Anda di halaman 1dari 59

PROGRAM TB DI

PUSKESMAS TANJUNG SARI

Irvan Miftahul Arief


Lisa Ayu Pratiwi
Nisa Arifah
Rahmanindya D P
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Pendahuluan

2
Latar Belakang
01 Tuberkulosis (TB), salah satu penyakit tertua yang
menyerang manusia, adalah penyebab utama kematian di
seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis,

02 Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada

tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin,

jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar

dibandingkan pada perempuan.


Berdasarkan data dari puskemas
Tanjung sari natar, jumlah penderita
klinis TB hingga tahun 2019
sebanyak 69 pasien.
Tujuan Penulisan

01 Mengetahui mengenai penyakit


tuberkulosis

Mengetahui mengenai situasi penyakit


02 tuberkulosis di Indonesia dan
Lampung.

Mengetahui mengenai program Pencegahan


dan Pemberatasan Penyakit Menular (P2M)
03 yaitu program untuk mengatasi permasalahan
penyakit tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari.
Tinjauan
Pustaka

6
Etiologi dan Epidemiologi
ETIOLOGI
Infeksi Bakteri Mycobacterium
tuberculosis

EPIDEMIOLOGI
Jumlah kasus TB di Indonesia
menurut Laporan WHO tahun 2015,
diperkirakan ada 1 juta kasus TB
baru pertahun (399 per 100.000
penduduk) dengan 100.000 kematian
pertahun (41 per 100.000 penduduk)..

7
Penularan TB
TB keluar ke udara saat
pasien TB batuk, berbicara,
bersin

TB terhirup oleh orang lain melalui


saluran pernapasan dan menuju
paru-paru atau organ lain

TB dilawan
makrofag

8
PATOGENESIS
• Jumlah kasus
• Peluang, Tingkat daya tular, Intensitas batuk, Kedekatan
kontak, Lamanya kontak
Paparan
• Faktor lingkungan

• Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup basil tuberkel yang


mencapai alveoli
• Basil tuberkel ini sebagian besar dimakrofag oleh alveolar dan
Infeksi
sebagian kecil lainnya dapat berkembang biak intraseluler

• Dalam 2-8 minggu, basil tuberkel dimakrofag dan membentuk


granuloma yang berisi tuberkel laten. Jika sistem imun tidak
adekuat, basil akan berkembang dan seseorang tersebut
Sakit
disebut sakit TB

• Terlambat diagnosis
• Tidak patuh minum obat
Meninggal • Komplikasi atau penyakit penyerta

9
KLASIFIKASI PASIEN TB

Anatomi Riwayat
penyakit pengobatan

Hasil uji
kepekaan Status HIV
obat

10
Anatomi Penyakit

TB Paru

TB Ekstra
Paru

11
Riwayat Pengobatan

Diobati kembali
Pasien baru Pernah diobati TB
setelah gagal

Diobati kembali Riwayat


setelah putus pengobatan tidak
berobat diketahui

12
Hasil Uji Kepekaan Obat

Mono resisten Poli resisten TB MDR

Resisten
TB XDR
Rifampisin

13
Gejala TB Paru
Gejala sistemik Gejala respiratorik

Penurunan berat badan Batuk ≥ 3 minggu

Demam Batuk darah

berkeringat pada malam hari Sesak napas

Penurunan nafsu makan Nyeri dada

Malaise

14
Pemeriksaan Fisik

suara napas bronkial,


suara napas melemah,
amforik, ronki basah,
tanda penarikan paru,
diafragma, dan
mediastinum. Kelainan
pada TB paru umumnya
terletak pada apeks paru.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum
sewaktu Pagi Sewaktu

Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks AP Foto thoraks top lordotic

Pemeriksaan Darah
LED Limfosit

Uji tuberkulin

Pemeriksaan serologi
ELISA Mycodot
16
Diagnosis TB Paru

Penegakkan diagnosis TB paru


dilakukan jika ditemukan kuman
TB yaitu pada pemeriksaan
mikroskopis sputum 2 dari 3
pemeriksaan sputum positif.

