Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DENGAN


ASMA BRONCHIAL

Dosen Pembimbing :
Ns, Ahmad Redo, M.Kep

Disusun Oleh :
Daman Suprianto, S.Kep
210403416

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH PEKANBARU
TAHUN 2022
2

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONCHIAL

A. Tinjauan Teoritis
1) Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas
dikarakteristikkan dengan hipersensitivitas, produksi mucus dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial
yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dipsnea (Suddarth, 2017). Asma
Bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan
saluran napas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilan dengan
sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernapasan diantara dua
interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial
adalah penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena adanya penyempitan
saluran napas yang mengakibatkan sesak dimana fase inspirasi lebih pendek
daripada fase ekspirasi dan diikuti dengan bunyi mengi (wheezing).
1.2. Anatomi Fisiologi

2.1 Gambar Anatomi Fisiologi Sistem Penapasan


1.2.1. Hidung
Hidung merupakan organ pertama dalam sistem respirasi
yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal.
Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa
tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit.
3

Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga


fungsi : (1) menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara
yang masuk. (2) mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau),
dan (3) memodifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi
yang besar dab bergema.
Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang paling besar pada anterior tengkorak (inferior
pada tulang hidung, superior pada rongga mulut) rongga hidung
dibatasi oleh otot dan mukosa.
1.2.2. Faring
Faring atau tenggorokan adalah saluran berbentuk corong
dengan panjang 13 cm. dinding faring disusun oleh otot rangka
dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka yang
terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila
otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.
Faring berfungsi
sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara dan tempat bagi
tongsil yang berperan pada reaksi imun terhadap benda asing
(Derrickson, 2014).
1.2.3. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian
tunggal dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian berpasangan adalah
kartilago arytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid
adalah bagian paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa. 3 bagian lain
yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis dan
cricoid. Tiroid dan cricoid berfungsi untuk melindungi pita
suara. Epiglotis melindungi saluran udara yan mengalihkan
makanan dan minuman agar melewati esophagus.
1.2.4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan saluran tubuler yang
dilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi
oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat lain
4

selain udara yang masuk dan akan didorong keatas melewati


esophagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak.
1.2.5. Bronkus

2.2 Gambar Bronkus


setelah laring, trakea terbagi menjadi 2 cabang utama, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri, dimana cabang ini memasuki
paru kiri dan kanan pula. Di dalam masing-masing paru, bronus
terus bercabang dan semakin menyempit, pendek, dan semakin
banyak pula cabangnya. Cabang terkecil disebut dengan
bronchiole (Nair, 2011)

1.2.6. Paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut
dengan lobus. Terdapat 3 lobus pada paru-paru kanan dan 2
lobus pada paru-paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat
ruang yang disebut cardiac notch atau tempat jantung. Masing-
masing paru memiliki dua membrane pelindung tipis yang
disebut paretal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi
dinding thoraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri.
5

2.3 Gambar Paru Paru


Cabang-cabang bronkus terbagi hingga bagian terkecil yaitu
bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah bronchiole
terminal, dibagian akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan
alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran
gas.

2.4 Gambar Alveoli


Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namum tetap
berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal.
Respirasi seluler mengacu pada proses metabolisme intraseluler
yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran gas dan
karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh
(Sherwood, 2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi, yaitu :
(1) Ventilasi pulmonar bagaimana udara masuk dan keluar dari
paru-paru, (2) Respirasi eksternal dimana oksigen berdifusi dari
paru-paru ke sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi dari
darah ke paru-paru, (3) Transpor gas oksigen dan karbondioksida
dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya, dan (4)
Respirasi internal oksigen dikirim ke sel tubuh dan
karbondioksida diambil dari sel tubuh (Nair, 2011).
1.3. Etiologi
Menurut (Putri, 2014) etiologi asma di bagi atas :
1.3.1. Asma ekstrinsik/alergi
6

Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui


masanya sudah terdapat semenjak anak-anak, seperti alergi
terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
1.3.2. Asma Intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,
tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti flu, latihan fisik
atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobonchial.
1.3.2. Asma campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik
1.4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktorfaktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
7

eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah


tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest (Nurarif, 2015)
1.5. Penatalaksanaan Medik
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik :
a) Menghindari faktor pencetus
b) Pemberian cairan
c) Fisioterapi
d) Beri O2 bila perlu.
2) Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
a) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
8

