Anda di halaman 1dari 15

LEARNING ISSUE LBM 2 MASALAH JIWA---------------------------------------------------------------------------------

1. Apa saja jenis gangguan mood dan afek?


MOOD
a. Mood disforik  mood yang tidak menyenangkan
b. Mood ekspansif  ekspresi perasaan seseorang tanpa ditahan, seringkali disertai
perasaan bahwa dirinya amat berharga dan penting
c. Mood iritabel  keadaan Ketika seseorang mudah terganggu dan terprovokasi untuk
marah
d. Mood mengalun (labil)  osilasi antara euforia dengan depresi atau ansietas
e. Euphoria  elasi yang intens disertai dengan rasa kebesaran
f. Ekstasi  rasa nikmat yang intens
g. Depresi  rasa sedih yang psikopatologis
h. Anhedonia  hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas biasa dan
menyenangkan, sering disebabkan oleh depresi
i. Aleksitimia  ketidakmampuan seseorang untuk mendeskripsikan/menyadari
emosi/moodnya
j. Ide bunuh diri  pikiran atau tindakan mengakhiri hidupnya sendiri
k. Elasi  perasaan gembira, euphoria, kemenangan, kepuasan diri yang intens atau
optimism
l. Hipomania  abnormalitas mood yang ditandai ciri kualitatif manja namun kurang
intens
m. Mania  keadaan mood yang ditandai dengan elasi, agitasi, hiperaktivitas,
hiperseksualitas, serta percepatan berpikir dan berbicara
n. Melankolia  keadaan depresi berat
o. Laa belle indifference  sikap kalem yang tidak tepat atau kurang perhatian terhadap
ketidakmampuan seseorang
Gangguan Bipolar  pasien dengan episode manik maupun depresif atau pasien dengan
episode manik saja.
Gangguan Depresi Berat/Depresi Unipolar  terjadi tanpa Riwayat episode manik,
campuran, atau hipomanik. Episode depresif berat harus ada setidaknya 2 minggu dan
seseorang yang didiagnosis memiliki episode depresif berat terutama juga harus mengalami
setidaknya 4 gejala dari daftar yang mencakup perubahan berat badan dan nafsu makan,
perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi, rasa bersalah, masalah dalam berpikir dan
membuat keputusan, serta pikiran berulang mengenai kematian dan bunuh diri.
Gangguan Mood Sekunder
a. Gangguan mood akibat keadaan medis umum
Ketika gejala manik dan depresif terdapat pada seorang pasien dengan keadaan medis
umum, menghubungkan gejala depresi baik dengan keadaan medis umum atau dengan
gangguan mmod dapat menjadi sulit. Banyak keadaan medis umum yang menunjukkan
gejala depresif, seperti tidur yang buruk, berkurangnya nafsu makan, dan lelah.
b. Gangguan mood yang diinduksi zat
Pertimbangkan 3 kemungkinan:
- Pasien mungkin meminum obat untuk terapi masalah medis non psikiatri
- Pasien mungkin secara tidak sengaja atau tidak diketahui telah terpajan bahan kimia
neurotoksik
- Pasien mungkin mengonsumsi suatu jenis zat hanya untuk tujuan rekreasional atau
mungkin tergantung zat tersebut.
Gangguan Mood yang tidak tergolongkan  pasien menunjukkan menunjukkan gejala mood
yang sulit dibedakan antara depresi dan mania serta tidak memenuhi kriteria diagnostic
gangguan mood lain.

AFEK
a. Afek tidak sesuai  ketidakharmonisan antara nada perasaan emosional dengan ide,
pikiran, atau gaya bicara yang menyertai
b. Afek tumpul  gangguan afek yang bermanifestasi sebagai sangat berkurangnya
intensitas tonus perasaan yang diungkapkan
c. Afek terbatas/menyempit  berkurangnya instensitas nada perasaan yang kadarnya
tidak begitu parah disbanding afek datar namun jelas menurun
d. Afek datar  tidak ada/hamper tidak ada tanda ekspresi afektif; suara monoton, wajah
tidak bergerak
e. Afek labil  perubahan nada perasaan emosional yang cepat dan mendadak, tidak
disebabkan oleh stimulus eksterna

Kaplan.

