Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA PASIEN DENGAN ASMA

BRONCHIAL

OLEH

FILMANDA MONICA NAKBENA

MAHASISWA PROFESI NERS


STIKES MARANATHA KUPANG
2023
Konsep Asma Bronchial

1. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat penyempitan
saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya) yang
ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval asimtomatik
(Djojodibroto,2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang / inflamasi kronik pada paru, karena
adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible, peradangan pada
jalan nafas, danpeningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan hiper
responsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan oleh spasme / kontraksi otot
polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat(Resti Ida
Hastuti.2022).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma bronchial adalah
penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran nafas yang
mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi dan
diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).
2. AnatomidanFisiologiSistemRespirasi

Sistemrespirasiadalahsistemyangmemilikifungsiutamauntukmelakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigendan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untukmemastikan bahwa
tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untukmetabolismesel
danmelepaskankarbondioksida(Peateand Nair, 2017).
Sistemrespirasiterbagimenjadisistempernafasanatasdansistempernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring.Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru(Peateand Nair, 2017).

a)Hidung

Masuknyaudarabermuladarihidung.Hidungmerupakanorganpertamadalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagianinternal. Di
hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulangdan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksterna
lhidung memiliki tiga fungsi:

1. Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk

2. Mendeteksi stimulasiolfaktori (indra pembau)

3. Modifikasi getaran suara yang melalui bilikresonansi yang besar dan


bergema.

Rongga hidung sebagai bagian internaldigambarkan sebagai ruang yang besar


pada anterior tengkorak (inferior padatulang hidung; superior pada rongga mulut);
rongga hidung dibatasi denganototdan membranemukosa.
b) Faring

Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13
cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membranemukosa.
Ototrang kayang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila
otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.Fungsi faring adalah
sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk
suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap
bendaasing).
c) Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilagoarytenoid,cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini 
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatanvokal sebenarnya) untuk     
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,    
epiglotis, dan cricoid. Tiroiddan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udaradan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate andNair,2017).
d) Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang di lewati udara
dari laring menuju paru -paru. 

Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnarbersiliasehinggadapatmenjebakzatselainud
arayangmasuklaluakandidorongkeatasmelewatiesofagusuntukditelanataudikeluarka
nlewatdahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan yang
menstimulasibatuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and
Nair,2017).

e) Bronkus

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan
dankiri,yangmanacabang-cabanginimemasukiparukanandankiripula.Didalam
masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit,pendek, dan
semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan padapohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole.Pada pasien PPOK sekresi mukus
berlebih ke dalam cabang bronkus sehingamenyebabkanbronkitis kronis.
f) Paru

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tigalobus


di paru sebelah kanan dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru          
terdapat ruang yang bernama cardiacnotch yang merupakan tempat bagi jantung. 
Masing –masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut
parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan    
visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan
tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga
kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas.

Cabang –cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu


bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di
bagian akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara
kecil tempat dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding
alveoliterdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel
skuamosabiasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel
alveolartipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar
tipe I. Selalu veolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Selalu veolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili
yangmensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan
sehinggadapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan
pada cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan        
lipoprotein.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah
terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya
membentuk membran respiratori.  Respirasi mencakup dua proses yang berbeda
namun tetap berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi
seluler mengacup ada proses metabolis mintra seluler yang terjadi di mitokondria.
Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen
dan karbondioksi daantara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh. Terdapat tempat
proses utama dalam prosesres pirasi ini yaitu:

1.) Ventilasi pulmonar   :   bagaimana udara masuk dan keluar dari paru
2.) Respirasi eksternal    :   bagaimana oksigen berdifusi dari paru kesir kulasi darah
dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
3.) Transportgas   : bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru
ke jaringan tubuh atau sebaliknya
4.) Respirasiinternal  :  bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksid
a diambil dari sel tubuh (PeateandNair,2011)

3. Etiologi

Faktor penyebab asma bronchial adalah sebagai berikut (Resti Ida Hastuti.2022) :
1) Factor predisposisi (genetic/keturunan): dimana yang di turnkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara oenurunannya yang jelas.
2) Factor presipitasi
i. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit untuk
menimbulkan serangan asma.
ii. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory synchyhal virus
(RSV) dan virus para influenza.
iii. Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat
dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
iv. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
v. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh sehingga mudah
terjadi inflamasi pada bronkus yang akan menimbulkan asma bronkiale (Muttaqin,
2008).
4. Klasifikasi
Menurut Djojodibroto (2017), ada 2 penggolongan besar asma bronchial, yaitu :
i. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai riwayat pribadi
atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat disebut asma ekstrinsik (asma
alergik) yaitu asma yang mulai terjadi saat kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat,
mekanisme terjadinya berkaitan dengan sistem imun.
ii. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan diatesis atopik.
Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma idiosinkratik yaitu asma yang
terjadi saat dewasa, kadar IgE normal dan bersifat Non-imun.

5. Manifestasi klinik
Menurut Putri & Sumarno, 2013 manifestasi klinik untuk asma bronkial adalah
sesak nafas mendadak disertai inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase
ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan sesak
nafas yang kumat - kumatan.
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderitayang sedang bebas
serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita
bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma
yaitu :
1. Tingkat I:

Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan
testprovokasibronkial di laboratorium.
2. Tingkat II:

Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
3. Tingkat III :Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali. Tingkat IV:

Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.


Pemeriksaan fisik dan fungsi paru di dapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
4. Tingkat VI:

Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.

Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada
asma yang berat dapat timbul gejala seperti: Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampakletih, takikardi.

6. Pathofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat
pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus
dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat
anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor- faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalahakibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest
(Resti Ida Hastuti.2022).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) (Resti Ida Hastuti.2022)            
pemeriksaan diagnostik pada pasein asma bronchial yaitu :
i. Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil yang meningkat
menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat > 250/mm3.
ii. Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai dengan adanya
hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar.
iii. Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif yang
spesifik dalam tubuh.

8. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2008) (Resti Ida Hastuti.2022),penatalaksanaan pada pasien
asma bronchial yaitu :
i. Pengobatan Farmakologi
1) Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja
sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalah 10 menit.
2) Metilxantin:aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis
tidak memberikan hasil yang memuaskan.
3) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan
respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka
yang lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
5) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan dengan cara
Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu Pulmicord
( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin ( beclomethasone 50, 100,
200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon larutan (Resti Ida Hastuti.2022).
ii. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) (Resti
Ida Hastuti.2022),dapat dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk
efektif
a. Batuk Effektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan secret secara maksimal. Tujuan membantu membersihkan jalan
nafas.
Indikasi:Produksi sputum yang berlebihan, pasien dengan batuk yang tidak
efektif
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi paru.
Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.

9. Komplikasi
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak berespon
terhadap terapi rutin. status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas dengan
hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea, ventilasi mekanis, dan
terapi obat agresif dapat diperlukan untuk mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas
akut, komplikasi lain terkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi pernafasan,
atelektasis, pneumotoraks, dan kor pulmonale (Priscilla, Karen, Gerene, 2016).
Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian
dari keluarga (Zakaria, 2017).Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2017, keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan.Duval dan Logan (Zakaria, 2017)mengatakan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental,
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarganya.Dari hasil analisa (Zakaria, 2017)
keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau
hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka
sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah
dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial
sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

2. Tipe Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
a. Keluarga Tradisional
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear family disertai
paman, tante, kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri
dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena
perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada
waktuwaktu tertentu.
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah atau
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di
rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat anak-
anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika
orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi anggota
dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
k. Keluarga Non-tradisional
a) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting
Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan
pernikahan.
e) Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan lainnya,
berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab.

3. Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga
menurut Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1) Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk
menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2) Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan
keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan
keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol
atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang
yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan
keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih,
misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:


a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu
dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat
atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
3) Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai
keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang
dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga
menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor lain.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Nadirawati (2018) sebagai berikut:
1) Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2) Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.
3) Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4) Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.

5. Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2019) :
1) Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami
anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah
keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi
masalah kesehatan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber
yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial,
fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Hal-hal yang
harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan
keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene
sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang
ada terjangkau oleh keluarga.