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam


bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa
semprotan : MDI (Metered dose inhaler).
Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-
partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b) Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila
kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya
diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat
minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
1) Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian Primer
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi yang
diakibatkan oleh penyakit yang mengancam kehidupan. Tujuan primary
survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera
9

masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada


primry survey antara lain (Fulde, 2013) :
2.1.1. Airway
Kaji kepatenan jalan napas, observasi adanya lidah jatuh,
adanya benda asing pada jalan napas (bekas muntahan, darah, dan
secret yang tertahan), adanya edema pada mulut, faring, laring,
disfagia, suara stridor, gurgling, atau wheezing yang mendadak
adanya masalah jalan napas.
2.1.2. Breathing
Kaji keefektifan pola napas, respiratory rate, abnormalitas
pernapasan, pola napas bunyi napas tambahan, penggunaan otot
bantu napas, pernapasan cuping hidung dan saturasi oksigen.
2.1.3. Circulation
Kaji Heart Rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill
time, akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembabab kulit, dan
perdarahan eksternal jika ada.
2.1.4. Disability
Kaji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale),
respon nyeri, respon verbal dan reaksi pupil.
2.1.5. Exposure
Pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan
lainnya, serta kondisi lingkungan yang ada disekitar pasien.

2.2 Pengkajian Sekunder


Pengkajian sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe dari depan hingga belakang. Pengkajian
sekunder hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai membaik,
dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok mulai
membaik. Halhal yang perlu dikaji pada pasien asma antara lain :
1.2.1. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik
antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
10

berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak
yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa
adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan
yang paling umum ialah : Napas berbunyi, sesak, batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau
dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE yang disa
didapatkan dai pasien dan keluarga (ENA, 2012).
S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)
A : Alergi (alergi makanan, obat-obatan, cuaca)
M : Medicine (obat-obatan yang dikonsumsi)
P : Past Medical History (riwayat penyakit pasien)
L : Last Oral Intake (makanan yang dikonsumsi terakhir
sebelum ke rumah sakit)
E : Event prior to the illnessor injury (kejadian sebelum
sakit)
1.2.2. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) Kepala
Lakukan inspeksi dan palpasi secara keseluruhan
apakah trdapat laserasi, kontusio, ruam, nyeri tekan
serta adanya nyeri kepala.
b) Wajah
Inspeksi adanya kesimetrisan kiri dan kanan, dan pucat
c) Mata
Inspeksi ukuran pupil apakah isokor atau anisokor serta
bagaimana refleks terhadap cahaya, apakah konjungtiva
anemis, adanya kemerahan, nyeri serta adanya perdarahan
subconjungtival.
d) Hidung
11

Inspeksi apakah ada penggunaan pernapasan cuping


hidung, penumpukan mucus dan palpasi apakah terdapat
nyeri tekan atau tidak.
e) Telinga
Periksa adanya nyeri tekan, menurunnya atau hilangnya
fungsi pendengaran.
f) Mulut dan faring
Inspeksi mukosa bibir, warna, kelembaban, posisi lidah,
dan apakah ada nyeri tekan.
g) Leher
Kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan menelan),
deviasi trakea, dan palpasi adanya nyeri.
h) Thoraks
Inspeksi dinding dada, apakah simetris atau tidak, kaji
frekuensi dan kedalaman pernapasan, apakah
menggunakan otot bantu pernapasan dan kelainan
bentuk dada. Palpasi taktil fremitus dan ekspansi dada,
selain itu periksa adanya abnormalitas seperti massa
atau krepitus tulang dada. Perkusi untuk mengetahui
hipersonor dan keredupan. Auskultasi dilakukan pada
seluruh lapang paru, baik secara anterior maupun
posterior pada pasien dengan asma bronchial biasanya
didapatkan bunyi napas (ronchi, mengi, wheezing)
dibagian dinding dada sisi apeks paru.
i) Abdomen
Kaji apakah ada distensi abdomen,auskultasi bising
usus, perkusi abdomen untuk mendapatkan nyeri tekan
lepas. Palpasi untuk mengetahui apakah ada kekauan
dan nyeri tekan pada abdomen.
j) Ekstremitas
Kaji apakah ada edema pada ekstremitas, apakah ada
nyeri tekan
k) Neurologis
12

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran,


ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motoric dan
sensorik

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium (sputum)
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell
(sel cetakan) dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum,
umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang
tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b) Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT
dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di
atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
c) Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi
bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut :
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercakbercak di
hilus akan bertambah.
13

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka


gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat
gambaran infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis
lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks,
dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk
gambaran radiolusen pada paru-paru (Nurarif, 2015)
2.3 . Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang dapat
muncul pada pasien dengan Asma Bronchial dalam buku SDKI
adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang tertahan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas (kelemahan otot bantu napas).
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membrane alveolus-kapiler
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah.
e. Risiko cedera yang ditandai dengan faktor risiko internal
hipoksia jaringan (PPNI T. P., 2016).
14

2.4 Intervensi Keperawatan


Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (SLKI) Keperawatan
(SDKI) (SIKI)
Bersihan Jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan
Nafas tidak Efektif Setelah dilakukan Napas
Definisi : tindakan keperawatan Tindakan
Ketidakmampuan selama 1x6 jam Observasi :
untuk membersihkan diharapkan pasien mampu 1. Monitor pola napas
sekresi atau membersihkan secret atau (frek, kedalaman,
obstruksi dari obstruksi jalan napas dan usaha napas)
saluran pernafasan untuk mempertahankan 2. Monitor bunyi
untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. napas tambahan
kebersihan jalan Dengan kriteria hasil : (gurgling, mengi,
nafas. - Batuk efektif wheezing, ronkhi
Penyebab : meningkat kering)
Fisiologis - Produksi sputum 3. Monitor jumlah
- Spasme jalan menurun sputum
napas - Mengi menurun Terapeutik :
- Hipersekresi jalan - Wheezing menurun 4. Pertahankan
napas - Dispnea menurun kepatenan jalan
- Disfungsi - Ortopnea menurun napas dengan head
neuromuskuler - Sianosis menurun tilt dan chin lift
- Gelisah menurun (jaw thrust jika
15

- Benda asing - Frekuensi napas dicurigai


dalam jalan - membaik Pola napas traima servikal)
napas membaik 5. Posisikan semi
- Sekresi yang fowler atau fowler
tertahan 6. Berikan minum
- Hiperplasia hangat
dinding jalan 7. Lakukan fisioterapi
napas dada, jika perlu
- Proses infeksi 8. Lakukan
- Respon alergi penghisapan lendir
- Efek agen kurang dari 15 detik
farmakologis 9. Berikan oksigen,
(anastesi) jika perlu Edukasi :
Situasional 10. Ajarkan teknik
- Merokok aktif batuk efektif
- Merokok pasif Kolaborasi :
- Terpajan polutan 11. Kolabaorasi
Gejala dan Tanda pemberian
Mayor bronkodilator,
Subjektif ekspektoran,
Tidak tersedia mukolitik,
Objektif jika perlu
- Batuk tidak
efektif
- Tidak mampu
batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing,
ronkhi kering
16

Gejala dan Tanda


Minor
Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas
berubah
- Pola napas
berubah
Pola Nafas tidak Pola Napas Pemberian Obat
efektif Setelah dilakukan Inhalasi
Definisi : Inspirasi tindakan keperawatan Tindakan
atau ekspirasi yang selama 1x6 jam Observasi :
tidak memberkan diharapkan 1. Identifikasi
ventilasi yang ekspirasi/inspirasi dapat kemungkinan
adekuat memberikan ventilasi alergi, interaksi dan
Penyebab yang adekuat. kontraindikasi obat
- Depresi pusat Dengan Kriteria Hasil : 2. Verifikasi order
pernapasan - Ventilasi semenit obat sesuai indikasi
- Hambatan upaya meningkat 3. Periksa tanggal
napas (mis. Nyeri - Tekanan ekspirasi kadaluwarsa obat
saat meningkat
bernapas, - Tekanan inspirasi
kelemahan otot meningkat
pernapasan) - Dyspnea menurun
17

- - Deformitas - Penggunaan otot 4. Monitor tanda


-- dinding dada bantu napas vital dan hasil
- - Deformitas tulang menurun laboratorium
dada Gangguan - Ortopnea menurun sebelum
- neuromuskular - Pernapasan pursed pemberian obat,
- Gangguan lip menurun jika perlu
- - neurologis (EEG - Pernapasan cuping 5. Monitor efek
positif, hidung menurun terapeutik obat
- - cedera - Frekuensi Terapeutik :
kepala, gangguan napas membaik 6. Lakukan prinsip
- kejang) - Kedalaman enam benar
Imaturitas napas membaik (pasien, obat,
neurologis - Ekskursi dada waktu, dosis, rute
Penurunan energi membaik dan
Obesitas dokumentasi)
Posisi tubuh yang 7. Kocok inhaler
menghambat selama 2-3 detik
ekspansi paru sebelum
Sindrom digunakan
hipoventilasi 8. Lepaskan penutup
Kerusakan inhaler dan
inervasi pegang terbalik
diafragma(saraf 9. Posisikan di dalam
C5 keatas) mulut mengarah
Cedera medula ke
spinalis tenggorokan
Efek agen dengan bibir
farmakologis ditutup rapat.
Kecemasan Edukasi :
10. Anjurkan bernapas
lambat
18

Gejala dan Tanda dan dalam


Mayor selama penggunaan
Subjektif nebulizer
Dispsnea 11. Anjurkan
Objektif menahan napas
- Penggunaan otot selama 10 detik
bantu napas 12. Anjurkan ekspirasi
- Fase lambat melalui
ekspirasi hidung atau bibir
memanjang mengkerut
- Pola napas 13. Ajarkan pasien dan
abnormal keluarga tentang
(takipnea, cara pemberian
bradipnea, obat
hiperventilasi, 14. Jelaskan jenis obat,
kussmaul, dan alasan pemberian,
cheyne-stokes) tindakan yang
Gejala dan Tanda diharapkan dan
Minor efek samping
Subjektif obat
Ortopnea
Objektif
- Pernapasan pursed
lip
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thorax
anterior posterio
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
19

- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan insprasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah

Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan


Pertukaran gas Setelah dilakukan Respirasi
Definisi : Kelebihan tindakan keperawatan Tindakan
atau kekurangan selama 1x6 jam Observasi :
dalam oksigenasi dan diharapkan oksigen atau 1. Monitor frekuensi,
atau eliminasi irama, kedalaman
pengeluaran karbondioksida pada dan upaya napas
karbondioksida di membrane alveolus 2. Monitor pola
dalam membran kapiler dalam batas napas (bradipnea,
kapiler alveoli normal takipnea,
Penyebab : Dengan Kriteria Hasil : hiperventilasi,
- Ketidakseimban - Tingkat kesadaran kusmaul
gan meingkat cheyneStokes, biot
ventilasiperfusi - Dyspnea menurun dan ataksik.
- Perubahan - Bunyi napas 3. Monitor
membrane tambahan menurun kemampuan batuk
alveolus-kapiler - Pusing menurun efektif
Gejala dan Tanda - Penglihatan kabur 4. Monitor adanya
Mayor menurun sputum
Subjektif - Diaforesis menurun 5. Monitor adanya
Dispnea - Gelisah menurun sumbatan jalan
Objektif napas
20

- PCO2 - Napas cuping 6. Palpasi


meningkat/men hidung menurun kesimetrisan
urun - PCO2 napas ekspansi paru
- PO2 menurun membaik kulit 7. Monitor saturasi
- Takikardia - PO2 membaik oksigen
- pH arteri - Takikardia 8. Monitor nilai AGD
meningkat/men membaik 9. Monitor hasil xray
urun - pH arteri thoraks
- Bunyi napas membaik Terapeutik :
tambahan - Sianosis 10. Atur interval
Gejala dan Tanda menurun pemantauan
Minor - Pola membaik respirasi sesuai
Subjektif - Warna kondisi pasien.
- Pusing membaik 11. Dokumentasikan
- Penglihatan Kabur hasil
Objektif pemantauan
- Sianosis Edukasi :
- Diaphoresis 12. Jelaskan tujuan dan
- Gelisah prosedur
- Napas cuping pemantauan
hidung 13. Informasikan hasil
- Pola napas pemantauan, jika
abnormal perlu.
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
- Pucat kebiruan
- Kesadaran
menurun

Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer Pemantauan Tanda


efektif Vital
21

Defisini : Setelah dilakukan tindkan Tindakan


Penurunan sirkulasi keperawatan selama 1x6 Observasi :
darah pada level jam 1. Monitor tekanan
kapiler yang dapat diharapkan keadekuatan darah
mengganggu aliran darah 2. Monitor nadi
metabolisme tubuh. pembuluh darah distal (frekuensi,
Penyebab : untuk kekuatan dan
- Hiperglikemia mempertahankan jaringan. irama).
- Penurunan Dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor pernapasan
konsentrasi Denyut nadi perifer (kedalaman dan
hemoglobin meningkat frekuensi).
- Peningkatan Warna kulit pucat 4. Monitor suhu
tekanan darah menurun tubuh.
- Keurangan volume Pengisian kapiler Terapeutik :
cairan membaik 5. Dokumentasikan
- Penuruna aliran Akral membaik hasil pemantauan.
arteri atau vena Turgor kulit Edukasi :
- Kurang terpapar membaik 6. Jelaskan tujuan dan
informasi tentang Tekanan darah sistolik prosedur
faktor pemberat membaik tindakan
- Kurang terpapar Tekanan darah diastolic 7. Informasikan hasil
informasi tentang membaik pemantauan,
proses penyakit jika perlu
- Kurang aktivitas
fisik
Gejala dan tanda
mayor :
Subjektif :
tidak tersedia
Objektif :
22

- Pengisian
kapiler >3 detik
- Nadi perifer tidak
teraba - Akral
dingin
- Warna kulit
pucat
- Turgor kulit
menurun
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif :
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas
(klaudikasi
intemitten)

Tabel. 1.1 Intervensi Keperawatan (Teori)


2.5. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan tindakan
yang harus dilakukan oleh seorang perawat sesuai dengan apa yang
direncanakan. Implementasi pada klien dengan Asma Bronchial
meliputi, manajemen jalan napas, pemberian obat inhalasi,
pemantauan respirasi, dan pemantauan tanda vital (Doenges, 2000).
2.6. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan
item-item atau perilaku yang diamati dan dipantau, untuk
menentukan pencapaian hasil dalam jangka waktu yang telah
ditentukan (Doenges, 2000)/ Evaluasi bertujuan untuk menilai hasil
akhir dari seluruh intervensi keperawatan yang telah dilakukan,
dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya, dituliskan dalam catatan perkembangan
yang berfungsi untuk mendokumentasian keadaan klien, baik
23

berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan berdasarkan masalah


yang ada.
Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang
dilakukan secara terus menerus, untuk menilai hasil tindakan yang
dilakukan, yang juga disebut tujuan jangka pendek. Dan dapat pula
bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan, yang disebut dengan
mengevaluasi pencapaian tujuan jangka panjang.
24

DAFTAR PUSTAKA

ENA. (2012). Emergency Nursing Care Competention. Emergency

Nursing Association.

Fulde, G. (2013). Emergency Medicine The Principles Of Pactice Sixth

Edition. Australia: ELSEVIER.

GINA. (2018). Global Initiative For Asthma.

Heneberger. (2011). Mortality by Cause for 8 region of the world : Global

Burden of Disease Vol 349 No.5. Journal Of The American Association .

Jauhar, T. B. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi

Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans

Info Media.

Nair, I. P. (2011). Fundamentals of Anatomy and Physiology For Nursing and Healthcare

Students. Jakarta: Wiley Blackwell.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis NANDA dan NIC NOC. Yogyakarta : MediaAction.

Oktaviani, K. (2021). Diaphragm Breathing Exercise Influence On Bronchial

Asthma Attacks In Bengkulu City. Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK) Volume 4

No 2 Desember Program Study Of Nursing Universitas Bengkulu, 394.

PPNI, S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI .


25

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: DPP PPNI.

Putri, A. S. (2014). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan

Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sari, S. W. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Asma Bronkhial Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi. Fakultas Ilmu Kesehatan, 1-3.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta:


Kedokteran EGC.

Suddarth, B. &. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses

Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.


PENYIMPANAN KDM
90

Anda mungkin juga menyukai