Anda di halaman 1dari 9

LI LBM 1 MODUL 4.

4 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Definisi gangguan jiwa


Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia. Disfungsi ini bisa dalam segi perilaku, psikologik, atau biologic dan gangguan
ini tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat.
Konsep gangguan jiwa didapatkan syarat:
a. Adanya gejala klinis yang bermakna
- Sindrom atau pola perilaku
- Sindrom atau pola psikologik
b. Gejala klinis yang menimbulkan penderitaan (distress)  rasa nyeri, tidak nyaman, tidak
tentram, terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
c. Gejala klinis yang menimbulkan disabilitas (disability) dalam kehidupan sehari-hari
seperti kegiatan yang berhubungan dengan merawat diri dan kelangsungan hidup 
mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll.

Sumber: PPDGJ III

2. Apa saja jenis gangguan psikotik?


Gangguan psikotik adalah kondisi kejiwaan yang bisa ditandai dengan adanya gangguan
hubungan dengan realita  pasien tidak dapat menilai realita  apa yang pasien nilai tidak
sesuai dengan realita.
Tanda kunci gangguan psikotik:
a. Waham (delusion)  gangguan isi pikir, dimana orang itu mempercayai isi pikiran tsb
benar padahal sebenernya ada kekeliruan dengan fakta dan tidak ada buktinya,
sifantnya menetap.
b. Halusinasi  gangguan presepsi, dimana seseorang dapat melakukan interpretasi
sesuatu padahal sumber rangsangannya gaada
c. Disorganized thinking (speech)  ada gangguan pola piker atau pembicaraannya
d. Negative simptomps
Gangguan psikotik dibagi menjadi 2  organic dan fungsional
Gangguan psikotik organic  delirium, demensia, sindroma amnestik
Gangguan psikotik fungsional  skizofrenia, gangguan psikotik akut, gangguan waham.
Kode gangguan psikotik pada PPDGJ III untuk kebutuhan Axis I
F1x.5 Gangguan psikotik  terjadi selama atu segera sesudah penggunaan zat psikoatif
(biasanya dalam waktu 48 jam) dan dapt terlihat dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi
ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat.
F1x.7 Gangguan psikotik residual / onset lambat  onset dari gangguan harus secara
langsung berkaitan dengan penggunaan alcohol atau zat psikoaktif. Gangguan fungsi
kognitif, afek, kepribadian atau perilaku harus terlihat jelas disebabkan oleh alcohol atau zat
psikoaktif. Kelompok ini bisa dibagi lebih lanjut dengan menggunakan kode lima karakter
berikut:
- F1x.70  kilas balik/flashback  sifat episodiknya berlangsung sangat singkat (detik
– menit) dan ada gambaran duplikasi dari pengalaman sebelumnya yang
berhubungan dengan penggunaan zat.
- F1x.71  gangguan kepribadian atau perilaku  memenuhi kriteria untuk gangguan
kepribadian organic (F07.0)
- F1x.72  gangguan afektif residual  memenuhi gangguan afektif organic (F06.3)
- F1x.73  demensia  memenuhi kriteria umum untuk demensia (F00-F09)
- F1x.74  hendaya kognitif menerap lainnya  kategori residual untuk gangguan
dengan hendaya kognitif menetap, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom
amnesik yang disebabkan oleh psikoaktif (F1x.6) atau demensia (F1x.73)
- F1.x75  gangguan psikotik onset lambat
F23 Gangguan psikotik akut / sementara punya pedoman diagnosis:
a. onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang),
b. adanya sindrom yang khas (polimorfik atau schizophrenia-like),
c. adanya stress akut yang berkaitan,
d. tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung,
e. tidak ada penyebab organic (trauma kapitis, delirium, demensia),
f. tidak merupakan intoksiskasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.
Jenis Gangguan psikotik akut / sementara :
- F23.0  Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia
Pedoman diagnostik:

- F23.1  Gangguan psikotik polimorifk akut dengan gejala skizofrenia


Pedoman diagnostik:

- F23.2  Gangguan psikotik Lir-Skizofrenia (schizophrenia-like) akut


Pedoman diagnostik:

- F23.3  Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham


Pedoman diagnostik:
- F23.8  Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya  gangguan psikotik akut
lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun dalam F23
- F23.9  Gangguan psikotik akut dan sementara YT

F28 Gangguan psikotik non-organik lainnya  tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
(F20.-) atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik (F30-F39), dan gangguan psikotik
yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap (F22)

F29 Gangguan psikotik non-organik YTT (Yang tidak tergolongkan/unspecified)

Sumber : PPDGJ III

3. Mengapa pasien bisa duduk berjam jam tanpa bergerak?


4. Apa yang menyebabkan fleksibilitas cerea dan negativism pada pasien?
5. Apa hubungan stress dengan keluhan pasien?
6. Apa hubungan tidak ada Riwayat NAPZA dan Riwayat medis umum pada kasus di scenario?
7. Bagaimana alur diagnosis dalam menentukan gangguan psikotik?
Anamnesis  pemeriksaan  diagnosis  terapi  tindak lanjut
a. Anamnesis meliputi:
- Alasan berobat
- Riwayat gangguan sekarang
- Riwayat gangguan dahulu
- Riwayat perkembangan diri
- Latar belakang social, keluarga, Pendidikan, pekerjaan, perkawinan, dll
b. Pemeriksaan yang dilakukan:
- Fisik – diagnostic
- Status mentalis
- Laboratorium
- Radiologic
- Evaluasi psikologik
c. Diagnosis [multiaksial]  holistic dan komprehensif
- Aksis I  gangguan klinis/sindroma klinis; kondisi lain yang menjadi fokus perhatian
terkini
- Aksis II  gangguan kepribadian; retardasi mental
- Aksis III  kondisi medik  berpengaruh pada pemberian terapi
- Aksis IV  masalah psikososial dan lingkungan (stressor apa yang membuat pasien
beradaptasi)
- Aksis V  penilaian fungsi secara global (GFA)
Note:
o Antara aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologic atau patogenesis
o Hubungan antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal-balik saling
mempengaruhi
d. Terapi
- Farmakoterapi
- Psikoterapi
- Terapi social
- Terapi okupasional
e. Tindak lanjut
- Evaluasi terapi
- Evaluasi diagnosis

DIAGNOSIS = ANAMNESIS (data subjektif) + PEMERIKSAAN (data objektif)


