Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI

OLEH :
NURUL SYUHFAL NINGSIH, S.ST, M.KES
1. DEFINISI

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²).


  Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki
dan biasanya pasien akan meninggal.
2. FISIOLOGI OKSIGEN

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:


a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan
pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar
Proses Pemenuhan Oksigen Di Dalam Tubuh Terdiri
Dari Atas Tiga Tahapan, Yaitu Ventilasi, Difusi Dan
Transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang
di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah
secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
3. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasimenurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
 4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik
seperti TBC paru
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. PATOFISIOLOGI

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.


Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan
direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran
mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas.
6. MANIFESTASI KLINIS

a. Suara napas tidak normal.


b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
7. TANDA DAN GEJALA

 Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan


oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung),
dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi.
 Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1) membrane mukosa sianosis
2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) pernapasan normal (eupnea)
2) pernapasan cepat (tacypnea)
3) pernapasan lambat (bradypnea)
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Diagnostik  Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengetahui


Adanya Gangguan Oksigenasi Yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses
abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda
asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
10. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena
paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan
O2 dalam paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta
tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran
nafas
c,. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini
dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi,
imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
10.   PENATALAKSANAAN

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
A.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan sesak saat bernafas
b) Pasien mengatakan batuk tertahan
c) Pasien mengatakan tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien mengatakan merasa ada suara nafas tambahan

2) Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
b. Pola nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas

2) Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
c. Gangguan pernafasan gas
1) Data Subjektif
a) Pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala
b) Pasien mengatakan susah tidur
c) Pasien mengatakan lelah
d) Pasien mengatakan gelisah

2) Data Objektif
a) Pasien tampak pucat
b) Pasien tampak gelisah
c) Perubahan pada nadi
d) Pasien tampak lelah
2. DIAGNOSA

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:


1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau
influenza.
2) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
3) Sumbatan jalan nafas karena benda asing

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:


1) Lemahnya otot pernafasan
2) Penurunan ekspansi paru

c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:


1) Perubahan suplai oksigen
2) Adanya penumpukan cairan dalam paru
3) Edema paru
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa yang diangkat:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas s/d peningkatan sputum ditandai
dengan batuk produktif
b. Ketidakefektifan pola nafas s/d posisi tubuh ditandai dengan
bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas s/d berkurangnya keefektifan permukaan
paru
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
DX

1. Setelah dilakukan tindakan selama … x 1. Auskultasi dada 1. Pernafasan rochi,


24 jam diharapkan bersihan jalan napas untuk karakter bunyi wheezing
efektif sesuai dengan kriteria: nafas dan adanya menunjukkan
1. Menunjukkan jalan nafas bersih secret. tertahannya secret
2. Suara nafas normal tanpa suara 2. Berikan air minum obstruksi jalan nafas
tambahan hangat 2. Membantu
3. Tidak ada penggunaan otot bantu 3. Beri posisi yang mengencerkan
nafas nyaman seperti secret
4. Mampu melakukan perbaikan posisi semi fowler 3. Memudahkan
bersihan jalan nafas 4. Sarankan keluarga pasien untuk
agar tidak bernafas
memakaikan 4. Pakaian yang ketat
pakaian ketat menyulitkan pasien
kepada pasien untuk bernafas
5. Kolaborasi 5. Kelembapan
penggunaan mempermudah
nebulizer pengeluaran dan
mencegah
pembentukan
mucus tebal pada
bronkus dan
membantu
pernafasan
NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui frekuensi
selama….X24 jam diharapkan pernafasan pasien. pernafasan pasien
pola napas efektif dengan 2. Tinggikan kepala 2. Duduk tinggi
kriteria : dan bantu memungkinkan
1. Menunjukkkan pola nafas mengubah posisi. ekpansi paru dan
efektif dengan frekuensi 3. Ajarkan teknik memudahkan
nafas 16-20 kali/menit dan bernafas dan pernafasan
irama teratur relaksasi yang 3. dapat memberikan
2. Mampu menunjukkan benar pengetahuan pada
perilaku peningkatan fungsi 4. Kolaborasikan pasien tentang teknik
paru dalam pemberian bernafas
obat 4. Pengobatan
mempercepat
penyembuhan dan
memperbaiki pola
nafas
NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
DX KRITERIA HASIL
3. Setelah dilakukan 1. Auskultasi dada untuk 1. Weezing atau
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas mengiindikasi
selama ….X 24 jam dan adanya secret. akumulasisekret/ketidakma
diharapkan pertukaran 2. Beri posisi yang mpuan membersihkan jalan
gas dapat nyaman seperti posisi napas  sehingga otot
dipertahankan dengan semi fowler aksesori digunakan dan
kriteria : 3. Anjurkan untuk kerja pernapasan
1. Menunjukkan bedrest, batasi dan meningkat.
perbaikan ventilasi bantu aktivitas sesuai 2. Memudahkan pasien untuk
dan oksigenasi kebutuhan bernafas
jaringan 4. Ajarkan teknik 3. Mengurangi konsumsi
2. Tidak ada sianosis bernafas dan  oksigen pada periode
relaksasi yang benar. respirasi.
5. Kolaborasikan terapi 4. HE dapat memberikan
oksigen pengetahuan pada pasien
tentang teknik bernafas
5. Memaksimalkan sediaan
oksigen khususnya ventilasi
menurun
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Impementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana


tindakan keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan atas keputusan bersama.
5. EVALUASI KEPERAWATAN

a. Dx 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam


1) Menunjukkan jalan nafas paten
2) Tidak ada suara nafas tambahan
3) Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas

b. Dx 2:
1) Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman nafas
yang normal
2) Tidak ada sianosis

c. Dx 3:
1) Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2) Tidak ada gejala distres pernafasan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai