Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN UTS

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA


DOSEN : ENAN KUSNANDAR, S.PDI, M.Pd.
MAHASISWA : Mar’ahtul Azizah Bela Norma Kholis
NIMKO : 0101.2201.058
TH/SEMESTER : 2022-2023/ I
JURUSAN : PAI I C
HARI/TANGGAL : SABTU, 26 NOVEMBER 2022

1. A. Landasan Pendidikan Pancasila yaitu :


a) Landasan Historis
Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi pengembangan
pendidikan Pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materi,
rancangan model pembelajaran, dan evaluasinya.
Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai
sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan
hidup masyarakat.
Fakta historis tersebut membentang mulai dari kehidupan prasejarah, sejarah Indonesia
lama, masa kejayaan nasional, perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan,
proklamasi kemerdekaan, hingga perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
Indonesia.
b) Landasan Kultural
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan Pancasila didasarkan atas nilai-nilai
yang diagungkan, dan karenanya disepakati dalam kehidupan nasional. Pancasila
merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa, sehingga harus diwariskan ke generasi
penerus.
Secara kultural unsur-unsur Pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan,
kesenian, kepercayaan, agama, dan kebudayaan Indonesia secara umum. Pendidikan
Pancasila memelihara dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila yang telah dan terus
disepakati tersebut.
c) Landasan Yuridis
Landasan Yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari pelaksanaan
Pendidikan Pancasila. Pancasila secara yuridis konstitusional telah secara formal menjadi
dasar negara sejak dituangkannya rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945.
Secara hierarkis, landasan yuridis dapat ditelusuri dari UUD 1945, Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal,
dan lain-lain.
d) Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsafat Pancasila untuk
mengembangkan Pendidikan Pancasila. Secara praktis nilai-nilai tersebut berupa
pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa.
Pancasila yang merupakan filsafat negara harus menjadi sumber bagi segala tindakan para
penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang berlaku bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
a) Tujuan pendidikan Pancasila menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional yang juga tercantum di dalam SK Dirjen Dikti.
No.38/DIKTI/Kep/2003,
ialah guna menunjukan arah tujuan pada moral dan diharapkan dapat terealisasi di
kehidupan bermasyarakat setiap hari.
Yakni tingkah laku yang memperlihatkan iman serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa (keyakinannya masing-masing), bertingkah-laku kerakyatan dengan selalu
mendahulukan kepentingan umum. Tujuan pendidikan Pancasila menjadi sebuah sarana
dalam mengerti, memahami, serta mendalami makna Pancasila sebagai kepribadian
bangsa Indonesia.
b) Tujuan Umum Pendidikan Pancasila
Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat amat penting.
Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945.
Tujuan pendidikan Pancasila secara umum diantaranya:
1. Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan
selalu memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa.
3. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat menjadi
penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah masyarakat yang memiliki
keberagaman kebudayaan.
4. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.
5. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan sosial
dalam masyarakat.

2. A. Tujuan Pendidikan Pancasila


a) Tujuan pendidikan Pancasila menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional yang juga tercantum di dalam SK Dirjen Dikti.
No.38/DIKTI/Kep/2003,
ialah guna menunjukan arah tujuan pada moral dan diharapkan dapat terealisasi di
kehidupan bermasyarakat setiap hari.
Yakni tingkah laku yang memperlihatkan iman serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa (keyakinannya masing-masing), bertingkah-laku kerakyatan dengan selalu
mendahulukan kepentingan umum. Tujuan pendidikan Pancasila menjadi sebuah sarana
dalam mengerti, memahami, serta mendalami makna Pancasila sebagai kepribadian
bangsa Indonesia.
b) Tujuan Umum Pendidikan Pancasila
Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat amat penting.
Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945.
Tujuan pendidikan Pancasila secara umum diantaranya:
6. Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
7. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan
selalu memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa.
8. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat menjadi
penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah masyarakat yang memiliki
keberagaman kebudayaan.
9. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.
10. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan sosial
dalam masyarakat.

B. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara RI


Nilai-nilai pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme, karenanya
Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Sekalipun Pancasila memiliki sifat
universal, tetapi tidak begitu saja dapat diterima oleh semua bangsa. perbedaannya terletak
pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu
kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. dalam arti
bahwa pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas
bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri, karena Pancasila itu
digali dari nilai-nilai luhur yang terkandung dan hidup dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-
silanya, (menurut Ujan dalam Syahbaini, 2003) yaitu sebagai Berikut.

sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit akan
eksistensi Tuhan sebagai sumber dan pencipta Universum. Pengakuan ini sekaligus
memperlihatkan relasi esensial antara yang mencipta dan yang diciptakan serta
menunjukan ketergantungan yang diciptakan terhadap yang menciptakan. Bagi kita dan
dalam negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha
Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti
keagamaan, dan yang seharusnya ada ialah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme)
dengan toleransi beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Sebagai sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa
Indonesia, menjiwai dan mencari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil
dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk negara Indonesia
yang telah berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan dan dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab, sesungguhnya merupakan refleksi lebih
lanjut dari sila pertama. Sila ini memperlihatkan secara mendasar dari negara atas martabat
manusia dan sekaligus komitmen untuk melindunginya. Asumsi dasar dibalik prinsip
kedua ini ialah  manusia, karena kedudukannya yang khusus di antara ciptaan-ciptaan
lainnya didalam Universum, mempunyai hak dan kewajiban untuk mengembangkan
kesempatan untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan
demikian, manusia secara natural dengan akal dan budinya mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya menjadi person yang bernilai. Kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia
yang sopan dan nilai kesusilaan. Di dalam sila kedua ini telah disimpulkan cita-cita
kemanusiaan yang lengkap, yang adil dan beradab memenuhi seluruh hakikat mahluk
manusia. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi
manusia. Hakikat pengertian diatas sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea pertama: “
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan….”.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap warga negara
akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada negara, khususnya dalam menjaga
persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat Indonesia demi menjaga eksistensi bangsa dan
negara. Persatuan disini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi sosial
budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan bangsa Indonesia, bertujuan, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi,  Karena itu paham kebangsaan Indonesia
tidak sempit (chauvinistis), tetapi juga menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia
mengatasi paham golongan, suku bangsa, serta keturunan.

Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, memperlihatkan pengakuan negara serta perlindungannya
terhadap kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim musyawarah dan mufakat.
Dalam iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan, mempertimbangkan satu sama lain,
dan juga sikap belajar serta saling menerima dan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap
orang diakui dan dilindungi haknya untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Dengan
sila keempat berarti bahwa bangsa Indonesia menganut demokrasi, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Dalam sila keempat ini menegaskan bahwa kekuasaan yang
tertinggi berada ditangan rakyat. kerakyatan disebut pula kedaulatan rakyat. Hikmat
kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai
dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan dan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga
tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah
suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui lembaga
perwakilan.

Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, secara istimewa menekankan
keseimbangan hak dan kewajban. Setiap warga negara harus bisa menikmati keadilan
secara nyata, tetapi iklim keadilan yang merata hanya bisa dicapai apabila struktur sosial
masyarakat sendiri adil. Keadilan sosial terutama menuntut informasi struktur-struktur
sosial, yaitu dalam bidang ekonomi, politik, hukum, budaya dan keamanan. Serta ideologi
ke arah yang lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat. Disamping itu juga
keadilan sosial mengandung arti yaitu tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi
dan kehidupan masyarakat. Karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan
rohani, maka keadilan itu pun meliputi keadilan dalam memenuhi tuntutan dalam
kehidupan jasmani dan tuntutan dalam kehidupan rohani secara seimbang.

3. A. Nilai Pancasila pada Masa Penjajahan


Pancasila adalah seperangkat nilai yang lahir dari dalam bangsa Indonesia. Hal ini dapat
kita lihat dari ciri khas bangsa Indonesia  yang telah lama dikenal sebagai bangsa yang
rukun, guyub, serta mau bekerjasama. Salah satunya terjadi ketika masa penjajahan ,
penerapan Pancasila pada masa perjuangan melawan penjajah adalah ketika para generasi
muda bangsa Indonesia menyadari bahwa mereka adalah bagian dari bangsa yang satu. Hal
ini diwujudkan dalam bentuk Sumpah Pemuda.
Penerapan yang terjadi dalam hal ini adalah sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan
Indonesia.
B. Nilai Pancasila pada Masa Kerajaan
Terdapat beberapa kerajaan di Indonesia (dahulu bernama Nusantara) yang sudah
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Kerajaan-kerajaan tersebut meliputi
Kutai, Sriwijaya, dan Majapahit. Berikut ini deskrpsi mengenai nilai-nila Pancasila pada
tiga kerajaan tersebut:
a) Kerajaan Kutai
Berdasarkan catatan Ida Sugiarti dkk. dalam Modul Pendidikan Pancasila (2020, hlm.
28), Kutai Mulawarman dahulu kala hidup dengan mencerminkan nilai sosial, politik,
serta ketuhanan. Ketiga aspek ini dicerminkan melalui pengadaan “Kenduri”, yaitu
memberi sedekah pada para Brahmana. Raja yang melaksanakan upacara ini adalah
Raja Mulawarman. Sebagai bentuk balas kasih kepada Mulawarman, para Brahmana
akhirnya memberikan persembahan kepada raja tersebut yang berwujud “Prasasti
Yupa”.
Selengkapnya, berikut ini tiga nilai Pancasila yang dicerminkan oleh Kerajaan Kutai:
1. Ketuhanan: Beragama Hindu
2. Kerakyatan: Rakyat Kutai makmur
3. Persatuan: Punya wilayah seluas Kalimantan Timur di bawah pemerintahannya
b) Kerajaan Sriwijaya
Pada masa kejayaannya, Sriwijaya pernah memiliki wilayah meliputi Sumatera,
sebagian Pulau Jawa, Semenanjung Malaka, dan beberapa daerah lain di sekitarnya.
Kendati wilayah kerajaannya luas, namun Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang
teratur. Dalam kehidupan ekonomi misalnya, Sriwijaya berupaya menyatukan
pengrajin, pedagang, dan pegawai raja.
Dengan adanya pegawai raja dan persatuan akses dagangan ini, masyarakat jadi
memiliki efektivitas ketika ingin melakukan transaksi.
Selain nilai persatuan di atas, berikut ini nilai Pancasila lengkap yang tercermin pada
masa Kerajaan Sriwijaya:
1. Ketuhanan: Menjadi pusat pengajaran agama Buddha di kawasan Asia Tenggara
2. Kemanusiaan: Mempunyai sikap terbuka kepada pendatang tanpa pandang bulu.
3. Persatuan: Menyatukan pedagang, pengrajin, dan pengawas (pegawai raja).
4. Kerakyatan: Kehidupan masyarakat sejahtera.
5. Keadilan: Bercampur baur tanpa memandang latar belakang seseorang.
c) Kerajaan Majapahit
Selain Kutai dan Sriwijaya, Majapahit juga menjadi salah satu kerajaan yang
mencerminkan Pancasila pada zamannya. Kerajaan ini pernah memiliki wilayah
kuasa mencakup sebagian besar pantai Nusantara, Vietnam Selatan, hingga Barat
Papua. Ketika Majapahit menjalankan kehidupan kerajaannya, orang-orang hidup
rukun meski agama mereka berbeda, yakni Hindu dan Buddha. Dengan begitu, unsur
persatuan dalam Pancasila terlihat ketika melihat kasus tersebut.
Berikut ini nilai-nilai Pancasila lengkap yang dicerminkan oleh Kerajaan Majapahit:
1. Ketuhanan: Hindu-Buddha hidup bersama dan rukun.
2. Kemanusiaan: Hayam Wuruk memiliki relasi baik dengan Kerajaan Tiongkok,
Kamboja, dan Champa.
3. Persatuan: Kebersamaan terwujud ketika dua agama berbeda bersatu dalam satu
pemerintahan dan dapat hidup damai.
4. Kerakyatan: Adanya profesi khusus di kerajaan yang memberikan arahan
musyawarah.

4. Menurut Notonagoro dalam Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975), Pancasila memiliki
susunan yang bersifat hierarki (urutannya logis) dan berbentuk piramidal. Hierarkis berarti
tingkat. Sedangkan piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan bertingkat dari
sila-sila Pancasila.
Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari
sila-sila sebelumnya atau di atasnya. Dengan demikian dasar susunan sila-sila pancasila
mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseuruhan, pancasila
merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
5. A. Ontologi
Ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia,
metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,
oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
B. Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma
menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :
1. Logos (rasionalitas atau penalaran),
2. Pathos (penghayatan), dan
3. Ethos (kesusilaan).
C. Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
Aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai,
tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.

6. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara diatur dalam Pasal 2 UU No.12/2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan
sumber segala sumber hukum negara. Adapun fungsi Pancasila sebagai dasar negara
dijelaskan sebagai berikut
1. Pancasila sebagai Pedoman Hidup Bangsa
Sebagai sebuah negara dalam menjalankan perannya, bangsa Indonesia harus
memegang teguh nilai-nilai Pancasila, termasuk dalam menjalin hubungan
diplomatik. Maka, apapun bentuk kerja sama harus berpedoman pada nilai-nilai
Pancasila.
2. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
Institusi sosial yang ada di Indonesia dari yang paling besar hingga yang paling kecil
senantiasa menjadikan Pancasila sebagai sumber inspirasi bagi ideologinya. Institusi
yang paling besar dalam hal ini adalah negara, sedangkan institusi atau organisasi
yang kecil seperti organisasi masyarakat.
agung
3. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Sebagai kepribadian bangsa, Pancasila merupakan identitas dari bangsa Indonesia.
Keluhuran makna serta nilai-nilai yang menyertainya dijadikan sebagai bentuk
kepribadian bangsa dalam menyikapi setiap persoalan.
4. Pancasila sebagai Sumber Hukum
Sebagai sumber hukum, Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada
atau dengan kata lain filosofi hukum itu sendiri. Apa yang ada dalam hukum yang
diterbitkan oleh pemerintah dalam berbagai tingkatan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
5. Pancasila sebagai Cita-cita Bangsa
Cita-cita mengandung makna harapan atau tujuan
dalam konteks pancasila sebagai cita-cita bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila
dijadikan sebagai orientasi arah bangsa karena merupakan konsep ideal untuk cita-
cita masyarakat Indonesia.
7. Bilamana dirinci pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas,
kepribadian dan ketahanan ideologis adalah sebagai berikut:
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap, dan
jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila. Kemudian diserapkan dan dihayati
sehingga menjadi suatu kesadaran yaitu orang selalu dalam keadaan mengetahui
keadaan diri sendiri, memahami , serta memiliki pengetahuan pancasila.
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan yaitu
suatu kesediaan yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan Pancasila.
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiaasaan untuk melakukan
perbuatan mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
bidang kenegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan.
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya kesatuan lahir
batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan mentalitas.
Berdasarkan tingkatan dan proses pembentukan kepribadian tersebut, maka memiliki
pengetahuan tentang pancasila menjadi suatu hal yang sangat vital. Oleh karena itu
ditenggelamkannya pancasila dalam reformasi yang berlangsung hampir 15 tahun berakibat
hilangnya estafet pewarisan nilai-nilai pancasila pada generasi penerus bangsa. Akibatnya
generasi penerus dewasa ini dalam keadaan kekosongan identitas dan pengetahuan tentang
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri sebagai suatu kepribadian bangsa. Oleh karena itu dewasa
ini proses pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara
serius, terutama oleh kalangan elit Negara, yakni dengan menginternalisasikan ke 4
aktualisasi Pancasila tersebut diatas.

Anda mungkin juga menyukai