Anda di halaman 1dari 33

1. Apa yang dimaksud dengan mood dan afek serta macam macamnya?

Sumber : Tomb, David A. 2003. Buku saku psikiatri Ed 6. EGC

MACAM-MACAM MOOD
 Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
 Mood eutimik: mood dalam rentang normal
 Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa
pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan
atau makna seseorang
 Mood yang iritabel (irritable mood): mudah diganggu atau dibuat marah
 Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan depresi atau
kecemasan
 Elevated mood: suasana mood yang meninggi
 Euphoria: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
 Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat
 Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
 Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan, sering kali disertai dengan depresi
 Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
 Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.”
Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”..

MACAM-MACAM AFEK
 Afek yang sesuai (appropriate affect): suatu kondisi dimana irama emosional
adalah harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai
 Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang
menyertainya
 Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan
oleh penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar
 Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama
perasaan yang kurang parah daripada afek yang tumpul
 Afek yang datar (flat affect): tidak adanya atau hamper tidak adanya tanda
ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak
 Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-
tiba, yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
SUMBER : Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”

2. Apa saja macam macam gangguan mood afektif?


Menurut PPDGJ III:
 F30: Episode Manik
Saat ini dalam keadaan mania, sebelum dan sesudahnya tidak ada
 F31: gangguan afektif bipolar
Sebelumnya sudah menglami ggg afektif dulu
 F32: episode depresif
Pasien menglami suasana perasaan yang sangat depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan
 F33: gangguan depresif berulang
Episode berulang dari depresi, biasanya ada jeda antara 2 serangan
 F34: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap
Gangguan suasana perasaan yang berfluktuasi dan menetap
 F38: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya
 F39: gangguan suasana perasaan (mood/afektif) YTT

F. 30 EPISODE MANIK

 F30.0 Hipomania:
- Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1),afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturut-turut ,pada suatu derajat intensitas dan
bertahan melebihi siklotimia (F34.00 ,serta tidak ada halusinasi atau waham.
- Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas social memang
sesuai dengan diagnosis hipomania,akan tetapi bila kekacauan itu berat atau
menyeluruh ,maka diagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.
 F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan
aktivitas social yang biasa dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai energy yang bertambah , sehingga terjadi
aktivitas berlebihan,percepatan dan kebanyakan bicara,kebutuhan tidur
berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik.
 F30.2 Mania dengan gejala psikotik
- Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania
tanpa gejala psikotik
- Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham kebesaran (delusion of persecution),iritabilitas dan
kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution) .Waham dan
halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
 F30.8 Episode Manik Lainnya
 F30.9 Episode Manik YTT
EPISODE MANIK GEJALA KHAS/MENONJOL
Hipomania  Afek yang meninggi/berubah disertai
peningkatan aktifitas , menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari
berturut-turut
Mania tanpa gejala psikotik  Episode berlangsung sekurang-
kurangnya 1 minggu
 Cukup berat sampai mengacaukan
seluruh pekerjaan atau hampir seluruh
aktifitas social yang biasa dilakukan
 Aktifitas yang berlebihan,percepatan &
kbanyakan bicara,keb tdr yang
berkurang, Ide-ide perihal
kebesaran/grandiose ideas dan terlalu
optimistic
Mania dengan Gejala psikotik  Gmbrn klinisnya > berat dari mania tanpa gjala
psikotik
 Harga diri yang membumbung dan gagasan
kebesaranwaham kebesaran
 Iritabilitas & kecurigaan waham kejar (delusion
of persecution)
 Waham & halusinasi sesuai dengan keadaan afek
tersebut (mood-congruent)

F. 31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik


 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.1 Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik, dan
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
 episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
psikotik.
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif,atau campuran)di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan ataupun sedang dan
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau.
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
 episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode deperesif
berat dengan gejala psikotik
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran dimasa lampau.
F31.6 Gangguan afektif bipolar episode kini campuran
 episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,hipomanik,dan
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa
terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya 2minggu)
 harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,manik,atau
campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi


sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini,tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan
ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain.
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim
F. 32 EPISODE DEPRESI

F.32.0 Episode depresi ringan

 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif


seperti tersebut di atas
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya

F 32.1 Episode depresi sedang


 Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif
seperti tersebut diatas
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya sebaiknya 4
 Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
 Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan
sosial,

F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik


Pedoman Diagnostik
 Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok,
maka penderita mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.
 Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode gangguan depresif
berat masih dapat dibenarkan
 Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
• Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
rumah tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.

F32.3 EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK


Pedoman Diagnostik
 Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas
 Disertai waham, halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung
jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek (mood congruent).

F32.8 Episode Depresif Lainnya


F 32.9 Episode Depresif YTT
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim
EPISODE DEPRESIF GJALA KHAS/MENCOLOK
RINGAN  Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gjala
utama depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 2 gjala
lainnya
tdk ada yg berat diantaranya
minimal berlangsung 2 minggu
 Hanya sedikit kesulitan dlm pekerjaan
dan kegiatan social yang biasa
dilakukan
SEDANG  Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3
gjala utama depresi
 Ditambah sekurang-kurangnya 3 (&
sebaiknya 4)dari gejala lainnya
minimal berlangsung 2 minggu
 Menghadapi kesulitan nyata untuk
meneruskan keg.sosial,pekerjaan
dan urusan rumah tangga
BERAT tanpa Gjala Psikotik  Semua 3 gjala utama depresi harus
ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4
dari gjala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas
berat
berlangsung minimal 2 minggu
atau < bila gjala amat berat dan
beronset sangat ceoat
 Sangat tdk mungkin pasient
mampu meneruskan
kegiatan
social,pekerjaan/urusan
rumah tangga kcuali pd taraf
yg sangat terbatas
BERAT dengan gjala Psikotik  Sama sperti pd episode
depresif berat tanpa gjala
psikotik tapi disertai
waham, halusinasi atau
stupor depresif
waham
biasnyamelibatkan ide ttg
dosa,kemiskinan/malapetaka
yg mengancam dan pasien
merasa bertanggung jwb
atas itu smua.
halusinasi
auditorik/olfactorik berupa
suara yg
menghina/menuduh/bau
kotoran/daging membusuk
F. 33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

F.33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG


Pedoman Diagnostik
• Gangguan ini bersifat dengan episode berulang dari :
o Episode depresif ringan (F32.0)
o Episode depresif sedang (F32.1
o Episode depresif berat(F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih
jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2) Namun kategori ini tetap harus digunakan jika
ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang
memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresi (kadang-kadang
tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi)
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna di antara episode, namun sebagian kecil penderita
mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada lanjut usia (untuk
keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
• Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh
peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial
untuk penegakkan diagnosis)
F33.0 GANGGUAN GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI RINGAN

Untuk Diagnosis pasti :


1 Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0), dan
2 sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.

Karakter Kelima F.33.00 = Tanpa gejala somatik


F.33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI SEDANG


Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang (F32.1) , dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna

F33.2 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI BERAT TANPA GEJALA


PSIKOTIK
Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2 ) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.3 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, EPISODE KINI BERAT DENGAN


GEJALA PSIKOTIK
Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33) harus dipenuhi dan episode sekarang
harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3) dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

F33.4 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG, KINI DALAM REMISI


Pedoman Diagnostik
• Untuk Diagnosis pasti :
a. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33,-) harus dipenuhi dan episode sekarang
seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi dengan derajat keparahan
apapun atau gangguan lain apapun dalam F30 – F39. dan
b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2
minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 34 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) MENETAP

 F34.0 Siklotimia
 Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama
untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau
gangguan depresi berulang (F33.-)
 Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria
untuk kategori mana pun yang disebut dalam episode manik (F30.-)
atau episode depresi (F32.-)
 Diagnosis banding : Gangguan afektif bipolar (F31.-)
Gangguan depresi berulang (F33.-)

 F34.1 Distimia
 Ciri esensial ialah afek depresi yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi
kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau
F33.1)
 Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu
tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali
merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (f32.) dan
berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.
 Diagnosis Banding : Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
Skizofrenia residual (F20.5)

 F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya


 Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (34.0) atau
distimia (34.1), namun secara klinis bermakna.

 F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT

SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 38 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) LAINNYA

 F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya


 F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu
yang bersifat campuran atau pergantian cepat ( biasanya dalam
beberapa jam) antara gejala hipomanik, manik, dan depresif.

 F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya


 F38.10 = Gangguan depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali
sebulan selama satu tahun yang lampau.
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2
minggu (yang khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi
memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depreasif ringan,
sedang, atau berat (F32.0, F32.1, F32.2)
Diagnosis Banding : Distimia (F34.1)
Episode depresif berkaitan dengan menstruasi
(F38.8)

 F.38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT


 Merupakan kategori sisa utuk gangguan afektif yang tidak memenuhi
kriteria untuk kategori mana pun dari F.30 – F38.1

 F38.9 Gangguan Afektif YTT


 Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain
yang dapat digunakan
 Termasuk : psikosis afektif YTT

SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ –
III, dr. Rusdi Maslim

F. 39 GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD [AFEKTIF]) YTT

SUMBER : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III, dr.
Rusdi Maslim

3. Mengapa keaadan tersebut memengaruhi minat, kegembiraaan, dan pola tidur pasien?
 Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni
pekerjaan  karena pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
 Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk
adaptasi untuk menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI.
2011

 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelainan pada GABA mungkin berperan


gangguan mood yang parah. Sebagai neurotransmitter penghambat, GABA
memfasilitasi koordinasi aktivitas kortikal yang dapat mempengaruhi kemampuan
pemrosesan kognitif. Dengan demikian perubahan pada sistem GABAergic dapat
menyebabkan gangguan pada pasien gangguan bipolar (Roscoe et al., 2013). Pada
pasien bipolar mengalami penurunan kadar GABA pada CSF, penurunan ini
menyebabkan peningkatan kecemasan psikis dan depresi berat. GABA
merupakan hasil dari sintesis glutamat yang di katalis oleh GAD (Glutamat
dekarboksilase) (Katzung et al., 2012). Setelah terjadinya eksositosis, GABA
akan berdifusi dari presinap menuju celah sinap dan berikatan dengan reseptornya
kemudian GABA akan direuptake menuju presinap dan diuptake menuju glia oleh
GAT-1/2/3, peningkatan uptake akan mengakibatkan penurunan GABA pada
celah sinap, efek dari penurunan GABA akan memicu terjadinya gangguan
bipolar dengan episode depresi (Daniele et al., 2012).
 GANGGUAN TIDUR
Pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada depresi
terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur
gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta peningkatan aktivitas
REM.

SUMBER : Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Nurmiati
Amir. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 157, 2007.

 Gangguan mood yang dialami oleh seseorang ini umumnya dapat dilihat dari
pertambahan jam tidur yang semakin meningkat. Dan dalam beberapa tahun
telah diketahui bahwa gangguan tidur merupakan salah satu pertanda bagi
kebanyakan gangguan perasaan. Hal ini terjadi karena, pada orang-orang yang
mengalami depresi hanya ada waktu yang lebih pendek secara signifikan
sepelum repid eye movement (REM) sleep dimulai. REM sleep atau non-REM
sleep. Pada saat seseorang tetidur, mereka akan melalui beberapa subtahapan
tidur yang secara progresif menjadi lebih nyenyak, di mana pada saat itu mereka
mencapai tingkat istirahat yang sesungguhnya. Pada prosesnya, setelah 90 menit
seseorang mulai mengalami REM sleep, di mana otak terjaga dan kita mulai
bermimpi. Mata akan bergerak maju-mundur dengan cepatdi balik kelopak
mata, sehingga dinamai dengan repid eye movement sleep. Dan ketika semakin
larut, maka banyaknya REM sleep akan semakain bertambah. Sedangkan, pada
orang yang menderita depresi akan kehilangan tidur gelombang-lambat mereka.
Selain memasuki periode REM sleep yang jumlah yang jauh lebih cepat, orang
dengan depresi ini akan mengalami aktvitas REM yang lebih intens. Tak hanya
itu, tahapan tidur yang paling nyenyak hanya berlangsung pendek atau bahkan
tidak terjadi sama sekali. Karena ada beberapa karakteristik tidur hanya terjadi
pada saat seseorang sedang mengalami depresi dan tidak terjadi pada saat
lainnya.
SUMBER : Davidson, Gerald C., Neale, John M., danKring, Ann M. 2006, Psikoloogi Abnormal,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

4. Mengapa pasien mencoba untuk bunuh diri?


 Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik
( norepinefrin dan serotonin ). Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi,
dan pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik
serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat
ambilan serotonin yang rendah di trombosit.
SUMBER : Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu
 Penelitian mengimplikasikan pada tingkat serotonin yang rendah dalam etiologi
gangguan suasana perasaan. Hal ini dikarenakan, fungsi primer serotonin adalah
mengatur reaksi-reaksi emosional pada manusia. 18 Dalam hipotesis “permisif”
penelitian ini mengatakan bahwa ketika tingkat serotonin rendah,
neurotransmitter lainnya diizinkan (mood irregularities), termasuk depresi.
Anjloknya norepineferin akan menjadi salah satu akibat terjadinya gangguan
mood.

5. Apa hubungan keluhan pasien dengan 1,5 bulan lalu di PHK?


 PHK 1,5 bulan yang lalu  termasuk stressor psikososial
 Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni
pekerjaan  karena pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
 Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk
adaptasi untuk menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI.
2011

6. Mengapa akhir akhir ini pasien menjadi pendiam, malas mengerjakan tugas, menangis
sendiri, sehingga pekerjaan dan sosialisasi pasien terganggu?
 Pasien mengeluh merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat Depresi, karena ada stressor psikososial salah satunya yakni
pekerjaan  karena pasien ada Riwayat di PHK 1,5 bulan yang lalu
 Stressor psikososial : Setiap keadaan atau peristiwa yang menyebbkan
perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut dipaksa untuk
adaptasi untuk menanggulanginya.
Sumber : Hawari, Dadang. Manajemen Stress dan Depresi. Balai Penerbit FKUI.
2011

 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelainan pada GABA mungkin berperan


gangguan mood yang parah. Sebagai neurotransmitter penghambat, GABA
memfasilitasi koordinasi aktivitas kortikal yang dapat mempengaruhi kemampuan
pemrosesan kognitif. Dengan demikian perubahan pada sistem GABAergic dapat
menyebabkan gangguan pada pasien gangguan bipolar (Roscoe et al., 2013). Pada
pasien bipolar mengalami penurunan kadar GABA pada CSF, penurunan ini
menyebabkan peningkatan kecemasan psikis dan depresi berat. GABA
merupakan hasil dari sintesis glutamat yang di katalis oleh GAD (Glutamat
dekarboksilase) (Katzung et al., 2012). Setelah terjadinya eksositosis, GABA
akan berdifusi dari presinap menuju celah sinap dan berikatan dengan reseptornya
kemudian GABA akan direuptake menuju presinap dan diuptake menuju glia oleh
GAT-1/2/3, peningkatan uptake akan mengakibatkan penurunan GABA pada
celah sinap, efek dari penurunan GABA akan memicu terjadinya gangguan
bipolar dengan episode depresi (Daniele et al., 2012).

 GANGGUAN TIDUR
Pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Pada depresi
terjadi gangguan pada setiap stadium siklus tidur. Efisiensi tidurnya buruk, tidur
gelombang pendek menurun, latensi REM juga turun, serta peningkatan aktivitas
REM.

SUMBER : Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Nurmiati
Amir. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 157, 2007.

 Gangguan mood yang dialami oleh seseorang ini umumnya dapat dilihat dari
pertambahan jam tidur yang semakin meningkat. Dan dalam beberapa tahun
telah diketahui bahwa gangguan tidur merupakan salah satu pertanda bagi
kebanyakan gangguan perasaan. Hal ini terjadi karena, pada orang-orang yang
mengalami depresi hanya ada waktu yang lebih pendek secara signifikan
sepelum repid eye movement (REM) sleep dimulai. REM sleep atau non-REM
sleep. Pada saat seseorang tetidur, mereka akan melalui beberapa subtahapan
tidur yang secara progresif menjadi lebih nyenyak, di mana pada saat itu mereka
mencapai tingkat istirahat yang sesungguhnya. Pada prosesnya, setelah 90 menit
seseorang mulai mengalami REM sleep, di mana otak terjaga dan kita mulai
bermimpi. Mata akan bergerak maju-mundur dengan cepatdi balik kelopak
mata, sehingga dinamai dengan repid eye movement sleep. Dan ketika semakin
larut, maka banyaknya REM sleep akan semakain bertambah. Sedangkan, pada
orang yang menderita depresi akan kehilangan tidur gelombang-lambat mereka.
Selain memasuki periode REM sleep yang jumlah yang jauh lebih cepat, orang
dengan depresi ini akan mengalami aktvitas REM yang lebih intens. Tak hanya
itu, tahapan tidur yang paling nyenyak hanya berlangsung pendek atau bahkan
tidak terjadi sama sekali. Karena ada beberapa karakteristik tidur hanya terjadi
pada saat seseorang sedang mengalami depresi dan tidak terjadi pada saat
lainnya.
SUMBER : Davidson, Gerald C., Neale, John M., danKring, Ann M. 2006, Psikoloogi
Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

7. Apa saja neurotransmitter yang berhubungan dengan gangguan mood afektif?


Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan
pasti (Jiwo, 2012). Data keluarga menunjukkan bahwa apabila dari salah satu
orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10
dan 25 persen mewarisi gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena bipolar,
risiko ini berpengaruh besar terhadap anaknya
2.4.1.2 Faktor Biokimia
Asetilkolin dan GABA juga diduga terlibat (Ahuja, 2011). Dua
neurotransmiter yang sering terlibat dalam patofisiologi gangguan mood adalah
norepinefrin dan serotonin

2.4.1.2.1 Serotonin
Serotonin telah menjadi Neurotransmiter amina biogenik yang paling sering dikaitkan
dengan depresi, identifikasi beberapa subtipe serotonin dapat meningkatkan mood (Kaplan &
Sadock’s, 2015). Ketika neurotransmiter serotonin ini dilepaskan ke sinaps, maka saat
itulah pompa bekerja me-reuptake beberapa neurotransmiter sebelum mencapai neuron
postsinaptik. Kelainan bipolar sangat sering dikaitkan dengan berkurangnya sensitivitas reseptor
serotonin (Kring et al., 2012). Penipisan serotonin dapat memicu depresi, dan beberapa
pasien dengan kecenderungan bunuh diri memiliki concentration serebrospinal fluid (CSF)
serotonin metabolit rendah dan konsentrasi serotonin yang rendah dalam trombositnya

2.4.1.2.2 Dopamin
Dopamin disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-
neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Dua teori baru tentang dopamin
dan depresi adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik mungkin tidak berfungsi dalam depresi dan
reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif dalam depresi. Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa
area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Pasien gangguan bipolar apabila terjadi
penurunan dopamin akan menyebabkan terjadinya episode depresi, sebaliknya
peningkatan dari dopamin akan menyebabkan terjadinya episode mania.

