F. 30 EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania:
- Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang meninggi atau berubah disertai
peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-
turut ,pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia (F34.00 ,serta tidak ada
halusinasi atau waham.
- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang sesuai dengan diagnosis
hipomania,akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh ,maka diagnosis mania (F30.1 atau
F30.2) harus ditegakkan.
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas social yang biasa
dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah , sehingga terjadi aktivitas
berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal
kebesaran, dan terlalu optimistik.
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
- Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik
- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of persecution),iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion
of persecution) .Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
F30.8 Episode Manik Lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
EPISODE GEJALA KHAS/MENONJOL
MANIK
episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik, dan
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,
atau campuran)di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik.
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,atau
campuran)di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan ataupun
sedang dan
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau campuran
dimasa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa
gejala psikotik
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau campuran
dimasa lampau.
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode deperesif berat dengan
gejala psikotik
harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau campuran dimasa
lampau.
F31.6 Gangguan afektif bipolar episode kini campuran
sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir
ini,tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain.
F. 32 EPISODE DEPRESI
F.32.0 Episode depresi ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti
tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
F 32.1 Episode depresi sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif
seperti tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya sebaiknya 4
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial,
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas
Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas
hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat
menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek
(mood congruent).
Pedoman Diagnostik
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi
kriteria mania (F30.1 dan F30.2) Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode
singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresi (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan
depresi)
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara episode, namun sebagian kecil penderita mungkin
mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada lanjut usia (untuk keadaan ini, kategori ini
harus tetap digunakan)
• Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan
diagnosis)
Pedoman Diagnostik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang (F32.1) , dan
Pedoman Diagnostik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2 ) dan
Pedoman Diagnostik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
Pedoman Diagnostik
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi dan episode sekarang
seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi dengan derajat keparahan apapun
atau gangguan lain apapun dalam F30 – F39. dan
F34.1 Distimia
Ciri esensial ialah afek depresi yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah
atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya
beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada
usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif
tersendiri (f32.) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak
jelas.
Diagnosis Banding : Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
Skizofrenia residual (F20.5)
SUMBER :
- Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..
- Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III, dr. Rusdi Maslim
Depresi akan mengalami fase depresi yang sangat rendah yang seringkali terjadi tanpa
alasan tertentu.
Bipolar Tipe I mengalami perubahan mood yang sangat kontras. Dengan fase mania
yang berlangsung setidaknya satu minggu, dan fase depresi yang berlangsung setidaknya
dua minggu.
Tipe II
Bipolar Tipe II mengalami perubahan mood yang mirip dengan Tipe I. Namun, dengan
fase hypomania yang menggantikan fase mania. Fase hypomania ini berlangsung
setidaknya selama empat hari.
Siklotimia secara simtomatik adalah suatu bentuk ringan dari gangguan bipolar II,
gangguan ini ditandai oleh episode hipomania dan episode depresi ringan. Siklotimia
bersifat seperti sebuah siklus. Dengan fase hypomania dan fase depresif yang walaupun
tidak se-intens Tipe I maupun Tipe II, berlangsung jauh lebih lama. Yaitu hingga 2 tahun
Sumber : https://youtu.be/dfeen7_eFTs
Faktor Biologis
Norepinefrin
- aktivitas reseptor adrenergik-alfa2 penurunan jumlah norepinefrin yg dilepaskan
- Norepinefrin melepaskan hormon dari bagian limbik otak kemudian akan memberi sinyal
pada hormon lainnya, hal ini dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan denyut
jantung, serta meningkatkan metabolisme (Slate et al., 2017). Korelasi lain antara
downregulation atau penurunan sensitivitas reseptor β-adrenergik dan respons antidepresan
klinis menunjukkan peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti lain juga
melibatkan reseptor β2- 11 presinaptik dalam depresi karena aktivasi reseptor ini
menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan, penurunan ini akan
menyebabkan terjadinya depresi.
