Anda di halaman 1dari 40

TUBERKULOSIS

ANAK
ANNISA FATIMAH
DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang


disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang
mana penyebaran penyakit ini bersifat sistemik
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru sebagai lokasi
infeksi primer.
EPIDEMIOLOGI
• Total estimasi insidens (kasus Baru) TB di Indonesia
yang dilaporkan oleh WHO dalam Global report 2013
pada tahun 2012 penderita mencapai 1,1 juta orang
• Data TB anak indonesia menunjukan proporsi kasus tb
pada tahun 2010 adalah 9,4 %
• Angka kejadian tb anak di indonesia tahun 2015
sebanyak 28.418 kasus atau 9% dari total semua kasus tb
di seluruh Indonesia
ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis
• Bakteri bersifat tahan asam
• Lebar 0,2-0,6 micron dan
panjang 1- 10 micron
• Kuman berbatang merah
dibawah mikroskop
• Perwarna memakai metode
ziehl nelson
• Papan ultra violet kuman akan
mati
• Kuman bersifat dormant
CARA PENULARAN

• Sumber: pasien TB BTA positif


• Batuk, bersin : + 3000 droplet nuclei TB droplet nuclei
UKURANNYA SANGAT KECIL
• Droplet dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan gelap
dan lembab
• PARU  PORT D’ENTRÉE LEBIH
DARI 98% KASUS INFEKSI TB
12/27/2011 12
PATOGENESIS
Kuman tb dalam percik renik (droplet nuclei)

terhirup Paru (port d’entrée)

alveolus
Sebagian tidak dapat dihancurkan oleh Dihancurkan oleh mekanisme
mekanisme imunologis imunologis nonspesifik

makrofag alveolus memfagosit kuman tb


yang sebagian dihancurkan

berkembang biak di makrofag

menyebabkan lisis makrofag

primary complex focus primer ghon

kelenjar limfe apeks (paratrakeal) lobus bawah atau tengah


regional/focus primer (perihiler)

limfangitis dan
limfadenitis
Patogenesis
Kuman tb dalam percik renik (droplet nuclei)  terhirup Paru (port d’entrée)
 alveolus

Dihancurkan oleh mekanisme imunologis nonspesifik  tidak terjadi respon


imunologis spesifik

Tidak seluruhnya dapat dihancurkan makrofag alveolus memfagosit kumat


tb yang sebagian dihancurkan

Sebagian kecil kuman tb tidak dihancurkan  berkembang biak di makrofag


 menyebabkan lisis makrofag  membentuk lesi  focus primer ghon
PATOGENESIS
• Focus primer Ghon menyebar melalui saluran limfe  kelenjar
limfe regional/focus primer  limfangitis dan limfadenitis  di
lobus bawah atau tengah (perihiler) dan di apeks (paratrakeal)

• Gabungan focus primer, limfangitis dan limfadenitis 


kompleks primer (primary complex)

• Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman tb hingga


terbentuknya komples primer secara lengkap  masa inkubasi
(2-12 minggu)
• Kompleks primer  2 – 10 minggu ( 6 – 8 minggu) setelah infeksi.
 hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein  dari uji tuberkulin.
• Kompleks primer 
• Sembuh tanpa cacat.
• Sembuh dengan sedikit bekas  garis – garis fibrotik

ANAK DEWASA

Letak lesi paru Dimana saja, terutama di perifer Lapangan paru atas
dekat pleura  lapangan paru
bawah
Pembesaran KGB Sering ditemukan Kadang ditemukan

Penyembuhan Kalsifikasi Fibrosis


FAKTOR RISIKO
RISIKO INFEKSI TB RISIKO PENYAKIT TB
• Anak ≤ 5 tahun mempunyai
• Anak yang memiliki kontak
resiko lebih besar untuk
dengan orang dewasa
mengalami progresi infeksi
dengan TB aktif
menjadi sakit TB
• Daerah endemis
• Faktor resiko yang lain
• Kemiskinan adalah konversi tes tuberkulin
dalam 1-2 tahun terakhir,
• Serta lingkungan yang tidak
malnutrisi, keadaan
sehat
imunocompromise,
sosioekonomi
KLASIFIKASI TB

1.Terpapar

1. Individu yang terpapar dengan penderita TB, asimptomatik,


pemeriksaan fisis dan radiologi normal, uji tuberculin (-)

2. Latent tuberculin infection ( LTBI):

• Test Tuberkulin (+), tidak bergejala , pemeriksaan fisis dan


radilogis dalam batas normal )

3. Penyakit Tb

• Tb Intraparu
• Tb Ekstra paru
KLASIFIKASI TB
Penyakit TB

Tb Ekstraparu Tb intraparu

TB kelenjar
TB paru

Tb abdomen
Kronik tb

Tb tulang dan sendi


Endobronkial tb
Tb sususan saraf pusat

Tb Mata

Tb pleura
Gejala dan tanda umum atau nonspesifik tuberkulosis
anak :

1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.


2. Demam lama ( > 2 minggu ) dan berulang tanpa sebab
yang jelas, dapat disertai keringat malam.
3. Batuk lama lebih dari 3 minggu
4. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dan berat badan tidak
naik dengan adekuat
5. Lesu atau malaisie.

Pemeriksaan status nutrisi harus selalu dilakukan pada setiap anak yang
dicurigai menderita TB
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

Tuberkulosis kelenjar
• Biasanya di daerah leher (Regio Colli)
• Pembesaran KGB tidak nyeri, konsistensi kenyal, multiple dan kadang suka
melekat (konfluens)
• Ukuran besar (lebih dari 2x2 cm), terlihat jelas
• Tidak berespon terhadap pemberian antibiotika
• Bisa terbentuk rongga dan discharge

Tuberkulosis system saraf pusat


• Meningitis TB
• Tuberkuloma otak

Tuberkulosis system skeletal


• Tulang belakang (spondylitis) : penonjolan tulang belakang (gibbus)
• Tulang panggul (koksitis) : pincang, gangguan berjalan, tanda peradangan di daerah
panggul
• Tulang lutut (gonitis) : pincang atau bengkak pada lutut tanpa ada penyebab yang jelas
• Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis)
Tuberkulosis Mata
• Konjunctivitis fliktenularis (conjunctivitis
phlyctenularis)
• Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)

Tuberkulosis Kulit (scrofuloderma)


• Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit
antar tepi ulkus (skin bridge)

Tuberkulosis organ lain


• Peritonitis TB
• TB ginjal
• Dicuriga bila ditemukan gejala pada organ tersebut
tanpa ada penyebab yang jelas
ANAMNESIS
• Kontak dengan penderita TB sputum bta (+)
Riwayat Kontak • Riwayat Tb dengan sputum tb(-), kultur (+) masih
dapat berinfeksi

• Batuk terus menerus selama > 21 hari dan tidak


Batuk persisten sembuh

Panas lama • Panas badan > 38 celcius selama 14 hari

Berat badan turun • Kecurigaan terhadap TB apabila melewati garis


atau gagal tumbuh persentil

Keringat malam • Keringat malam yang berlebihan

• Anoreksia, batuk darah, mengorok, nyeri dada


Gejala lainnya unilateral
Tes kulit
tuberculin

Pemeriksaan Pemeriksaan Konfirmasi


radiologi penunjang bakteriologi

Pemeriksaan
lain
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Uji tuberkulin positif pada: Uji tuberkulin


1.Infeksi alamiah TB
• infeksi TB tanpa sakit
• Infeksi TB dan sakit TB
• Pasca terapi TB
2.Imunisasi BCG
3.Infeksi M.atipik/M.leprae

• Uji tuberkulin negatif pada:


1.Tidak ada infeksi TB
2.Masa inkubasi infeksi TB
3.Anergi/penekanan sistem
imun
Radiologi
• Secara umum gambaran rontgen
sugestif TB:(sebaiknya PA dan lateral)
• Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan atau tanpa infiltrate
• Konsolidasi segmental/lobar
• milier
• kalsifikasi,atelektasis,kavitas
• Efusi pleura
pemeriksaan batang
Aspirat cairan lambung tahan asam (BTA) dan
kulur

Konfirmasi
bakteriologi

Biopsi kelenjar limfe Cairan tubuh lain


atau organ lain (pleura, pericardial, dll)
PEMERIKSAAN LAIN
• Serologis dan polymerase chain reaction (PCR) tidak
direkomendasikan dilakukan secara rutin untuk
diagnosis TB
• Interferon gamma release assays (IGRAs) 
mendiagnosis infeksi laten TB (tidak dipengaruhi
oleh imunisasi BCG
• Pemeriksaan HIV dianjurkan dilakukan pada semua
penderita TB
SISTEM SKORING

• GAMBAR 2,3 TABEL DAN ALUR +/-


SKORING TB ANAK

• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6, dengan skor maksimal


13.
• Anak dengan kontak dengan pasien BTA positif dan hasil uji
tuberkulin positif, tetapi TANPA gejala klinis, belum perlu diberikan
OAT. Anak tersebut cukup dilakukan observasi atau diberi INH
profilaksis,
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dengan gejala klinis yang
meragukan, maka pasien, untuk evaluasi lebih lanjut .
SKORING TB ANAK
• Anak dengan skor 5 yang terdiri dari poin kontak BTA positif dan 2
gejala klinis lain, pada fasilitas tidak tersedia uji tuberculin 
didiagnosis sebagai TB
• Pemantauan selama 2 bulan terapi awal, dan apabila terdapat
perbaikan klinis, maka terapi OAT dilanjutkan sampai selesai 6
bulan.
• Semua bayi dengan reaksi cepat (<2 minggu) setelah pemberian
imunisasi BCG, seharusnya dicurigai telah terinfeksi TB, dan harus
dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
PENGOBATAN TB PADA ANAK OAT

Fase Intensif
Diberikan 3 macam obat selama 2 bulan terdiri dari isoniazid,
pirazinamid, dan rifampicin

Fase Lanjutan
Diberikan setelah fase intensif. Fase lanjutan diberikan selama
4 -10 bulan terdiri dari isoniazid dan rifampicin
Obat Dosis harian Dosis Efek samping
Mg/kgBB/hari maksimal
(mg per
hari)
INH 5-15 mg/kgBB/hari 300 Hepatitis, neuritis perifer,
Peroral hipersensitivitas
Dosis10-20
Rifampicin
OAT pada anak
mg/kgBB/hari 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
Peroral hepatitis, trombositopenia,
peningkatan enzim hati, cairan tubuh
berwarna orange kemerahan

Pyrazinamide 15-30 mg/kgBB/hari 2000 Hiperurisemia, atralgia,


Peroral gastrointestinal,
Hepatotoksik
Ethambutol 15-20 mg/kgBB/hari 1250 Neuritis optika, ketajaman mata
Peroral berkurang, buta warna merah hijau,
penyempitan lapang pandang,
hipersensitivitas, gastrointestinal
KOMBINASI DOSIS TETAP( KDT ) ATAU
FIXED DOSE COMBINATION ( FDC)
• Tablet fdc untuk fase intensif terdiri INH 50 mg, rifampicin 75
mg dan pirazinamid 150 mg
• Fase lanjutan terdiri dari isoniazid 50 mg dan rifampicin 75 mg

Berat badan ( kg) Fase intesif (2 bulan) Fase lanutan ( 4 bulan )


RHZ ( 75/50/150) RH (75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
>30 OAT dewasa
DOSIS OAT KOMBIPAK PADA ANAK

Dosis OAT-KDT untuk TB Anak


PEMANTAUAN TERAPI
1. Untuk mengetahui kepatuhan terhadap
pengobatan
2. Respon klinis terapi
3. Toksisitas
4. Efek samping OAT

Pemeriksaan thorax foto tidak


direkomendasikan untuk evaluasi
pengobatan TB
Pemantauan pengobatan

a. Fase intensif (2 bulan): kontrol tiap


minggu, evaluasi
b. Respon baik lanjut 6 bulan; respon
buruk  rujuk
c. 6 bulan lengkap: hentikan OAT,
evaluasi klinis, penunjang (foto toraks)
ANTITUBERCULOSIS DRUG-
INDUCED HEPATOTOXICITY (ADIH)

• SGPT ≥ 5x nilai batas atas normal tanpa gejala klinis


• SGPT ≥ 3x nilai batas atas normal disertai dengan
gejala klinis
• SGPT dengan nilai berapapun di atas batas normal
sebelum diberikan terapi yang disertai dengan icterus,
anoreksia, nausea, dan muntah
• Bilirubin total serum > 1,5mg/dL
TATALAKSANA ADIH
Ikterik, mual, muntah, nilai SGPT
STOP pemberian OAT
≥ 3x nilai batas normal

Tidak terdapat gejala klinis tetapi


STOP pemberian OAT
nilai SGPT ≥ 5x nilai batas normal

Tidak terdapat gejala klinis tetapi


STOP pemberian OAT
nilai bilirubin total >1,5 mg/dL
TATALAKSANA ADIH

Dilakukan screening mencari kemungkinan etiologi lain


seperti hep A, B, dan C

Dilakukan pemantauan gejala klinis dan


pemeriksaan SGPT selama 2-4 minggu

Bila gejala klinis perbaikan dan laboratorium


normal kembali

Dapat diberikan OAT scara bertahap

Retroduction therapy
REINTRODUCTION THERAPY
• Sesudah nilai SGPT <2x nilai normal  mulai pemberian
Rifampisin dengan atau tanpa etambutol
• Jika sebelumnya mendapat OAT 3 maca obat  reintrocution
therapy dimulai dengan rifampisin saja
• Jika sebelumnya mendapat OAT 4 macam  reintrocution therapy
dimulai dengan Rifampisin (bertahap) dan Etambutol (dosis penuh)

Dosis rifampisin dimulai :


Hari 1 & 2  1/3 dosis
Hari 3 & 4  2/3 dosis
Hari 5 & 6  dosis penuh
REINTRODUCTION THERAPY

Pada hari ke-7, periksa SGPT  bila baik mulai diberikan INH :
Hari 1 & 2  1/3 dosis
Hari 3 & 4  2/3 dosis
Hari 5 & 6  dosis penuh

Jika gejala klinis muncul atau SGPT  INH dihentikan

PZA tidak perlu diberikan kembali dan terapi


diberikan hingga 9 bulan
KESIMPULAN

• Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan


Mycobacterium tuberculosis
• Paru  port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi tb, Penyebaran
utama melalui kelenjar limfe
• Patogenesis dimulai sejak kuman TB di dalam tubuh yang tidak
bisa dihancurkan oleh respon imunologi spesifik
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skoring ≥ 6,
• Pengobatan TB terdiri dari fase intensif dan fase lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kartasasmita CB, Suardi AU, Nataprawira HN, Sudawarti S,
Wulandari DA .Tuberkulosis . dalam : Garna H, Nataprawira HM,
penyunting. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak.edisi ke 5. Bandung: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan
Sadikin; 2015. hlm. 971-90
2. Pentunjuk Medis Tatalaksana TB Anak 2016.
http://www.tbindonesia.or.id/tbidcnt/uploads/2017/02/Buku-
Petunjuk-Teknis-Manajemen-dan-Tatalaksana-TB-Anak.pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai