2
Latar Belakang
01 Tuberkulosis (TB), salah satu penyakit tertua yang
menyerang manusia, adalah penyebab utama kematian di
seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis,
jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
6
Etiologi dan Epidemiologi
ETIOLOGI
Infeksi Bakteri Mycobacterium
tuberculosis
EPIDEMIOLOGI
Jumlah kasus TB di Indonesia
menurut Laporan WHO tahun 2015,
diperkirakan ada 1 juta kasus TB
baru pertahun (399 per 100.000
penduduk) dengan 100.000 kematian
pertahun (41 per 100.000 penduduk)..
7
Penularan TB
TB keluar ke udara saat
pasien TB batuk, berbicara,
bersin
TB dilawan
makrofag
8
PATOGENESIS
• Jumlah kasus
• Peluang, Tingkat daya tular, Intensitas batuk, Kedekatan
kontak, Lamanya kontak
Paparan
• Faktor lingkungan
• Terlambat diagnosis
• Tidak patuh minum obat
Meninggal • Komplikasi atau penyakit penyerta
9
KLASIFIKASI PASIEN TB
Anatomi Riwayat
penyakit pengobatan
Hasil uji
kepekaan Status HIV
obat
10
Anatomi Penyakit
TB Paru
TB Ekstra
Paru
11
Riwayat Pengobatan
Diobati kembali
Pasien baru Pernah diobati TB
setelah gagal
12
Hasil Uji Kepekaan Obat
Resisten
TB XDR
Rifampisin
13
Gejala TB Paru
Gejala sistemik Gejala respiratorik
Malaise
14
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks AP Foto thoraks top lordotic
Pemeriksaan Darah
LED Limfosit
Uji tuberkulin
Pemeriksaan serologi
ELISA Mycodot
16
Diagnosis TB Paru
17
Tatalaksana
lanjutan
18
Tatalaksana
Jenis Sifat Efek samping
Isoniazid (H) Bakteriosidal Neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan
fungsi hati, kejang
Rifampisisn Bakteriosidal Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urine
(R) berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas
anemia hemolitik
Anak 2RHZ/ 4RH Prinsip dasar pengobatan Selama 2 bulan setiap Selama 4 bulan
TB adalah minimal 3 hari setiap hari
macam obat dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.
Dosis obat harus
disesuaikan dengan berat
badan anak
20
Tatalaksana
21
Komplikasi
Hemoptsis
Bronkiektasis
Keganasan
22
Upaya pengendalian
DOTS
Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
Melakukan pemeliharaan
dan perbaikan kualitas
perumahan dan Peningkatan daya tahan
lingkungannya sesuai tubuh
dengan standar rumah
sehat
Penerapan pencegahan
Penanganan penyakit dan pengendalian infeksi
penyerta TB TB di dalam dan luar
fasyankes
24
Pemantauan dan Evaluasi Program
• persentase jumlah pasien baru
BTA (+) yang ditemukan dan
diobati dibanding jumlah pasien
baru BTA (+) yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut
Success Rate
CDR =
• SR =
angka yang menunjukkan jumlah
seluruh pasien TB yang
ditemukan dan tercatat diantara 25
Telaah Jurnal
26
P I C O
Problem
Intervention
• Strategi yang digunakan untuk mempromosikan kepatuhan pasien TB paru terhadap pengobatan TB
Comparison
• Membandingkan strategi untuk mempromosikan kepatuhan pengobatan pasien TB paru pada negara
lain
Outcome
Koresponden
Wongduan Suwankeeree MSN,
RN dan Wilawan Picheansathian
DNurs, RN
Publikasi
International Journal of Evidence-
Based Healthcare 2014
28
PENDAHULUAN
Pada tahun 2006, WHO telah meluncurkan suatu strategi dalam
pengendalian TB melalui program directly observed treatment short-
course (DOTS)
Jenis intervensi
Strategi yang digunakan antara lainDOT, DOTS, manajemen kasus, paket intervensi, partisipatif
pelatihan dalam jabatan, insentif makanan, dan intensif program triad-model.
33
Strategi Pencarian
Pencarian awal termasuk indeks jurnal dari
MEDLINE dan Indeks Kumulatif ke Sastra
Kesehatan Keperawatan dan Sekutu (CINAHL).
Studi RCT :
Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients with
pulmonary tuberculosis in Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7
Studi Quasi-eksperimental :
Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in
Yasothorn Province, Thailand. Int J Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5.
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental
Studi RCT :
1. Walley JD, Khan MA, Newell JN, Khan MH. Effectiveness use of the direct observation component of DOTs for tuberculosis:
Randomized control trial in Pakistan. Lancet 2001; 357: 664–9.
2. Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients
with pulmonary tuberculosis in Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7
Studi Quasi-eksperimental :
3. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in
Yasothorn Province, Thailand. Int J Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-Eksperimental
Studi RCT :
1. Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients with pulmonary tuberculosis in
Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7
2. Lwilla F, Schellenberg D, Masanja H, et al. Evaluation of efficacy of community-based vs. institutional-based direct observed short-course treatment for the
control of tuberculosis in Kilombero district, Tanzania. Trop Med Int Health 2003; 8: 204–10.
3. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in Yasothorn Province, Thailand. Int J
Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5.
Studi Quasi-eksperimental :
4. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in Yasothorn Province, Thailand. Int J
Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5
5. KingKaew N, Sangtong B, Amnuaiphon W, et al. Effectiveness of and results from directly observed treatment of tuberculosis patients by health-care workers
vs. family members, Vachira Phuket Hospital, 2005–2006. J Health Syst Res 2008; 2: 1127–34.
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental
Cure Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna, Hanya ada satu pasien yang
anggota Keluarga (76%), kader (73%) memenuhi kriteria,
DOTS oleh anggota
keluarga Vs Kader Completion Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna, Tidak ada satupun pasien yang
anggota keluarha (7%), kader (5%) menyelesaikan pengobatan
Success Rate Terdapat perbedaan bermakna Hanya ada satu pasien yang
RR 1.05, 95% CI 1.00–1.11, P=0.04 memenuhi kriteria
Cure Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna Tidak terdapat perbedaan bermakna
(RR 0.89, 95% CI 0.77–1.03,P=0.12) (RR 0.62, 95% CI 0.12–3.36, P¼=.58
DOTS oleh anggota keluarga Completion Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna Terdapat perbedaan bermakna
Vs Kader RR 1.80, 95% CI 0.81–4.02, P=0.15) (RR 1.65, 95% CI 1.07–2.55, P=0.02)
Hsieh C-J, Lin L-C, Kuo BI-T, et al. Exploring the efficacy of a management model using DOTs in the
adherence of patients with pulmonary tuberculosis. J Clin Nurs 2008; 17: 869–75
FOOD INCENTIVES
Peningkatan konseling
kesehatan
Desentralisasi pengobatan
Sebuah Studi di Afrika Barat mendemonstrasikan bahwa pasien yang mendapatkan strategi pengobatan
intervention package memiliki persentase keberhasilan terapi (88%) dan pasien dengan TB program biasa
(76%) 1.18, 95% CI 1.03–1.34].
Validity TELAAH KRITIS
• Studi ini merupakan epidemiologi klinik berupa meta-analisis, • Heterogenitas data diuji menggunakan chi
memiliki dalam pemilihan studi yang akan dianalisis, berupa square test dan inspeksi visual dari grafik
kriteria inklusi & kriteria ekslusi, kriteria peserta penelitian, kriteria hasil yang disajikan.
intervensi, kriterian hasil luaran studi, dan jenis studi.
• Data yang tidak heterogen akan dikalkulasi
• Metode pemilihan studi RCT dan quasi-eksperimental melalui menggunakan fix-effect model, data
tiga tahapan, yaitu telaah jurnal, pengumpulan data, dan sintesis heterogen yang bermakna digunakan
data random effects. Relative Risk digunakan
untuk untuk mengkategorikan luaran hasil.
• Semua studi yang terpilih ditelaah menggunakan Joana Briggs
Institute Meta-Analysis of Statistics Assesment and Review
Instrument oleh dua orang reviewer
• Menurut data yang ada, kurang lebih setengah daripasien • Intervensi yang dapat meningkatkan kepatuhan
yang menjalani pengobatan TB tidak menyelesaikan pasien terhadap pengobatan TB adalah DOTS-
pengobatannya dengan kebebasan pasien dalam memilih pendamping
• Rendahnya kepatuhan pasien dalam pengobatan ini DOT, manajemen kasus dengan DOT, dan trial-model
membawa beberapa efek yang merugikan, seperti programme.
peningkatan transmisi penyakit, pemanjangan waktu
infeksi, kegagalan terapi dan relaps, resistensi obat, dan • Package intervention dapat dipertimbangkan untuk
penignkatan anggaran untuk program pengontrolan digunakan di negara dengan sumber daya terbatas
penyakit
TELAAH KRITIS
Outcome
• Penelitian ini dapat diterapkan di Puskesmas Rawat Inap tanjung sari mengingat masih terdapat kesenjangan pada
hasil capaian dengan target kesembuhan pasien BTA (+) di puskesmas tanjung sari. Strategi DOT dengan
pendampingan oleh anggota keluarga telah disosialisasikan dan dilakukan pada pasien TB paru di wilayah kerja
puskesmas tanjung sari. Observasi DOT oleh anggota komunitas (kader) atau tenaga kesehatan dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan. Upaya lain seperti pemberian insentif makanan dapat dipertimbangkan pada
pasien TB yang mengalami malnutrisi. Penerapan intervensi manajemen kasus juga dapat diupayakan di
Puskesmas Tanjung Sari.
Pembahasan
55
Program TB di Puskesmas Tanjung sari
Jalan Angsana, 5 desa binaan yaitu
Tanjung Sari, desa tanjung sari,
kecamatan natar, Bumisari, krawang sari,
Lampung Selatan. way sari, muara putih.
56
Program TB di Puskesmas Tanjung Sari
57
Program TB di Puskesmas Tanjung sari
klinik
kader
swasta
puskemas organisasi
pembantu TB Care
(pustu) Aisyah
58
59