2. Klasifikasi gangguan mood afektif (kriteria diagnosis)


Gangguan afektif dibedakan menurut:
- Episode tunggal atau multiple
- Tingkat keparahan gejala
a. Mania dengan gejala psikotik  mania tanpa gejala psikotik  hipomania
b. Depresi ringan, sedang, berat, tanpa gejala psikotik  berat dengan gejala
psikotik
- Dengan atau tanpa gejala psikotik
Menurut PPDGJ III  F30-F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/afektif)
F30 EPISODE MANIK
F30.0 Hipomania

F30.1 Mania tanpa gejala psikotik

F30.2 Mania dengan gejala psikotik


F30.8 Episode manik lainnya
F30.9 Episode manik YTT
F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik

F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang

F31.3.30 Tanpa gejala somatic


F31.3.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran


F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya


F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
F32 EPISODE DEPRESIF
Gejala utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
F32.0 Episode depresif ringan

F32.0.00 Tanpa gejala somatik


F32.0.01 Dengan gejala somatik
F32.1 Episode depresif sedang

F32.1.10 Tanpa gejala somatik


F32.1.11 Dengan gejala somatik
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

F32.8 Episode depresif lainnya


F32.9 Episode depresif YTT
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan


F33.0.00 Tanpa gejala somatic
F33.0.01 Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

F33.1.10 Tanpa gejala somatic


F33.1.11 Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik

F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik

F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi

F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya


F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
F34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD/AFEKTIF) MENETAP
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia

F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap lainnya


 Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kreteria siklotimia atau distimia, namun
secara klinis bermakna.
F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT
F38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD/AFEKTIF) LAINNYA
F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya
F38.0.00 Episode afektif campuran

F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) berulang lainnya


F38.1.10 Gangguan depresif singkat berulang

F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT


 Kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria untuk kategori
manapun dari F30-F38.1 tersebut di atas
F39 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD/AFEKTIF) YTT
 Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tidak ada istilah lain yang dapat
digunakan.

PPDGJ III.

3. Apa yang dimaksud sindroma mania dan depresi?


Sindroma mania  dalam waktu tertentu ada peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas
Sindroma depresi  penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas.
4. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan mood pada pasien (etiologic)?
Faktor biologis
Adanya abnormalitas metabolit amin biogenic—seperti asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA),
asam homovanilat (HVA), dan 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) di dalam darah, urin,
dan cairan serebrospinalis pada pasien dengan gangguan mood. 2 neurotransmitter yang
paling terkait dalam patofisiologi gangguan mood adalah norepinefrin dan serotonin.
 Dengan adanya keterlibatan reseptor prasinaps β2-adregenik pada depresi, aktivasi
reseptor menimbulkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan
 Kekurangan serotonin dapat mencetuskan depresi dan beberapa pasien dengan impuls
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah dalam cairan
serebrospinal serta konsentrasi tempat uptake serotonin yang rendah pada trombosit
Factor genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa factor genetik yang signifikan terlibat dalam
timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetic terjadi melalui mekanisme yang
kompleks. Komponen genetik memainkan peranan yang lebih bermakna dalam menurunkan
gangguan bipolar I daripada gangguan depresif berat.
 Pewarisan gangguan bipolar 1 juga tampak di dalam fakta bahwa sekitar 50% pasien
gangguan bipolar I setidaknya memiliki satu orang tua dengan gangguan mood, paling
sering gangguan depresif berat. Jika salah satu orang tua memiliki gangguan bipolar I,
terdapat 35% kemungkinan bahwa setiap anaknya juga memiliki gangguan mood; jika
kedua orang tua memiliki gangguan bipolar I, terdapat 50-75% kemungkinan anaknya
memiliki gangguan mood.
Factor psikososial
- Peristiwa hidup yang penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode
gangguan mood yang mengikuti.
- Stressor kehidupan masa kecil meningkatkan risiko gangguan mood, terutama
pelecehan masa kanak, kehilangan dan ketidakoptimalan pengasuhan ibu pada masa
kanak
- Stress yang menyertai episode pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan
lama di dalam biologi otak. Perubahan yang bertama lama  menghasilkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberian
sinyal intraneuron, perubahan yang bahkan dapat mencakup hilangnya neuoran dan
berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan  seseorang memiliki risiko tinggi
mengalami gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.
- Peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulknya depresi di kemudian
hari pada seseorang adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun.

Kaplan.

5. Apa yang menyebabkan pasien sulit tidur, kurang bersemangat, dan merasa lelah?
Apabila seseorang kurang tidur maka akan berpengaruh pada mood dan tenaga keesokan
harinya.
Ganong.
6. Bagaimana patomekanisme penyakit pada di scenario?

Calgary guide.
7. Mengapa pasien memiliki rasa ingin bunuh diri?
Penyebab orang memiliki rasa ingin bunuh diri bahkan melakukan bunuh diri:
- Masalah individu  depresi, hopelessness, frustasi, malu, penyalahgunaan obat
terlarang
- Factor lingkungan  keluarga, sekolah, teman, tempat kerja
- Factor budaya dan kehidupan social lainnya

Penyakit gangguan bipolar mengganggu keberfungsian social individu dan merupakan


pemicu kuat upaya bunuh diri penderitanya. Penyakit ini termasuk penyakit otak yang
menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak biasa pada suasana hati, energi, aktivitas,
dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas harian. Perasaan mereka mudah naik dan
turun secara berlebihan atau ekstrim bila dibandingkan manusia normal umumnya.

Franky – Identifikasi.

8. Mengapa 6 bulan yang lalu pasien banyak bicara, memakai pakaian mencolok, dan make up
tebal?
Pasien mengalami sindrom mania.

Calgary guide.
9. Jelaskan diagnosis (5 aksis) pada kasus di scenario
Aksis I = F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

- pasien mengalami episode mania pada 6 bulan yang lalu, kemudian sembuh dan saat
ini mengalami episode depresi
Aksis II = tidak ada diagnosis
Aksis III = Z032  tidak ada diagnosis
Aksis IV = masalah pekerjaan (2 bulan yang lalu terkena PHK)
Aksis V = mutakhir  ada rasa ingin bunuh diri. GAF 20-10  ingin melukai diri sendiri
PPDGJ III
10. Jelaskan bipolar 1 dan bipolar 2!
Gangguan Bipolar I
 Suatu sindrom dengan seluruh gejala mania terjadi selama perjalanan gangguan ini.
 Terdapat dua yaitu gangguan bipolar I, episode manik tunggal dan gangguan bipolar I
berulang.
 Membutuhkan adanya suatu periode mood abnormal yang khas dan bertahan sedikitnya
selama 1 minggu dan mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah untuk satu
episode manik dan jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini.
 DSM-IV-TR menentukan kriteria diagnostik gangguan bipolar I berulang berdasarkan
gejala episode terkini: manik, hipomanik, depresi, campuran, tidak tergolongkan.
 Kriteria diagnostic:
Gangguan Bipolar II
 Gambaran klinis pada gangguan depresif berat ditambah dengan gambaran klinis
episode hipomanik. Pasien dengan gangguan bipolar II memiliki risiko lebih tinggi untuk
berusaha dan melaksanakan bunuh diri daripada pasien dengan gangguan bipolar I serta
gangguan depresif berat.
 Penyakit kronik yang memerlukan strategi terapi jangka Panjang.
 Kriteria diagnostic gangguan bipolar II menentukan keparahan, frekuensi, serta lama
gejala hipomanik tertentu.
 Kriteria ditetapkan untuk menurunkan diagnosis berlebihan episode hipomanik serta
penggolongan yang tidak benar untuk pasien dengan gangguan depresif berat sebagai
gangguan bipolar II.
 Kriteria diagnostic:
11. Bagaimana tatalaksana yang bisa diberikan dalam kasus tersebut?
a. Penatalaksanaan pada fase akut  farmakoterapi pada mania akut
b. Penatalaksanaan pada fase rumatan
Farmakoterapi pada fase rumatan

c. Pemilihan stabilisator mood

d. Pemilihan antipsikotik
Kriteria untuk pemakaian jangka panjang antipsikotik atipikal pada gangguan bipolar:
- Pasien dengan episode kini manik yang berat dengan gejala psikotik
- Pasien dengan riwayat kekambuhan setelah berhenti memakai antipsikotik antipikal
- Pasien dengan riwayat dominan episode manik
- Pasien dengan refrakter terhadap pemberian stabilisator mood
- Siklus cepat
- Pasien dengan tolerabilitas yang baik terhadap antipsikotik atipikal
e. Intervensi psikososial
Seperti psikoedukasi, cognitive-behavioral therapy (CBT), family-focused therapy (FFT),
terapi ritme social, dan interpersonal.

SUMBER:

Buku Saku. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan dari PPDGJ III dan DSM-5

Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavioral Sciences. 2015

Izzatul Fithriyah dan Hendy M. Margono. Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik dengan Gejala
Psikotik Fokus pada Penatalaksanaan. Unair.

Calgary guide.

Barret, Kim etc. 2012. Ganong Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 24. Mc Graw Hill Medical.

Franky Febryanto Banfatin. Identifikasi Peningkatan Keberfungsian Sosial dan Penurunan Risiko
Bunuh Diri Bagi Penderita Gangguan Kesehatan Mental Bipolar Disorder di Kota Medan Melalui
Terapi Pendampingan Psikososial.

Anda mungkin juga menyukai