Sumber: PPDGJ III

8. Bagaimana cara pemeriksaan status mental?


Total keseluruhan observasi pemeriksa dan kesan yang diperoleh dari wawancara awal.
A. Penampilan
1) Identifikasi pribadi  deskripsi singkat tentang penampilan dan tingkah laku pasien
terhadap pemeriksa : kooperatif, penuh perhatian, tertarik, terus terang, sedukti,
defensive, bermusuhan, suka bercanda, menyenangkan, suka mengelak, berhati-hati
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor  cara berjalan, manerisme, tik, gerakan tubuh,
kedutan, stereotipi, gerakan mencabut, menyentuk pemeriksa, ekopraksia, kikuk,
tangkas, pincang, kaku, lambat, hiperaktif, teragitasi, penuh perlawanan, seperti lilin
3) Gambaran umum  postur, pembawaan, pakaian, kerapihan, rambut, kuku; tampak
sehat, sakit, marah, ketakutan, apatis, kebingungan, merendahkan tak nyaman,
tenang, tampak tua, muda, feminin, maskulin; tanda-tanda ansietas – tangan
lembab, dahi berkeringat, gelisah, postur tegang, suara tertekan, mata melebar,
perubahan tingkat ansietas selama wawancara/dengan topik tertentu
B. Gaya bicara  cepat, lambat, tertekan, tertahan, emosional, monoton, lantang, berbisik,
pelo, menggumam, gagap, ekolalia, nada dengan intensitas tinggi, jeda, spontanitas,
produktivitas, cara, waktu reaksi, kosa kata, prosodi.
C. Mood dan afek
Mood  bagaimana pasien mengatan apa yang dirasakannya
Afek  bagaimana pemeriksa menilai afek pasien-luas, terbatas, menumpul atau datar,
dangkal, jumlah dan rentang ekspresi; apakah ekspresi emosi sesuai dengan isi pikir,
budaya, dan suasana pemeriksaan
D. Pikiran dan persepsi
1) Bentuk pikiran
- Produktivitas  ide berlebihan, miskin ide, flight of ideas, berpikir
cepat/lambat, pikiran tertahan; apakah pasien bicara spontan atau hanya bila
ditanya
- Kontinuitas pikiran  apakah jawaban pasien benar-benar menjawab
pertanyaan dan mengarah ke tujuan, relevan, atau tidak relevan; pernyataan
tidak logis; bloking atau terdistrak
- Hendaya bahasa  hendaya yang mencerminkan kejiwaan yang terganggu spt
gaya bicara inkoheren/tidak dapat dipahami, clang association, neologisme
2) Isi pikir  preokupasi tentang penyakitnya, masalah di lingkungan, obsesi atau
rencana bunuh diri, pembunuhan
3) Gangguan pikir
- Waham  pengakuan pasien mengenai kesahihannya, bagaimana waham
tersebut mempengaruhi hidupnya
- Ide pengaruh dan ide rujukan  bagaimana ide itu bermula, isi dan makna ide
tersebut menurut pasien
4) Gangguan persepsi
- Halusinasi dan ilusi  pasien mendengar suara atau melihat penampakan,
keterlibatan system sensorik, situasi pada saat kejadian, halusinasi
hipnogogik/hipnopompik
- Depersonalisasi dan derealisasi  perasaan terlepas yang ekstrem dari diri atau
lingkungannya
5) Fantasi dan mimpi
- Mimpi  menonjol, pasien mau menceritakan, mimpi buruk
- Fantasi  rekuren, favorit, khayalan tidak tergoyahkan
E. Sensorium
1) Kesiagaan  kewaspadaan terhadap lingkungan, rentang perhatian, kesadaran
berkabut, fluktuasi tingkat kewaspadaan, somnolen, stupor, letargi, keadaan fugue,
koma
2) Orientasi
- Waktu  mengidentifikasi hari, tanggal, jam dengan tepat; apakah pasien
mengetahui sudah berapa lama ia berada disana (apabila di rs)
- Tempat  apakah pasien mengetahui dimana dia berada
- Orang  apakah pasien mengenali siapa pemeriksanya dan peran atau nama
orang yang kontak dengannya
3) Konsentrasi dan kalkulasi  bisa menggunakan pengurangan dari 100, perkalian,
perhitungan mudah menggunakan uang; apakah ada gangguan mood/konsentrasi
bertanggung jawab atas kesulitasn tersebut
4) Memori
- Jangka Panjang
- Jangka menengah
- Jangka pendek
- Retensi memori dan pengingatan segera
- Pengaruh defek pada pasien
5) Dasar pengetahuan
6) Pikiran abstrak  gangguan dalam pembentukan konsep; cara pasien membuat
konsep atau menangani idenya sendiri; jawaban konkret/sangat abstrak; ketepatan
jawaban
7) Tilikan  ada beberapa tingkatan
- Penyangkalan total atas penyakitnya
- Kesadaran ringan bahwa dirinya sakit dan memerlukan bantuan namun pada
saat yang sama menyangkal
- Kesadaran bahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, factor eksternal,
pengobatan atau factor organik yang tidak diketahui
- Tilikan intelektual  pengakuan bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau
kegagalan penyesuaian osial disebabkan oleh perasaan atau gangguan dari
pasien sendiri yang tidak rasional tanpa menerapkan pengetahuan ini pada
pengalaman masa depan
- Tilikan emosional sejati  kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalam
dirinya terhadap makna gejala; apakah kesadaran tersebut menyebabkan
perubahan dalam kepribadian dan perilaku di masa yang akan dating:
keterbukaan terhadap ide dan konsep baru mengenai diri serta orang penting
dalam kehidupannya
8) Daya nilai
- Daya nilai social
- Daya nilai dengan pengujian

Sumber = Buku Panduan Skill Lab FK Unissula Modul Masalah Kesehatan Jiwa 2022.

9. Apa makna pemeriksaan status mental yang ditemukan pada pasien?


10. Bagaimana pengukuran skor GFA dan mengapa GFA pada pasien tersebut menurun?

Sumber = PPDGJ III


11. Terapi pada pasien dengan gangguan psikotik?
Tatalaksana skizofrenia :

Fase Farmakoterapi Psikoedukasi Terapi lainnya


Akut 1. Berbicara kepada pasien dan Tujuan intervensi ECT (terapi
memberinya ketenangan adalah mengurangi kejang listrik)
2. Pemberian obat stimulus yang dapat dilakukan
a. Obat injeksi berlebihan, stressor pada skizofrenia
- Olanzapine  dosis 10 lingkungan dan katatonik dan
mg/injeksi, peristiwa-peristiwa skizofrenia
intramuscular, diulang kehidupan. refrakter
tiap 2 jam, dosis max 30 Memberikan
mg/hari ketenagan kepada
- Aririprazol  dosis 9,75 pasien atau
mg/injeksi, mengurangi
intramuscular, dosis max keterjagaan melalui
29,25 mg/hari komunikasi yang
- Haloperidol  dosis 5 baik, memberikan
mg/injeksi, dukungan, atau
intramuscular, diulang harapan,
tiap setengah jam, dosis menyediakan
max 20 mg/hari lingkungan yang
- Diazepam 10 mg/injeksi, nyaman, toleran
intravena/intramuscular, perlu dilakukan.
dosis max 30 mg/hari
b. Obat oral
Pemilihan antipsikotika
ditentukan oleh
pengalaman pasien
sebelumnya dengan
antipsikotika.
Diberikan segera setelah
diagnosis ditegakkan dan dosis
dimulai dari dosis anjuran
dinaikkan secara bertahap
dalam waktu 1-3 minggu sampai
dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala
Stabilisasi Tujuan fase ini adalah Tujuan intervensi -
mempertahankan remisi gejala adalah
atau mengontrol, meningkatkan
meminimalisasi risiko atau keterampilan orang
konsekueni kekambuhan dan dengan skizofrenia
mengoptimalkan fungsi dan dan keluarga dalam
proses kesembuhan (recovery). mengelola gejala.
Setelah diperoleh dosis optimal, Mengajak pasien
dosis tersebut dipertahankan untuk mengenali
selama kurleb 8-10 minggu gejala-gejala,
sebelum masuk ke tahap melatih cara
rumatan. Pada fase ini dapat mengelola gejala,
juga diberikan obat anti psikotika merawat diri,
jangka panjang, setiap 2-4 mengembangkan
minggu. kepatuhan menjalani
pengobatan, Teknik
intervensi perilaku
diterapkan pada fase
ini.
Rumatan Dosis mulai diturunkan secara Tujuan intervensi
bertahap sampai diperoleh dosis adalah
minimal yang masih mampu mempersiapkan
mencegah kekambuhan. Bila pasien kebali pada
kondisi akut, pertama kali, terapi kehidupan
diberikan sampai dua tahun, bila masyarakat.
sudah berjalan kronis dengan Modalitas
beberapa kali kekambuhan, rehabilitasi spesifi,
terapi diberikan sampai 5 tahun misalnya remidiasi
bahkan seumur hidup. kognitif, pelatihan
keterampilan social
dan terapi
vokasional dapat
diterapkan pada fase
ini. Pada fase ini
pasien dan keluarga
juga diajarkan
mengenali dan
mengelola gejala
prodromal sehingga
mereka mampu
mencegah
kekambuhan
berikutnya.
Sumber:
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa

Anda mungkin juga menyukai