Anda di halaman 1dari 3

Nama : Revalina Cheterine Syalomita Renmaur

Nim : N011231135

Kelas : Pendidikan Pancasila 00010

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA INDONESIA

Pancasila adalah dasar ideologi negara Indonesia yang terbentuk dalam konteks sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Ia merupakan pandangan filosofis yang menggambarkan prinsip-
prinsip dasar yang membentuk dasar negara dan masyarakat Indonesia. Pancasila lahir dari
proses perjuangan panjang dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan kolonial.

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia menjelang kemerdekaan dimulai pada abad ke-20 ketika
gerakan nasionalis melawan penjajahan Belanda. Puncak perjuangan ini terjadi pada masa
pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, di mana bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk
mendukung perang Jepang dan bersama-sama meraih kemerdekaan.

Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada
17 Agustus 1945 di bawah pimpinan Soekarno dan Mohammad Hatta. Pancasila diperkenalkan
sebagai dasar negara dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ia memuat lima prinsip
dasar, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Pengakuan akan adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan dan
moralitas.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menghormati martabat manusia dan mempromosikan
keadilan serta sikap beradab dalam hubungan antarmanusia.

3. Persatuan Indonesia: Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang
beragam suku, agama, ras, dan budaya.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:
Menerapkan prinsip demokrasi dengan berlandaskan pada musyawarah dan perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Menjamin distribusi yang adil dari sumber
daya dan kesempatan, serta mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi.

Indonesia adalah masyarakat religius. Sejak zaman Pra Tulisan, masyarakat Indonesia telah
mempercayai adanya Hyang Gaib. Bangunan Megalithicum yang ditemukan di berbagai tempat
menunjukkan bahwa masyarakat Pra Tulisan melakukan upacara yang ditujukan untuk Hyang
Gaib. Kepercayaan yang ditemukembangkan oleh masyarakat itu dewasa ini dikenal sebagai
agama lokal atau aliran kepercayaan. Ketuhanan Yang Maha Esa mewakili prinsip pertama
dalam Pancasila, menggambarkan pandangan bahwa keberadaan Tuhan adalah sumber inti dari
kehidupan dan moralitas manusia. Prinsip ini merujuk pada keyakinan bahwa nilai-nilai spiritual
dan etika universal yang diilhami oleh keberadaan Tuhan harus menjadi panduan dalam setiap
aspek kehidupan manusia.

Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan penekanan pada penghormatan
terhadap derajat kemanusiaan setiap individu. Lebih dari sekadar mengakui keberagaman,
prinsip ini mendorong untuk mempromosikan nilai-nilai keadilan dalam interaksi sosial. Sikap
beradab dalam hubungan antarmanusia diarahkan pada usaha bersama untuk menciptakan
masyarakat yang saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun lingkungan yang
adil bagi semua.

Sikap empati yang berkembang dalam masyarakat Indonesia didasarkan pada pandangan bahwa
orang lain adalah saudara, sehingga diperlakukan dengan penuh kehangatan kasih sayang.
Pandangan itu antara lain diwujudkan pada panggilan kepada tetangga dengan sebutan Om, Pak,
Pakde, Bude, Tante dan sebagainya. Bahkan pendangan itu kemudian dikristalisasikan dalam
pepatah “tetangga adalah saudara terdekat”. Menempatkan orang lain sebagai saudara
melahirkan sikap untuk selalu melindungi dan menghormati. Di pihak lain, pandangan itu
mendorong terjadinya kerjasama dengan orang lain, baik antar suku maupun dengan bangsa lain.
Dalam sejarah pelayaran sama sekali tidak pernah terdengar berita maupun catatan bangsa lain
yang mengungkapkan bahwa bangsa kita membuat masalah di negeri orang.
Persatuan Indonesia, sebagai prinsip ketiga, mendorong untuk meneguhkan tekad dalam menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa meskipun adanya keragaman suku, agama, ras, dan budaya.
Prinsip ini memupuk semangat inklusivitas dan kerjasama lintas kelompok masyarakat,
memandang keberagaman sebagai kekayaan yang dapat menguatkan fondasi bangsa.

Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, sebagai prinsip keempat, menganjurkan penerapan demokrasi
berdasarkan musyawarah dan perwakilan. Ini mengakui pentingnya partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan serta menjunjung nilai hikmat kebijaksanaan sebagai panduan dalam
mengarahkan kebijakan yang menguntungkan semua warga negara.

Prinsip terakhir, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengusung komitmen untuk
mencapai pemerataan distribusi sumber daya dan peluang di seluruh lapisan masyarakat. Prinsip
ini menandai tekad untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi, serta mengupayakan
kesejahteraan bersama dengan memberikan akses yang sama bagi semua warga negara terhadap
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi.

Pancasila menjadi landasan bagi pembentukan negara Indonesia yang demokratis, pluralis, dan
inklusif. Namun, konstruksi dan interpretasi Pancasila juga pernah menjadi subjek perdebatan
dalam sejarah politik Indonesia. Meskipun demikian, Pancasila tetap menjadi semangat bersama
dan identitas nasional yang menghubungkan berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dalam
rangka mencapai tujuan bersama untuk kemajuan dan keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Dardiri, A. 1994 . Nasionalisme dalam Konteks Sejarah. Jurnal Filsafat, 1(1), 14-18.

Khairi, R., Marito, S. S., & Ibrahim, N. F. 2023. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA. JURNAL TIPS JURNAL RISET, PENDIDIKAN DAN ILMU
SOSIAL, 1(1), 7-17.

Purwanta, H. 2018. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Jurnal
Candi, 18(2), 124-137.

Anda mungkin juga menyukai