Anda di halaman 1dari 14

A.

gfcKonsep Kebutuhan Dasar Aman Nyaman Nyeri

1. Pengertian

Kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia yang bersifat individual dan holistik. Aspek kenyamanan terdiri dari

kenyamanan fisik berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh

individu itu sendiri, kenyamanan psikospiritual berkenaan dengan kesadaran

internal diri yang meliputi konsep diri, harga diri, makna kehidupan,

seksualitas hingga hubungan yang sangat dekat dan lebih tinggi, dan terakhir

adalah kenyamanan lingkungan berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan

pengaruh dari luar kepada manusia seperti temperatur, warna, suhu,

pencahayaan, suara (Kolcaba,2003).

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangaat

individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi

seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan

orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan

oleh klien. Seorang perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri klien

(Audrey berman, 2009).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal

skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Mc Coffery

(1979) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi


seseorang yang keadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah

mengalaminya.Dalam pedoman praktik klinis untuk penatalaksanaan nyeri

akut, AHRQ (Agency for Healthcare Reseach and Quality) menyatakana

bahwa “keluhan klien adalah satu-satunya indikator terbaik tentang nyeri’’.

Defenisi nyeri dalam kamus mencakup “perasaan distres, penderitaan,

atau kesakitan,yang disebabkan oleh stimulusi ujung saraf tertentu.

2. Jenis Nyeri

Internasional Association for the study of Pain (IASP) telah

mengidentifikasikan beberapa kategori nyeri. Di antara kategori ini adalah

nyeri akut, nyeri alih, myeri kanker, dan nyeri kronis.

a. Nyeri akut biasanya merupakan sensasi yang terjadi secara mendadak,

paling sering terjadi sebagai respons terhadap beberapa jenis trauma.

Penyebab umum nyeri akut adalah trauma akibat kecelakaan,infeksi, dan

pembedahan. Nyeri akut terjadi Dalam periode waktu yang singkat,

biaasanya 6 bulan atau kurang, daan biasanya bersifat intermiten

(sesekali), tidak konstan. Nyeri akut berasal dari cara normal sistem saraf

memproses trauma pada kulit, otot, dan organ viseral.

b. Nyeri alih adalah nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi

dipersepsikan di bagian tubuh lain. Nyeri alih paling sering berasal dari

dalam visera (organ internal) dan dapat dipersepsikan di kulit, meskipun

dapat juga dipersepsikan dalam area internal lain.


c. Nyeri kanker adalah hasil dari beberapa jenis keganasan. Sering kali,

nyeri kanker sangat hebat dan dapat dianggap intractable (tidak dapat

diatasi) dan kronis. Keperawatan hospice sering kali dilibatkan dalam

penatalaksanaan nyeri kanker. Nyeri kanker (juga disebut nyeri

neuropatik) didefenisikan sebagai ketidaknyamanan yang berlangsung

dalam waktu lama (6 bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup

klien.

d. Nyeri kronis didefenisikan sebagai ketidaknyamanan yang berlangsung

dalam periode waktu lama (6 bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur

hidup klien. Sering kali, nyeri kronis mengganggu fungsi normal

seseorang. Penyebab nyeri kronis sering kali tidak diketahui. Nyeri kronis

sebenarnya dapat terjadi akibat kesalahan sisteem saraf dalam memproses

input (asupan) sensori. Nyeri kronis sering kali terjadi berlangsung lebih

lama dari perkiraan periode pemulihan normal untuk nyeri akut.

3. Faktor yang Memengaruhi Nyeri

a. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak,

dan lain-lain. Keadan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia,

jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada

korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini oleh faktor yang

dapat memicu stimulasi nociceptor.

c. Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas yang dapat

memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,

hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang

kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara

lain kelelehan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,

sakit, dan lain-lain.

d. Reaksi terhadap Nyeri

e. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap

nyeri, seperti ketakutan, cemas, gelisah, menangis, dan menjerit. Semua

ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu,

nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas,

usia, dan lain-lain.

4. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakaan ujung-ujung

saraf bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, dan persendian,

dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapaat memberikan

respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat

berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-

macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat

kekurangan oksigenasi. Stimulasi lain dapat berupa termal, listrik, atau

mekanis.

Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan

berupa impuls-impuls ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang

bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C).

Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat

inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke

spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.

Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling

bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk substansia gelatinosa yang

merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi

sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal

asendens yang paling utama , yaitu jalur spinothalamic thrac (STT) atau jalur

spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi

tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transimisi terdapat dua jalur

mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan nonopiate. Jalur opiate

ditandai oleh pertemuan resptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk

dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor

impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif.

Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan

oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak

memberikan respons secara naloxone yang kurang banyak diketahui

mekanismenya (Barbara C. Long, 1989).

5. Cara Mengukur Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh

dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri

dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Menurut smeltzer, S.C bare B.G

(2002) adalah sebagai berikut

Skala intensitas nyeri deskritif


Skala identitas nyeri numerik

Skala analog visual

Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 :Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 :Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi

10 :Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul, nyeri sudah tidak bisa dikontrol

Faces pain scale – wong

Digunakan apabila klien tidak mampu mneyatakan nyerinya melalui skala

angka. Termasuk anakanak yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal dan lansia

yang mengalami gangguan kognisi dan komunikasi


B. Konsep Keperawatan Teori

1. Pengkajian Riwayat nyeri:

a. Lokasi. Meminta klien untuk menunjukkan area nyeri

b. Intensitas nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri, yang sering

dilakuakan adala rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menunjukkan tidak

nyeri, sedangkan 10 merupakan nyeri terhebat.

c. Kualitas nyeri.

d. Pola ,meliputi awitan, durasi, kekambuhan atau interval nyeri (kapan

nyeri dimulai, berapa lama berlangsung, apakah nyeri berulang, kapn

nyeri terkahir muncul).

e. Faktor presipitasi. Aktifitas fisik berat dapat menimbulkan munculnya

nyeri, stressor fisik dan emosional juga memunclkan nyeri.

f. Gejala yang menyertai. Mual, muntah, pusing, diare

g. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Sejauh mana nyeri dapat

mempengaruhi aktivitas klien, kaji tidur, nafsu makan, konsentrasi,

pkerjaan, hubungan interpersonal, aktivitas di rumah, status emosional

h. Sumber koping. Tiap individu memiliki strategi koping yang berbeda

dalam menghadapi nyeri

i. Respon afektif. Kaji perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau

perasaan gagal ada diri klien

j. Ekspresi klien terhadap nyeri

Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi


ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal

dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan.

Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan

perhatian khusus ketika pengkajian.

k. Klasifikasi pengalaman nyeri

Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik.

Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang

karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat

menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau

terbatas.

l. Karakteristik nyeri

m. Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya

riwayat nyeri, keluhan nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan waktu

serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:

P: provoking/pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri

Q: quality dari nyeri, seperti apakah rasa tajam,

tumpul, atau tersayat R: region, yaitu daerah

perjalanan nyeri

S: severity adalah keparahan atau intensitas nyeri

T: time adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Nyeri akut b.d agen biologis


b. Cemas b.d nyeri yang dirasakan

3. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Nyeri akut b.d

agen biologis

NOC:

1) Kontrol nyeri: tindakan personal untuk mengontrol nyeri, dengan

kriteria hasil:

- Pasienmenge nali faktor penyebab

- Mengenali onset nyeri

- Pasien dapat melakukan tindakan

pencegahan nyeri

2) Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang diobsevasi atau dilaporkan,

dengan kriteria hasil:

- melaporkan nyeri

- lama episode nyeri

- ekspresi wajah saat nyeri

- agitasi

NIC: Manajemen nyeri: mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan

yang dapat diterima pasien

- Bina Hubungan Saling Percaya

- Monitor TTV

- Mengukur skala nyeri


- Kompres air hangat

- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus

nyeri.

- Mengobservasi ketidaknyamanan secara nonverbal

- Kolaborasikan pemakaian analgesic/obat farmakologi untuk

mengurangi nyeri dengan dokter

- Pastikan bahwa pasien menerima analgesic yang tepat

- Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengkaji pengalaman dan

respon nyeri

- Mengkaji dampak nyeri terhadap kualitas hidup

- Mendukung istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri

- Mendukung pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyerinya, jika

diperlukan

b. Cemas b.d nyeri yang dirasakan

NOC: Anxiety control: tindakan personal untuk menghilangkan atau

mengurangi perasaan ketakutan atau kegelisahan terhadap sumber yang

tidak teridentifikasi.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien diharapkan:

- Mencari informasi untuk mengurangi rasa cemas

- Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas

- Dapat tidur secara adekuat


NIC: Anxiety Reduction: meminimalkan kecemasan, ketakutan, firasat,

atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber yang tidak

teridentifikasi dari bahaya yang diantisipasi

- Menjelaskan semua prosedur pada pasien

- Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan,

prognosis

- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.


DAFTAR PUSTAKA

Barbara C.Long. 1989. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan), alih bahasa Karnean et al, Yayasan IAPK, Bandung.

Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart

(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC

Berman, Audrey., Shirlee Synder., Koizier, Barbara, Erb, Glenora. 2009. Buku Ajar

Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta: EGC.

Internasional Association for the study of Pain. 2017. Pain. https://www.iasp-

pain.org/Taxonomy

Kolcaba, K. (2003). Comfort Theory and Practice: A Vision For Holisticc Health

Care and Research. New York: Spinger Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai