Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis (TB) Paru

Diruangan Non Bedah Bangsal Paru


RSUP. DR. M Djamil Padang

DI SUSUN
OLEH

DWI FEBRI
YENTI

15111913
Latar belakang

Salah satu jenis penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


bakteri mycobacterium tubeculosis adalah penyakit Tuberkulosis (TB)
yang menyerang organ paru-paru, jika bakteri masuk dan terkumpul
dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak terutama pada
orang yang berdaya tuhan tubuh yang rendah, oleh sebab itu infeksi
tuberkulosis paru dapat menginfeksi hampir saluruh organ tubuh, seperti
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah
bening, dan lain-lain. Meskupun demikian yang sering terjangkit adalah
paru-paru.

Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksi yang


menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa dkk,2013)
faktor ekonomi yang rendah,

status gizi

Faktor resiko

umur

Jenis kelamin
Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), sepertiga populasi dunia yaitu
sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta
populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus
TB menyebabkan kematian. Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada
wilayah Afrika yaitu sebesar (37%), diwilayah Asia Tenggara sebesar (28%), dan wilayah
Mediterania Timur sebesar (17%). (WHO, 2015)
Indonesia merupakan negara dengan penderita TB paru di dunia yaitu sebanyak 10% dari
total global kasus TB paru di dunia. Berdasarkan data profil Indonesi yang dilaporkan oleh
kemenkes RI (2013) jumlah penderita TB paru yang terdapat tahun 2012 yaitu sebanyak
202.301 dengan prevalansi sebesar 138/100.000 penduduk Indonesi. Kemudian pada tahu
2013 menurut profil kesehatan Indonesia dari kemenkes RI (2014) jumlah penderita TB paru
sebanyak 196.310 jiwa dengan prevalansi sebesar 113/100.000 penduduk Indonesia.
(Kememenkes RI, 2015)
Sumatera Barat meupakan salah satu angka kejadian TB paru yang cukup tinggi dari salah
satu provinsi di Indoesia. Yaitu angka kejadiannya 10,2% dimana angka kejian TB paru setiap
tahun selalu meningkat. Dari data yang didapat riskesdas jumlah kasus pasien penderita TB
paru pada tahun 2007 kasus TB paru sebanyak 3660 kasus, 2008 sebanyak 3896 kasus, 2010
ditemukan sebanyak 3928 kasus. (Riskesdas, 2013)
Sedangkan data yang diperoleh dari ruangan non bedah bangsal paru RSUP. DR. M DJAMIL
Padang pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis paru sebanyak 98 kasus, di
tahun 2016 ditemukan sebanyak 177 kasus, dan di tahun 2017 ditemukan sebanyak 180 kasus
tuberkulosis dengan berbagai jenis komplikasi.
DAMPAK fisik

DAMPAK psikologis

DAMPAK Sosial
Selain sebagai
pemberi asuhan
keprawatan perawat
Peran perawat juga berperan :
• education
• advokat
• Koordinator
• Kolaborator
• konsultan
Defenisi

Tuberkulosis atau TB adalah


penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis paru adalah suatu Tuberkulosis adalah penyakit
penyakit yang disebabkan oleh radang parenkim paru karena
bazil mikrobacterius tuberkulosis infeksi kuman mycobacterium
yang merupakan salah satu peyakit tuberculosis. Tuberculosis
saluran pernfasan bagian bawah termasuk suatu pneumonia, yaitu
yang sebagian besar basil pneumonia yang disebabkan
tuberkulosis masuk kedalam oleh M. Tuberculosis.
jaringan paru melalui airbone (Darmanto, 2013)
infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal
sebagai fokus primer dari ghon.
(Andra, 2013)
Anatomi dan fisiologi
Anatomi sistim pernafasan

 Hidung
 Faring
 Laring
 Trakea
 Bronkus
 Bronkiolus
 Alveoli
 Paru-paru
 Pleura
Etiologi