6. Tahapan Keluarga Sejahtera


Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah :
1) Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa
memenuhi salah satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
2) Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa
memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, seperti pendidikan, KB, interaksi dalam
keluarga, lingkungan sosial dan transportasi.Indikator keluarga tahap I yaitu
melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari,
pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah,
kesehatan (anak sakit, KB dibawa keperawatan pelayanan kesehatan).
3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Pada tahap II ini keluarga sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat
memenuhi seluruh kebutuhan psikososial, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh informasi. Indikator keluarga
tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan kegiatan
agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal satu tahun
terakhir, luas lantai rumah perorang 8 m2, kondisi anggota keluarga sehat dalam 3
bulan terakhir, keluarga usia 15 tahun keatas memiliki penghasilan tetap, anggota
keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca dan menulis, anak usia 7-15 tahun
bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS menggunakan Alkon.
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah memenuhi
keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi
belum bisa memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam bentuk
material dan keuangan dan belum berperan serta dalam lembaga kemasyarakatan.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga
menambahkan pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari,
ikut serta dalam kegiatan masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam bulan, dapat
memperoleh berita dari media cetak maupun media elektronik, anggota keluarga
mampu menggunakan sarana transportasi.

7. Teori Perkembangan Keluarga


Salah satu teori perkembangan keluarga adalah keluarga berkembang dari waktu-kewaktu
dengan pola secara umum dan dapat diprediksi (Zakaria, 2017). Paradigma siklus
kehidupan ialah menggunakan tingkat usia, tingkat sekolah dan anak paling tua sebagai
tonggak untuk interval siklus kehidupan (Zakaria, 2017)

Tahap Keluarga pemula (Keluarga baru menikah -


I hamil)
Tahap Keluarga mengasuh anak (anak tertua bayi -
II umur 30 bulan)
Tahap Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak
III tertua berusia 2 - 6 tahun)
Tahap Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua
IV berusia 6 – 13 tahun)
Tahap Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua
V berusia 13 – 20 tahun)
Tahap Keluarga melepas anak usia dewasa muda
VI (mencakup anak pertama sampai dengan anak
terakhir meninggalkan rumah)
Tahap Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,
VII pension)
Tahap Keluarga dalam masa pension dan lansia (hingga
VIII pasangan meninggal dunia)
Sumber:Zakaria, 2017

KonsepAsuhanKepererawatanPasien AsmaBronkhiale

Manajemen asma bronkhiale adalah bukan hanya untuk mendapatkan

perawatan medis tapi manajemen Asma Bronkhiale dilakukan dengan memperhatikan

bagaimana pola hidup dari penderita dalam menjaga kesehatanparu-parunya untuk

tidak terkena serangan Asma Bronkhiale. (Fiarni, Sipayung,&Monangka, 2017).

1) Pengkajiankeperawatan

a) Anamesis

Pengkajian mengenai nama,umur,dan jenis kelamin perlu dilakukan padaklien

dengan Asma Bronkhiale. Dalam buku (Somantri, 2009), Asma Bronkhialedapat

menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai pada usia dini. Separuhkasus timbul

sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.

Predisposisi laki-laki dan perempuan diusia dinimem berikan implikasi bahwa sangat

mungkin terdapat kasusatopik. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya

faktor non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien

berada. Berdasarkan alamatter sebut, dapat diketahui pula faktor yang mungkin

menjadi pencetus serangan Asma Bronkhiale, pekerjaan serta suku bangsa juga perlu
dikaji untuk mengetahui adanya pemaparan bahan allergen.

b) KeluhanUtama

Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan

adanya keluhan sulit untuk bernapas saat serangan Asma Bronkhiale kambuh
c) RiwayatPenyakit saatini

Klien dengan serangan Asma Bronkhiale datang mencari pertolongan terutama

dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan

gejala-gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu napas, kelelahan, gangguan

kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.

Serangan Asma Bronkhiale mendadak secara klinis dapat dibagi menjaditiga

stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering.Batuk ini

terjado karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadiumini terjadi

edema dan pembengkakan bronkus. Stadium kedua ditandai denganbatuk disertai

mokus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusaha untuk bernapas

dalam, ekspirasi memanjang di ikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk

dengan tangan di letakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah, dan warna

kulit mulai membiru. Stadium ketiga ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara

napas karena aliran udara kecil,tidak ada batuk , pernapasan menjadi dangkal dan tidak

teratur, irama pernafasan menjadi meningkat karena asfiksia.

Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa di minum klien dan memeriksa

kembali setiap jenis obat apakah masih releven untuk digunakan kembali.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi

saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.

Riwayat erengan Asma Bronkhial , frekuensi , waktu, dan alergen-alergen yang

dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala AsmaBronkhiale.

