Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.

E
DENGAN DYSPNEA DI ICU RSUD dr.LOEKMONO HADI KUDUS

OLEH:

IDA TAWARINI

DINI SEPTIANI

NIM. 2001009

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2023
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit
dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah
“Shortness Of Breath”.
(Ikawati,2011)
Dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan
upaya untuk mendapatkan udara pernapasan. Karena dispnea sifatnya subjektif
sehingga dispnea tidak dapat diukur.
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan
pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau
alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis,
asma), kecemasan.
(Huda Amin, 2016)

B. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi
ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan
gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas
atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan gagal nafas.
(Mubarak, 2014)

C. KLASIFIKASI
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan
pita suara.
(Huda Amin, 2016)
D. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi saluran napas

2. Fisiologis
a. Organ-organ pernapasan
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara.
2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat □etabolism yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan.
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara
terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi
untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi bronkus kiri
dan kanan disebut karina.
5) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel- sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya  90 meter
persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.

b. Fisiologis pernapasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun
guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke
seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari
pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,
menghangatkan dan melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan
terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara luar
agar bersentuhan dengan □etaboli kapiler alveoli. Terdapat beberapa
mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru
sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan
udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi
□etaboli alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan
pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel
tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernapasan internal.

Proses pernapasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali
bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur
oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung
(medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat
rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi
pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses
pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke
dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah
ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-
paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru- paru (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi
darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah.
Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk
mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah
proses □etabolism sel akan dikeluarkan oleh paru-paru.
(Huda Amin, 2016)
E. PATHWAYS

(Mubarak, 2014)

F. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana
masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas
kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis
kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien
mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara
bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada
gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi
sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan
pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien
dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis,
hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan.
Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif
dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen
menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan
efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut.
(Mubarak, 2014)

G. MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk dan produksi skutum
Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
2. Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada berat
diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai □las an
lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang bera
dibagian dada. Rata – rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada
seseorang yang memegang jantungnya.
3. Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul
ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda
seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar sat
ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya muncul
ketika saluran napas menyempit atau adanya hambatan pada saluran napas
yang besar atau pada seseorag yang mengalami gangguan pita suara.
4. Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan
(Kozier, 2011)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
(Kozier, 2011)

I. KOMPLIKASI
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit
paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh
beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai
pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena kehamilan. Dalam bentuk
kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit
seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.
(Kozier, 2011)

J. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


TERAPI DAN PENGOBATAN
- Oksigenasi
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2. Terapi Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
b. Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
c. Long relief medicine
d. Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas,
mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka
waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi
(Mubarak, 2014)

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Airway
- Peningkatan sekresi pernapasan
- Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
- Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
- Menggunakan otot aksesori pernapasan
- Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
- Papiledema
- Penurunan haluaran urine
Pemeriksaan fisik :
1. System pernafasaan
 Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
 Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan
tertinggal
 Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
 Auskultasi ; suara abnormal (wheezing dan ronchi)
2. System Kardiovaskuler
 Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma
 Palpasi ; bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
 Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung
paradok
3. System neurologis
 Inpeksi ; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
 Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
 Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale

Pemeriksaan sekunder :
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus, gagal nafas
Tanda :
a. Tekanan darah
- Dapat normal / naik / turun
- Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b. Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
d. Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e. Friksi : dicurigai Perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
g. Edema
Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum, krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
h. Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun
4. Integritas ego
Gejala :
Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan,
kerja, keluarga

Tanda :
Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
5. Makanan atau cairan
Gejala :
Mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda :
Penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
6. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala :
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat) Tanda :
Perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,
abdomen, punggung, leher
Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
Intensitas :
Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami

Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus, hipertensi, lansia
9. Pernafasan
Gejala :
- Dispnea tanpa atau dengan kerja
- Dispnea nocturnal
- Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Nafas sesak / kuat
- Pucat, sianosis
- Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di
RS
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut)
- Menarik diri
(Kozier, 2011)

B. DIAGNOSTIK
1. Foto thorak
2. EKG
(Huda Amin, 2016)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
napas membaik
Kriteria Hasil :
a. Frekuensi napas dari cukup memburuk (2) menjadi cukup membaik (4)
b. Kedalaman napas dari cukup memburuk (2) menjadi cukup membaik (4)
Intervensi manajemen jalan napas
Obervasi
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas tambahan
Terapeutik
a. Posisikan semi fowler
b. Berikan oksigen
Edukasi
a. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas meningkat
Kriteria Hasil :
a. Batuk efektif dari menurun (1) menjadi sedang (3)
b. Produksi sputum dari meningkat (1) menjadi sedang (3)
c. Wheezing dari meningkat (1) menjadi sedang (3)
Intervensi latihan batuk efektif
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
Terapeutik
a. Atur posisi semi fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedure batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
c. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pertukaran gas meningkat
Kriteria Hasil :
a. Dispnea dari meningkat (1) menjadi sedang (3)
b. Bunyi napas tambahan dari meningkat (1) menjadi sedang (3)

Intervensi terapi oksigen


Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
c. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi
a. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri dari cukup meningkat (2) menjadi cukup menurun (4)
b. Meringis dari meningkat (1) menjadi sedang (3)
Intervensi manajemen nyeri
Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
a. Berikan teknik nonframakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
a. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017)

DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction.

Kozier, B. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 7.
Jakarta: EGC.

Mubarak. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:
EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi 4.


Jakarta: Salemba Medika.

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
TIM POKJA SIKI DPP PPNI. (2017). Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

TIM POKJA SLKI DPP PPNI. (2017). Standar


Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. N DENGAN


DYSPNEA DI RUANG GAMMA RS PANTI WILASA DR.
CIPTO SEMARANG
Disusun Oleh :
Hayu Parashati
520045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO
SEMARANG 2021

Anda mungkin juga menyukai