2.4.1.2.3 Norepinefrin
Derajat CSF dari metabolit amina menunjukkan penurunan norepinefrin dan / atau fungsi
5-HT dalam depresi (Ahuja, 2011). Kedua reseptor D1 dan D2 memodulasi pelepasan NE dan
epinepfrine (Brunton, 2011). Dalam beberapa kasus kesehatan, bahwa pada orang depresi terjadi
pengurangan jumlah neurotransmiter tertentu (monoamina seperti norepinefrin)

2.4.1.2.4 Gangguan Neurotransmiter lainnya


Tingkat kolin yang tidak normal-> Obat agonis kolinergik dan antagonis memiliki efek klinis
yang berbeda pada depresi dan mania-> secara tidak langsung meningkatkan aksi GABA ->
Dengan demikian perubahan pada sistem GABAergic dapat menyebabkan gangguan pada pasien
gangguan bipolar

GABA (gamma aminobutyric acid) adalah Neurotransmiter penghambat utama pada SSP
dan berperan penting dalam mengatur kecemasan dan mengurangi stres
GABA merupakan hasil dari sintesis glutamat yang di katalis oleh GAD (Glutamat
dekarboksilase) (Katzung etal, 2012). Setelah terjadinya eksositosis, GABA akan berdifusi
dari presinap menuju celah sinap dan berikatan dengan reseptornya kemudian GABA
akan direuptake menuju presinap dan diuptake menuju glia oleh GAT-1/2/3, peningkatan
uptake akan mengakibatkan penurunan GABA pada celah sinap, efek dari penurunan
GABA akan memicu terjadinya gangguan bipolar dengan episode depresi

8. Mengapa saat 6 bulan yang lalu pasien lebih banyak bicara, lebih aktif, suka memakai
pakaian mencolok, dam memakai make up lebih tebal dari biasanya?

9. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?

Dx kerja : bipolar episode depresi


Perbedaan orang yg bipolar dan moody

seneng

sedih
Bipolar II: episode depresi berulang dengan setidaknya satu episode
hipomania.
>4 hari
HYPOMANIA: terlihat lbh
rendah dari bipolar 1

Manifestasi klinis
a. Major Depresive Disorder Episode
depresi mengakibatkan seseorang berdelusi, berhalusinasi, dan berusaha bunuh diri
lebih sering terjadi pada depresi bipolar daripada depresi unipolar
Penderita terkadang memiliki suasana hati yang terus-menerus tertekan dan
kehilangan kegembiraan dalam aktivitas yang biasanya memberi kesenangan, penurunan
atau kenaikan berat badan, insomnia (yaitu tidur terlalu sedikit) atau hipersomnia (yaitu
terlalu banyak), agitasi psikomotor (yaitu gerakan gelisah) atau retardasi (yaitu
memperlambat gerakan), kehilangan energi, perasaan bersalah, penurunan konsentrasi,
ragu, keputusasaan atau pikiran untuk bunuh diri yang sengaja maupun tidak di sengaja

b. Manic Episode
Manik biasanya dimulai dengan tiba-tiba, dan gejala meningkat selama beberapa hari.
Seperti perilaku aneh, halusinasi, dan delusi paranoid, terjadinya penurunan
produktifitas dimasyarkat (Dipiro et al., 2012). Di luar rumah sakit, pasien sering kali
menggunakan alkohol yang berlebihan. Kecenderungan untuk melepaskan pakaian
di tempat umum, mengenakan pakaian dan perhiasan dengan warna shining dalam
kombinasi yang freak, dan kurangnya perhatian terhadap hal kecil (misalnya, lupa
menutup telepon). Pasien bertindak impulsif dan pada saat yang sama merasa
memiliki keyakinan dan tujuan.
c. Hypomanic Episode
Episode hipomania tidak ada kerusakan yang nyata dalam fungsi sosial atau
pekerjaan, tidak ada delusi, dan tidak ada halusinasi. Beberapa pasien mungkin lebih
produktif dari biasanya,

d. Episode Depresi

KRITERIA DIAGNOSTIK
A. Episode Mania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus menerus
meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan energi yang
tidak disengaja dan terus-menerus meningkat, yang berlangsung minimal 1
minggu dan paling banyak, hampir setiap hari (atau durasi jika perlu dirawat di
rumah sakit).
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga
(atau lebih) dari gejala berikut (empat jika mood hanya mudah tersinggung)
hadir pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan yang nyata dari perilaku
yang biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa beristirahat setelah tidur
hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang
berlomba.
5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang dilaporkan
atau diamati.
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di
tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik (aktivitas
tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi konsekuensi
menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam pembelian eceran yang
tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Gangguan mood cukup parah sehingga menyebabkan kerusakan yang ditandai
pada fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan rawat inap untuk mencegah
bahaya pada diri sendiri atau orang lain, atau ada ciri-ciri psikotik.
d. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalah
gunaan obat) atau kondisi medis lainnya.
Catatan: Kriteria a-d merupakan episode mania. Setidaknya satu episode mania
seumur hidup diperlukan untuk diagnosis gangguan bipolar I.

B. Episode Hipomania
a. Periode yang berbeda dari suasana normal yang tidak normal dan terus-
menerus meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dan aktivitas dan energi
yang tidak normal dan terus-menerus meningkat, berlangsung paling tidak 4 hari
berturut-turut dan sebagian besar hari, hampir setiap hari.
b. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi atau aktivitas, tiga
(atau lebih) dari gejala berikut empat (jika mood hanya mudah tersinggung)
hadir pada tingkat signifikan dan merupakan perubahan yang nyata dari perilaku
yang biasa:
1. Harga diri meningkat atau berlebihan.
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (misalnya terasa telah beristirahat setelah
tidur hanya 3 jam).
3. Lebih banyak bicara dari biasanya atau tekanan untuk terus berbicara.
4. Gagasan flight atau pengalaman subyektif bahwa pikiran sedang berlomba.
5. Distractibility (yaitu perhatian terlalu mudah tertarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting atau tidak relevan), seperti yang dilaporkan
atau diamati.
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan (baik secara sosial, di
tempat kerja atau di sekolah, atau seksual) atau agitasi motorik (aktivitas
tanpa tujuan).
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensi konsekuensi
menyakitkan yang tinggi (misalnya, terlibat dalam pembelian eceran yang
tidak terbatas, ketidaksopanan seks, atau investasi bisnis yang bodoh).
c. Episode ini terkait dengan perubahan fungsi yang tidak jelas yang tidak seperti
karakteristik individu jika tidak bergejala.
d. Gangguan dalam mood dan perubahan fungsi dapat diamati oleh orang lain.
e. Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan kerusakan yang ditandai pada
fungsi sosial atau pekerjaan atau memerlukan rawat inap. Jika ada fitur psikotik,
episode tersebut menurut definisi mania.
f. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya, penyalah
gunaan obat) atau kondisi medis lainnya. Episode hipomania lengkap yang
muncul selama pengobatan antidepresan (misalnya, pengobatan terapi
elektrokonvulsif) namun berlanjut pada tingkat sindrom sepenuhnya di luar efek
fisiologis pengobatan tersebut adalah bukti yang cukup untuk diagnosis episode
hipomania. Namun, hati-hati diindikasikan sehingga satu atau dua gejala
(terutama pada mudah tersinggung, gelisah, atau agitasi setelah penggunaan
antidepresan) tidak dianggap memadai untuk diagnosis episode hipomania, atau
juga indikasi diatesis bipolar.
Catatan: Kriteria a-f merupakan episode hipomania. Episode hipomania umum
terjadi pada kelainan bipolar I namun tidak diperlukan untuk diagnosis
gangguan bipolar I.

C. Depresi Berat
a. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah hadir selama periode 2 minggu yang
sama dan merupakan perubahan dari fungsi sebelumnya. Setidaknya salah satu
gejalanya adalah (1) tekanan pada mood atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan. Catatan: tidak disertakan gejala yang jelas terkait dengan kondisi
medis lainnya.
1. Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan
oleh laporan subjektif (misalnya, terasa sedih, kosong, atau putus asa) atau
pengamatan yang dilakukan oleh orang lain (misalnya, tampak menangis).
Catatan: Pada anak-anak dan remaja, bisa jadi mood yang mudah
tersinggung.
2. Kurang minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas sepanjang
hari atau setiap hari.
3. Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau
kenaikan berat badan (misalnya perubahan lebih dari 5% berat badan dalam
sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap
hari. Catatan: pada anak-anak, pertimbangan kegagalan untuk membuat
kenaikan berat badan yang diharapkan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subjektif dari kegelisahan atau perasaan
lambat).
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak patut
(yang mungkin delusi) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan diri
sendiri atau bersalah karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu,
hampir setiap hari (baik dengan akun subyektif atau seperti yang diamati
oleh orang lain).
9. Gagasan berulang tentang kematian (tidak hanya takut mati), ide bunuh diri
berulang tanpa rencana tertentu, atau usaha bunuh diri atau rencana
spesifik untuk melakukan bunuh diri.
b. Gejalanya menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di
area kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
c. Episode ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis
lainnya.

Catatan: Kriteria a-c merupakan episode depresi berat. Epidemi depresi berat sering
terjadi pada kelainan bipolar I namun tidak diperlukan untuk diagnosis gangguan
bipolar I.

MENURUT PPDGJ III


EPISODE DEPRESI PADA BIPOLAR
DIAGNOSIS BANDING

SKIZOFRENIA

SKIZOAFEKTIF
Bipolar bisa sembuh atau tidak?

10. Apa etiologic dari scenario?


2.4 Etiologi Bipolar
2.4.1 Faktor Biologis
2.4.1.1 Faktor genetik
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan
pasti (Jiwo, 2012). Data keluarga menunjukkan bahwa apabila dari salah satu
orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10
dan 25 persen mewarisi gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena bipolar,
risiko ini berpengaruh besar terhadap anaknya
2.4.1.2 Faktor Biokimia

Asetilkolin dan GABA juga diduga terlibat (Ahuja, 2011). Dua


neurotransmiter yang sering terlibat dalam patofisiologi gangguan mood adalah
norepinefrin dan serotonin
2.4.1.2.1 Serotonin
Serotonin telah menjadi Neurotransmiter amina biogenik yang paling sering dikaitkan
dengan depresi, identifikasi beberapa subtipe serotonin dapat meningkatkan mood (Kaplan &
Sadock’s, 2015). Ketika neurotransmiter serotonin ini dilepaskan ke sinaps, maka saat
itulah pompa bekerja me-reuptake beberapa neurotransmiter sebelum mencapai neuron
postsinaptik. Kelainan bipolar sangat sering dikaitkan dengan berkurangnya sensitivitas reseptor
serotonin (Kring et al., 2012). Penipisan serotonin dapat memicu depresi, dan beberapa
pasien dengan kecenderungan bunuh diri memiliki concentration serebrospinal fluid (CSF)
serotonin metabolit rendah dan konsentrasi serotonin yang rendah dalam trombositnya

2.4.1.2.2 Dopamin
Dopamin disekresikan oleh neuron-neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-
neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Dua teori baru tentang dopamin
dan depresi adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik mungkin tidak berfungsi dalam depresi dan
reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif dalam depresi. Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa
area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Pasien gangguan bipolar apabila terjadi
penurunan dopamin akan menyebabkan terjadinya episode depresi, sebaliknya
peningkatan dari dopamin akan menyebabkan terjadinya episode mania.

2.4.1.2.3 Norepinefrin
Derajat CSF dari metabolit amina menunjukkan penurunan norepinefrin dan / atau fungsi
5-HT dalam depresi (Ahuja, 2011). Kedua reseptor D1 dan D2 memodulasi pelepasan NE dan
epinepfrine (Brunton, 2011). Dalam beberapa kasus kesehatan, bahwa pada orang depresi terjadi
pengurangan jumlah neurotransmiter tertentu (monoamina seperti norepinefrin)

2.4.1.2.4 Gangguan Neurotransmiter lainnya


Tingkat kolin yang tidak normal-> Obat agonis kolinergik dan antagonis memiliki efek klinis
yang berbeda pada depresi dan mania-> secara tidak langsung meningkatkan aksi GABA ->
Dengan demikian perubahan pada sistem GABAergic dapat menyebabkan gangguan pada pasien
gangguan bipolar

GABA (gamma aminobutyric acid) adalah Neurotransmiter penghambat utama pada SSP
dan berperan penting dalam mengatur kecemasan dan mengurangi stres
GABA merupakan hasil dari sintesis glutamat yang di katalis oleh GAD (Glutamat
dekarboksilase) (Katzung etal, 2012). Setelah terjadinya eksositosis, GABA akan berdifusi
dari presinap menuju celah sinap dan berikatan dengan reseptornya kemudian GABA
akan direuptake menuju presinap dan diuptake menuju glia oleh GAT-1/2/3, peningkatan
uptake akan mengakibatkan penurunan GABA pada celah sinap, efek dari penurunan
GABA akan memicu terjadinya gangguan bipolar dengan episode depresi

2.4.2 Faktor Psikososial

2.4.2.1 Faktor Stres Lingkungan


Kehamilan juga adalah stres yang biasanya menyerang wanita dengan riwayat penyakit mania
dan depresi. Serta kemungkinan dapat terjadi psikosis postpartum. stres yang menyertai
episode pertama menghasilkan perubahan jangka panjang di otak. Perubahan-perubahan
yang berlangsung lama ini dapat mengubah berbagai keadaan fungsional Neurotransmiter
dan sistem pensinyalan intraneuronal, perubahan yang mungkin termasuk kehilangan
neuron dan pengurangan berlebihan dalam portal sinaptik. Akibatnya, seseorang memiliki
risiko lebih tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya.

2.4.2.2 Faktor Personal


Pada dasarnya semua manusia, memiliki pola kepribadian yang menjadikannya depresi. Orang
dengan gangguan kepribadian tertentu OCD, histrionik mungkin memiliki risiko depresi lebih
tinggi daripada orang-orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid.
2.4.2.3 Faktor Psikodinamik pada Depresi dan Mania
dikenal sebagai pandangan klasik tentang depresi. Teori tersebut berkaitan erat dengan empat hal
penting:
(1) gangguan pada hubungan bayi-ibu selama fase awal (10 sampai 18 bulan pertama kehidupan)
menjadi predisposisi kerentanan depresi selanjutnya;
(2) depresi yang dapat dikaitkan dengan objek yang nyata atau yang dibayangkan;
(3) introjeksi yang berasal dari objek merupakan mekanisme pertahanan yang diajukan untuk
mengatasi kesusahan menyikapi kehilangan objek; dan
(4) membayangkan benda yang hilang dianggap sebagai campuran cinta dan benci, perasaan
marah diarahkan ke dalam dirinya sendiri.