17
Tatalaksana

• Pengobatan diberikan setiap


Tahap hari selama 2 bulan.
• Tujuan : secara efektif
Awal menurunkan jumlah kuman

• membunuh sisa sisa kuman


Tahap yang masih ada

lanjutan
18
Tatalaksana
Jenis Sifat Efek samping
Isoniazid (H) Bakteriosidal Neuropati perifer, psikosis toksis, gangguan
fungsi hati, kejang
Rifampisisn Bakteriosidal Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urine
(R) berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas
anemia hemolitik

Pirazinamid Bakteriosidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi


(Z) hati, gout artritis

Streptomisin Bakteriosidal Nyeri di tempat suntikan, gangguan


(S) keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopenia

Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan. Buta warna, neuritis


perifer
19
Kategori Rumus Indikasi Tahap intensif Tahap lanjutan
Tatalaksana I 2HRZE/
4H3R3
 Penderita baru TB Selama
paru BTA +
2 bulan,
frekuensi 1 kali sehari
Selama 4 bulan,
frekuensi 3 kali
 Penderita TB paru seminggu
BTA - foto toraks +
 Penderita TB ekstra
paru
II 2HRZES/  Penderita kambuh Satu bulan berikutnya Selama 5 bulan, 3
HRZE/ (relaps) selama 1 bulan, 1 kali kali seminggu
5H3R3E3  Penderita gagal sehari.
 Penderita dengan
pengobatan setelah
putus berobat
(default)

Anak 2RHZ/ 4RH Prinsip dasar pengobatan Selama 2 bulan setiap Selama 4 bulan
TB adalah minimal 3 hari setiap hari
macam obat dan diberikan
dalam waktu 6 bulan.
Dosis obat harus
disesuaikan dengan berat
badan anak

20
Tatalaksana

21
Komplikasi

Hemoptsis

Bronkiektasis

Kerusakan paru luas termasuk gangren paru

Keganasan

Aspergilus paru kronik

22
Upaya pengendalian

DOTS
Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS

Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya

Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan

Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun


swasta.

Memberdayakan pasien dan masyarakat

Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

Fokus utama DOTS : penemuan dan penyembuhan pasien.


23
Program pengendalian

Membudayakan perilaku Membudayakan perilaku


hidup bersih dan sehat etika batuk

Melakukan pemeliharaan
dan perbaikan kualitas
perumahan dan Peningkatan daya tahan
lingkungannya sesuai tubuh
dengan standar rumah
sehat

Penerapan pencegahan
Penanganan penyakit dan pengendalian infeksi
penyerta TB TB di dalam dan luar
fasyankes

24
Pemantauan dan Evaluasi Program
• persentase jumlah pasien baru
BTA (+) yang ditemukan dan
diobati dibanding jumlah pasien
baru BTA (+) yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut

Case Detection Rate

• angka yang menunjukkan persentase


pasien baru TB BTA (+) yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap) di
antara pasien baru TB BTA (+) yang
tercatat.

Success Rate
 CDR =

 
• SR =
angka yang menunjukkan jumlah
seluruh pasien TB yang
ditemukan dan tercatat diantara 25
Telaah Jurnal

26
P I C O

Problem

• Rendahnya kepatuhan pasien TB paru terhadap pengobatan TB sehingga dapat menyebabkan


terjadinya peningkatan tingkat penularan bakteri basil tuberkulosis, infeksi yang berkepanjangan,
kegagalan pengobatan dan kambuh, resistansi obat, dan peningkatan biaya program pengendalian TB.

Intervention

• Strategi yang digunakan untuk mempromosikan kepatuhan pasien TB paru terhadap pengobatan TB

Comparison

• Membandingkan strategi untuk mempromosikan kepatuhan pengobatan pasien TB paru pada negara
lain

Outcome

• Tingkat penyelesaian pengobatan, tingkat penyembuhan, dan tingkat keberhasilan pengobatan.


Judul
Strategies to Promote Adherence
to Treatment by Pulmonary
Tuberculosis Patients: A
Systematic Review

Koresponden
Wongduan Suwankeeree MSN,
RN dan Wilawan Picheansathian
DNurs, RN

Publikasi
International Journal of Evidence-
Based Healthcare 2014

28
PENDAHULUAN
Pada tahun 2006, WHO telah meluncurkan suatu strategi dalam
pengendalian TB melalui program directly observed treatment short-
course (DOTS)

Pengendalian TB yang berhasil sangat tergantung pada perawatan


pasien yang efektif dan membutuhkan kepatuhan selama perawatan
penuh.

Namun, dalam kondisi praktiknya sekitar setengah dari pasien TB


tidak menyelesaikan perawatan secara rutin.
PENDAHULUAN

Kerugian yang terjadi antara lain peningkatan tingkat penularan


bakteri basil tuberkulosis, infeksi yang berkepanjangan, kegagalan
pengobatan dan kambuh, resistansi obat, dan peningkatan biaya
program pengendalian TB.

Sangat penting untuk mengklarifikasi keefektifan strategi untuk


mempromosikan kepatuhan terhadap pengobatan oleh pasien
dengan TB paru untuk mendukung bukti praktik. Tinjauan ini telah
mengevaluasi bukti klinis yang tersedia mengenai keefektifan
strategi untuk mempromosikan kepatuhan terhadap pengobatan oleh
pasien dengan TB paru.
Tujuan

Mengidentifikasi strategi yang ada untuk


mempromosikan kepatuhan untuk perawatan
oleh pasien dengan TB paru

Mengidentifikasi strategi terbaik


untuk mempromosikan kepatuhan
pengobatan TB oleh pasien dengan
TB paru.
Kriteria Inklusi
Jenis Peserta
Pasien minimal usia 15 tahun yang didiagnosis dengan BTA-positif dan TB paru BTA-negatif (terlepas
dari infeksi HIV) dalam pengaturan komunitas yang belum pernah menerima obat anti-TB atau
meminumnya kurang dari 1 bulan kecuali pasien yang dirawat.

Jenis intervensi
Strategi yang digunakan antara lainDOT, DOTS, manajemen kasus, paket intervensi, partisipatif
pelatihan dalam jabatan, insentif makanan, dan intensif program triad-model.

Jenis ukuran hasil Jenis studi


Hasil yang diharapkan adalah tingkat penyelesaian A systematic review of randomised
pengobatan, tingkat penyembuhan, dan tingkat controlled trials (RCTs) dan quasiexperimental
keberhasilan. studies
Kriteria Eksklusi

༝ mengecualikan artikel yang merupakan pendapat


ahli dan ulasan literatur.

33
Strategi Pencarian
Pencarian awal termasuk indeks jurnal dari
MEDLINE dan Indeks Kumulatif ke Sastra
Kesehatan Keperawatan dan Sekutu (CINAHL).

Pencarian kedua menggunakan semua kata kunci


yang diidentifikasi dan istilah indeks kemudian
dilakukan di semua termasuk basis data.

Daftar referensi dan daftar pustaka dari semua


artikel yang diidentifikasi juga dicari tambahan studi
yang relevan dan sumber jurnal
METODE
• Semua studi yang memenuhi kriteria inklusi dinilai untuk
kualitas metodologis menggunakan standar kritis alat penilaian
Penilaian Kritis dari Joanna Briggs Institute Meta-Analisis Penilaian Statistik
dan Instrumen Ulasan

Pengumpulan • Dua pengulas secara independen mengekstraksi data,


menggunakan alat ekstraksi data standar dari Joanna Briggs
Data Institut Meta-Analisis Penilaian Statistik dan Ulasan Instrumen.

• Jika dua atau lebih studi yang sebanding diidentifikasi, data

Sintesis Data dikumpulkan dalam meta-analisis statistik untuk menentukan


efektivitas intervensi dengan menggunakan tinjauan perangkat
lunak manajer
HASIL
Deskripsi Studi
Kualitas Metodologi Randomised
Controlled Trials (RCTs)

༝ Semua uji coba dinilai menggunakan alat Penilaian


Kritis JBI
༝ Dari 10 penelitian hanya ada 2 penelitian yang
memenuhi 10 kriteria dari penilaian kritis JBI, yaitu
penelitian oleh Lewin et al. dan Kamolratanakul et al.
༝ Kelompok studi diperlakukan secara identik (terlepas
dari intervensi), dan hasil tampaknya diukur dengan
andal dalam semua penelitian.
༝ Di setiap studi, upaya dilakukan untuk mengendalikan faktor perancu dan
memastikan bahwa setiap hasil positif yang terdeteksi adalah hasil dari
intervensi.
༝ Semua RCT yang digunakan sesuai metode pengacakan seperti
pengacakan kelompok, pengacakan blok, pengacakan bertingkat dan
urutan pengacakan yang dihasilkan oleh algoritma komputer.
Kualitas metodologis studi quasiexperimental

༝ Dari 8 studi quasiexperimental memenuhi 5 dari 10 kriteria

༝ Studi-studi ini menggunakan purposive sampling tergantung dari ketersediaan


pasien yang mencari pengobatan di penelitian ini.