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan serangan Asma Bronkhiale perlu dikaji tentang penyakit

Asma Bronkhiale atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena

hipersensifitas pada penyakit Asma Bronkhiale ini lebih ditentukan oleh faktor genetik

dan lingkungan.

f) Pengkajian Psiko-sosio-kultural

Pengkajian psukologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan

perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas tentang status emosi, kognitif, dan

perilaku klien. Perawat mengumpulkan hasil pemeriksaan awal klien termasuk

kapasitas fisik dan intelektual saat ini, karena keduanya juga turut menentukan tingkat

perlunya pengkajian psiko-sosio-spritual yang saksama.

Pada klien Asma Bronkhiale, salah satu faktor pencetus serangan Asma

Bronkhiale adalah kondisi psikologis klien yang tidak stabil termasuk didalamnya

perasaancemas. Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekuensi kekambuhan

menjadi lebih sering dan keadaan klien menjadi lebih

buruk.Kondisiinimerupakansuaturantaiyangsulityansulitditentukan,manayangmenj

adipenyebab dan manayang merupakan akibat.

g) PemeriksaanFisik

Adanya batuk produktif atau non produktif,repirasi terdengar kasar dan

suara mengi (wheezing) pada kedua fase respirasise makin menonjol, dapat

disertai batuk dengan sputum kental yang sulit dikeluarkan, bernapas, dengan
menggunakan otot-otot napas tambahan, seosonosis, takikardi, gelisah dan

pulsusparadoksus, faseekspirasi memanjang disertai wheezing (diapeksdanhilus),

penurunan beratbadan sertaber makna.(somantri, 2018)

.
Konsep Epidance Based

a) Pengertian Keluarga

Konsep keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial

dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam

masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan

keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan

masyarakat(Harmoko.2012).

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian

darah, adopsi atau perkawinan.(WHO, dalam Harmoko 2012). Keluarga adalah dua atau

lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam

satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan

serta mempertahankan suatu budaya (Ali ,2010).

Keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga

dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie, dalam Harmoko

2018). Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan

sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal

dalam satu rumah.

b) Tipekeluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut

1) NuclearFamily

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu

ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di laurrumah.

2) ExtendedFamily

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3) ReconstitudNuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru.Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

4) Middle Age/AgingCouple

Suami sebagai pencari uang.Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/

perkawinan/meniti karier.

5) DyadicNuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/slah satu bekerja di rumah.

6) SingleParent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan

anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

7) DualCarier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.


8) CommuterMarried

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9) SingleAdult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

10) ThreeGeneration

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11) Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan

anak- anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

12) GroupMarriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan

yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

Unmarried paretandchild

Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya diadopsi.

13) Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

(Harmoko, hal 23;2012)

c) Jenis strukturkeluarga

Menurut Dion (2013) struktur keluarga sebagai berikut :


a. Berdasarkan jalur hubungandarah

1) Patrilineal

Yang dimaksud dengan struktur patrilinear adalah keluarga

sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,

di mana hubungan itu disusun berdasarkan garis keturunan

Ayah.

2) Matrilineal

Yang dimaksudkan dengan struktur matrilineal adalah keluarga

sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi di mana hubungan itu di susun melalui gars

keturunanIbu.

b. Berdasarkan keberadaan tempattinggal

1) Matrilokal

Merupakan pasangan suami istriyang mana setelah menikah dan

tinggal bersama keluarga sedarah istri.

2) Patrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

c. Berdasarkan pribadi pengambilankeputusan

Keputusan meruapakan peran yang harus dilakukan oleh suami

dan atau istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, namun

selamanya pengambilan keputusan dilaksanakan bersama-sama.

Berikut adalah pembagian struktur berdasarkan siapa yang mengambil


keputusan, adalah sebagai berikut :

1. Patriakal

Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

Pengambilan keputusan bagi keluarga menganut struktur

patriakal memang didasarkan pada peran ayah yang mengetuk

palipersetujuan.

2. Matriakal

Dominasi pengambilan keputusan ada pihak istri.Dalam struktur

matriakal, peran istri adalah sebagai pengambulan

keputusan.Namun seharusnya perlu melibatkansuami dalam

mempertimbangkan suami dalam mempertimbangkan

keputusantersebut.

d) Dimensi StrukturKeluarga

Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman

(1998) dalam buku Dion & Betan (2013) mengatakan ada 4 dimensi

strulktur keluargayaitu:

a. Pola dan ProsesKomunikasi

Adalah proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-kebutuhan

dan opini. Pola dan komunikasi ini akan menggambarkan bagaimana cara dan

komunikasi dalam keluarga diterapkan baik antar sesama orang tua dengan anak,

anak dengan anak dan anggota keluarga besar dengan keluarga inti.

Komunikasi sukses bila ide-ide pesan yang disampaikan dapat

dimengerti.Komunikasi keluarga berfungsi baik bila ada kehangatan, keterbukaan


dan jujur. Dapat meningkatkan kreatifitas anak sehingga menumbuhkan

kemandirian anakirnya tercipta tumbuh kembang anak yang sukses.Faktor yang

menghambat komunikasi di dalam keluarga adalah perbedaan pengalaman,

kebudayaan, sosial, pendidikan dan emosi.

Menurut Galvin dan Brommel (1986) dalam buku Dion & Betan (2013)

komunikasi keluarga sebagai proses simbolik, transaksional untuk menciptakan

dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga. Struktur komunikasi untuk

memudahkan pencapaian fungsinya yang umum.Komunikasi keluarga yang

adekuat memungkinkan keluarga untuk mensosialisaikan anak-anak dengan lebih

baik sebagai fungsi dasar keluarga.

b. StrukturPeran

Peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu. Peran keluarga menggambarkan

seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu.Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan

pola perilaku dari berbagai keluarga, kelompok dan masyarakat.

Struktur keluarga menggambarkan peran masing-masing anggota

keluarga dalam keluargannya sendiri (informal) dan perannya di

lingkungan masyarakat (formal).

c. strukturkekuatan

kekuatan adalah kemampuan seseorang iindividu untuk

mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkalaku seseorang.


Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lai untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukungkesehatan.

d. Struktur nilai-nilaikeluarga

Nilai adalah suatu ide, sifat dan kepercayaan yang secara sadar

maupun tidak sadar mengikuti seluruh anggota keluarga dalam

suatu budaya yang lazim.Kebudayaan keluarga merupakan suatu

sumber sistem nilai dan norma- norma utama dari sebuah

keluarga. Sebaliknya kelompok keluarga merupakan suatu sumber

utama sistem kepercayaan, nilai dan norma yang menentukan

pemahaman individu terhadap sifat dan makna dari dunia, tempat

mereka dalam kelompok keluarga dan bagaimana mencapai

tujuan-tujuan dan aspirasi- aspirasimereka.

Nilai-nilai berfungsi sebagai pedomaan umum bagi perilku dan

dalam keluarga, nilai-nilai terseb ut membimbing perkembangan

aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga, misalnya jika seseorang

menilai kesehatan dan

merasakannya dalam suatu keadaan yang menyenangkan, maka

jauh lebih mungkin ia ikut dalam upaya perawatan kesehatan dan

kebiasaan-kebiasaan yang sehat.

a. Tahap Dan PerkembanganKeluarga

Tahapan dan tugas perkembangan keluarga menurut Duvall &

Miller (1985) dalam Margaretha Teli (2015);


a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru(beginningfamily)

Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu

suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah

dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan

meninggalkan keluarga masing- masing, secara psikologi keluarga

tersebut membentuk keluarga baru.Suami istri yang membentuk

keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru

karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi

sehari-hari.

Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan

keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan

keluarga dan kelompok sosial pasangan masing- masing.Masing-

masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan

sendiri dan pasangannya.Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun

pagi, bekerja dan sebagainya.Hal ini yang perlu diputuskan adalah

kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah

anak yangdiharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini antara lain :

1. Membina hubungan intim dankepuasanbersama.

2. Menetapkantujuanbersama

3. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dankelompoksocial

4. Merencanakananak(KB)

5. Menyesuaikan diri dengankehamilan


6. Mempersiapkan diri untuk menjadiorangtua.

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearingfamily)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan

sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama

berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu

disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas

perkembangan yang penting.Kelahiran bayi pertama memberi

perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus

beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan

bayi.Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah

pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi.Suami merasa belum siap menjadi

ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara

lain:

1. Persiapan menjadiorangtua

2. Membagi peran dantanggungjawab

3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana

rumahYangmenyenangan

4. Mempersiapkan biaya atau danachildbearing

5. Memfasilitasi role learning anggotakeluarga

6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampaibalita

7. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (familieswithpreschool)


Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak

berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-

kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan

pertumbuhannya.Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat

bergantung pada orang tua.

Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan

anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang

tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan

keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar

kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja

sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas

perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagaiberikut :

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan

tempat tinggal, privasi, danrasaaman.

2. Membantu anakuntukbersosialisasi

3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara

kebutuhan anak yang lain jugaharusterpenuhi

4. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun

di luar keluarga ( keluarga lain danlingkungansekitar)

5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahappalingrepot)

6. Pembagian tanggung jawab anggotakeluarga


7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembanganak.

d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (familieswithchildren)

e. Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun

dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk.Selain aktifitas di sekolah,

masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua

yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja

sama untuk mencapai tugas perkembangan.

f. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi

kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di

luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai

berikut :

1. MemberikanperhatiantentangkegiatanSocial anak, pendidikan

dan semangatbelajar

2. Tetapmempertahananhubunganyang harmonisdalamperkawinanMendorong

anak untuk mencapai pengembangan dayaintelektual

3. Menyediakan aktifitasuntukanak

4. Manyesuaikanpadaaktifitaskomunitasdenganmengikutsertakananak.

g. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (familieswithteenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir

sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.

Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta

kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih


dewasa.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung

jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan

meningkatotonominya.

2. Mempertahankan hubungan yang intim dengankeluarga.

3. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang

tua, hindari perdebatan, kecurigaandanpermusuhan.

4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembangkeluarga.

h. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

(lounching centerfamilies)’

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan

rumah.Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam

keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal

bersama orang tua.

Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan

merasa kosong karena anak- anaknya sudah tidak tinggal serumah

lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan

aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap

memelihara hubungan dengananak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

1. Memperluas keluarga inti menjadikeluargabesar

2. Mempertahankankeintimanpasangan

3. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masatua

4. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergiananak

5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang adapadakeluarga

6. Berperan sebagai suami istri, kakek,dannenek

7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh

bagianak- anaknya

i. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle agefamilies)

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal.Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka

pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan

berbagai aktifitas.Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

atara lain adalah :

1. Mempertahankankesehatan

2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti

mengolah minat sosial danwaktusantai

3. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua

4. Keakraban denganpasangan

5. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dankeluarga

6. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan

keakraban pasangan.

j. Tahap kedelapan keluargausialanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu


pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.

Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang

harus dialami keluarga.

Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan

berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan

menurunnya produktifitas dan fungsikesehatan.Mempertahankan

penataan kehidupan yang

memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap

ini.Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal rumah

sendiri daripada tinggal bersama anaknnya.Tugas perkembangan

tahap ini adalah :

1. Mempertahankan suasana rumahyangmenyenangkan

2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,

kekuatan fisik, danpendapatan.

3. Mempertahankan keakraban suami istri dansalingmerawat.

4. Mempertahakan hubungan anak dansosialmasyarakat.

5. Melakukanlifereview

6. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan

kematian (harmoko,2012).

e) FungsiKeluarga

Menurut Friedman dalam Suprajitno (2012), secara umum fungsi keluarga adalah

sebagai berikut:
1) FungsiAfektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan resiko sosial. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung anatar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim

didalamkeluarga merupakan modal dasar dalam memberi

hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.

b. Salingmenghargai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidupbaru.Fungsi afektif merupakan sumber

energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.keretakan

keluarga kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena

fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.

2) FungsiSosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial (Friedman 1986). Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi misalnya

anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan


keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui

hubungan dan interaksi keluarga.

3) FungsiReproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskanketurunan.

4) FungsiEkonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota yakni

makanan, pakaian dan tempat tinggal

5) Fungsi PerawatanKesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat

anggota keluarga yang sakit.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

f) Tugas keluarga di bidangkesehatan

1) Mengenal masalah kesehatankeluarga.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa

kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh

kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan


sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu

di catat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa

besarperubahannya.

2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagikeluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara

keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan

keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tempat tinggal

keluarga agar memperolehbantuan.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguankesehatan

Sering kali keluarga telah mengalami tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.Jika demikian,

anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.Perawatan

dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga

telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatankeluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya.


Kesehatan TUK 1 Edukasi Proses Penyakit
1. Manajemen
Keluarga mampu Observasi
Keluarga Tidak Efektif mengenal masalah 1. Identifikasi Kesiapan Dan
Kemampuan Menerima
Tingkat Pengetahuan: informasi
Setelah di berikan Terapeutik
PENKES 1 x 30 menit di
harapkan tingkat 2. Sediakan Materi Dan Media
pengetahuan membaik Pendidikan Kesehatan
dengan kriteria hasil : 3. Jadwalkan Pendidikan
1. Vebralisasi minat dalam Kesehatan Sesuai Kesepakatan
belajar meningkat 4. Berikan Kesempatan Untuk
2. Kemampuan menjelaskan Bertanya
pengetahuan tentang suatu Edukasi
topik meningkat 5. Informasikan fasilitas perawatan
yang tersedia
Kolaborasi
6. Jelaskan Penyebab Dan Faktor
Risiko Penyakit
7. Jelaskan Proses Patofisiologi
Munculnya Penyakit
8. Jelaskan tanda dan gejala yang
di timbulkan penyakit
9. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
10.Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang
dirasakan
11.Anjurkan cara meminimalkan
efek samping dari intervensi
atau pengobatan

TUK II Dukungan Pengambilan


Keluarga mampu Keputusan
memutuskan untuk Observasi
meningkatkan atau 1. identifikasi persepsi mengenai
memperbaiki Kesehatan masalah dan informasi yang
Setelah di berikan asuhan memicu konflik
keperawatan 1 x 30 menit Terapeutik
di harapkan Perilaku 2. Diskusikan kelebihan dan
kesehatan membaik kekurangan dari setiap solusi
dengan kriteria hasil : 3. Motivasi mengungkapkan tujuan
1. Kemampuan perawatan yang diharapkan
melakukan tindakan 4. Hormati hak pasien untuk
pencegahan masalah menerima atau menolak
kesehatan meningkat informasi
2. Kemampuan Edukasi :
peningkatan 5. formasikan alternatif solusi
kesehatan meningkat secara jelas
3. Pencapaian 6. Berikan informasi yang diminta
pengendalian pasien
kesehatan meningkat

TUK III Dukungan Keluarga


Keluarga mampu merawat Merencanakan Perawatan
anggota keluarga yang Observasi :
sakit 1. Identifikasi kebutuhan dan
Setelah dilakukan harapan keluarga tentang
Tindakan keperawatan 1 x kesehatan
3 menit Manajemen 2. Identifikasi tindakan yang
kesehatan keluarga dapat dilakukan keluarga
meningkat dengan kriteria Terapeutik :
hasil : 3. Motivasi pengembangan sikap
1. Aktivitas keluarga dan emosi yang mendukung
mengatasi masalah upaya kesehatan
kesehatan meningkat 4. Gunakan sarana dan fasilitas
2. Tindakan untuk yang ada dalam keluarga
mengurangi faktor Edukasi:
resiko meningkat Ajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
TUK IV Dukungan Keluarga
Keluarga mampu Merencanakan Perawatan
memodifikasi lingkungan Observasi :
5. Identifikasi kebutuhan dan
harapan keluarga tentang
kesehatan
6. Identifikasi tindakan yang
dapat dilakukan keluarga
Terapeutik :
7. Motivasi pengembangan sikap
dan emosi yang mendukung
upaya kesehatan
8. Gunakan sarana dan fasilitas
yang ada dalam keluarga
Edukasi:
Ajarkan cara perawatan yang bisa
dilakukan keluarga
TUK V Edukasi Perilaku Upaya
Keluarga mampu Kesehatan
memanfaatkan fasilitas Observasi
kesehatan 1. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
Setelah dilakukan informasi
Tindakan keperawatan Terapeutik
selama 1 x 3o menit 2. Gunakan pendekatan promosi
Ketahan keluarga kesehatan dengan
meningkat dengan kriteria memperhatikan pengaruh dan
hasil : hambatan dari lingkungan,
1. Memanfaatkan sumber sosial serta budayta
daya dikomunitas 3. Berikan pujian dan dukungan
meningkat terhadap usaha positif dan
2. Memanfaatkan tenaga pencapaianya
kesehatan untuk Edukasi
mendapatkan 4. Anjurkan menggunakan
informasi meningkan fasilitas kesehatan
Memanfaatkan tenaga 5. Ajarkan menentukan perilaku
kesehatan untuk spesifik yang akan diubah (Mis.
mendapatka bantuan Keinginan mengunjungi
meningkat. fasilitas kesehatan)
6. Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari
7. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan
Ajarkan cara pemeliharaan
kesehatan
2.Defisit pengetahuan : keluarga TUK 1 Edukasi Kesehatan
Keluarga mampu Observasi
mengenal masalah 1. Edukasi kesiapan dan
kemampuan menerima
Setelah dilakukan informasi
Tindakan keperawatan 2. Identifikasi faktor-faktor yang
selama 1 x 30 menit dapat meningkatkan dan
Tingkat Pengetahuan menurunkan motivasui perilaku
meningkat dengan kriteria hidup bersih dan sehat
hasil : Terapeutik
1.Vebralisasi minat dalam 3. Sediakan materi dan media
belajar meningkat pendidikan kesehatan
2.Kemampuan 4. Jadwalkan pendidikan
menjelaskan kesehatan sesuai kesepakatan
pengetahuan tentang 5. Berikan kesempatan untuk
suatu topik meningkat bertanya
Edukasi
6. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
TUK II Bimbingan Sistem Kesehatan
Keluarga mampu Observasi
memutuskan untuk 1. indentifikasi masalah kesehatan
meningkatkan atau individu, keluarga dan
memperbaiki kesehatan : masyarakat
2. Identifikasi inisiatif individu,
Motivasi : keluarga dan masyarakat
Setelah dilakukan Terapeutik
tindakan keperawatan 1 x 3. Libatkan kolega/teman untuk
30 menit diharapkan membimbing pemenuhan
motivasi meningkat kebutuhan kesehatan
dengan kriteria hasil : 4. Siapkan pasien untuk mampu
1. Upaya menyusun berkolaborasi dan bekerja sama
rencana tindakan dalam pemenuhan kebutuhan
meningkat kesehatan
2. Upaya mencari sumber Edukasi
sesuai kebutuhan 5. Bimbing untuk bertanggung
meningkat jawab mengidentifikasi dan
3. Upaya mencari mengembangkan kemampuan
dukungan sesuai memecahkan masalah
kebutuhan meningkat kesehatan secara mandiri

TUK III Dukungan Keluarga


Keluarga mampu merawat Merencanakan Perawatan
anggota keluarga yang Observasi :
sakit 1. Identifikasi kebutuhan dan
Memori : harapan keluarga tentang
Setelah dilakukan kesehatan
tindakan keperawatan 1 x 2. Identifikasi tindakan yang dapat
30 menit dilakukan keluarga
diharapkanmemori Terapeutik :
meningkat dengan kriteria 3. Motivasi pengembangan sikap
hasil : dan emosi yang mendukung
1. verbalisasi upaya kesehatan
kemampuan 4. Gunakan sarana dan fasilitas
mempelajari hal baru yang ada dalam keluarga
meningkat Edukasi:
2. Verbalisasi 5. Ajarkan cara perawatan yang
kemampuan mengingat bisa dilakukan keluarga
informasi aktual
meningkat
3. Melakukan
kemampuan yang
dipelajari meningkat
TUK IV Edukasi Perilaku Upaya
Keluarga mampu Kesehatan
memodifikasi lingkungan Observasi
1. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
2. Gunakan pendekatan promosi
kesehatan dengan
memperhatikan pengaruh dan
hambatan dari lingkungan,
sosial serta budayta
3. Berikan pujian dan dukungan
terhadap usaha positif dan
pencapaianya
Edukasi
4. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan
5. Ajarkan menentukan perilaku
spesifik yang akan diubah (Mis.
Keinginan mengunjungi
fasilitas kesehatan)
6. Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari
7. Ajarkan pencarian dan
penggunaan sistem fasilitas
pelayanan kesehatan
Ajarkan cara pemeliharaan
Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisike5.Jakarta:EGC.Friedman,MarilynM.(2010).Bukuajarkeperawatankeluarga.
Riset,Teoridan Praktek. Jakarta:EGC

Friedman, MM, Bowden, O & Jones, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : riset,teori, &
praktik ; alih bahasa, Achir Yani S. Hamid...[et al.]; editor edisi bahasaIndonesia, Estu
Tiar,Ed.5.Jakarta:EGC

Friedman,MarilynM.(2010). Bukuajarkeperawatankeluarga: Riset,Teori dan Praktek.

Jakarta:EGC

Peate I & Nair M. (2017). Fundamentals Of Anatomy and Physiology For Nursing and
Healthcare Students. UK: John Wiley & Sons

ReskiFebriantiPodada. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Ny.H Pada TahapKeluarga


DewasaDengan Masalah KesehatanPenyakit Asma Di KecamatanWawotobi
KabupatenKonawe

Resti Ida Hastuti,(2022),Manajeman Asuhan Keperawtan Gawat Darurat Pada Pasien Asma
Bronkial Di Ruang IGD RS IBNU SINA YM-UMI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi I
Jakarta ,Perastuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI,(2018),Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI), Edisi
I,Jakarta,Perastuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI,(2018), Standar Intervensi Keperawtan Indonesia (SIKI), Edisi
I,Jakarta,Perastuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai