Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN BELA NEGARA SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN

SEMANGAT NASIONALISME DI PERGURUAN TINGGI


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen pengampu : Prof. DR. Sjamsiar Sjamsudin

DISUSUN OLEH :

1. ELOK FAJAR MARDIANA (195030900111011)


2. ELMIRA BALQIST (195030901111001)
3. FARAH FAIRUZ FAUZIYAH (195030900111014)
4. FARIDITA MEIWATI HUTAMI (195030900111010)
5. REFLY DORY AL FATJR (195030900111005)
6. RIASITA MELANI (195030901111002)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
`UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan tekonologi pada zaman ini secara tidak langsung akan
mempecepat proses golobalisasi. Arus globalisasi disuatu negara akan semakin
mudah untuk masuk dalam kehidupan sehari-hari yang tidak bisa ditolak. Di
Indonesia dalam penerimaan globalisasi yang membawa unsur pengaruh budaya dan
ideologi secara tidak langsung membawa dampak negatif. Penyaringan budaya dan
ideologi dari pengaruh globalisasi perlu disesuaikan dengan budaya dan ideologi
bangsa yang termuat dalam pancasila. Menurut Notonagoro, bahwa nilai-nilai
Pancasila termasuk nilai kerohaniaan, tetapi nilai-nilai kerohaniaan yang mengakui
nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong
nilai kerohaniaan itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis,
yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai
kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat
sistematik-hierarchis, yang mana sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai
basisnya sampai dengan sila Keadilan sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo,
1978). Namun pengimplementasian nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
semakin hari semakin memudar karena pengaruh dari globalisasi terutama terhadap
generasi muda. Dampak serius dari memudarnya pengimplementasian nilai-nilai
pancasila ini akan mengancam semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Disisi lain,
pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam bertingkah laku dan
merupakan cita-cita, harapan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam
kehidupannya. Seharusnya nilai-nilai tersebut terimplementasi dalam berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demikian pula institusi sekolah
maupun perguruan tinggi yang seharusnya dapat menterjemahkan nilai-nilai
Pancasila sekaligus berupaya dengan beraneka ragam cara agar perwujudannya dapat
dilaksanakan secara konkrit oleh segenap peserta didik dan pengelola pendidikan.
Salah satu perwujudan pengimplementasian nilai pancasila di lingkungan pendidikan

2
yaitu pemberian pendidikan bela Negara di suatu institusi. Berdasarkan permasalahan
tersebuat maka penulis akan membahas mengenai peranan pendidikan bela negara
sebagai upaya menumbuhkan semangat nasionalisme di perguruan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menumbuhkan semangat nasionalisme di perguruan tinggi?
2. Bagaimana penerapan pendidikan bela Negara di perguruan tinggi?

1.3 Metode Penulisan


Pada makalah ini, kami menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
dengan metode atau pendekatan studi kasus. Dimana metode ini dilakukan
terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat.
Selain itu kami juga menggunakan studi literatur untuk mencari teori yang relevan
dengan studi kasus yang diteliti.

3
BAB II
TINJAUAAN TEORI
2.1 Pengertian Bela Negara
Bela Negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga Negara, oleh karena
itu sangat penting untuk ditanamkan dalam diri warga Negara. Ada berbagai
pengertian bela Negara dari berbagai sumber berikut ini:
a. Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan bernegara. (UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara)
b. Bela Negara adalah upaya setiap warga Negara untuk mempertahankan
NKRI terhadap ancaman baik dari dalam mmaupun luar (Winarno, 2010:
182).
Dari pengertian diatas, upaya bela Negara atau pembelaan Negara sangat erat
kaitannya dengan keyakinan dari setiap warga Negara akan pancasila dan UUD
1945 sebagai dasar dan konstitusi Negara serta sebagai wujud pengamalan dari
hal tersebut. Berbgaai wujud dari usaha bela Negara atau pembelaan Negara
adalah kesiapan setiap warga negara untuk rela berkorban demi mempertahankan
kemerdekaan, kedaulatan Negara, persatuan dan kesatauan bangsa Indonesia,
keutuhan wilayah nusantara dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai pancasila dan
UUD 1945. (Widyastuti, 2011)
2.2 Pengertian Nasionalisme
Menurut Sarman (1995) dalam jurnal (Anggraeni: 2004), nasionalisme sering
diartikan sebagai kecintaan terhadap tanah air yang tanpa reserve, yang merupakan
simbol patriotism heroik semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah
menghalalkansegala cara demi negara yang dicintai. Definisi tersebut menyebabkan
makna nasionalisme menjadi usang dan tidak relevan dengan persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan masa kini, yang tidak lagi bergelut dengan persoalan

4
penjajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialis. Nasionalisme mencakup
konteks yang lebih luas yaitu persamaan keanggotaan dan kewarganegaraan dari
semua kelompok etnis dan budaya di dalam suatu bangsa. Dalam kerangka
nasionalisme, juga diperlukan sebuah kebanggaan untuk menampilkan identitasnya
sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu sendiri merupakan proses yang lahir karena
dipelajari dan bukan warisan yang turun temurun dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Nasionalisme memiliki beberapa bentuk-bentuk menurut Retno Listyarti
(2007 :28) antara lain :
1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah nasionalisme dimana
negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif rakyatnya.
Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme ini mula-mula
dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya.
2. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme adalah dimana Negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan
suatu bangsa bersifat turun-temurun.
3. Nasionalisme romatik adalah bentuk nasionalisme etnis dimana negara
memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah dan merupakan
eksprresi dari bansa atau ras. Nasionalisme romantik menitik beratkan pada
budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantic
4. Nasionalisme budaya adalah nasionalisme dimana negara meperoeh kebenaran
politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-temurun seperti warna kulit
5. Nasionalisme kenegaraan adalah merupakan variasi nasionalisme
kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis . Dalam
nasionaalisme kenegaraan bangsa adalah suatu komonitas yang memberikan
kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.
6. Nasionalisme agama adalah nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa nasionalisme adalah suatu paham atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara
yang secara bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,

5
integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa.

6
BAB III
PENYAJIAN DATA

3.1 UPN “Veteran” Jawa Timur: Kampus Bela Negara


Berlandaskan Peraturan Menteri Pertahanan No. 08 Tahun 2010, yang
mengamanatkan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” sebagai perguruan
tinggi yang dulunya didirikan oleh para pejuang kemerdekaan, memiliki ciri khas
yang membedakan dengan perguruan tinggi lain. Sejak berdirinya, pada tanggal 5 Juli
1959 hingga sekarang, UPN “Veteran” Jawa Timur terus meneguhkan komitmennya
untuk senantiasa berpegang teguh pada dasar Negara Pancasila, Undang-undang
Dasar 1945 secara konsisten. Hal itu dibuktikan dengan pemberian mata kuliah
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia. Bahkan di
saat-saat edaran Dirjen Dikti tidak mencamtumkan Pendidikan Pancasila sebagai
mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi, UPN “Vetgeran” Jawa Timur,
tetap secara konsisten memberikan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Kini, dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di
lingkungan perguruan tinggi, UPN “Veteran” Jawa Timur menetapkan pemberian
mata kuliah yang diberi nama “Pendidikan Bela Negara”, sifatnya wajib bagi seluruh
mahasiswa Strata satu pada semua program studi dengan muatan 3 SKS. Dengan
rincian 2 SKS untuk teori yang berisi materi tentang pengertian, unsurunsur
belanegara dan bagaimana implementasi bela Negara pada berbagai bidang dan
profesi. Sedangkan 1 SKS diwujudkan dalam bentuk praktik di lapangan untuk
menumbuhkan jiwa kejuangan, mengerti sejarah perjuangan bangsa, pembentukan
kepribadian melalui outbond, kesemuanya dikandung maksud untuk peningkatan soft
skill dari mahasiswa. Guna merealisasikan tujuan di atas, maka UPN “Veteran” Jawa
Timur telah mengukuhkan sebagai kampus bela Negara, dan secara formal telah
dilakukan setahun yang lalu disaksikan oleh Direktur Jenderal Potensi Pertahanan
Kementerian Pertahanan, Pengurus Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan
Perumahan yang membawahi UPN “Veteran” Jawa Timur, serta Muspida Jawa
Timur termasuk Kopertis VII. Salah satu Implementasi menjadi kampus bela Negara,

7
baru saja telah direalisasikan dengan dibangun dan diresmikan penggunaan Techno
Park Laboratorium Teknologi Tepat Guna, yang produknya telah diaplikasikan untuk
membantu pembangunan daerah terpencil, tertinggal terutama di daerah perbatasan.
UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai perguruan tinggi telah menjawabnya dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam pemberian mata kuliah
Pendidikan Bela Negara untuk membekali mahasiswa dalam pembentukan
keperibadian dan karakter nasionalis, patriotis, religius yang senantiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai kejuangan guna memberikan kontribusi nyata dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa.