2.4.3 Faktor Lainnya dari Depresi


2.4.3.1 Faktor Kognitif
Dalam teori kognitif, pikiran dan kepercayaan negatif dipandang sebagai penyebab utama
depresi. Pikiran pesimis dan self-critical bisa menyiksa orang dengan depresi

2.4.3.2 Faktor Hopelessness


Menurut teori ini pemicu depresi yang sangat buruk adalah keputusasaan yang dapat diartikan
dengan gejala penurunan kesedihan, motivasi, bunuh diri, penurunan energi, retardasi
psikomotor, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan kognisi negatif

11. Bagaimana patofisiologi dari scenario?

12. Apa tatalaksana dari scenario?



Pengobatan
Pemberian antidepresian yang dapat membantu memgontrol gejala dan
mempertahankan fungsi neurotransmitter. Ada 4 tipe antidepresian yang
sering digunakan, yaitu :
A. Trisiklik (Tofranil, Elavil)
Trisiklik ini berfungsi untuk memberikan efek dengan mendesentralisasi
norepinefferin.
B. Monamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
22
MAOIs ini berfungsi untuk memblokir enzim MAO yang memogokkan
neurotransmitter seperti norepinefrin dan serotonin.
C. Selective Serotogenic Reuptake Inhibitors (SSRIs)
aSSRIs ini secara spesifik memblokir reuptake serotonin pra-sinaptik.
Dan secara temporer menaikkan level serotonin dibagian reseptornya.
D. Lithium
Lithium ini merupakan garam yang dapat ditemukan dalam kandungan air
minum yang kadar jumlahnya sangat kecil hingga tidak memberikan efek
apapun. Lithium sendiri memiliki sebuah keunggulan yang
membedakannya dari antidepresan lainnya. Karena, substansinya lebih
sering efektif untuk mencegah dan menangani episode-episode manic.
2. Terapi Kognitif-Behavioral
Dalam prosees terapi ini klien diajarkan untuk menelaah secara cermat
cara berfikir mereka saat mereka depresi dan untuk menengarai kesalahankesalahan
“depresif” dalam berpikir. Tak hanya itu, klien juga diajarkan bahwa
kesalahan dalam berfikir dapa menyebabkan depresi secara langsung. Dan
penanganannya melibatkan tindakan mengkoreksi kesalahan-kesalahan berpikir
dan menggantinya dengan pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan
depresi dan (mungkin) lebih relistis.
3. Psikoterapi Interpersonal (IPT / Interpersonal Psychotheraphy)
IPT atau Psikoterapi Interpersonal ini memfokuskan pada penyelesaian
berbagai masalah dalam hubungan yang sudah ada dan belajar membangun
hubungan-hubungan interpersonal yang penting dan baru. Dalam proses IPT ini
sangat terstruktur. Pada proses awal terapis harus mengidentifikasi berbagai
stressor yang mungkin mencetuskan depresi. Setelah itu, terapis
23
mengklasifikasikan dan mendefinisikan sebuah perselisihan interpersonal.
Setelah itu, mencari penyelesaiannya dengan :
a. Tahap negosiasi
b. Tahap jalan bunyu
c. Tahap resolusi
4. ECT (Elektrokonvulsif dan Simulasi Magnetik Transkranial/ TMS)
ECT adalah penangan yang cukup aman dan efektif untuk depresi berat
yang tidak menunjukkan perbaikan dengan penanganan bentuk lain. ECT
merupakan bentuk penanganan yang dalam pengadministrasiannya pasien diberi
anestsesi/ obat bius untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dan diberikan
obat perelaks otot untuk mencegah kerusakan tulang akibat konvulsi selama
sizure (Kejang-kejang). Kemudian listrik diadministrasikan secara langsung
melalui otak selama kurang dari satu detik. Bentuk penanganan ECT ini
terbukti untuk menaikkan lever serotonin, memblokir hormone-hormon stress
dan membantu terjadinya neurogenesis dalam hipokampus.
Sedangkan TMS (Transcrantial Magnetic Simulation) bekerja dengan cara
menempatkan sebuah gulungan magnetic diatas kepala untuk membangkitkan
denyut elektromagnetik yang dialokasikan dengan tepat. Dalam penanganan ini
anastesi tidak dibutuhkan karena, efek sampingnya biasanya terbatas dalam
bentuk sakit kepala.
TMS dan ECT ini sama-sama efektif untuk pasien-pasien dengan depresi
berat atau depresi psikotik yang resisten dengan penanganan (belum
menunjukkan respons terhadap obat atau penanganan psikologis) (Durand,
2006: 311-318)

Anda mungkin juga menyukai