Anda di halaman 1dari 15

PERSPEKTIF KEARIFAN ISLAM DI INDONESIA DALAM

NILAI-NILAI PANCASILA

Amaliatus Sholihah
Angelina Karunia Putri
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia.
amaliatussholihahh@gmail.com
angelynaptry06@gmail.com

Abstract
To integrate local wisdom values in the Islamic religious
education curriculum, one way is to teach local cultural wisdom
values in Islamic religious subjects. Because Islam is the majority
religion in Indonesia, the role of Islam in caring for diversity is
very important, and teaching local cultural wisdom values in
religious subjects is a must. Pancasila, which consists of Divine
Values, Humanity, Unity, Society and Social Justice, is a
formulation of the cultural values of the Indonesian nation. Even
though Pancasila originates from traditional and cultural values,
there is still little research that studies the relationship between
Islamic wisdom values and Pancasila. Therefore, it is necessary to
strengthen Pancasila values based on local wisdom as the basis
for creating a golden generation in 2045.
Keywords: Pancasila, nilai, Islam

Pendahuluan

Pancasila sebagai kesepakatan atas bangsa Indonesia dalam segala


pertimbangan. Hal ini belakangi dari letak geografis, kondisi demografi,
Indonesia, dengan keberagaman budaya yang meliputi 17.504 pulau, 714
suku, dan 1.100 bahasa daerah, sering disebut sebagai negara yang kaya.
Namun, keberagaman ini juga dapat memicu konflik di Indonesia. Untuk
mengatasi hal ini, Pancasila memainkan peran penting sebagai alat
pemersatu bangsa. Pancasila dianggap sebagai kesatuan yang utuh yang
menjadi tujuan dan cita-cita negara Indonesia. Lebih dari separuh abad
Indonesia bebas dari penjajah, dan Pancasila, yang terdiri dari lima dasar,

Vol. 10, No. 1, Desember 2023 1


diyakini mampu mengedepankan toleransi antar umat beragama

Pancasila merupakan falsafah nasional dan landasan negara


Indonesia yang nilai-nilainya dijadikan landasan, motivasi dalam setiap
sikap, perilaku, tindakan sosial dan norma-norma negara1. Dengan kondisi
bangsa Indonesia yang sungguh mengenaskan, nilai-nilai pancasila yang
belum sepenuhnya dilaksanakan dan masih banyak terjadi perbedaan
pendapat atau konflik, hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan jati
diri Bangsa Indonesia yang sebenarnya. Kekurangan tersebut muncul
akibat kesalahan penerapan etika politik di masyarakat. Karena muncul
unsur ras, budaya, agama, suku, dan golongan, turut berkontribusi terhadap
disintegrasi kesatuan wilayah Indonesia. Keadaan ini sangat disayangkan
karena menghancurkan keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia
yang pada akhirnya berujung pada runtuhnya nilai-nilai luhur budaya serta
peradaban kerakyatan yang selama ini dikenal sangat mulia..2

Hal ini tentunya sangat merugikan kedaulatan, ketahanan,


kemasyarakatan, serta keberagaman budaya Bangsa Indonesia. Secara
tidak langsung menjadikan masyarakat memperjuangkan status,
kehormatan dan dunia hanya dengan menggunakan cara-cara kotor yang
merupakan kejahatan politik. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai
Pancasila di masyarakat sangat diperlukan melalui sinergi ulang
pendidikan agama di sekolah dan lembaga pendidikan lanjutan generasi
muda, demi pendidikan kebudayaan dan demi tanah air Indonesia,
mendukung keutuhan, kemandirian, dan kedaulatan bangsa. Republik
Indonesia. . Karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan
keburukan dan keburukan.

Indonesia yang dimana lebih banyak didominasi agama Islam


terbesar pada tingkat global ini, hendaknya menjadi cermin bagi negara
lain pada segala bidang, diantaranya senantiasa menjaga akhlak yg baik,
nilai-nilai luhur agama Islam yang terkandung pada kitab suci Islam yaitu
Al-Quran. Nilai-nilai luhur yang ada pada Al-Qur'an menjadi bukti
bahwa kitab suci kepercayaan umat muslim yang mengajarkan kehidupan
bermasyarakat, budi pekerti luhur, akhlak mulia, ucapan serta bahasa, dan
segala aspek kehidupan diatur pada Al-Qur'an, seperti kepemimpinan,
kepribadian, ekonomi, politik, dan pemerintahan, dan masih banyak hal
lainnya. Hal ini ialah bukti nyata keteladanan semua umat manusia di
dunia dimana Nabi Muhammad SAW menerapkan apa yang difirmankan
1
Jurnal Gema Keadilan and Edisi Iii, “Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-0011)
Volume 9 Edisi III, Desember 2022,” Jurnal gema Keadilan (ISSN: 0852-0011)
9, no. November (2022): 8.
2
M Saifullah Rohman, “Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila,”
Millah XIII, no. 1 (2013): 212.
2 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
dalam Al-Qur'an. Oleh sebab itu, pantaslah Nabi dianggap sebagai Al-
Qur’an berjalan, sebab seluruh hakikat kepribadian Nabi terkandung di
dalam Al-Qur'an Al-Karim.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini menggunakan


pendekatan kualitatif yang bertumpu pada library research (studi
kepustakaan). Yang dimana penelitian ini berusaha dengan mengkaji buku-
buku atau mencari literatur yang berkaitan dengan pemasalahan yang akan
diteliti secara mendalam sehingga sampai didapatkannya suatu gambaran
yang lengkap.