Secara mikroskopis mycabacterium tubercolosis berbentuk batang lurus atau


sedikit mlengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3-0,6 um dn panjang 1- 4 um. Dinding mycobacterium tuberculosis
sangat kompleks terdiri atas lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun
utama dinding sel mycobacterium tuberculosis ialah asam mikrolat, lilin
kompleks, trahealosa dimikolat dan micobakterial sulfafolipids. Salah satu
sifat kuman adalah tahan asam sehingga digolongkan dalam basil tahan
asam (BTA). Maksudnya bila basil ini telah diwarnai maka warnanya tidak
akan luntur walaupun diberi bahan kimia asam seperti H2Q4. Dibawah
mikroskop basil akan tampak brwarna merah. (Rasyid,2014).
Menifestasi Klinis
Gejala Gejala
respiratorik sistematik
Batuk demam

Batuk darah Keringat


malam

Sesak nafas anoreksia

Penurunan
Nyeri dada BB
Patofisiologi
Infeksi tuberkulosi biasanya menyerang apeks dari paru-paru atau dekat pleura dari
lobus bawah
menghirup basil mycobacterium tuberculosis akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar
malalui jalan nafas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan
berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem limpe dan aliran darah
ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus
atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamsi.
Neutrifik dan makrofak memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik
terhadap tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi
ini mengakibatkan terakumulsinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi ini awalnya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpaparMasa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup
dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofak yang membentuk dinding. Granuloma
berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah massa tersebut disebut
ghon tubercle. Bakteri yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik,
membentuk perkijauan. Setelahitu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan
kolagen, bakteri menjadi non aktif. Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah
infeksi awal, karena respon sistem imun yang tidak adekuat
klasifikasi
TB paru BTA
positif

TB paru BTA
negatif

Bekas TB paru
dengan kriteria
komplikasi
Malnutrisi (keadaan Efusi pleura (terdapat
Empiema (kondisi
tubuh tidak mendapat penumpukan cairan
terdapatnya udara dan
asupan gizi yang dalam pleura berupa
nanah dalam pleura)
cukup) transudat atau eksudat)

Hepatitis (adanya Pneumothorak


peradangan (Terdapatnya udara di
(pembengkakan) pada pleura)
hati/liver)
PENATALAKSANAAN
Obat anti
tuberkulosis
(OAT)

Jenis obat
Jenis obat
utama (lini 1)
utama (lini 2)
Rifampisin
INH
•Kanamisin
Pirazinamid •Kuinolon
Streptomisin •Obat lainmasi
Etambutol dalam penelitian

Empat obat anti tuberkulosis


dalam satu tablet,
• rifampisin
• isoniazid
Kombinasi •pirazinamid
dosis tetap •san etabutol
Pemeriksaan Penunjang

Test tuberculin (mantoux


Test)
Pemeriksaan
Pemeriksaan ini banyak
radiologis : foto
digunakan untuk
rontgen toraks
menegakkan diagnosa
terutama pada

Pemeriksaan laboratorium
Darah
Pada TB paru aktif
biasanya ditemukan
peningkatan leukosit dan
laju endap darah (LED)
Sputum BTA
ASUHAN KEPERAWATAN
•Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien datang ke RS dengan keluhan
batuk mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah
bila sudah ada kerusakan jaringan, sesak nafas
dan nyeri pada dada. Serta demam pada sore
dan malam hari dengan gejala hilang timbul.

•Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien TB paru memiliki gangguan
pernafasan sebelumnya, dan juga pernah
mengalami gangguan kesehatan seperti
cedera dan pembedahan, dan pernah kontak
dengan pasien TB paru aktif.

Rwayat kesehatan keluarga


Secara patologi TB patu tidak
menurun, tetapi menular, biasanya ada
anggota keluarga yang menderita penyakit
TB paru
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien
Kesadaran : biasanya kesadaran klien compos mentis,
apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.

Berat badan : biasanya berat badan klien menurun, karna


terjadinya anoreksia

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : biasanya normal/tidak, sesuai dengan
adanya peningkatan penyulit seperti hipertensi.

Nadi : biasanya meningkat/tidak

Suhu : biasanya terjadi penigkatan suhu secara signifikan

Pernafasan : biasanya meningkat apabila disertai dengan


sesak nafas
Hidung

Inspeksi
lobang hidung simetris kiri dan kanan, klien
menggunakan cuping hidung saat bernafas
karna nafas sesak,

Palpasi
biasanya tidak ada benjolan atau pembekakan
pada batang hidung dan nyeri tekan saat
dilakukan palpasi lembut pada batang hidung
Inspeksi
Dada / thoraks biasanya tidak simetris kiri dan kanan karna
penyempitan/pelebaran ICS pada sisi yang
sakit.Klien tampak kurus sehingg terlihatadanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-
posterior dibandingkan proporsi diameter lateral.

Palpasi
biasanya premitus kiri dan kanan tidak sama
lebih cenderung melemah dibagian yang sakit

Perkusi
biasanya TB paru tanpa komplikasi bunyinya resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru, jika TB paru disertai
komplikasi efusi pleura bunyinya redup sampai pekak pada
sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan diringga
pleura. Apabila disertai pneumohoraks maka didapatkan
bunyi hiperresonan terutama jika pneumotoraks pentil yang
mendorong posisi paru kesisi yang sehat.
Auskultasi
biasanya terdapat bunyi ronchi dan
wheezing pada sisi yang sakit karna ada
kerusakan di paru-paru
Kulit / integumen

Inspeksi: biasanya kulit kering, bersisik


biasanya turgor kuli tampak
jelek.

Palpasi : pitting edema kurang 2 detik,


kapilary refill time kurang 2
detik.
Diagnosa keperawatan
Kebersian jalan nafas tidak efektif berbubungan dengan sekresi yang tertahan

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan kurang asupan makanan

Resiko infeksi berhubungan dengan kurannya pengetahuan tentang resiko patogen


Terima Kasih
Bersihan jalan nafas ketidak efektif
NIC: Manajemen jalan nafas
Aktivitas-aktivitas:

Buka jalan nafas dengan chin lift atau jaw trust, sebagaimana mestinya
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi kebutuhan actual atau potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan napas
Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan batuk
Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
Monitor perpasan
Aktivitas-aktivitas:
Monitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
Catat pergerakan dada, catat ketidak semetrisan, penggunaan otot-otot bantu jalan napas dan
retraksi pada otot supra claviculas dan intercostal
Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau mengi
Monitor pola napas (misalnya bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan kusmaul,
pernapasa 1:1, apneustik, respirasi biot dan pola ataxic)
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Pertu k aran gas g an g g u an b erh u b un g an

NIC:
Terapi oksigen
Aktivitas-aktivitas:
Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
Batasi (aktivitas) merokok
Pertahankan kepatenan jalan napas
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
Monitor aliran oksigen
Monitor perangkat (alat) pemberian oksigen
Monitor efektivitas terapi oksigen (misalnya, tekanan
oksimetri, ABGs) dengan tepat
NYERI AKUT
NIC:
Manajemen nyeri
Aktivitas-aktivitas:
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak
dapar berkomunikasi secara efektif
Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang ketat
Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana monitor

Pemberian analgetik
Aktivitas-aktivitas:
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keperahan nyeri sebelum mengobati pasien
Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesic yang diberikan
Cek adanya riwayat alergi obat
Evaluasi kemampuan pasien untuk berperan serta dalam pemilihan analgetik, rute dan dosis dan
keterlibatan pasien sesuai kebutuhan
Pilih analgesic atau kombinasi analgesic yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NIC:
Manajemen gangguan makan
Aktivitas-aktivitas:
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana perawatan dengan
melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang terdekat klien dengan tepat)
Kembangkan hubungan yang mendukung dengan klien
Monitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital, elektrolit), jika diperlukan
Timbang berat badan klien secara rutin (pada hari yang sama dan setelah BAB/BAK)
Monitor intake/ asupan dan asupan cairan secara tepat
Bantuan peningkatan berat badan
Aktivitas-aktivitas:
Jika diperlukan lakukan pemeriksaan diagnostic untuk mengetahui penyebab penurunan berat
badan
Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari
Diskusikan kemungkinan penyebab berat badan berkurang
Monitor mual muntah
Kaji penyebab mual muntah dan tangani dengan tepat
Berikan obat-obatan untuk meredakan mual dan nyeri sebelum makan
Resiko infeksi berhubungan
NIC:
Kontrol infeksi
Aktivitas-aktivitas:
Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
setiap pasien
Ganti perawatan peralatan untuk pasien sesuai protocol
institusi
Isolasi orang yang terkena penyakit menular
Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang sesuai
Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
Batasi jumlah pengunjung

Anda mungkin juga menyukai