8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Menumbuhkan Semangat Nasionalisme di Perguruan Tinggi
Semangat nasionalisme pada generasi muda terutama yang sedang
berpendidikan di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan berbagai hal antara
lain :
1. Merefleksikan Sejarah
Melakukan tapak tilas sejarah baik dengan melakukan perjalanan ke tempat-
tempat bersejarah yang menjadi symbol perjuangan para pejuang bangsa.
Selain itu dengan mempelajari sejarah melalui buku-buku yang
menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan atau bisa juga melalui pemutaran film documenter yang
memperlihatkan pejuang bangsa.
2. Upacara Bendera
Melakukan upacara bendera untuk memperingati hari-hari besar dan
bersejarah yang dilakukan civitas akademik dan beberapa mahasiswa sebagai
perwakilannya
3. Pembelajaran Pendididkan Kewarganegaraan
Pemberlakuan wajib untuk menempuh mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan yang dapat mengajarkan tentang bagaimana menjadi warga
Negara yang baik dan benar, taat terhadap aturan Negara, serta sebagai wadah
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme melalui
pembelajaran.

4.2 Penerapan Pendidikan Bela Negara di Perguruan Tinggi


Berbagai upaya dapat dilakukan mulai dari tingkat dasar, menengah,
sampai jenjang perguruan tinggi. Tenaga pendidikan (guru, dosen), perlu
dibangun dan ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya agar mampu menjadi agen
pembangunan karakter bangsa. Disamping itu penataan kurikulum, materi ajar,
tersedianya buku yang berkaitan dengan Pancasila, wawasan kebangsaan,

9
pendidikan kewarganegaraan sebagai penunjang proses pendidikan mutlak
dibutuhkan seiring dengan makin banyaknya peredaran buku-buku baru dalam
pengembangan ilmi pengetahuan lain.
Selain itu, setiap warga negara harus memiliki kemampuan awal bela
negara baik secara fisik maupun secara psikis.
a. Secara fisik ( jasmani ) diharapkan memiliki kondisi kesehatan dan
kemampuan keterampilan jasmani yang tidak bersifat latihan kemiliteran akan
tetapi yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara bersifat psikis.
Hal ini dapat diwujudkan dengan mengamalkan disiplin, taat pada tata tertib,
patuh dan hormat kepada orang tua atau yang dituakan, menerapkan
pengawasan dan memberlakukan ”Reward and Punishment”.
b. Secara Psikis (mental) memiliki sifat–sifat disiplin, ulet, kerja keras, mentaati
peraturan dan perudang–udangan yang berlaku, percayadiri sendiri, tahan uji
dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
nasional. Kelima unsur tersebut merupakan dasar dan prasyarat bagi
terwujudnya sistem pertahanan negara dan semangat belanegara dalam
menjamin tetap tegak dan utuhnya NKRI.

10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penumbuhan semanagat nasionalisme dan penerapan pendidikan bela
negara di perguruan tinggi Indonesia akan memperkokoh pendirian bangsa untuk
menghadapi berbagai pengaruh dalam maupun luar yang akan mengikis identitas
nasional serta mengembangkannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
dikehidupan sehari-hari.

5.2 Saran
Kesadaran berbagsa bernegara dan semangat nasionalisme perlu
ditumbuhkan terhadap genrasi muda melalui pendidikan sehingga melahirkan
sikap cinta tanah air dan rela berkorban untuk bangsa dan negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji. 1978. Pancasila : Suatu Orientasi Singkat. Jakarta : Balai


Pustaka
Listyarti, Retno. 2007. Pendididkan Kewarganegaraan. Jakarta : Esis.
Undang-undang No. 3 Tahun 2002 Sistem Pertahanan Negara.
Widyastuti, Wiji. 2011. Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Bela Negara Terhadap
Sikap Cinta Tanah Air. (Skripsi diterbitkan). Semarang : Fakultas Ilmu Sosial.
Winarno, 2010. Paradigm Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT Bumi
Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai