Anda di halaman 1dari 34

Tuberculosis

Preseptor:
Dr. Ina Rosalina, dr., SpA(K), M.Kes,
MH.Kes

M Zaki Pragastiya 130112220030


Aliyya Salsabila Yusuf 130112220031
Erlangga Ing Geni 130112220032
DEFINISI
● Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.

Pasien TB anak terdiagnosis secara klinis


anak yang tidak memenuhi kriteria
Terduga TB anak
terdiagnosis secara bakteriologis tetapi
anak yang mempunyai keluhan atau
didiagnosis sebagai pasien TB oleh dokter,
gejala klinis mendukung TB
dan diputuskan untuk diberikan pengobatan
TB
EPIDEMIOLOGI
WHO 2020
● 1,5 juta orang meninggal karena TB (Penyebab kematian ke-13
dan kematian akibat penyakit infeksi ke-2)
● 10 juta kasus TB dengan 1,1 jutanya merupakan anak anak
● Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan kasus
TB Anak terbanyak setelah India dan Cina
ETIOLOGI

M. tuberculosis :

● Ziehl Neelsen Stain: Basil tahan


● Mycobacterium tuberculosis asam
● Non-spore forming
(MTB) ● Non-motile
● Weakly Gram-positive curved
rods 1-5 µm long
● Media kultur: Lowenstein-Jensen
● Pertumbuhan optimal pada suhu
37-41C
TRANSMISI
● Mode transmisi: Percik renik atau droplet nucleus (1-5 microns dapat menampung 1-5 basili)
bertahan di udara sampai 4 jam

● Faktor:
○ Jumlah organisme yang keluar ke udara.
Batuk → 3.000 percik renik
Bersin → 1 juta percik renik
Paling infeksius: dari pasien hasil pemeriksaan sputum 3+
○ Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang dan ventilasi.
Penularan biasanya terjadi di ruangan sempit, gelap, dan minim ventilasi
○ Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.
Kontak dekat dalam jangka waktu lama
○ Kondisi imunitas
Anak <5 tahun, lansia, penyakit imunodefisiensi, DM, kortikosteroid jangka panjang
FAKTOR RISIKO
● Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.
● Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
● Perokok
● Konsumsi alkohol tinggi
● Anak usia <5 tahun dan lansia
● Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.
● Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga
pemasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
● Petugas kesehatan
Droplet terhirup, sampai ke alveolus

tidak dapat difagosit makrofag

berkembang di alveolus, sel imun datang membentuk granuloma

membentuk lesi yg dinamakan Fokus Ghon/ Fokus Primer


Fase 1: 3-8 minggu setelah infeksi primer
- Foto rontgen thorax TB paru
menyebar melalui saluran limfatik
- Uji tuberkulin positif
Fase 2: 1-3 bulan setelah infeksi primer
sampai di kelenjar limfa regional (KGB perihiler)
- Penyebaran MTB lewat pembuluh darah
- Terjadi TB diseminata/TB miler
Menyebabkan inflamasi → Limfangitis dan Limfadenitis
Fase 3: 3-7 bulan setelah infeksi primer
- Efusi pleura
Terbentuk Kompleks Primer/Kompleks Ghon
Fase 4: 1-3 tahun setelah infeksi primer
- Klasifikasi kompleks primer
TB PRIMER
PATOGENESIS
Catatan:
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik
(occult hematogenic spread). Kuman TB kemudian
membuat fokus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami
reaktivasi di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), limfangitis
(2), dan limfadenitis regional (3).
3. TB primer adalah kompleks primer dan komplikasi-
komplikasinya.
4. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi
fokus lama TB (endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder)
oleh kuman TB dari luar (eksogen), ini disebut TB tipe
dewasa (adult type TB).
06 KLASIFIKASI
Lokasi Riwayat Uji Kepekaan
❖ TB paru
❖ TB ekstra paru Pengobatan Obat
➢ Kelenjar ❖ Pasien baru ❖ Monoresisten (MR)
➢ Kulit ❖ Pasien pernah pengobatan ❖ Poliresisten (PR)
➢ Mata ➢ Kambuh ❖ Multidrug resistant (MDR)
➢ Pleura ➢ Diobati kembali setelah ❖ Pre-extensive drug resistant
➢ Abdomen gagal (PreXDR)
➢ Ginjal ➢ Lost to follow up ❖ Extensive drug resistant (XDR)
➢ Susunan sarah pusat ➢ Lain-lain ❖ Resisten rifampicin (RR)
➢ Tulang dan sendi
➢ Perikardial
➢ retikuloendotelial
07
Diagnosis
Berat badan turun/tidak naik
Status gizi
dalam 2 bulan sebelumnya
Gagal tumbuh (failure to thrive)
Kepala
Demam lebih dari 2 minggu,
berulang, tidak terlalu tinggi
Badan terasa lemas Leher: pembesaran KGB
Pemeriksaan
Anamnesis
fisik
Anak kurang aktif
Thorax
Riwayat kontak
Abdomen
Keringat malam

Gejala lain Ekstremitas


Konjungtivitis flictenularis
Pemeriksaan Penunjang
❖ Tuberkulin test
❖ Pemeriksaan bakteriologis
➢ Pemeriksaan BTA
➢ Pemeriksaan TCM
➢ Pemeriksaan kultur
■ Media padat: lowenstein-jensen
■ Media agar: middlebrook 7H9
■ Media cair: mycobacteria growth indicator tube (MGIT)
❖ Pemeriksaan radiologis
➢ Pembesaran kelenjar hilus
➢ Konsolidasi parenkim paru
Chest x-ray showing dense Chest x-ray showing bilateral hilar Chest x-ray showing Ghon's
homogenous opacity in right, adenopathy of primary pulmonary complex of active TB.
middle and lower lobe of primary TB.
pulmonary TB.
08
Tatalaksana TB pada anak
Sumber: Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis Kemenkes
2020
Prinsip Pengobatan
Prinsip pengobatan TB pada anak sama dengan TB dewasa, dengan
tujuan utama dari pemberian obat anti TB sebagai berikut:
1. Menyembuhkan pasien TB
2. Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
3. Mencegah TB relaps
4. Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat
5. Menurunkan transmisi TB
6. Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan toksisitas seminimal
mungkin
7. Mencegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang

Beberapa hal penting dalam tata laksana TB anak adalah:


1. Obat TB diberikan dalam panduan obat, tidak boleh diberikan
sebagai monoterapi.
2. Pemberian gizi yang adekuat.
3. Mencari penyakit penyerta, jika ada ditata laksana secara
bersamaan.
Obat Anti Tuberkolosis
Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
Obat lain yang digunakan
Respon pengobatan dan pemantauan
a) Idealnya setiap anak dipantau setidaknya: tiap 2 minggu pada fase intensif dan setiap 1
bulan pada fase lanjutan sampai terapi selesai
b) Penilaian meliputi: penilaian gejala, kepatuhan minum obat, efek samping, dan pengukuran
berat badan
c) Dosis obat mengikuti penambahan berat badan
d) Kepatuhan minum obat dicatat menggunakan kartu pemantauan pengobatan.
e) Pemantauan sputum harus dilakukan pada anak dengan BTA
(+) pada diagnosis awal, yaitu pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan ke-6.
f) Foto toraks tidak rutin dilakukan karena perbaikan radiologis ditemukan dalam jangka waktu
yang lama, kecuali pada TB milier setelah pengobatan 1 bulan dan efusi pleura setelah pengobatan
2 – 4 minggu.
g) Anak yang tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi TB harus dirujuk untuk penilaian dan
terapi, anak mungkin mengalami resistensi obat, komplikasi TB yang tidak biasa,
TB pada neonatus
Neonatus sakit TB harus dirawat di ruang perinatologi atau NICU di fasilitas rujukan, sebaiknya di
ruang isolasi. Foto toraks dan pengambilan spesimen dari lokasi yang memungkinkan harus diambil,
untuk membuktikan diagnosis TB pada neonatus.Pemberian OAT harus dimulai pada bayi yang kita
curigai TB sambil menunggu konfirmasi bakteriologis.

Lakukan pemeriksaan plasenta (PA, makroskopik & mikroskopik), dan darah v.umbilikalis
(Mikrobiologi = BTA & biakan TB), foto toraks dan bilas lambung. Bila pada evaluasi klinis terdapat
limfadenopati, lesi kulit atau ear discharge, lakukan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau PA. Bila
selama perjalanan klinis terdapat hepatomegali, lakukan pemeriksaan USG abdomen, jika ditemukan
lesi di hepar, lanjutkan dengan biopsi hati. Imunisasi BCG sebaiknya tidak diberikan dahulu. Setelah ibu
dinyatakan tidak infeksius lagi maka dilakukan uji tuberkulin. Jika hasilnya negatif, isoniazid dihentikan
dan diberikan BCG pada bayi.
TB Resisten Obat
Prinsip pengobatan TB RO pada anak adalah sebagai berikut:
1. Dasar paduan obat TB RO pada anak:
a. Anak dengan TB RO torkonfirmasi: berdasarkan hasil uji kepekaan obat anak tersebut
b. Terapi empiris TB RO:
1) Jika kontak erat kasus TB RO: sesuai dengan hasil uji kepekaan obat kasus indeks (sumber penularan)
2) Jika kontak dengan kasus TB RO tidak jelas dan/atau anak gagal terapi OAT lini 1: diasumsikan resistan terhadap
rifampicin dan INH

2. Semua obat diberikan setiap hari dengan pengawasan langsung petugas kesehatan

3. Dasar-dasar pengobatan TB RO di Indonesia:

a. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB resistan obat, yaitu pasien TB Resistan Rifampisin (TB RR), TB MDR,
TB pre XDR maupun TB XDR berdasarkan pemeriksaan uji kepekaan
M. tuberculosis baik dengan tes cepat molekuler maupun metode biakan konvensional dapat mengakses pengobatan TB
resistan obat yang baku dan bermutu.

b. Paduan OAT untuk pasien TB resistan obat terdiri dari paduan OAT standar dan paduan OAT individual. Kedua
paduan tersebut merupakan kombinasi dari OAT lini kedua dan lini pertama.
TB Resisten Obat Lanjutan
c. Sesuai rekomendasi WHO 2016. prinsip paduan pengobatan TB resisten obat harus terdiri dari kombinasi sekurangnya 5
(lima) jenis OAT pada tahap awal, yaitu:
• 4 (empat) OAT inti yaitu OAT lini kedua yang terbukti masih efektif atau belum pernah digunakan, yaitu:
- salah satu OAT dari grup A (golongan flurakuinolon)
- salah satu OAT dari grup B ( golongan OAT suntik lini kedua)
- 2 OAT dari grup C (golongan OAT oral lini kedua)
● 1 (satu) OAT lini pertama yaitu Pirazinamid (grup D1). masuk sebagai bagian dari 5 obat yang harus diberikan
tetapi tidak dihitung sebagai obat inti.
● Tidak dihitung sebagai bagian dari 5 (lima) OAT TB-RO yang dipersyaratkan di atas adalah OAT dari grup D1
yang bisa ditambahkan untuk memperkuat efikasi paduan. Pasien TB RR dan TB MDR akan mendapatkan
Isoniazid dosis tinggi dan atau Etambutol.
● OAT dari grup D2 dan D3 digunakan untuk paduan OAT individual sebagai pengganti OAT inti dari grup A,B,C
agar syarat 4 (empat) OAT inti dapat dipenuhi

d. Paduan OAT standar diperuntukan bagi pasien TB Resistan Rifampisin (TB RR) dan TB MDR di Faskes TB-RO dan
Faskes TB-RO Rujukan. Berdasarkan durasi pengobatan, Paduan OAT standar dibedakan meniadi:
● Paduan OAT standar konvensional (20-26 bulan)
● Paduan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)

e. Paduan OAT individual diperuntukkan bagi pasien TB pre XDR dan TB XDR. Paduan individual merupakan
kombinasi OAT lini pertama,lini kedua dan OAT jenis baru. Durasi pengobatan menggunakan
OAT individual untuk pasien TB pre-XDR dan TB XDR minimal 34 bulan.
Alur diagnosis TB Resisten Obat
Tatalaksana TB Laten
Pelayanan kesehatan sebaiknya memilih jenis pengobatan yang tepat
berdasarkan :
1. Hasil uji kepekaan obat kasus indeks (sumber penularan, jika diketahui)
2. Penyakit lain yang menyertai
3. Kemungkinan adanya interaksi obat

Beberapa pilihan pengobatan yang direkomendasikan untuk pengobatan


TB laten pada kelompok berisiko tinggi menjadi TB aktif yaitu:
1. Isoniazid selama 6 bulan
2. Isoniazid selama 9 bulan
3. Isoniazid dan Rifapentine (RPT) sekali seminggu selama 3 bulan
4. 3-4 bulan Isoniazid dan Rifampisin
5. 3-4 bulan Rifampisin
Pencegahan TB
1. Vaksinasi Bacillus Calmette et Guerin (BCG)
Vaksin BCG masih sangat penting untuk diberikan, meskipun efek proteksi sangat bervariasi,
terutama untuk mencegah terjadinya TB berat (TB milier dan meningitis TB). Sebaliknya pada
anak dengan HIV, vaksin BCG tidak boleh diberikan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan
BCG-itis diseminata.
2. Pengobatan pencegahan dengan INH
Profilaksis primer diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak dengan pasien TB dewasa
dengan BTA sputum positif (+), namun pada evaluasi dengan tidak didapatkan Indikasi gejala dan
tanda klinis TB. Obat yang diberikan adalah INH dengan dosis 10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan,
dengan pemantauan dan evaluasi
minimal satu kali per bulan.
Thanks!
Any question???

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics
& images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai