TINJAUAN TEORITIS
A. Asma
1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan terntentu, yang menyebabkan
peradangan ; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal (Sylvia & Wilson,2014) dalam ( Nurarif Huda,2016).
Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran
pernafasan sementara waktu sehingga sulit bernafas. Asma terjadi ketika ada
kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai
pemicunya, diantaranya adalah dikarenakan gangguan emosi,kelelahan
jasmani,perubahan cuaca,temperature,debu,asap,bau-bauan yang
merangsang,infeksi saluran napas,faktor makanan dan reaksi alergi
(Hasdianah,2014).
2. Anatomi Fisiologi
b. Fisiologi
Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memasok tubuh dengan
oksigen dan membuang karbon dioksida. Respirasi terjadi apabila
peristiwa sebagai berikut (Marieb & keller,2011: peate,2015) dalam
(Sumiyeti et al,2021).
1) Ventilasi paru
Ventilasi paru melibatkan pergerakan fisik udara ke dalam dan keluar
dari paru-paru. Fungsi utama ventilasi paru untuk mempertahankan
ventilasi alveolar yang adekuat. Hal ini untuk mencengah penumpukan
karbondioksida di alveoli dan mencapai pasokan oksigen yang konstan
kejaringan.
2) Difusi gas
Difusi gas O2 dan CO2, yaitu perpindahan molekul oksigen dari
rongga alveolus, melewati membrane kapiler alveolar,kemudian
melintasi plasma darah,dan selanjutnya menembus dinding sel darah
merah,dimana akhirnya masuk ke enterior sel adarah merah hingga
berkaitan dengan haemoglobin.
3) Perfusi
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah
menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler , dimana
darah bergerak lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
haemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung,dan darah
menerima,sebagai gantinya,yaitu karbondioksida.
3. Etiologi
Menurut ( Wijaya & putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologic adalah sebagai berikut:
a. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,binatang,dan
debu. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan diatas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
b. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik atau emosi sering memicu seranga
asma.serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan
emfisema.beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intristik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor prediposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma:
a. Faktor prediposisi
Genetik: dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersentifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Allergen dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan
Contohnya : debu,bulu binatang,serbuk bunga,spora jamur,bakteri dan
polusi
2) Ingestan,yang masuk melalui mulut
Contohnya : makanan dan obat-obatan
3) Kontakan,yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contohnya:perhiasan,logam dan jam tangan.
c. Cuaca lembab dan hawa pengunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim
hujan,musim kemarau,musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angina serbuk bunga dan debu.
d. Stress /gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
e. Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadi
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana sia berkerja. Misalnya
orang yang bekerja dilaboratium hewan, industry tekstil,pabrik asbes,polisi
lalu lintas. Gejala inimembaik pada waktu libur atau cuti
f. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah meniimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
4. Patofisiologi
Patofisiologi asma adanya debu,asap rokok,bulu binatang,hawa dingin
terpapar pada penderita dan benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak
dikenali oleh sistem didalam tubuh penderita sehingga sianngap sebagai benda
asing yang masuk (antigen). Obstruksi saluran nafas pada asmamerupakan
kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan mucus,edema dan inflamasi dinding.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas yang berupa obstruksi saluran
napas bisa dinilai dengan VEP1 (volume ekspirasi pakasa detik pertama),
penyempitan saluran napa dapat terjadi baik pada saluran nafas yang
besar,maupun sedang. Gejala mengi manandakan adanya penyempitan saluran
nafas besar sedangkan pada saluran nafas kecil gajala batuk dan sesak.
Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar masuk saat inspirasi
sehingga menurunkan oksigen yang dalam darah. Kondisi ini berakibat pada
penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkat sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Sehingga menyebabkan gangguan
pada pertukaran gas ( setiyohadi,2010).
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala asma yang biasa sering muncul adalah mengi, peningkatan
frekuensi pernafasan,hyperventilation,hyperinflasi,fluktuasi kadar CO2.
Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan merupakan gejala yang sering
ditemukan pada penderita asma,sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi jalan
nafas (Holoway,Elizabeth A.Wes, 2017). Hyperventilation merupakan suatu
kondisi dimana CO2 dalam daran dan alveoli berkurang sehingga kompensasi
jalan nafas mengalami kontriksi bertujuan untuk menghindari kehilangan CO
secara berlebih (Bruton, 2015). Selain itu penebalan dinding jalan nafas karena
remodelling jalan nafas meningkat dengan tajam dan berkontribusi terhadap
obstruksi aliran udara. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penyempian bronkus
sehingga terjadilah sesak nafas ( Melastuti & Husna, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ngastiyah (2013) dalam (pery Abenita,2019),ada beberapa
pemeriksaan diagnostic bagi para penderita asma, antara lain:
a. Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,menilai hasil
provokasi bronkus,menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan
penyakit. Alat yang digunakan untuk uji fall paru adalah peak flow meter,
caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali ( sebelumnya menarik
napas dan melaui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat
hasil.
b. foto toraks
foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali
dipoliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada
pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa
hipeinflasi dan atelectasis.
c. Pemeriksaan darah hasilnya akan terdapat eosinofolia pada darah tepid an
sekret hidung. Bila tidak eosinophilia kemungkinan bukan asma. Selain itu
juga, dilakukan uji tuberculin dan uji kulit dengan menggunakan allergen.
7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma (Wijaya & putri,2013)
dalam (Wiyanti,2019) meliputi:
a. Status asmatik
Status asmatik adalah suatu serangan asma yang berat dan
akut,berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari,yang tidak
memberikan perbaikan pada pengobatan lazim.
b. Gagal nafas (respiratory failure)
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga
tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi
pernafasan. Jika tidak segera diobati,gagal napas dapat menyebabkan organ
tubuh berhenti berfungsi dan berhenti bernafas sama sekali. Dalam hal
ini,orang yang terkena harus menerima bantuan pernapasan melalui
mesin(respirator).
c. Pneumothorax
Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul dirongga
pleura,yaitu ruang diantara paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat
masuk akibat adanya cedera didada atau robekan diparu-paru. Akibatnya,
paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan tidak bisa mengembang.
d. Pneumomediatinum dan emfisema sub kutis
Pneumomediatinum dapat terjadi ketika tekanan naik diparu-paru dan
menyebabkan kantung udara (alveoli) pecah.
Emfisema su kutis adalah kondisi ketika terdapat udara atau gas yang
terperangkap dijaringan kulit.
e. Atelectasis
Atelectasis adalah kondisi ketika bagian paru-paru, tepatnya alveolus
mengempis dan tidak terisi udara,sehingga paru-paru tidak dapat mengembang
dan kolaps.
f. Aspirasi
Aspirasi adalah suatu kondisi gangguan pernafasan. Beberapa gejala
aspirasi adalah batuk,mengi,dan mengalami sensasi mirip tersedak
g. Asidosis
Asidosis adalah kondisi medis ketika darah dalam tubuh mengandung
asam terlalu tinggi. Kondisi ini umumnya terjadi karena organ paru-patu dan
ginjal dan tidak mampu menjaga keseimbangan ph tubuh.
8. Penatalaksanaan
Terdapat dua jenis penatalaksanaan pada penderita asma bronchial ( smeltzer,
2018), yaitu:
1. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Agonis adrenergenik
Obat yang digunakan untuk meredakan atau mengontrol gejala penyempitan
saluran pernafasan akibat asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Kelompok obat ini merupakan salah satu jenis obat bronkondilator.
b. Antikolinergik
Kelompok obat untuk menangani berbagai kondisi, mulai dari penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) hingga diare. Antikolinergik bekerja dengan cara
memnghambat asetikolin, yaitu zat kimia penghantar sinyal antara sel-sel saraf
c. Kortikosteroid: inhaler dosis-terukur (MDI)
Adalah alat yang mengalirkan obat dalam jumlah tertentu ke paru-paru, dalam
bentuk obat aerosol dalam waktu singkat yang biasanya diberikan sendiri oleh
pasien melalui inhalasi.
d. Inhibitor pemodifikasi leukotriene/antileukotrien
Leukotriene adalah obat yang termasuk montelukast,zafirlukast, dan zileuton.
Jenis obat-obatan ini dapat melegakan gejala-gejala asma dalam 24 jam.
e. Metilxantin
Jenis bronkodilator ini bekerja meringankan penyumbatan aliran
udara,mengurangi peradangan,dan meredakan kontrasksi bronkial, obat ini
dijadikan pilihan terakhir saat agnosis-beta maupun antikolinergik tidak
memberikan efek maksimal.
Slow Deep Breathing adalah salah satu teknik pengontrolan napas dan
relaksasi. Langkah-langkah melakukan latihan Slow Deep Breathing yaitu sebagai
berikut:
a. Atur pasien dengan posisi duduk atau berbaring
b. Kedua tangan paasien diletakkan diatas perut
c. Anjurkan melakukan napas secara perlahan dan dalam melalui hidung dan
tarik napas selama tiga detik,rasakan perut mengembang saat menarik napas.
d. Tahan napas selama tiga detik
e. Kerutkan bibir, keluarkan melalui mulut dan hembuskan napas secara perlahan
selama enam detik. Rasakan perut bergerak ke bawah.
f. Ulangi langkah a sampai e selama 15 menit
g. Latihan Slow Deep Breathing dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore
hari ( Tarwoto,2015).
4. Manfaat Slow Deep Breathing
1. Dapat melatih cara bernapas yang benar
2. Dapat melenturkan dan memperkuat otot pernapasan
3. Dapat melatih ekspektorasi yang efektif
4. Dapat meningkatkan sirkulasi darah
5. Dapat membantu kestabilan pola napas