Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rafi Fauzil Akbar

NIM : 21040254033

Kelas : 2021A / S1 PPKn

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Turhan Yani , S.Ag., M.A.

REAKTUALISASI PEMBUMIAN ISLAM DAN PANCASILA DALAM


PENDIDIKAN NASIONAL : TANTANGAN DI TENGAH RADIKALISME DAN
KOMUNISME DI INDONESIA

Oleh

Prof. Dr. H. Turhan Yani , S.Ag., M.A.

Maraknya fenomena radikalisme dan komunisme akhir-akhir ini, sempat


mempengaruhi pemikiran masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Islam sebagai agama Rahmatan Lil’alamin dan Pancasila sebagai filsafah
bangsa dan ideologi negara sempat “terancam” eksistensinya. Terkait dengan
fenomena ini diperlukan penguatan komitmen keagamaan yang moderat dan
wawasan kebangsaan yang kuat. Menjadi keniscayaan bagi kita sebagai bangsa
Indonesia yang plural dan multikultural mewujudkan tatanan kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang harmonis dan toleran.

Islam sebagai agama yang mnebar rahmat kepada seluruh alam semesta serta
Pancasila sebagai falsafah bangsa dan ideologi negara penting sekali di
internalisasikan dan disegarkan kembali. Nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya menjadi salah satu kesatuan yang tidak terpisah kepada seluruh
komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi milenial agar terproteksi dari
radikalisme-terorisme, sekulerisme, komunisme, dan sejenisnya. Dalam konteks
fenomena radikalisme ini, telah ada survei yang dilakukan oleh Mata Air
Foundation dan Alvara Research Center tahun 2017 menunjukkan bahwa 23,4%
mahasiswa dan 23,3% pelajar SMA telah terpapar dengan paham radikal kelompok
intoleran radikal dalam perkembangan terakhir sampai tahun 2021 sekarang telah
melakukan doktrin Negara Islam Indonesia atau NII kepada puluhan remaja di
Kabupaten Garut Jawa Barat. Dalam catatan Pemerintah Kabupaten Garut sebanyak
59 remaja telah terpapar doktrin NII para orang tua awalnya tidak mengetahui
karena anak-anak mereka pamitan yang mengikuti pengajian ternyata pengajian
untuk bungkus saja agar tidak dicurigai. Doktrin yang ditanamkan kepada mereka
adalah pemerintah RI di posisikan sebagai musuh yang sah untuk diperangi
bersama. Akibat dari terpapar doktrin ini terjadi perubahan perilaku drastis pada
diri remaja tersebut yang berbeda dengan sebelumnya awalnya pribadi remaja yang
ceria berubah menjadi pendiam dan tidak mau sekolah lagi Sumber berita Metro TV
7 Oktober 2021.

Maraknya isu komunisme yang menyewa perhatian akhir-akhir ini juga perlu
diwaspadai dan fenomena komisme. Komunisme juga menggugah kesadaran kita
sebagai bangsa Indonesia untuk memproteksi agar komunisme tidak masuk ke
kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Fenomena komunisme memang tidak
kasat mata hampir sama dengan radikalisme, proteksi kepada komponen bangsa
sangat penting dilakukan khususnya bagi kalangan generasi muda yang mana akan
menjadi calon pemimpin bangsa. Dengan demikian, fenomena menyerunya kembali
radikalisme dan komunisme akhir-akhir ini menjadi tantangan bagi dunia
pendidikan di Indonesia untuk memperkuat kembali pondasi bangsa melalui
reaktualisasi pembunuhan Islam dan Pancasila dalam pendidikan nasional. Upaya
ini sangat penting dilakukan untuk memproteksi anak-anak bangsa dari serangan
ideologi ekstrim kanan dan ideologi ekstrim kiri.

Islam dan Pancasila Pancasila sebagai landasan filosofis maupun ideologi


negara diposisikan sebagai pegangan hidup atau way of life.

1) Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa ditegaskan di dalam Q.S Al-Ikhlas
ayat 1 sampai 4, memberikan penguatan spiritual kepada bangsa Indonesia
bahwa kita sebagai bangsa yang bertuhan, beragama, dan memiliki
kebebasan dalam menentukan agama dan keyakinan masing-masing
sebagaimana dijamin dalam undang-undang dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2.
2) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Memberikan pengakuan
akan harkat dan martabat manusia untuk dijunjung tinggi yang dalam Islam
ditegaskan sebagai penghormatan kepada manusia sebagai makhluk Allah
yang paling mulia Q.S At-tiin ayat 4. Sebagai bangsa religius menghormati
hak-hak manusia dengan penuh keadilan dan keadaban menjadi satu
kepercayaan
3) Sila ketiga, Persatuan Indonesi. Terdapat dalam QS. Ali Imron ayat 103.
Menjadi landasan untuk menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan menjaga rasa persatuan dan kesatuan baik dalam
konteks bangsa maupun wilayah sebagai bangsa yang plural atau majemuk
dalam berbagai aspek baik agama suku budaya bahasa ras maupun aspek
lainnya tetap terikat dalam sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
4) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Terdapat dalam QS. Al-Imran ayat 159 yang
memberikan landasan untuk selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan
berbagai persoalan kehidupan yang semuanya dilandasi dengan sikap
bijaksana.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Terdapat dalam
QS. Al-Hasyr ayat 7. Memberikan landasan bahwa keadilan harus ditegakkan
dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, tidak boleh ada penindasan
secara hukum sosial politik ekonomi budaya dan lain sebagainya.
Mewujudkan sila ke-5 merupakan kewajiban kita.

Dalam konteks pendidikan nasional, substansi agama dan Pancasila


tercermin di dalam tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia
yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu pengetahuan, cerdas,
cakap, tanggung jawab, dan ikut andil dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan, mewujudkan tujuan ini menjadi tanggung jawab semua komponen
bangsa, baik dari pemerintah, perguruan tinggi, sekolah, tokoh agama, tokoh
masyarakat, media, dan semua ilmuwan bangsa agama. Dan Pancasila
menjadi satu kesatuan sumber nilai bagi bangsa Indonesia secara teoritik dan
empirik agama serta Pancasila menginspirasi seluruh aspek kehidupan
bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang sangat religius sebagai bangsa yang sangat agamis basic
pendidikan nasional telah ditegaskan sangat jelas sebagaimana tercantum
dalam tujuan Indonesia.
Dengan demikian, jika ditarik dalam sebuah simpulan terkait dengan
reaktualisasi pembumian Islam dan Pancasila secara integratif dalam
pendidikan nasional adalah suatu gerakan tersistem dalam proses
internalisasi dan penyegaran kembali nilai-nilai Luhur agama dan Pancasila
ke dalam sistem pendidikan nasional yang meliputi nilai-nilai sebagai
berikut:
a) Komitmen ketuhanan atau istikamah ilahiyah
b) Keadaban
c) Persaudaraan dan persatuan
d) Kebijaksanaan
e) Keadilan
f) Nasionalisme
g) Moderasi
h) Toleransi

Anda mungkin juga menyukai