Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

Pembimbing :
dr. Jamar Hasan Sp,A

Oleh:
Rahmi Dwi Azkiah S,Ked
61111055

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


BATAM
KKS SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD EMBUNG FATIMAH
KOTA BATAM
MEI 2016
1
TUBERKULOSIS PADA ANAK
BAB I PENDAHULUAN
Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan
merupakan penyakit
penyakit akibat
akibat infeksi
infeksi
kuman
kuman Mycobacterium
Mycobacterium tuberculosis
tuberculosis bersifat
bersifat
sistemik
sistemik sehingga
sehingga dapat
dapat mengenai
mengenai hampir
hampir semua
semua
organ
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang
biasanya
biasanya merupakan
merupakan lokasi
lokasi infeksi
infeksi primer
primer TB.
TB.

Tuberkulosis
Tuberkulosis pada
pada anak
anak merupakan
merupakan masalah
masalah khusus
khusus
yang
yang berbeda
berbeda dengan
dengan TBTB pada
pada orang
orang dewasa.
dewasa.
Perkembangan
Perkembangan penyakit
penyakit TB
TB pada
pada anak
anak saat
saat ini
ini
sangat
sangat pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di
pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di
dunia menderita TB setiap tahun.
dunia menderita TB setiap tahun.

Berbeda
Berbeda dengan
dengan TB
TB dewasa,
dewasa, gejala
gejala TB
TB anak
anak sering
sering
kali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
kali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
menemukan
menemukan kuman
kuman TB
TB
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung


yang disebablan oleh kuman TB (Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya. TB Anak adalah penyakit
TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB, 24 Maret 1882

Robert Koch
2. EPIDEMIOLOGI

Sumber: P2-PL, Laporan TB07 per 14 Februari 2015


3. ETIOLOGI

Gambar 2.2 Basil Tahan Asam

Penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh


Micobacterium Tuberculosis.
4. PATOGENESIS
5. KLASIFIKASI
Tuberculosis terbagi atas 2:
1. TB paru : merupakan penyakit terbanyak
80% dari tuberculosis
2. TB ekstra paru : TB dapat menyerang organ
lain seperti Pleura, kelenjar limfe, sendi ,
tulang belakang, traktus urinarius, system
saraf dan abdomen.
6. Diagnosis TB pada Anak

Kendala utama dalam tatalaksana TB Anak Penegakan Diagnosis


Diagnosis TB Anak TIDAK BOLEH hanya Foto Rontgen Dada

Penemuan Pasien TB Anak


Anak yang kontak erat dengan pasien TB
menular
Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis
yang sesuai dengan TB Anak
7. MANIFESTASI KLINIS

Batuk bukan
Batuk &
gejala utama WAJIB SPS
berdahak
TB anak
NO. KLASIFIKASI GEJALA KLINIS
TUBERKULOSIS
1. TB. Kelenjar Pembesaran KGB multipel (>1KGB), d 1 cm,
konsistensi kenyal, tidak nyeri, dan kadang
saling melekat atau konfluens
2. TB. Otak dan
Selaput otak Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan
seringkali disertai gejala akibat keterlibatan
saraf-saraf otak yang terkena

Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi


desak ruang.
3. TB. Sistem Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang
Skeletal belakang (Gibbus)

Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan


berjalan, atau tanda perdangan didaerah panggul.

Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak


pada lutut tanpa sebab yang jelas.
NO. KLASIFIKASI GEJALA KLINIS
TB

4. Skrofuloderma ulkus disertai dengan jembatan


kulit antar tepi ulkus (skin
bridge).
5. Tuberkulosis mata Konjungtivitis fliktenularis
(conjunctivitis phlyctenularis).

Tuberkel koroid (hanya terlihat


dengan funduskopi).

6. Tuberkulosis organ-organ lainnya misalnya peritonitis TB, TB ginjal


dicurigai bila ditemukan gejala
gangguan pada organ-organ
tersebut tanpa sebab yang jelas
dan disertai kecurigaan adanya
infeksi TB.
B. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis TB Anak

1. Pemeriksaan Sputum
2. Bilas lambung
3. Cairan Serebrospinal
4. Cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
5. Uji tuberkulin/mantoux test (PPD RT-23 2 TU)
6. Gambaran Radiologis
Pada anak dianjurkan untuk pemeriksaan
mikrobiologi dan pemeriksaan
histopatologi (PA/Patologi Anatomi)
yang dapat memberikan gambaran yang
khas yang akan menunjukkan gambaran
granuloma dengan nekrosis perkijuan di
tengahnya dan dapat pula ditemukan
gambarab sel datia langhans dan atau
kuman TB.
Perkembangan Terkini Diagnosis TB

Teknologi yang didukung WHO untuk


meningkatkan ketepatan diagnosis TB
anak yaitu:
- (LPA = Line Probe Assay)
- NAAT = Nucleic Acid
Amplification Test) (misalnya Xpert
MTB/RIF)
Gambaran radiologis yang menunjang TB

d. Milier
a. Pembesaran kelenjar
hilus atau paratrakeal e. Atelektasis
dengan/tanpa infiltrat f. Kavitas
(visualisasinya selain
g.Kalsifikasi dengan
dengan foto toraks AP,
harus disertai foto toraks infiltrat
lateral) h. Tuberkuloma
b. Konsolidasi
segmental/lobar
c. Efusi pleura
C. Diagnosis TB pada anak dengan Sistem Skoring

Parameter uji tuberkulin dan kontak erat


dengan pasien TB menular mempunyai nilai
tertinggi yaitu 3.

Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu


utama untuk menegakkan diagnosis TB pada
anak dengan menggunakan sistem skoring.

Pasien dengan jumlah skor 6 harus


ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
OAT.
8. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri


dari terapi (pengobatan) dan profilaksis
(pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak
yang sakit TB, sedangkan profilaksis TB
diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis
primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit
TB (profilaksis sekunder).
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak
adalah:
Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh
diberikan sebagai monoterapi.
Pemberian gizi yang adekuat.
Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana
secara bersamaan.
a. Paduan OAT Anak
Prinsip Pengobatan TB anak:
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman
intraseluler dan ekstraseluler

Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka


panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kekambuhan

Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap :


o Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif,
diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
o Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil
pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap
hari untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering
terjadi jika obat tidak diminum setiap hari.
Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan
lainlain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.

Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis


TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi
dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh
dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan
pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:
o Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
o Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan
dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk
satu pasien.

OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB
merupakan penyebab kegagalan terapi.
Jika anak tidak minum obat >2 minggu di fase
intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB, beri pengobatan kembali
mulai dari awal.
Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase
intensif atau <2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan
sampai selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur
akan meningkatkan risiko terjadinya TB kebal obat.
Pengobatan ulang TB anak

Anak yang pernah mendapat pengobatan TB,


apabila datang kembali dengan keluhan gejala
TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut
benar menderita TB. Evaluasi dapat dilakukan
dengan cara pemeriksaan dahak atau sistem
skoring.
9. Pencegahan
Anak beresiko terekena TB
Obati pasien TB Resiko
Sistem imunitas
Vaksin BCG
10.Komplikasi
Hemoptisis berat
Pneumotoraks spontan
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
11. Diagnosis Banding
9. Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak,
berapa lama setelah mendapat infeksi, luasnya lesi,
keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga,
diagnosis dini, pengobatan adekuat, kepatuhan minum
obat, dan adanya infeksi lain seperti morbilli, pertusis,
diare yang berulang dan lain-lain.
Prognosis penyakit ini menjadi lebih baik sejak
ditemukannya obat anti tuberkulosis, kecuali pada
tuberkulosis resisten obat dan pada tuberkulosis
dengan penyulit atau komplikasi yang lainnya.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari
penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh
sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25%
sebagai kasus kronik yang tetap menular.

Anda mungkin juga menyukai