Serotonin
- penurunan serotonin mencetuskan depresi ( beberapa pasien bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolit serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah )
- Seretonin disentesis melalui 2 tahap jalur dari triptofan dan triptofan hidroksilase. Triptofan
hidroksilase diotak biasanya tidak terjenuhkan oleh substrat sehingga konsentrasi triptofan
dalam otak memengaruhi sintesis seretonin (Brunton et al., 2010). Serotonin ditemukan di
sebagian besar otak. Neurotransmiter dari dalam otak ke bagian luar korteks frontal.
Reseptor neuron serotonin ditemukan di daerah otak utama yang terkait dengan penyakit
bipolar seperti sistem limbik (terutama amigdala, hipokampus, dan cingulate), lobus frontal,
korteks frontal, dan batang otak. Selain itu, serotonin bergerak melalui thalamus, yang
ditemukan hampir di pusat otak. Talamus penting dalam gangguan mood karena ia
menerima, dan sebagian memproses, sensasi yang diciptakan oleh daerah otak dan
meneruskan pesan yang berinteraksi ke lobus frontal dan korteks, di mana mereka bipolar
diproses menjadi fungsi dan perilaku eksekutif (serangkaian proses, yang berhubungan
dengan pengaturan diri sendiri dan sumber lainnya dalam rangka mencapai suatu
tujuan. Fungsi ini merupakan payung dari kemampuan berpikir, yang meliputi kontrol
pikiran dan kontrol diri.
-
Dopamin
- pada gangguan bipolar, terjadinya penurunan dopamin akan menyebabkan terjadinya
episode depresi, sebaliknya peningkatan dari dopamin akan menyebabkan terjadinya
episode mania. Dua teori terbaru tentang dopamine dan depresi adalah bahwa jalur dopamin
mesolimbik mungkin tidak berfungsi secara normal dalam depresi dan bahwa reseptor
dopamin D1 mungkin kurang aktif dalam depresi (Sadock et al., 2015).
- Gangguan Neurotransmiter Lainnya GABA (Asam Gamma-Aminobutirat) adalah
neurotransmitter inhibisi utama di CNS. GABA disintesis di otak dari siklus Krebs antara α-
ketoglutarat, yang ditransaminasi ke glutamat oleh GABA-T. GABA kemudian terbentuk
dari 12 glutamat oleh enzim GAD; kehadiran GAD di neuron karena itu menggambarkan
neuron yang menggunakan GABA sebagai pemancar (Brunton et al., 2018). GABA
memiliki efek penghambatan pada jalur monoamina, terutama sistem mesokortikal dan
mesolimbik. Pengurangan GABA telah diamati pada tingkat plasma, CSF, dan GABA otak
dalam depresi. Penelitian pada hewan juga menemukan bahwa stres kronis dapat
menurunkan kadar GABA. Sebaliknya, reseptor GABA diregulasi oleh antidepresan, dan
beberapa obat GABAergik memiliki efek antidepresan yang lemah
- aktivitas dopamin menurun pasien depresi
- aktivitas dopamin meningkat pasien mania
- jalur dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi. Reseptor dopamin
tipe 1 ( D1 ) mungkin hipoaktif pada depresif
Sirkuit otak
Jaringan otak yang biasanya mengatur aspek evaluatif, ekspresif, dan pengalaman dari perilaku
emosional dalam patofisiologi gangguan mood . Sirkuit ini termasuk sirkuit limbik-kortikal-
striatal-pallidal-thalamic (LCSPT), yang dibentuk oleh koneksi antara korteks prefrontal orbital
dan medial (OMPFC), amigdala, subikulum hippocampal, striatum ventromedial, inti talamus
mediodorsal dan garis tengah dan pallidum ventral. Sirkuit LCSPT awalnya terkait dengan
perilaku emosionalatas dasar konektivitas anatomi mereka dengan struktur kontrol visceral
yang memediasi ekspresi emosional, seperti hipotalamus dan abu-abu periaqueductal (PAG).