Pembahasan Dan Isi

Penerapan Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam dalam Pancasila


Seperti yang sudah kita ketahui dan pahami sejak dulu bahwa
penerapan pancasila sebagai ideologi bangsa dilakukan untuk kesatuan
seluruh lapisan masyarakat demi mencapai persatuan dan kesatuan
NKRI. Meskipun tidak mengabaikan peran kelompok Islam pada masa
itu. Penting untuk diingat, menurut Munawir Syadzali, bahwa pemilihan
Pancasila yaitu sebagai pengetahuan mengenai ide-ide sebuah
negara ,bukan semata-mata untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan
saja, Akan tetapi, juga karena Al-Qur'an serta Hadits tidak secara
eksplisit menetapkan kewajiban bagi umat Islam buat mendirikan negara
Islam. Oleh karena itu Pancasila, tidak dapat dianggap sebagai ideologi
sekuler, melainkan sebuah konsep yang menyatukan aspek keagamaan
dengan kehidupan sosial berkelompok. Bahkan, setiap sila pada Pancasila
mempunyai makna yang sejalan yaitu dengan menggunakan nilai-nilai
Islam, atau mampu dikatakan bahwa Pancasila merupakan manifestasi
asal nilai-nilai Islam itu sendiri. Berikut penjelasan perihal
kecenderungan atau keterkaitan antara Pancasila serta nilai-nilai Islam yg
terdapat pada Al-Qur'an Al-Karim.3

Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sila ke satu, "Ketuhanan Yang Maha Esa," memiliki


relevansi dengan ajaran Islam. Sila ini menekankan keesaan Tuhan, dan
dalam konteks Islam, Konsep ini sesuai dengan ajaran tauhid. Sila
pertama Pancasila yang menekankan keesaan Tuhan menciptakan
landasan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan landasan
moral dan spiritual bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi umat muslim

3
Dr. Erni Budiwanti, Islam Sasak, hlm. 70.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 3
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak
kelompok yang menginginkan Islam menjadi agama mayoritas, namun
hal ini ditentang oleh pemeluk agama lain yang berpendapat bahwa
agama selain Islam mempunyai hak. Hal ini juga mencegah diskriminasi
terhadap kelompok minoritas. Asas pertama ini menjamin hak-hak
pemeluk agama lain, sepanjang negara mengakui agama tersebut.
Bangunlah Indonesia yang tidak berlandaskan persamaan agama,
melainkan berlandaskan sila pertama yaitu ketuhanan Yang Maha Esa.
Tuhan itu Esa dalam agama Islam, tidak ada yang menandingi,
menandingi atau setara dengan-Nya. Dalam artian meskipun Indonesia
bukan negara yang beragama, namun agama tetap dihormati dan
mempunyai nilai-nilai luhur di negara tersebut. Orang yang beragama
tentu mempunyai nilai-nilai luhur yang mempengaruhi sikap dan
perilakunya untuk mengikuti ajaran agamanya. Indonesia bukanlah
negara sekuler, tidak menganut atau mengakui ajaran agama pada
pemerintahannya, dan juga bukan negara yg menjadikan satu
kepercayaan sebagai dominan. Sebaliknya, Indonesia adalah negara yang
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengakui dan meyakini
agama sebagai sikap spiritualistik terhadap keyakinannya sendiri. Tuhan
adalah rumah praktik dan pengabdian serta tujuan akhir keberadaan di
bumi. Memuliakan namanya. Yang terdapat dalam Al-Quran pada surat
al-Baqarah ayat 163 yang berbunyi:
‫ࣖ َوِاٰل ُهُك ْم ِاٰل ٌه َّواِح ٌۚد ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَو الَّرْح ٰم ُن الَّر ِح ْيُم‬

“Dan Tuhanmu adalah satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan selain


Tuhan, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Ayat tersebut menyebutkan bahwa pokok inti dari kehidupan


bernegara bangsa Indonesia adalah ketuhanan. Yang di mana disebutkan
dengan hablum min Allah yg artinya hakikat tauhid berupa hubungan
manusia dengan Allah SWT. Sangat jelas bahwa pada kepercayaan Islam
setiap orang wajib mengakui serta meyakini adanya satu Tuhan untuk
disembah. Seperti halnya Pancasila yang menyatakan bahwa Tuhan itu
satu meskipun banyak berbagai kepercayaan yang dianut. Allah tidak
akan pernah memaksa hamba-Nya untuk beribadah kepada Allah karena
kesadaran dan keimanan kepada Allah merupakan wujud toleransi dalam
Islam mengenai keimanan kepada Allah karena ayat Al-Qur’an surat al-
Kafirun yang berbunyi “Lakum dinukum waliadiin” artinya tidak
memaksa. Yang lain menerima Islam dengan paksa.

