita Bangsa
Pengertian Ideologi - Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata
logi yang berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang
gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (AL-Marsudi, 2001:57).
Puspowardoyo (1992 menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai
komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar
untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat
menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak
baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any
group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies
often applied to a systematic scheme of ideas held by groups or classes, artinya suatu
istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan
masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat
kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk
mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu
kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu
kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu
pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau
norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia
merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status
atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan
sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara
Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan
yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri
kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia
adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia
sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh
kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana
waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan
berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol,
Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan
berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat
kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada dasarnya
bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia secara
jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah
pencerminan dari bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri
merupakan :
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang
khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.
Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat
universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib
dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia
menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan
sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa
Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila
itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan
bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya
akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi
kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya
dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan
kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-
buku sejarah Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat
pada kita yang hidup di masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban
untuk menegakkan dan membela Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila,
maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan /
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Revitalisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara
Dalam sejarah perkembangan hidup bangsa indonesia banyak sekali pemikiran
bahwa pancasila itu merupakan suatu filsafat yang belum mampu merubah cara berfikir
bangsa indonesia sehingga proses implementasinya dalam kehidupan sejarah bangsa
indonesia kurang sekali, hal ini di buktikan pada masa orde lama, orde baru dan reformasi
seperti sekarang ini seperti “Apalagi, sejak bubarnya BP7 dan dihapuskannya P4 sesuai
dengan TAP MPR No. XVIII/MPR/1998, karena itu berakibat kepada pendidikan politik
bangsa menjadi menurun, dan tidak menentu. Padahal, seharusnya, periode reformasi
yang sudah berlangsung hampir 14 tahun ini kita gunakan untuk menarik pelajaran
berharga dari periode sebelumnya”, selain itu juga terbukti dengan bayaknya pelnggran-
pelangaran HAM yang terjadi dari zaman orde lama hingga sekarang ini.
Akan tetapi di balik masalah-masalah yang yang di hadapi pancasila dalam proses
imlpemntasinya pancasila bagi perkembangan hidup bangsa Indonesia masih memiliki
suatu keyakinan bahwa krisis multidimensional itu dapat ditangani sehingga kehidupan
masyarakat akan menjadi lebih baik. Apakah yang dasar keyakinan tersebut? Ada
beberapa kenyataan yang dapat menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam
memperbaiki kehidupannya, seperti:
1. Adanya nilai-nilai luhur yang berakar pada pandangan hidup bangsa Indonesia;
2. Adanya kekayaan yang belum dikelola secara optimal;
3. Adanya kemauan politik untuk memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Selain itu juga pancasila mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek dan
bidang kehidupan bangsa sebagai berikut :
1. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik
2. Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi
3. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial dan Budaya
4. Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan

Selain masalah-masalah di atas ada juga beberapa masalah yang di hadapi oleh
bangsa indonesia dan pancasila dalam proses implementasinya seperti pada setiap
pendidikan formal diseluruh pelosok negra sudah tidak menjadikan pancasila sebagai
mata pelajaranwajib bagi setiap siswa SD, SMP maupun SMA. Dan kemudian BHINEKA
TUNGGAL IKA pun sudah tidak menjadi sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Upaya – upaya untuk merevitalisasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara menghadapi tantangan globalisasi:
1. Menjadikan pancasila sebagai pelajaran wajib di tingkat SD, SMP, maupun SMA.
2. Menggali kembali nilai – nilai pancasila sebagai nilai – nilai yang lahir dari jati diri
bangsa Indonesia, sehingga menumbuhkan kembali betapa vitalnya pancasila bagi
bangsa Indonesia yang harus tetap dijaga dan di implementasikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Begitu Luarbiasanya pancasila bagi Indonesia dibuktikan dengan pancasila sebagai
ideology bangsa, pancasila sebagai filsafat bangsa, pancasila sebagai sumber hukum
bangsa, pancasila sebagai pandangan bangsa daan masih banyak lagi fungsi vital dari
pancasila ini yang meski terus dipupuk dan ditanamkan didalam diri setiap warga Negara
Indonesia untuk menghadapi globalisasi dengan jiwa pancasila.
4. Mengingatkan kembali betapa vitalnya pancasila bagi bangsa Indonesia secara terus
meneruus kesetiap generasi untuk mengingatkan kembali pancasila sebagai identitas
bangsa Indonesia yang menjadikanya sebagai sebuah kebanggaan bagi semua bangsa
Indonesia.
3.2 Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara
Pancasila sebagai idoelogi bangsa yang dibuat dan dirancang sedemikian rupa,
mengandung berbagai nilai didalamnya. Yang dimana nilai-nilai tersebut merupakan
acuan dalam mencapai cita-cita dari Bangsa Indonesia. Untuk mencapai cita-cita tersebut
maka nilai-nilai tersebut harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun pada kenyataannya penerapan nilai-nilai tersebut masih belum optimal karena
ada beberapa kendala. Oleh karena itu diperlukan adanya aktualisasi ( pembaharuan )
dalam mengasumsikan/menginterpretasikan nilai-nilai Pancasila.
Ada tiga tataran nilai dalam ideologi Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah:
Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang terlepas
dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat
abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan
kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar
berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar
dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar
Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama
dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kebersamaan,
persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan
kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini
dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental
haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan
secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang
sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan
nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem,
rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut.
Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR,
Presiden, dan DPR.
Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari,
berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai
praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh
badan-badan ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara
secara perseorangan. Dari segi kandungan nilainya, nilai praksis merupakan gelanggang
pertarungan antara idealisme dan realitas.
Jika ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang dianut, maka sesungguhnya pada
nilai praksislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan nilai instrumental itu.
Ringkasnya bukan pada rumusan abstrak, dan bukan juga pada kebijaksanaan, strategi,
rencana, program atau proyek itu sendiri terletak batu ujian terakhir dari nilai yang dianut,
tetapi pada kualitas pelaksanaannya di berbagai aspek. Bagi suatu ideologi, yang paling
penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan
yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar
dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak
dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.
Tantangan terbesar bagi suatu ideologi adalah menjaga konsistensi antara nilai dasar
nilai instrumental, dan nilai praksisnya. Sudah barang tentu jika konsistensi ketiga nilai
itu dapat ditegakkan, maka terhadap ideologi itu tidak akan ada masalah. Masalah baru
timbul jika terdapat inkonsisitensi dalam tiga tataran nilai tersebut.
Untuk menjaga konsistensi dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam praktik
hidup berbangsa dan bernegara, maka perlu Pancasila formal yang abstrak-umum-
universal itu ditransformasikan menjadi rumusan Pancasila yang umum kolektif, dan
bahkan menjadi Pancasila yang khusus individual. Artinya, Pancasila menjadi sifat-sifat
dari subjek kelompok dan individual, sehingga menjiwai semua tingkah laku dalam
lingkungan praksisnya dalam bidang kenegaraan, politik, dan pribadi. Driyarkara
menjelaskan proses pelaksanaan ideologi Pancasila, dengan gambaran gerak
transformasi Pancasila formal sebagai kategori tematis (berupa konsep, teori) menjadi
kategori imperatif (berupa norma-norma) dan kategori operatif. Proses tranformasi bisa
berjalan lancar apabila tidak terjadi penyimpangan, yang berupa pengurangan,
penambahan,dan penggantian. Operasionalisasi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara haruslah diupayakan secara kreatif dan
dinamik, sebab Pancasila sebagai ideologi bersifat futuralistik. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang dicita-citakan dan ingin
diwujudkan. Masalah aktualisasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila ke dalam kehidupan
praksis kemasyarakatan dan kenegaraan bukanlah masalah yang sederhana. Terdapat
beberapa kekeliruan yang mendasar dalam cara orang memahami dan menghayati
Negara Pancasila dalam berbagai seginya. Kiranya tidak tepat membuat “sakral” dan
taboo berbagai konsep dan pengertian, seakan-akan sudah jelas betul dan pasti benar,
tuntas dan sempurna, sehingga tidak boleh dipersoalkan lagi. Sikap seperti itu membuat
berbagai konsep dan pengertian menjadi statik, kaku dan tidak berkembang, dan
mengandung resiko ketinggalan zaman, meskipun mungkin benar bahwa beberapa
prinsip dasar memang mempunyai nilai yang tetap dan abadi. Belum teraktualisasinya
nilai dasar Pancasila secara konsisten dalam tataran praksis perlu terus menerus
diadakan perubahan, baik dalam arti konseptual maupun operasional. Banyak hal harus
ditinjau kembali dan dikaji ulang. Beberapa mungkin perlu dirubah, beberapa lagi
mungkin perlu dikembangkan lebih lanjut dan dijelaskan atau diperjelas dan beberapa
lagi mungkin perlu ditinggalkan. Aktualisasi nilai Pancasila dituntut selalu mengalami
pembaharuan. Hakikat pembaharuan adalah perbaikan dari dalam dan melalui sistem
yang ada. Atau dengan kata lain, pembaharuan mengandaikan adanya dinamika internal
dalam diri Pancasila.
Di dalam diri Pancasila sebagai realitas mengandung potensi, yaitu dasar
kemungkinan. Potensi dalam pengertian ini adalah kemampuan real subjek (dalam hal
ini Pancasila) untuk dapat berubah. Subjek sendiri yang berubah dari dalam. Setiap
satuan aktual (sebagai aktus, termasuk Pancasila) terkandung daya kemungkinan untuk
berubah. Bukan kemungkinan murni logis atau kemungkinan objektif, seperti batu yang
dapat dipindahkan atau pohon yang dapat dipotong. Setiap satuan aktual sebagai realitas
merupakan sumber daya untuk proses ke-menjadi-an yang selanjutnya. Jika dikaitkan
dengan aktualisasi nilai Pancasila, maka pada dasarnya setiap ketentuan hukum dan
perundang-undangan pada segala tingkatan, sebagai aktualisasi nilai Pancasila
(transformasi kategori tematis menjadi kategori imperatif), harus terbuka terhadap
peninjauan dan penilaian atau pengkajian tentang keterkaitan dengan nilai dasar
Pancasila.
Untuk melihat transformasi Pancasila menjadi norma hidup sehari-hari dalam
bernegara orang harus menganalisis pasal-pasal penuangan sila ke-4 yang berkaitan
dengan negara, yang meliputi; wilayah, warganegara, dan pemerintahan yang berdaulat.
Selanjutnya, untuk memahami transformasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa,
orang harus menganalisis pasal-pasal penuangan sila ke-3 yang berkaitan dengan
bangsa Indonesia, yang meliputi; faktor-faktor integratif dan upaya untuk menciptakan
persatuan Indonesia. Sedangkan untuk memahami transformasi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, orang harus menganalisis pasal-pasal penuangan sila ke-1,
ke-2, dan ke-5 yang berkaitan dengan hidup keagamaan, kemanusiaan dan sosial
ekonomis.
Jika dilihat untuk saat ini penerapan Pancasila masih jauh dari yang diharapkan
masih banyak aliran-aliran atau sekte-sekte yang menyesatkan yang tidak sesuai dengan
sila ke-1, masih banyak masalah sosial, antara lain mengenai keadilan. Keadilan seolah-
olah tidak berlaku untuk orang-orang kalangan atas, yang dimana hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial yang cukup dalam dan masih banyak lagi hal-hal lain yang
menunjukan masih kurangnya penerapan Pancasila. Jadi sebenarnya apa masalah yang
menyebabkan Pancasila suit diterapkan? Ada berbagai hal antara lain globalisasi yang
terus menerus menggerus rasa nasionalisme jika tidak diatasi secepatnya, adanya
anggapan bahwa Pancasila hanya sebagai simbol dan lambang bukan merupakan
ideologi dan cita-cita bangsa, adanya kesalahan dalam memberikan pendidikan
mengenai Pancasila di jenjeng-jenjang pendidikan yang mengakibatkan generasi
sekarang acuh tak acuh pada Pancasila, selain itu adanya ketidaksesuaian nilai
Pancasila ketika diterapkan karena kita mengasumsikan nilai tersebut
berdasarkan asumsi pada masa lalu yang tidak relevan dengam masa sekarang,
agar hal ini tidak terjadi maka diperlukan aktualisasi atau pembaharuan (mengenai
asumsi/interpretasi) nilai-nilai Pancasila.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Agar penerapan nilai-nilai Pancasila dalm kehidupan sehari-hari dapat berjalan
lancar dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pendirei bangsa maka
diperlukan aktualisasi nilai-nilai Pancasila (pembaharuan mengenai asumsi/interpretasi
nilai-nilai Pancasila). Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu keharusan, agar
Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pedoman bagi pengambilan
kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agar loyalitas warga masyarakat dan warga negara terhadap Pancasila tetap tinggi.
Keuntungan dari adanya dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam
kehidupan praksis adalah selalu terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam
mentransformasikan nilai Pancasila ke dalam norma dan praktek hidup dengan menjaga
konsistensi, relevansi, dan kontekstualisasinya. Sedangkan perubahan dan
pembaharuan yang berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika internal
(pembaharuan dari dalam) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang relevan untuk
pengembangan dan penggayaan ideologi Pancasila. Muara dari semua upaya
perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila adalah
terjaganya kredibilitas Pancasila oleh warga negara dan warga masyarakat Indonesia.

4.2 Saran
Faktor mengenai pemahaman Pancasila juga perlu ditekankan dalam jenjang-
jenjang pendidikian, jangan sampai pendidikan Pancasila dalam pendidikan formal
maupun non-formal baik di sekolah maupun perguruan tinggi justru memperdangkal
pengertian baik nilai-nilainya maupun pengertian dari Pancasila itu sendiri, karena ada
penciutan bahan yang disampaikan dan filsafat, nilai Pancasila tidak terbahas secara
mendalam yang menyebabkan dalam jangka panjang nama dan pemahaman dasar
negara Pancasila semakin menipis, sehingga ekstensi dan peranannya sebagai dasar
pemersatu bangsa dan penopang tegaknya Negara Indonesia dari waktu ke waktu akan
berkurang secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai