Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

G DENGAN DIAGNOSA ASMA


BRONCHIAL PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI DI
RUANG YUDA RUMKIT TK II Prof. Dr. J. A. LATUMETEN AMBON

OLEH

NAZWA LESTALUHU
NPM :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Penyakit
A. Definisi Asma Bronkial
Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-
engah” atau sukar bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis
Association” 1967, Asma Bronkial adalah penyakit inflamasi (peradangan)
kronik saluran napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa
sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau
menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan (Infodatin, 2017).
Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan. (Amin & Hardi, 2016) Beberapa faktor
penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor keturunan,
serta faktor lingkungan.
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :
1. Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif
terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap
dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.
Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaranadanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan iniakibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
2. Asma kardial Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung.
Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak
napas yang hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dispnea.
Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
B. Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan
dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan
ditandai dengan dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor
(esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori),
dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015).
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-
bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).
C. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma bronkial
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa
oksidasi (Tarwoto, 2004) Kebutuhan oksigenasi adalah merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsunagan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel (Hidayat, 2012).
2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Somantri (2009), sistem tubuh yang berperan dalam
kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas,
bagia bawah, dan paru.
a. Saluran pernafasan bagian atas
Saluran pernafasn bagian atas berfungsi menyaring,
mrnghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup.
Saluran pernafasn terdir dari atas :
1. Hidung. Hidung terdiri dari neser anterior (saluran lubang
dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus
dengan yang di tutpi bulu yang kasar dan bermuara
kerongga hidung dan rongga hidung yang di lapisi oleh
selaput lendir yang mangandung pembulu darah. Proses
oksigenasi di awali dengan penyaringan udara yang
masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan
serta dilembabkan.
2. Faring. Faring merupakan pipa yang memeliki
otot,memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus
yang terletak dibelakang nasofaring (di belakang hidung), di
belakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring
(laringofaring)
3. Laring (tenggorokan). Laring merupakan slauran perfasan
setelah faring yang terdiri atas bagian dri tulang rawan yang di
ikat bersama ligament dan membran, terdiri atas dua lamina
yang tersambung di garis tengah.
4. Epiglottis. Epiglottis merupakan katub tulang rawan yang
bertugas membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran nafas bagian bawah
Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara
yang memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas :
1. Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengorok,
memiliki panjang kurang lebih Sembilan sentimeter yang di
mulia dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra
torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai
dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin,dilapisi
selaput lender yang terdiri atas epithelium bersila yang
dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2. Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau
kelanjuatan dari trakea yang terdi atas dua percabangan
kanan dan kiri. Bagian kanan lebih lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah,
dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian
kanan yang berjalan dari bolus atas dan bawah.
3. Bronkiolus Merupakan saluran percabangan serta bronkus.
Paru merupakan organ utama dalam system pernafasna.
Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka
sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus
yang diselaputi oleh pleura viselaris, serta dilindungi oleh
cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru terdiri
atas dua bagian paru kiri dan paru kanan. Pada bagian
tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembulu
darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak
disebut apeks.
c. Proses oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap yaitu ventilasi difusi dan transportasi gas.
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Ventilasi di pengaruhi beberapa hai, yaitu adanya perbedaan
tekanan atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka
tekanan udara semakin rendah demikian sebaliknya semakin
rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi
selanjutnya adalah complience dan recoil. Compliance
merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
sulfaktan yang terdapat lapisan alveoli yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak.
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antra oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO² dikapiler dengan
alveoli. Prosespertukaran ini di pengaruhi beberapa faktor,
yaitu luasnya permukaan paru, tebal yinterstial ( keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi.
3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
kejaringna tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler, pada
proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb
membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan CO2 akan berkaitan dengan Hb karbomino
hemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),dan sebagaian
menjadi HCO³ yang berada dalam darah (65%).

D. Patofisiologi.

Pencetus serangan (allergen,


emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi

A.

Reaksi antigen dan antibody

Dikeluarkannya substansi vasoaktif


(histamine, bradikinin, dan anafilatoksin)

Kontraksi Otot Polos


Permebilitas Kapiler Sekreisi mucus

Kontraksi otot polos Produksi mucus


bronkospasme  Edema mikosa bertambah
 hipersekresi

Obstruksi saluran nafas

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Hipoventilasi Ketidakseimbangan
DIstribusi ventilasi tidak merata nutrisi kurang dari
dengan sirkulasi darah paru-paru
kebutuhan tubuh
gagguan difusi gas
Kerusakan pertukaran (resiko/aktual)
gas

Hipoksemia
Hiperkapnea
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang
dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara
antigen dengan molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen
yang mencetus asma bersifat airborne dan agar dapat menginduksi
keadaan sensitivitas, allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah
banyak untuk periode waktu terentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi
telah terjadi, klien akan memperlihatkan respon yang sangan baik,
sehingga sejumlah kecil allergen yang mengganggu sudah dapat
menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas (Nurarif & kusuma,
2015).
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode
akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis,
beta- adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-
aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini
juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal
dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis
hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif.
Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan
pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani terapi ini, toleransi silang
juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid.
Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karena penggunaan
aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
pemebentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin
(Solomon, 2015).
Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan
napas pada klien asma, halnya dengan klien lain. Dapat
menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus
dihindari. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium
bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan
dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta
pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien
yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau
cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang,
karang, dan anggur (Irman Somarti, 2012)

E. Faktor faktor yang mempengaruhi kubutuhan oksigen


a. Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, sebagai
hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi
rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk
simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada
bronkhokontriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat
reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.
b. Hormone dan obat
Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat
melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis
seperti sulfat atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan
saluran napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik
tipe bête (khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong
penyakit beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi).
c. Alergi dan saluran nafas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa perpasan, bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan dan lain-lain. Fakor-faktor ini
menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk
bila bila saluran pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale dan
rhinitis bila terdapat disaluran bagian atas.
d. Perkembangan
Tahap perkebangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi. Karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring
usia perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature,
yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan.
Setelah anak tumbu dewasa, kemampuan kematangan organ juga
berkembang seiring bertambahnya usia.
e. Lingkungan perilaku
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi
tersebut mempengaruhi kemampuan adaptasi.
f. Perilaku
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengonsusmsi makanan (status nutrisi).
Sebagai contoh, obositas dapat memepengahuri proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi proses
perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi pasaproses
peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan
proses penyempitan pada pembulu darah, dan lain-lain.

F. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah batuk
dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang
menyertai di antaranya sebagai berikut (Mubarak 2016) :
1. Takipnea dan Orthopnea
2. Gelisah
3. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
4. Kelelahan
5. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan
berbicara
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat
7. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
8. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi
dan pelebaran tekanan nadi
9. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan

G. Diagnosa keperawatan
1. bersihan jalan nafas b.d mukus dalam jumlah berlebihan,
2. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi
3. Defisit nutrisi b.d kekurangan asupan nutrisi

H. Iintervensi keperawatan

Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) 2018


NO Diagnosa Keperawatan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas b.d mucus Intervensi Utama
dalam jumlah berlebihan - Manejemen jalan nafas
- Pemantauan respirasi

Intervensi Pendukung
- Dukungan kepatuhan program
pengobatan
- edukasi fisio terapi dada
- edukasi pengeukuran respirasi
- fisioterapi dada
- konsultasi via telepon
- manejemen alergi
- manejemen anefilaksi
- manejemen isolasi
- manajemen ventilasi mekanik
- manajemen jalan nafas buatan
- pemberian obat inhalasi
- pemberian obat inter pleura
- pemberian obat intra dermal
- pemberian obat nasal
- pencegahan aspirasi
- pengaturan posisi
- penghisapan jalan nafas
- penyapihan ventilasi mekanik
- perawatan trakeostomik
- stabilisasi jalan nafas
- terapi oksigen
2. Gangguan pertukaran gas b.d Intervensi Utama
ketidak seimbangan ventilasi - pemantauan resoirasi
perfusi - terapi oksigen

Intervensi Pendukung
- dukung berhenti merokok
- dukungan ventilasi
- edukasi berhenti merokok
- edukasi mengukur respirasi
- edukasi fisio terapi dada
- fisio terapi dada
- insersi jalan nafas buatan
- konsultasi
- menejemen ventilasi mekanik
- menejemen jalan nafas
- menejemen jalan nafas buatan
- pencegahan aspirasi
- pemberian obat
- pemberian obat inhalasi
- pemberian obat inter pleura
- pemberian obat intra dermal
- pemberian obat intramuscular
- pemberian obat intravena
- pemberian obat oral
- pengaturan posisi
- perawatan selang dada
- reduksi ansietas
3. Defisit nutrisi b.d kekurangan Intervensi Utama
asupan nutrisi - Manajemen nutrisi
- Promosi berat badan

Intervensi Pendukung
- dukungan kepatuhan program
pengobatan
- edukasi diet
- edukasi kemoterapi
- konseling laktasi
- konseling nutrisi
- konseling nutrisi
- konsultasi
- manajemen hiperglikemia
- manajemen hipoglikemia
- manajemen kemoterapi
- manajemen reaksi alergi
- pemantauan cairan
- pemantauan nutrisi
- manajemen cairan
- manajemen demensia
- manajemen diare
- manajemen eliminasi fekal\
- manajemen energy
- manajemen gangguan makan
- pemantauan tanda vital
- pemberian makanan
- pemberian makanan enteral
- pemberian makanan parenteral
- pemberian obat intravena \
- terapi menelan

Anda mungkin juga menyukai