Menurut Prof. Hamka Haq, peningkatan kesadaran masyarakat


sangat penting di tengah penurunan rasa tanggung jawab dalam
menerapkan dan mengamalkan Pancasila. Hal ini ditimbulkan oleh
4 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
kekhawatiran bahwa Pancasila dianggap bertentangan yang ada pada
nilai-nilai syariat Islam. Bagi Haq, Pancasila sebenarnya artinya
perwujudan dari ajaran Islam yang mengajarkan rahmat bagi semua alam,
menyayangi kerukunan, toleransi, keadilan, gender, serta seluruh aspek
kehidupan dunia.. Haq juga menegaskan bahwa akademisi dan politisi
bertanggung jawab untuk memperkenalkan para tokoh pendiri bangsa,
terutama kepada generasi muda, agar lebih mencintai Tanah Air dan
negaranya.

Buku ini, menurut Haq, layak dibaca karena menjadi referensi


untuk memahami nilai-nilai pada syariat yang terdapat dalam setiap
aspek Pancasila. Ia merujuk pada pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945
sebagai sumber nilai-nilai syariat dalam Pancasila. Haq menekankan
bahwa buku ini memiliki nilai tambah, yaitu menyatukan Pancasila 1 Juni
dengan syariat Islam, sehingga tuduhan kontradiksi antara syariat dan
kebangsaan bisa diperdebatkan.

Haq menegaskan bahwa Indonesia didirikan atas dasar Pancasila


yang menekankan asas kebangsaan, mengedepankan kesamaan menjadi
bangsa Indonesia, bukan sesuai kecenderungan agama, etnis, atau
budaya. ia menyatakan bahwa nilai-nilai syariat Islam secara tersirat juga
tersurat terdapat dalam setiap sila Pancasila. Dengan menggunakan buku
ini, Haq pula mengkritik kelompok yang selalu mengadvokasi negara
berdasarkan syariat Islam.

Tujuan dari penulisan buku ini, menurut Haq ialah untuk


mengungkapkan rahasia di balik pembentukan Pancasila oleh Bung
Karno. Haq menekankan bahwa Soekarno bukanlah seseorang yang tidak
menghargai ajaran Islam, namun ialah seorang yang menyatukan "spirit"
Islam dalam Pancasila. Ia menyoroti bahwa penggambaran paling jelas
dari "spirit" Islam menurutnya terletak pada sila pertama, yaitu
"Ketuhanan Yang Maha Esa."

Bung Karno mengubah ide dan pemikirannya serta merenungkan


secara mendalam untuk menciptakan Pancasila sebagai landasan Negara
Indonesia Merdeka yang merupakan ilham yang diterima dari Allah
SWT.4 Pengakuan ini bukanlah suatu klaim yang berlebihan, melainkan
menunjukkan hubungan yang kontinu dan erat antara Bung Karno dengan
Tuhan, didorong oleh keyakinan yang kuat akan kekuasaan Maha Esa.
Oleh karena itu, Pancasila dapat dikatakan tidak lahir secara independen
atau tanpa campur tangan Tuhan dalam skenario Bung Karno, melainkan

4
Wildan Sena Utama, “Ulasan Buku Pancasila : Sebuah Monumen Atau Leitstar
Dinamis ?,” Lembaran Sejarah 11, no. 1 (2014): 99–108.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 5
merupakan hasil dari kuasa Tuhan dalam akal dan kata-kata Ir. Soekarno
yang diungkapkan dalam saat sidang BPUPKI.

Bukan Panca Dharma, tetapi Bung Karno menamakan dasar ini


sebagai Pantja Sila, di mana "pantja" berarti lima dan "sila" berarti dasar.
Indonesia didirikan, bertahan, dan tetap abadi di atas lima dasar tersebut.
Pada pidato 1 Juni, Bung Karno menekankan pada sila kelima, yaitu
Ketuhanan yang berkebudayaan. Prinsip kemerdekaan Indonesia adalah
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sila kelima sebagai
ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang menghargai budi pekerti
luhur, dan ketuhanan yang menghormati satu sama lain.

Ada dasar dan alasan teologis yang menempatkan petunjuk


ketuhanan budaya Bung Karno pada urutan kelima. Seandainya Bung
Karno tidak mengimani tauhid sebagai seorang muslim yang taat, maka
ia tidak akan mengakuinya dalam karyanya, sebagaimana tertuang dalam
buku Sarina Tanggung Jawab Perempuan Perjuangan Untuk Republik
Indonesia (Sarina Tanggung Jawab Perempuan dalam Perjuangan
Negara). Republik Indonesia) . Ia mengaku kecintaannya terhadap
sosialisme sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan dan menjelaskan
bahwa cita-cita politiknya adalah nasionalis, cita-cita sosialnya adalah
sosialis, dan cita-cita pribadinya adalah teistik, percaya sepenuhnya
kepada Tuhan dan ingin mengabdikan dirinya kepada-Nya.

Tuhan menjadi fokus utama yang memandu perjalanan hidup Bung


Karno untuk mewariskan Pancasila yang merasuki seluruh aspek
kehidupan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, dasar ideologi
bangsa Indonesia atau Pancasila tetap kuat, dan sebagai anak bangsa
yang memiliki kesadaran kolektif, kita berharap dapat terus mendukung
Pancasila. Pancasila yang terdiri dari lima sila tidak hanya berfungsi
sebagai titik pertemuan dan penerimaan keberagaman untuk menciptakan
keharmonisan kehidupan berbangsa, tetapi merupakan hakikat penciptaan
manusia menurut ajaran Islam.

Secara khusus sila-sila beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
dijelaskan dengan kalimat “Qul huallahu ahad (Muhammad mengatakan
bahwa dialah Tuhan Yang Maha Esa). Dengan kata lain penulis
menjelaskan bahwa sila-sila beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
adalah semacam penegasan keselarasan, kesesuaian, saling
kesinambungan dan tidak bertentangan dengan Pancasila dengan nilai-
nilai sejati yang terkandung dalam konsep fitrah Islam..5

5
Salim Taib, Islam dan Kefitrahan Pancasila, Harian Halmahera, 2019
6 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
Sila Kedua Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab

Sila ke 2 dari Pancasila ini menjelaskan bahwa bangsa Indonesia


menghormati dan menghargai hak-hak setiap manusia tanpa adanya
dispensasi. Korelasi manusia menggunakan Tuhan ditunjukkan pada sila
pertama yaitu Hablu min Allah, maka hubungan manusia dengan
manusia lainnya ditunjukkan di sila ke 2 ini. Konsep Hablu min an-nas
(korelasi manusia dengan manusia lain) dengan cara menghargai sesama
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tidak terdapat hal yg
membedakan baik dari hak-hak ataupun kewajiban sesama manusia
ciptaan yang kuasa, menggunakan artian tidak terdapat disparitas atau
subordinat antar umat insan. Kandungan dari sila ini terkait
menggunakan syari'ah, yg meliputi ibadah sosial dan melibatkan aspek
kemasyarakatan (Alaihi Salam-siyasah). pada konteks Islam, prinsip ini
berakar pada sikap saling menghormati satu sama lain. pada Al-Qur’an
dijelaskan pada surat al-Baqarah:177, yg berbunyi

‫ٰا‬ ‫ٰل‬
‫۞ ٰۤلَلْيَس اْلِبَّر َاْن ُتَو ُّلْو ا ُوُجْو َهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِرِب َو ِكَّن اْلِبَّر َم ْن َم َن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اٰاْل ِخ ِر‬
‫َو اْلَم ِٕىَك ِة َو اْلِكٰت ِب َو الَّنِبّٖي َن ۚ َو ٰا َتى اْلَم اَل َع ٰل ى ُحِّبٖه َذ ِوى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيَن َو اْبَن الَّس ِبْيِۙل‬
‫َو الَّس ۤا ِٕىِلْيَن َو فِى الِّر َقاِۚب َو َاَقاَم الَّص ٰل وَة َو ٰا َتى الَّز ٰك وَةۚ َو اْلُم ْو ُفْو َن ِبَع ْهِدِهْم ِاَذ ا َعاَهُد ْو اۚ َو الّٰص ِبِرْيَن ِفى‬
‫ٰۤل‬ ‫ٰۤل‬
‫اْلَبْأَس ۤا ِء َو الَّضَّر ۤا ِء َوِح ْيَن اْلَبْأِۗس ُاو ِٕىَك اَّلِذ ْيَن َص َد ُقْو اۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم َّتُقْو ن‬

“Kebajikan itu bukan menghadapkan muka ke timur dan barat, tetapi


keutamaan adalah orang yang beriman kepada Tuhan, hari akhir, para
malaikat, kitab-kitab dan para nabi serta memberikan orang-orang yang
dicintainya kepada sanak saudaranya, anak yatim, orang-orang fakir
miskin. para musafir (musafir), pengemis dan orang-orang merdeka,
hamba-hamba sahaya yang shalat dan menunaikan zakat, orang-orang
yang menepati janjinya dengan bersumpah, dan orang-orang yang sabar
dalam kesusahan, penderitaan dan peperangan”

Selain itu, dalam Al-Qur’an Allah tidak melarang umatnya buat


berbuat baik kepada orang-orang yg tidak selaras kepercayaan , ini
menandakan perilaku salin menghormati serta saling menghargai berlaku
buat semua kalangan, sesuai dengan prinsip rahmatan lil ‘alamin.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila pada


dasarnya menegaskan bahwa kebangsaan Indonesia ialah bagian asal
humanisme universal. Kemanusiaan ini menuntut pengembangan
persaudaraan global sesuai nilai-nilai kemanusiaan yang adil serta
beradab. Konsep kemanusiaan yang adil dan beradab mencerminkan
kesadaran akan perilaku dan tindakan manusia yang berakar pada potensi
akal dan hati nurani. Termasuk di dalamnya akhlak mulia yang tercermin
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 7
dalam tingkah laku dan tindakan yang sesuai dengan hakikat, hakikat
dan harkat dan martabat manusia. Islam menekankan bahwa keadaban
serta keadilan artinya inti berasal risalahnya. Islam dianggap menjadi
tradisi perdamaian serta serasi, di mana harmonis meliputi keakraban,
kekariban, kerukunan, kemesraan, serta saling pengertian.

Sila ke-2 Pancasila mengajarkan untuk menjaga nilai-nilai


kemanusiaan dengan memperlakukan orang secara adil dan jujur,
membentuk pribadi-pribadi yang rendah hati, santun, dan humanis baik
dalam tindakan maupun perkataan. Konsep bangsa yang dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab bukanlah
bangsa yang mengasingkan diri atau menganut chauvinisme
(mengagungkan suku atau kedaerahan). Sebaliknya yang dimaksud
adalah suatu bangsa, yaitu suatu kekerabatan antar bangsa. Konsep ini
sejalan menggunakan visi para pakar mirip Jajat Burhanudin serta Kees
Van Djik, yang menyatakan bahwa Sila ke 2 Pancasila mencerminkan
nilai-nilai humanisme universal yg bersumber dari aturan dewa, aturan
alam, dan sifat-sifat sosial insan.6
Disparitas bukanlah persoalan selama hati baik serta penuh takwa,
baik secara vertikal antara insan dan oleh Pencipta juga secara horizontal
antara insan menggunakan sesama insan. Imam al-Ghazali
mengklasifikasikan insan menjadi tiga golongan berdasarkan cara mereka
bersosialisasi dalam kitab Bidayatul Hidayah. Golongan pertama
merupakan yg berbudi mulia dan senantiasa berbuat baik, setara
menggunakan para malaikat yang saleh. Golongan kedua setara
menggunakan binatang serta benda mati karena tidak memberikan
manfaat dan bahkan dapat berdampak jelek bagi orang lain. Golongan
ketiga mirip menggunakan binatang buas dan bisa menjadi ancaman bagi
manusia lain. Imam al-Ghazali menyarankan untuk berteman
menggunakan golongan pertama dan berusaha menjadi bagian dari
mereka, menghindari golongan ke 2 serta ketiga. Dalam Surat Al
Mumtahanah ayat 8 juga di jelaskan untuk berbuat adil.

‫اَل َيْنٰه ىُك ُم ُهّٰللا َع ِن اَّلِذ ْيَن َلْم ُيَقاِتُلْو ُك ْم ِفى الِّدْيِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجْو ُك ْم ِّم ْن ِدَياِرُك ْم َاْن‬
‫َتَبُّر ْو ُهْم َو ُتْقِس ُطْٓو ا ِاَلْيِهْۗم ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْقِس ِط ْيَن‬

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang
yang tidak berperang bersamamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat adil.”

Ayat kedua juga menjelaskan hal ini dalam surat Al-Hujurat: 13


yaitu “Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
6
Yudi Latif, ” Negara Paripurna”, Gramedia, 2011
8 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling mulia di antara
kamu yang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyayang.”

Pendekatan ayat di atas mengenal satu sama lain maksudnya


merupakan waktu dimana manusia saling mengenal maka mereka
mempunyai rasa saling menghormati. Salah satu cara buat saling
mengenal adalah dengan saling berbicara. Melalui bicara, berbagai pihak
mampu terbuka, yg di akhirnya membangun pemahaman antar individu
serta menumbuhkan rasa saling menghormati. Menolak semangat yg
terkandung pada sila ke 2 Pancasila berarti menolak hubungan antar
manusia yang baik secara adab dan moral. Konsekuensi logisnya,
penolakan tersebut dapat dimaknai sebagai penolakan terhadap hubungan
antar manusia yang baik, yang dapat dipandang sebagai tindakan yang
tidak bermoral, sembrono, dan biadab. Al-Quran Al-Karim banyak
memuat ayat-ayat yang berkaitan dengan kedudukan dan martabat
manusia. Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki
akhlak manusia agar manusia bisa menjadi manusia. Jadi jika ada seorang
muslim yang perilaku atau akhlaknya tidak sesuai dengan perintah kedua,
maka itu bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Oleh karena
itu, jika kita tidak mau bergaul dengan orang lain, kita disebut tidak
bermoral, kasar atau sulit diatur.7 Dan akibatnya ketika kita tidak mau
berhubungan baik dengan orang, kita disebut tidak bermoral, biadab
atau tidak punya aturan.

Sila Ketiga Persatuan Indonesia

Sila 3 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”


menggambarkan persaudaraan umat atau ukhuwah insaniyah dan
ukhuwah Islamiyah. Sebagaimana kalam Allah dalam Alquran surat Ali
Imran ayat 103-105 Allah berfirman dalam ayat-ayat-Nya yang berbunyi:

“Janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan


berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka
itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.”

Pancasila sangat menghargai persatuan bangsa Indonesia, yang


berarti Pancasila digunakan sebagai sarana untuk menyatukan bangsa.
Prinsip ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki banyak
keragaman dan perbedaan, baik dalam hal politik, budaya, bahasa, suku,

7
Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, hlm. 383.
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 9
maupun agama. Pancasila berperan sebagai alat untuk mempersatukan
keberagaman tersebut dan membentuk kesatuan, serta menghormati
perbedaan dalam masyarakat Indonesia

Namun perbedaan tersebut sangat dihargai dan menjadi


keberagaman di Indonesia. Adanya sila ketiga bagi bangsa Indonesia
berarti bahwa perbedaan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
dihindari atau dihilangkan oleh masyarakat.8

Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi sebuah prinsip agar kita


dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan mengedepankan persatuan
dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dengan
menggunakan hati yang luas tersebut, sudahb jelas bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa ialah nilai-nilai luhur yang patut dijunjung tinggi oleh
semua lapisan rakyat. Sebab pada dasarnya perpecahan atau perselisihan
dapat menghancurkan seluruh umat manusia.

Persatuan diwujudkan melalui sikap empati yang tinggi, saling


menghargai dan menghormati orang lain. Kami mengeksplorasi
pentingnya menekankan persamaan daripada perbedaan dalam kesatuan
untuk menghindari potensi konflik. Sebagai pluralisme, hendaknya
didasarkan pada tujuan kepentingan masyarakat untuk mencapai kesatuan
maksud dan tujuan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua
orang bersatu untuk menghadapi musuh bersama-sama.9

Indonesia merupakan suatu negara yang mewarisi kejayaan


peradaban kepulauan dari kerajaan-kerajaan yang ada rata di seluruh
dunia. Oleh sebab itu, alasan keberadaan negara Indonesia tidak lain
adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan. Dimana
keharmonisan dapat dicapai melalui kesadaran bersama dan lebih
mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kerja
sama dan rasa saling percaya setiap individu atau kelompok yang
diperkuat dengan gotong royong merupakan penopang demokrasi
masyarakat.

Menurut Yudi Latif, sila ketiga Pancasila sangat penting untuk


mewujudkan nilai-nilai etika kemanusiaan yang berakar kuat dalam
konteks nasional. Oleh karena itu, Indonesia memiliki landasan prinsip
dan visi nasional yang kuat yang tidak hanya dapat menyatukan berbagai
komunitas ke dalam komunitas politik baru, namun juga memberikan
8
Brata, I. B. (2017). Lahirnya Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia.
Jurnal Santiaji Pendidikan
9
Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema In i, 2001, hlm.
194.
10 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
ruang bagi berbagai komunitas untuk tetap terhubung dengan akar
tradisional dan sejarahnya. Dengan pendekatan ini, konsep persatuan
Indonesia melampaui pemahaman sekte dan individu serta
mengutamakan persatuan melalui keberagaman sosial. Kepemimpinan
Indonesia dilandasi oleh konsep kebangsaan yang menyatakan kesatuan
dalam keberagaman dan keberagaman dalam kesatuan.10

Nabi berhasil menghadirkan persatuan dan kesatuan antara


Muhajirin dan Ansor pada masanya karena visi dan tujuannya tidak lain
adalah untuk menjaga ungkapan tauhid dan Nabi menafsirkan ungkapan
tauhid sebagai “persatuan”.Nabi Muhammad SAW saat itu adalah
persatuan, syariat yang dibangun kemudian persatuan dan maqoidus
syariat ialah yang Rasulullah terapkan dalam membangun persatuan
umat.

Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa negara haruslah negara


ketuhanan, bukan negara agama, untuk membangun kebaikan bersama
dan mendakwahkan pembangunan sosial yang mendamaikan semua
pihak. Jelas sekali bahwa negara yang mengisi kemerdekaannya dengan
aspek-aspek positif mampu mengatasi keunggulan kekuatan fisik dengan
keunggulan kekuatan mental. Karena wilayah jiwa menguasai segala
sesuatu yang bersifat fisik dan tidak terkendali, maka dibutuhkan
kekuatan batin untuk dapat memahami kemauan orang lain yang penuh
dengan kepentingan. Apabila kedua unsur tersebut dapat berjalan secara
harmonis, maka semangat kekeluargaan berbangsa dan bernegara dapat
semakin kokoh tanpa mengecualikan kelompok masyarakat atau individu
tertentu. Di era globalisasi yang semakin meningkat, tidak menutup
kemungkinan budaya asing dapat masuk dan berasimilasi dengan budaya
nasional, yg di mana akhirnya bisa menjadi ancaman bagi persatuan di
dalam negara serta memicu konflik dalam negara. Pada saat ini, banyak
aspek budaya Indonesia yg mulai terlupakan, terutama di kalangan
generasi muda khusunya generasi gen Z yang tanpa sadar semakin
banyak mengadopsi budaya asing ke dalam gaya hidup mereka.

Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga


persatuan di negaranya. Meski terdapat perbedaan, namun kesatuan
negara Indonesia harus tetap dijaga. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Indonesia akan pentingnya sila ketiga “Persatuan Indonesia”, agar
mereka memahami betapa pentingnya persatuan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Hal
serupa juga dengan gagasan Jenderal Azwar Anas yang menyatakan
bahwa seluruh anggota masyarakat adalah fondasi terpenting bangsa dan

10
Yudi latif “ Negara Paripurna” Jakarta, Gramedia, 2011
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 11
negara Indonesia. Semuanya harus berjalan selaras untuk menciptakan
keserasian dalam menyikapi perbedaan. Terciptanya persatuan dan
kesatuan dari berbagai perbedaan yang timbul dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Hal ini berlandaskan Pancasila, yaitu
landasan utama keberagaman Indonesia.

Sila Keempat Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan
(Mudzakarah atau Syura’a)

Sila keempat ini menjelaskan pentingnya hidup berdasarkan


refleksi untuk mencapai mufakat yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
ajaran Islam. Tindakan paling cerdas ketika menghadapi masalah adalah
refleksi. Solusi yang terbaik adalah dengan musyawarah dimana semua
pihak dianggap setara tanpa adanya perbedaan. Kesepakatan yang
dinegosiasikan diharapkan dapat dipenuhi dan diterima dengan itikad
baik. Konsep Islam tentang pendekatan musyawarah dalam penyelesaian
masalah dikenal dengan istilah syura.
Sila keempat ini selaras dengan ajaran Islam Mudzakarhi dan
Syura. Prinsip ini mendasari tipikal sistem negara Islam. Seperti hal nya
Firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 159;

‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ِهّٰللا ِلْنَت َلُهْم ۚ َو َلْو ُك ْنَت َفًّظا َغ ِلْيَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو ِلَكۖ َفاْعُف َع ْنُهْم َو اْس َتْغ ِفْر‬
‫َلُهْم َو َشاِوْر ُهْم ِفى اَاْلْم ِۚر َفِاَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا ُيِحُّب اْلُم َتَو ِّك ِلْيَن‬

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah
mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.

Makna yang dijelaskan oleh Mufassir adalah bahwa Nabi


memerintahkan pengambilan keputusan secara yudisial, bukan karena
Nabi membutuhkan pendapatnya, namun karena ketika Nabi menanyakan
pendapat umatnya, mereka berusaha berpikir keras untuk merumuskan
pendapatnya, yang menurut mereka adalah yang terbaik dari sudut
pandangnya sendiri.11 Namun prinsip Mudzakarh adalah sikap
menghargai pendapat orang lain yang biasanya bertentangan atau

11
Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, hlm. 274.
12 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila
berbeda. Menurut prinsip ini, tidak ada seorang pun yang merasa superior
atau inferior karena ada persamaan dan keadilan, bahwa setiap jiwa
mempunyai kewenangan dan keharusan yang sepadan baik dalam hukum
negara ataupun di hadapan Allah SWT.

Semangat yang terdapat dalam sila ke empat ini adalah nilai


semangat juang dalam perjuangan melawan segala bentuk penindasan,
yang terlihat jelas pada rezim totaliter dan otoriter. Semangat juang
melawan penindasan ini jelas bersumber dari nilai-nilai Al-Qur’an,
karena pada intinya Islam sangat menolak kekuasaan yang berpusat
pada satu orang saja. Kekuasaan tersebut biasanya sangat rentan terhadap
penyalahgunaan dan kesalahan dalam kebijakan atau pengambilan
keputusan. Al-Qur'an juga menceritakan tentang masa kepemimpinan
Fir'aun.

Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Al-


Adl’)

Sila ke lima ini menjelaskan adanya keadilan bagi bangsa Indonesia


Prinsip ini menjelaskan bahwa keadilan berlaku dalam masyarakat dalam
segala bidang kehidupan, baik materiil mapun juga dalam spiritual.
Rakyat Indonesia diperlakukan secara adil dalam berbagai macam
bidang, termasuk ekonomi, aturan, politik, pendidikan, budaya dan sosial.

Setiap perintah dalam Pancasila mengandung nilai-nilai Islam,


seperti perintah kelima yang menjelaskan tentang keadilan di setiap
negara. Keadilan dapat dirasakan oleh semua orang, tanpa memandang
ras, budaya, latar belakang etnis, atau hal lainnya. Konsep keadilan dalam
ajaran Islam bervariasi, baik keadilan terhadap diri sendiri maupun
keadilan terhadap orang lain. Sebagai umat yang beragama Islam yang
merupakan rahmat bagi alam semesta, tujuan Islam artinya menerapkan
keadilan pada segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, Islam
memerintahkan umatnya buat selalu bersikap adil dalam segala hal,
supaya tidak terjadi permusuhan atau perselisihan, sebagai akibatnya
tercipta tatanan sosial yang baik. Sila kelima ini sangat menekankan pada
keadilan sosial karena hakikat konsep Islam sendiri ialah cerminan
keadilan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat
90; “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Diia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Berdasarkan penjelasan Hadi (2016:83), sila kelima Pancasila


memuat nilai persamaan, tanggung jawab, dan hak antar manusia. Pada
Vol. 10, No. 1, Desember 2023 13
dasarnya setiap individu memiliki hak dan tanggung jawab sesuai dengan
perannya, dan masyarakat bebas mengutarakan pendapatnya. Selain itu,
nilai cinta dan dicintai mencerminkan takdir seseorang untuk mengetahui
dan memahami cara bersyukur selain peka terhadap lingkungan sekitar.
Sila kelima juga mencakup rasa saling menghormati antara individu
dengan individu lainnya, keberanian dalam membela kebenaran dan
keadilan di bawah perlindungan hukum, toleransi,serta gotong royong.
Hal ini menekankan bahwa manusia sebagai makhluk yang beradab harus
bersikap adil. Nilai-nilai Pancasila berarti saling menghormati keyakinan,
mengakui, dan menghargai keberagaman agama di Indonesia. Selain itu,
standar dan sikap mengenai keadilan serta pentingnya menjaga keutuhan
bangsa, bahasa, agama, dan adat istiadat Indonesia ditaati dengan ketat.
Masyarakat Indonesia menaruh harapan besar terhadap persatuan.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas ialah


pancasila sebagai ideologi serta landasan dari Negara Indonesia juga
memiliki keterkaitan atau hubungan dengan nilai-nilai yang ada pada
salah satu kepercayaan yang ada di Indonesia, khususnya Agama Islam.
Pada Sila pertama Pancasila yang menekankan keesaan Tuhan
menciptakan landasan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan
memberikan landasan moral dan spiritual bagi bangsa Indonesia,
khususnya bagi umat muslim dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Selanjutnya pada Sila kedua dari Pancasila yaitu
menjelaskan bahwa bangsa Indonesia menghormati dan menghargai hak-
hak setiap individu. Hubungan manusia dengan Tuhan ditunjukkan pada
sila pertama yaitu Hablu min Allah, maka hubungan manusia dengan
manusia lainnya ditunjukkan pada sila ke 2 ini. Pada Sila ketiga Pancasila
yang berbunyi “Persatuan Indonesia” menggambarkan persaudaraan
umat atau ukhuwah insaniyah dan ukhuwah Islamiyah. Yang dimana
dalam hal tersebut islam juga mengajarkan pentingnya bersatu tanpa
bercerai-berai. Lalu pada Sila Keempat, pada sila ini yaitu memiliki
keselarsan dengan ajaran Islam Mudzakarhi dan Syura. Prinsip ini
mendasari tipikal sistem negara Islam. Yang terakhir pada Sila Kelima,
bahwa di dalam sila ini memiliki nilai keadilan, yang dimana dalam
ajaran islam juga mengajarkan kita untuk selalu bersikap adil agar tidak
terjadi permusuhan atau perselisihan.

14 Kearifan Islam di Indonesia Dalam Nilai-Nilai Pancasila


DAFTAR PUSTAKA

Antara, Made, and Made Vairagya. “Keragaman Budaya Indonesia


SumberInspirasi Inovasi.” Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain
Bali (2018): 2.

Keadilan, Jurnal Gema, and Edisi Iii. “Jurnal Gema Keadilan (ISSN: 0852-0011)
Volume 9 Edisi III, Desember 2022.” Jurnal gema Keadilan (ISSN: 0852-0011)
9, no. November (2022): 8.

Mutmainnah, Nur. “TAFSIR PANCASILA: Sebuah Telaah Nilai-Nilai Islam


Dalam Al-Qur’an.” Jurnal Studi Al-Qur`an VI, no. 1 (2010): 27–36.

Rohman, M Saifullah. “Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam Dalam Pancasila.”


Millah XIII, no. 1 (2013): 212. http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-
ids,4-id,40159-lang,id-c,kolom-t,Pancasi.

Utama, Wildan Sena. “Ulasan Buku Pancasila : Sebuah Monumen Atau Leitstar
Dinamis ?” Lembaran Sejarah 11, no. 1 (2014): 99–108.

Yudi latif “ Negara Paripurna” Jakarta, Gramedia, 2011

Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, hlm. 274.

Dr. M. Dhiaudiddin Rais, Teori Politik Islam, Jakarta: Gema In i, 2001, hlm.
194.

Toto Tasmara, Menuju Muslim Kaffah, hlm. 383.

Vol. 10, No. 1, Desember 2023 15

Anda mungkin juga menyukai