༝ Kualitas studi quasiexperimental juga terjamin melalui kelompok pembanding.


Hasilnya dinilai menggunakan kriteria objektif termasuk statistik yang sesuai analisis
juga digunakan dalam semua studi.
Directly observed treatment
Directly observed treatment vs. Selfsupervision
༝ Tingkat penyembuhan
༝ Tingkat penyelesaian
༝ Tingkat kesuksesan
Perbandingan Intervensi Hasil Meta-Analisis Hasil Meta-Analisis
(Strategi) Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental

Cure Rate Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbedaan


(RR 1.06, 95% CI 0.93– (RR 1.22, 95% CI 1.12–
1.22, P¼0.37) 1.34, P<0.0001)

DOTS oleh Tenaga


Kesehatan Vs Self Completion Rate Tidak terdapat perbedaan Tidak terdapat perbedaan
supervision (RR 0.95, 95% CI 0.38– (RR 0.44, 95% CI 0.02–
2.36, P¼0.92) 8.81, P¼0.59

Success Rate Tidak terdapat perbedaan Terdapat perbedaan


(RR 1.07, 95% CI 0.96– (RR 1.19, 95% CI 1.10–
1.20, P=0.2) 1.29, P<0.00001)
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental
Cure Rate Kader 73%, Self (+)
supervision 67% Kader 100%
DOTS oleh Kader Vs Self
supervision Completion Rate Kader 5%, Self Tidak ada yang
supervision 8% menyelesaikan
pengobatan
Success Rate (-) tidak terdapat Case manager 100%, Self
perbedaan supervision 78%
(RR 1.32, 95% CI,
P=0.30)

Studi RCT :
Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients with
pulmonary tuberculosis in Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7

Studi Quasi-eksperimental :
Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in
Yasothorn Province, Thailand. Int J Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5.
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental

Cure Rate Tidak terdapat perbedaan DOT (86%), Self


(RR 1.02, 95% CI 0.08– supervision (70%)
DOTS oleh anggota 1.31, P=0.85)
keluarga Vs Self
supervision Completion Rate Tidak terdapat perbedaan Tidak ada satu pun
(RR 1.07, 95% CI 0.70– pasien yang memenuhi
1.63, P=0.76) kriteria
Success Rate Terdapat perbedaan RR DOT (86%), Self
1.07, 95% CI 1.00–1.15, supervision (70%)
P=0.04, I2=63.0%)

Studi RCT :

1. Walley JD, Khan MA, Newell JN, Khan MH. Effectiveness use of the direct observation component of DOTs for tuberculosis:
Randomized control trial in Pakistan. Lancet 2001; 357: 664–9.
2. Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients
with pulmonary tuberculosis in Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7

Studi Quasi-eksperimental :
3. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in
Yasothorn Province, Thailand. Int J Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-Eksperimental

Cure Rate Tidak terdapat Tidak terdapat perbedaan


perbedaan (RR 0.62, 95% CI 0.12–
DOTS oleh tenaga (RR 0.89, 95% CI 0.77– 3.36, P=0.58)
kesehatan Vs Kader 1.03, P=0.12)
Completion Tidak terdapat Sighh et al. Kader (7%), tenaga
Rate perbedaan kesehatan (2%)
(RR 1.80, 95% CI 0.81– Akkslip et al. tidak ada pasien
4.02, P=0.15) yang menuntaskan pengobatan
Success Rate Tidak terdapat Tidak terdapat perbedaan
perbedaan (RR 0.92, 95% CI 0.58–1.46,
(RR 0.95, 95% CI 0.83– P=0.72)
1.07, P=0.38)

Studi RCT :
1. Kamolratanakul P, Sawert H, Lertmaharit S, et al. Randomized control trial of directly observed treatment (DOT) for patients with pulmonary tuberculosis in
Thailand. Trans R Soc Trop Med Hyg 1999; 93: 552–7
2. Lwilla F, Schellenberg D, Masanja H, et al. Evaluation of efficacy of community-based vs. institutional-based direct observed short-course treatment for the
control of tuberculosis in Kilombero district, Tanzania. Trop Med Int Health 2003; 8: 204–10.
3. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in Yasothorn Province, Thailand. Int J
Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5.

Studi Quasi-eksperimental :
4. Akkslip S, Rasmithat S, Maher D, Sawert H. Direct observation of tuberculosis treatment by supervised family members in Yasothorn Province, Thailand. Int J
Tuberc Lung Dis 1999; 3: 1061–5
5. KingKaew N, Sangtong B, Amnuaiphon W, et al. Effectiveness of and results from directly observed treatment of tuberculosis patients by health-care workers
vs. family members, Vachira Phuket Hospital, 2005–2006. J Health Syst Res 2008; 2: 1127–34.
Perbandingan Intervensi Hasil Hasil
(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-
Eksperimental

Cure Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna, Hanya ada satu pasien yang
anggota Keluarga (76%), kader (73%) memenuhi kriteria,
DOTS oleh anggota
keluarga Vs Kader Completion Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna, Tidak ada satupun pasien yang
anggota keluarha (7%), kader (5%) menyelesaikan pengobatan

Success Rate Terdapat perbedaan bermakna Hanya ada satu pasien yang
RR 1.05, 95% CI 1.00–1.11, P=0.04 memenuhi kriteria

Perbandingan Intervensi Hasil Hasil


(Strategi) Meta-Analisis Meta-Analisis
Studi RCT Studi Quasi-Eksperimental

Cure Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna Tidak terdapat perbedaan bermakna
(RR 0.89, 95% CI 0.77–1.03,P=0.12) (RR 0.62, 95% CI 0.12–3.36, P¼=.58
DOTS oleh anggota keluarga Completion Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna Terdapat perbedaan bermakna
Vs Kader RR 1.80, 95% CI 0.81–4.02, P=0.15) (RR 1.65, 95% CI 1.07–2.55, P=0.02)

Success Rate Tidak terdapat perbedaan bermakna Terdapat perbedaan bermakna


RR 0.95, 95% CI 0.83–1.07, P=0.38 (RR 0.92, 95% CI 0.58–1.46, P=0.72)
CASE MANAGEMENT

Sebuah studi di Thailand mengemukan bahwa pasien TB yang


menerima edukasi, observasi langsung selama 2 bulan pertama,
dan dilakukan kunjungan rumah 1x/bulan oleh case manager
memiliki tingkat penyelesaian pengobatan yang lebih baik
dibandingkan pasien kelompok kontrol yang tidak menerima
intervensi

Tingkat keberhasilan terapi lebih tinggi pada kelompok yang


menerima perlakuan DOTS case management dibandingkan pasien
yang menerima traditional case management dan kelompok
kontrol

Hsieh C-J, Lin L-C, Kuo BI-T, et al. Exploring the efficacy of a management model using DOTs in the
adherence of patients with pulmonary tuberculosis. J Clin Nurs 2008; 17: 869–75
FOOD INCENTIVES

Sebuah Studi di Timor Leste mengatakan


bahwa tidak terdapat beneficial effect /
harmful effect dari tingkat penyelesaian
terapi pada pemberian food incentives (76
vs 78 %, P=0.04)

Terdapat peningkatan berat badan pasien


TB yang mendapatkan food incentives
Intensive triad model programme

Sebuah studi di Thailand menemukan bahwa intensive triad


model program dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien
TB

Permodelan ini terdiri atas :


1. Persons (Penyedia layanan kesehatan, Pasien TB, dan
Pendamping minum obat/supporter)
2. Edukasi Kesehatan
3. Treatment
INTERVENTION PACKAGE

Peningkatan konseling
kesehatan

Desentralisasi pengobatan

Kebebasan pasien untuk


memililih observer DOT

Sebuah Studi di Afrika Barat mendemonstrasikan bahwa pasien yang mendapatkan strategi pengobatan
intervention package memiliki persentase keberhasilan terapi (88%) dan pasien dengan TB program biasa
(76%) 1.18, 95% CI 1.03–1.34].
Validity TELAAH KRITIS
• Studi ini merupakan epidemiologi klinik berupa meta-analisis, • Heterogenitas data diuji menggunakan chi
memiliki dalam pemilihan studi yang akan dianalisis, berupa square test dan inspeksi visual dari grafik
kriteria inklusi & kriteria ekslusi, kriteria peserta penelitian, kriteria hasil yang disajikan.
intervensi, kriterian hasil luaran studi, dan jenis studi.
• Data yang tidak heterogen akan dikalkulasi
• Metode pemilihan studi RCT dan quasi-eksperimental melalui menggunakan fix-effect model, data
tiga tahapan, yaitu telaah jurnal, pengumpulan data, dan sintesis heterogen yang bermakna digunakan
data random effects. Relative Risk digunakan
untuk untuk mengkategorikan luaran hasil.
• Semua studi yang terpilih ditelaah menggunakan Joana Briggs
Institute Meta-Analysis of Statistics Assesment and Review
Instrument oleh dua orang reviewer

• Data diidentifikasi dan dikelompokkan statistik meta-analisis


menggunakan Review Manager Software
Importancy
TELAAH KRITIS
• DOTS merupakan program WHO untuk mengontrol • Melalui Studi Analisis ini ditemukan terdapat beberapa
penyakit TB, yang salah satunya berisikan program strategi dalam upaya peningkatan kepatuhan pasien
pendampingan terhadap pasien TB, dimana pasien TB dalam berobat yang akan memberikan dampak pada
setiap harinya diobservasi untuk memastikan pasien penyelesaian dan penyelesaian pengobatan, dan
meminum obat yang diberikan keberhasilan pengobatan.

• Menurut data yang ada, kurang lebih setengah daripasien • Intervensi yang dapat meningkatkan kepatuhan
yang menjalani pengobatan TB tidak menyelesaikan pasien terhadap pengobatan TB adalah DOTS-
pengobatannya dengan kebebasan pasien dalam memilih pendamping
• Rendahnya kepatuhan pasien dalam pengobatan ini DOT, manajemen kasus dengan DOT, dan trial-model
membawa beberapa efek yang merugikan, seperti programme.
peningkatan transmisi penyakit, pemanjangan waktu
infeksi, kegagalan terapi dan relaps, resistensi obat, dan • Package intervention dapat dipertimbangkan untuk
penignkatan anggaran untuk program pengontrolan digunakan di negara dengan sumber daya terbatas
penyakit
TELAAH KRITIS
Outcome

• Penelitian ini dapat diterapkan di Puskesmas Rawat Inap tanjung sari mengingat masih terdapat kesenjangan pada
hasil capaian dengan target kesembuhan pasien BTA (+) di puskesmas tanjung sari. Strategi DOT dengan
pendampingan oleh anggota keluarga telah disosialisasikan dan dilakukan pada pasien TB paru di wilayah kerja
puskesmas tanjung sari. Observasi DOT oleh anggota komunitas (kader) atau tenaga kesehatan dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan. Upaya lain seperti pemberian insentif makanan dapat dipertimbangkan pada
pasien TB yang mengalami malnutrisi. Penerapan intervensi manajemen kasus juga dapat diupayakan di
Puskesmas Tanjung Sari.
Pembahasan

55
Program TB di Puskesmas Tanjung sari
Jalan Angsana, 5 desa binaan yaitu
Tanjung Sari, desa tanjung sari,
kecamatan natar, Bumisari, krawang sari,
Lampung Selatan. way sari, muara putih.

Topografi terdiri dari


daerah dataran dan
daerah perbukitan

56
Program TB di Puskesmas Tanjung Sari

jumlah penderita klinis TB hingga bulan juni 2019 sebanyak 114


pasien, dengan 6 pasien baru kategori 1, 10 pasien kategori 3, 5
pasien anak, dan 2 pasien TB ekstra paru.

Desa yang memiliki tingkat penemuan suspek TB dan penderita


dengan BTA positif terbanyak yaitu pada desa Sukaraja

desa yang memiliki tingkat penemuan suspek TB dan penderita


dengan BTA positif terendah pada desa Kutoarjo

4 pasien yang dinyatakan selesai berobat

57
Program TB di Puskesmas Tanjung sari

klinik
kader
swasta

puskemas organisasi
pembantu TB Care
(pustu) Aisyah

pasien yang Puskesmas


program
datang ke Gedong Toktok Wow
puskemas Tataan

58
59

Anda mungkin juga menyukai