Karena kondisi ini mempengaruhi transmisi sinaptik melalui sirkuit LCSPT dalam berbagai
cara, tampaknya disfungsi yang mengubah transmisi melalui sirkuit ini dalam berbagai cara
dapat menghasilkan gejala emosional patologis.
percobaan neuroanatomi pada monyet telah menunjukkan bahwa korteks prefrontal orbital dan
medial dikaitkan dengan dua sirkuit kortikal yang diperluas. Salah satunya, yang terutama
terkait dengan area orbital pusat dan lateral ("jaringan prefrontal orbital"), termasuk area
asosiasi sensorik seperti area terkait visual di korteks temporal inferior dan area terkait somatik-
sensorik di insula dan operkulum frontal. , serta korteks penciuman dan pengecapan. Selain
integrasi sensorik, sistem ini mengkodekan karakteristik afektif rangsangan seperti
penghargaan, penolakan, dan nilai relative.
Teori Kognitif
Aaron Beck mempostulatkan tiga kognitif depresi yang terdiri dari (1) pandangan diri
sendiri tentang suatu ajaran diri yang negatif, (2) tentang kecenderungan yang
menginginkan dunia untuk bermusuhan, dan (3) tentang harapan penderitaan serta
kegagalan masa depan (Sadock et al., 2015).
Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresif
dengan pengalaman peristiwa yang tak dapat dikendalikan. Behavioris menekankan bahwa
peningkatan depresi bergantung pada pembelajaran pasien, rasa kontrol dan penguasaan
lingkungan (Sadock et al., 2015).
SUMBER :
- Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis Psikiatri, Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..
4. Fanny) mengapa pasien di skenario akhir ini menjadi pendiam kadang sering Menangis
sehingga sosialisasi dan pekerjaanya terganggu serta ada keinginan untuk bunuh diri ?
Jawab :
SEROTONIN
o Gangguan depresi berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin
biogenik (norepinefrin dan serotonin).
o Penurunan serotonin mencetuskan depresi
o Stressor respon terhadap stressor menekan kortikal amin biogenik terjadi
penurunan norepinefrin, serotonin merasa sedih, kehilangan minat dan
kebahagiaan, kurang semangat
o Serotonin merangsang faktor pembentukan tidur menurun gangguan tidur
NOREPINEFRIN.
o Reseptor adrenergik-alfa2, teraktivasi,↓ norepinefrin yang di lepaskan.
o Reseptor adrenergik-alfa2 juga berlokasi pada neuron serotonergik dan mengatur
jumlan serotonin yang dilepaskan.
DOPAMIN
o Aktivitas dopamine menurun pada depresi dan meningkat pada mania
o Jalur dopamine mesolimbik mungkin mengalami disfungsi depresi
o Reseptor dopamine tipe 1 (D1) mungkin hipoaktif depresi
FAKTOR NEUROKIMIAWI LAIN.
o Neurotransmiter asam amino khususnya gamma-aminobutyric acid (GABA) dan
peptida neuroaktif khususnya vasopresin & opiat endogen gangguan mood.
o Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa sistem pembawa kedua (second-
messenger) seperti: adenylate cyclase, phosphotidylinositol, dan regulasi kalsium 🡪
relevansi penyebab gangguan mood
Sumber : Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid VII, edisi Ketujuh, Binarupa Aksara,
Jakarta, 2007.
5. Faisya ) apa hubungan riwayat gangguan pasien 6 bulan yang lalu dengan penyakit atau gejala
yang diderita sekarang ?
Jawab :
6 bulan lalu : manik gabuangan macam macam mood (elevated mood euphoria) orang
lebih senang atau senang yang berlebihan, normal. Ada stressor phk depresi. Ciri ciri :
memiliki pikiran diluar nalar, mood yang menggebu gebu, memiliki delusi yang sangat tinggi,
beripikiran kekuatan yang super, membuat keputusan tidak dipikir matang matang.
Orang yang terkena manik pada penyakit :
- Bipolar disorder (diakibatkan kombinasi genetic, individu sendiri ketidak normalan
neurotransmitter bagian A- penurunan inhibitorik control, limbik juga kena
- Multiple sclerosis
- Defisiensi B12 penrunan sintesis mielin
- Penurunan aktifitas tiroid
- Karena penggunakan kortikosteroid
1) Gambaran umum
a. Penampilan.
seorang laki-laki / perempuan
tampak sehat, sakit, gelisah, kacau
sesuai usia, kelihatan lebih muda/lebih tua, seperti anak-anak
kebersihan dan kerapian kurang/cukup/baik
tangan lembab, keringat pada dahi, postur tegang
2) Menilai Bicara
Kualitas : kohern/inkohern
Kuantitas : miskin bicara/cukup/logorhea.
Tidak terlalu cepat atau terlalu lambat
Bicara spontan/tidak spontan
afek : normal/tumpul/datar
normal : terdapat variasi dalam ekspresi wajah, irama suara, penggunaan tangan dan
peragaan tubuh.
kesesuaian afek dan mood : sesuai/tidak sesuai
Waham
Fobia / ketakutan terhadap sesuatu
Halusinasi
6) Sensorium dan Kognisi
a. Menyimpulkan penilaian kesadaran setelah memeriksa:
Perhatian
- berhitung atau dengan meminta pasien untuk mengeja kata “dunia” (atau yang lainnya)
secara mundur.
- menyebutkan nama lima benda yang dimulai dengan huruf tertentu
7) PENGENDALIAN IMPULS
Apakah pasien mampu untuk mengendalikan impuls seksual, agresif, dan impuls lainnya? Suatu
pemeriksaan pengendalian impuls adalah penting dalam memastikan kesadaran pasien tentang
perilaku yang sesuai secara sosial dan suatu pengukuran tentang kemungkinan bahaya pasien
bagi dirinya sendiri atau orang lain.
a) Pertimbangan (Judgement).
selama perjalanan menggali riwayat penyakit, dokter psikiatrik harus mampu menilai
banyak aspek kemampuan pasien dalam pertimbangan sosial.
b) Tilikan.
Ringkasan tingkat tilikan adalah seperti berikut :
9) RELIABILITAS
Bagian status mental dari laporan menyimpulkan kesan dokter psikiatrik terhadap reabilitas, pasien
dan kemampuan untuk melaporkan situasinya dengan akurat. Bagian ini memasukkan suatu
perkiraan kesan dokter psikiatrik pada kebenaran atau kejujuran pasien.
Pemeriksaan penunjang :
Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia dewasa, diketahui bahwa pada
pemeriksaan :
Pemeriksaan laboratorium, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu,
kadar litium plasma.
Young Mania Rating Scale ( YMRS)
Instrumen yang hasil pengukurannya digunakan secara luas dalam uji klinis dan menjadi
standar emas dalam penelitian simtom-simtom mania pada gangguan bipolar (Sajatovic,
Chen, & Young, 2015).
Montgomery-Asberg Depression Rating Scale (MADRS)
Kuesioner diagnostik sepuluh item yang digunakan psikiater untuk mengukur tingkat
keparahan episode depresi pada pasien dengan gangguan mood.
Mood Disorder Questionnaire (MDQ)
Alat untuk mengetahui adanya gangguan mood atau bipolar yang paling sering dan
mudah untuk digunakan.
Positive and Negative Syndrome Scale - Excited Component (PANSS-EC)
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan perilaku agresif atau
agitasi. Masing-masing item mempunyai skala penilaian antara 1-7 dengan total skor
antara 5-35.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa skala diagnostik lebih superior bila
dibandingkan dengan wawancara klinis.
MRI didapatkan pembesaran ventrikel ke-3.
Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomographic) menunjukan penurunan aktivitas
metabolisme pada bagian otak depan (lobus frontalis).
Diagnosis Banding
1. Gangguan Depresi Mayor: Episode depresi yang diamati pada MDD dan BD dapat
dibedakan, dan dengan demikian riwayat longitudinal sangat penting. Mereka dengan BD
akan melaporkan episode manik atau hipomanik, yang tidak termasuk diagnosis MDD.
2. Skizofrenia: Gangguan pikiran dapat memiliki fitur suasana hati yang dapat terlihat seperti
gangguan afektif bipolar, namun, gejala suasana hati hanya bermanifestasi dalam
pengaturan gangguan pikiran, dan tidak sering.
3. Gangguan Bipolar yang Diinduksi Zat: Mania dan depresi keduanya dapat memicu dalam
pengaturan penggunaan zat. Evaluasi laboratorium yang menyeluruh harus
mengesampingkan kemungkinan penggunaan zat untuk mempersempit perbedaan.
4. Gangguan Kepribadian: Terutama gangguan kepribadian ambang dan gangguan kepribadian
histrionik, gangguan kepribadian memiliki fitur yang tumpang tindih dengan mania,
hipomania, dan depresi.
5. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD): ADHD dapat hadir dengan gejala yang
sama seperti mania pada anak-anak dan remaja, namun, ada presentasi yang kurang episodik
dan undulan daripada yang terlihat pada BD.
Sumber :
PPDGJ II (1983). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Jakarta : Departemen Kesehatan
8. Apri ) bagaimana kriteria diagnosis pasien sehingga dikatakan gangguan mood afektif ?
Jawab :
Gangguan mood afektif Bipolar Memiliki Gejala Episode berulang (Sekurang-kurangnya
2 episode) : Episode Manik, Hipomanik, Euthymic, Depresif.
Berdasarkan :
DSM IV TR
Episode manik / hipomanik secara tunggal
PPDGJ III
Bipolar harus ditandai beberapa episode
- Awalnya depresi maka diikuti manik, atau
- Awalnya manik maka diikuti depresi.
D. Depresif
Masa sekurang kurangnya 2 minggu
Gejala Utama :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi Mudah lelah dan aktivitas menurun
Gejala Lain :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang syram dan pesimitis
Gagasan / perbuatan membahayakan diri / bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Sumber :
Guidi, Jenny, and Giovanni A. Fava. "The emerging role of euthymia in psychotherapy research
and practice." Clinical Psychology Review 82 (2020): 101941.
https://www.karger.com/Article/Fulltext/441244
Lini 2 :
Injeksi IM haloperidol 5mg/injeksi, diulang setelah 30menit, dosis maksimum 15mg/hari
Injeksi IM diazepam 10mg/injeksi, dosisi 20-30mg/hari dapat diberi bersamaan dengan
haloperidol IM (jangan dicampur dalam satu jarum suntik)
b. Terapi gangguan bipolar, episode mania akut
Oral
Lini 1: lithium, divalproat, olanzapine, risperidon, quetiapin, aripripizol, litium/devalproat
+ risperidon, lithium/devalproat+quetiapin, lithium/devalproat + olanzapine,
lithium/divalproat + aripiprazole
EDUKASI
Memberikan informasi : Gejala penyakit, perjalanan penyakit, pengobatan, kepatuhan
berobat, mengenali tanda-tanda kekambuhan, menghindari faktor pencetus, strategi coping,
dan mengatur aktivitas sosial.
Sumber : FK UNISSULA (2019) ‘Psikiatri Rs Islam Sultan Agung Semarang’, pp. 1–63
Teori dualistik yang memisahkan pikiran dan otak digantikan dengan model yang lebih
terintegrasi yang mempertimbangkan pengaruh biologis, psikologis, dan sosial yang
menghasilkan depresi. Pemahaman Kandel tentang interaksi pikiran-otak menyediakan model
untuk memahami sifat dan kemungkinan penyebab depresi, khususnya:
- semua proses mental berasal dari otak
- gen dan produk proteinnya menentukan koneksi dan fungsi neuronal
- pengalaman hidup memengaruhi ekspresi gen dan faktor psikososialumpan balik ke otak
- mengubah ekspresi gen yang menghasilkan perubahan neuronalkoneksi berkontribusi
untuk menjaga kelainan perilaku
- psikoterapi menghasilkan perubahan perilaku jangka panjang dengan mengubahekspresi
gen.(Friedman, 2014)
Oleh karena itu, baik faktor genetik dan lingkungan terlibat dalam etiologi dan pengobatan
depresi. Kemajuan terbaru dalam studi tentang dasar genetik depresi telah menghasilkan
temuan yang menarik, seperti polimorfisme fungsional dari gen transporter serotonin, yang
dapat digunakan untuk memprediksi respon serotonin reuptake inhibitor 10 (SSRI) selektif
dalam konteks stres kehidupan. Dengan demikian, depresi dapat dipahami sebagai
konsekuensi dari stres kehidupan yang berinteraksi dengan kerentanan genetik dan
kepribadian yang diwariskan yang menghasilkan disfungsi psikologis.(Friedman, 2014).
Faktor Biologi
Amina Biogenik
Pada amina biogenik, norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter yang paling
terlibat dalam patofisiologi gangguan mood (Sadock et al., 2015). 2.4.1.1.1 Norepinefrin
Serangkaian penelitian mengatakan bahwa kekurangan norepinefrin dapat menyebabkan
depresi (Tasman et al., 2015). Norepinefrin melepaskan hormon dari bagian limbik otak
kemudian akan memberi sinyal pada hormon lainnya, hal ini dapat meningkatkan tekanan
darah dan meningkatkan denyut jantung, serta meningkatkan metabolisme (Slate et al.,
2017). Korelasi yang disarankan oleh sebuah studi ilmiah dasar antara downregulation atau
penurunan sensitivitas reseptor β-adrenergik dan respons antidepresan klinis menunjukkan
peran langsung sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti lain juga melibatkan reseptor β2-
11 presinaptik dalam depresi karena aktivasi reseptor ini menyebabkan penurunan jumlah
norepinefrin yang dilepaskan, penurunan ini akan menyebabkan terjadinya depresi (Sadock
et al., 2015).
Serotonin
Pada manusia, seretonin (5-HT, 5-hidroksitriptamin, 3-[-aminoetil]-5- hidrosiindol)
ditemukan pada sel enterokromafin di seluruh saluran GI, pada granul penyimpanan di
platelet, serta disepanjang sistem saraf pusat (SSP). Seretonin disentesis melalui 2 tahap
jalur dari triptofan dan triptofan hidroksilase. Triptofan hidroksilase diotak biasanya tidak
terjenuhkan oleh substrat sehingga konsentrasi triptofan dalam otak memengaruhi sintesis
seretonin (Brunton et al., 2010). Serotonin ditemukan di sebagian besar otak.
Neurotransmiter dari dalam otak ke bagian luar korteks frontal. Reseptor neuron serotonin
ditemukan di daerah otak utama yang terkait dengan penyakit bipolar seperti sistem limbik
(terutama amigdala, hipokampus, dan cingulate), lobus frontal, korteks frontal, dan batang
otak. Selain itu, serotonin bergerak melalui thalamus, yang ditemukan hampir di pusat otak.
Talamus penting dalam gangguan mood karena ia menerima, dan sebagian memproses,
sensasi yang diciptakan oleh daerah otak kunci dan meneruskan pesan yang berinteraksi ke
lobus frontal dan korteks, di mana mereka bipolar diproses menjadi fungsi dan perilaku
eksekutif (Taylor E, 2006).
Dopamin Meskipun norepinefrin dan serotonin adalah amina biogenik yang paling
sering dikaitkan dengan patofisiologi depresi, dopamin juga berperan dalam gangguan
mood. Data menunjukkan pada gangguan bipolar, terjadinya penurunan dopamin akan
menyebabkan terjadinya episode depresi, sebaliknya peningkatan dari dopamin akan
menyebabkan terjadinya episode mania. Dua teori terbaru tentang dopamine dan depresi
adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik mungkin tidak berfungsi secara normal dalam
depresi dan bahwa reseptor dopamin D1 mungkin kurang aktif dalam depresi (Sadock et
al., 2015).
Gangguan Neurotransmiter Lainnya GABA (Asam Gamma-Aminobutirat) adalah
neurotransmitter inhibisi utama di CNS. GABA disintesis di otak dari siklus Krebs antara
α-ketoglutarat, yang ditransaminasi ke glutamat oleh GABA-T. GABA kemudian terbentuk
dari 12 glutamat oleh enzim GAD; kehadiran GAD di neuron karena itu menggambarkan
neuron yang menggunakan GABA sebagai pemancar (Brunton et al., 2018). GABA
memiliki efek penghambatan pada jalur monoamina, terutama sistem mesokortikal dan
mesolimbik. Pengurangan GABA telah diamati pada tingkat plasma, CSF, dan GABA otak
dalam depresi. Penelitian pada hewan juga menemukan bahwa stres kronis dapat
menurunkan kadar GABA. Sebaliknya, reseptor GABA diregulasi oleh antidepresan, dan
beberapa obat GABAergik memiliki efek antidepresan yang lemah. (Sadock et al., 2015).
Faktor Genetik
Studi Keluarga
Data keluarga menunjukkan bahwa jika salah satu orang tua memiliki gangguan mood,
seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen untuk gangguan mood. Jika
kedua orang tuanya terpengaruh, risiko ini akan meningkat dua kali lipat. Semakin banyak
anggota keluarga yang terpengaruh, semakin besar risikonya bagi seorang anak. Risikonya
lebih besar jika anggota keluarga yang terkena adalah kerabat tingkat pertama daripada
kerabat yang jauh (Sadock et al., 2015).
Studi Adopsi
Studi adopsi memberikan alternatif untuk memisahkan faktor genetik dan lingkungan
keluarga dalam penularan. Satu penelitian besar menemukan peningkatan tiga kali lipat
dalam tingkat gangguan bipolar dan peningkatan dua kali lipat pada gangguan unipolar
pada keluarga biologis dari pengguna bipolar (Sadock et al., 2015).
Studi Kembar
Studi kembar memberikan pendekatan yang paling kuat untuk memisahkan genetik dari
faktor lingkungan. Data kembar memberikan bukti yang meyakinkan bahwa gen hanya
menjelaskan 50 hingga 70 persen etiologi gangguan suasana hati. Lingkungan atau faktor
lain merupakan sisanya. Studi ini menemukan tingkat konkordansi untuk gangguan mood
pada kembar monozigotik (MZ) dari 70 hingga 90 persen dibandingkan dengan kembar
yang sama-seks dizigotik (DZ) 16 hingga 35 persen (Sadock et al., 2015).
Faktor Psikososial
Teori Kognitif
Aaron Beck mempostulatkan tiga kognitif depresi yang terdiri dari (1) pandangan diri
sendiri tentang suatu ajaran diri yang negatif, (2) tentang kecenderungan yang
menginginkan dunia untuk bermusuhan, dan (3) tentang harapan penderitaan serta
kegagalan masa depan (Sadock et al., 2015).
Teori Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresif
dengan pengalaman peristiwa yang tak dapat dikendalikan. Behavioris menekankan bahwa
peningkatan depresi bergantung pada pembelajaran pasien, rasa kontrol dan penguasaan
lingkungan (Sadock et al., 2015).
Sumber : Ayu, W. S. (2018) ‘Diagnosis Dan Patofisiologi Gangguan Depresi Mayor’, Program
Pendidikan Dokter Spesialis-Idepartemen Psikiatri Fk Unud / Rsup Sanglahdenpasar, 1(2), pp.
7–8.