DISUSUN OLEH :
NAMA : HABIBAH
NIP : 2023.06.0609
RUANG : DIAMOND 3B
RUMAH SAKIT KARTINI
Jl. Sunan Kalijaga No 325 Blok Papanggo Cijoro Pasir
Rangkasbitung Kabupaten Lebak Banten
Tahun 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU
• Definisi
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Tuberkulosis (Mycobacterium
tuberculosis). Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar bakteri
tuberculosis menyerang paru tetapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010).
Tuberkulosis menyerang pada berbagai organ tubuh
mulai dari paru dan organ di luar paru seperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal
yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC
(Chandra,2012). Sebagian besar infeksi Tuberkulosis
menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nucleus
droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari
seorang yang terinfeksi (Sylfia A. price & Lorraine M.
Willson, 2013).
• Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet
Koch pada tahun 1882. Mycobacterium tuberculosis ini
merupakan Jenis kuman berbentuk basil dengan ukuran
1-4 mm dengan tebal 0.3-0.6 mm. Mikroorganisme ini
tidak tahan terhadap Sinar UV, karena itu penularannya
terutama pada malam hari. Pada waktu batuk dan
bersin pasien menyebarkan kuman, percikan dari
droplet.
Pertumbuhan bakteri tuberkulosis dengan suhu
pertumbuhan 30-40 ºC dan suhu optimum 37- 38ºC
dan akan mati pada pemanasan dengan suhu 60ºC
selama 15-20 menit. Basil Tuberkulosis dapat bertahan
lebih dari 50 tahun dalam keadaan dormant (tidur)
(Amin dan Hardhi,2015). Basil tuberculosis dapat hidup
dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan
kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C
dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya
menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan
faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel.(FKUI,2007)
• Manifestasi klinis
Gejala utama Tuberkulosis Paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu, dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, sesak napas,
badan lemas, nafsu makan menurn, berat badan
menurun (Depkes, 2014).
Gejala lain yang sering timbul adalah :
• Demam, dengan suhu tubuh bisa mencapai 40-
41ºC. Biasanya sering timbul pada waktu sore
dan malam hari.
• Batuk darah, batuk yang disertai bercak darah
atau gumpalan darah dalam jumlah yang banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah.
• Sesak napas
• Anoreksia
• Keringat malam
• Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena
seseorang menghirup basil Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas
menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain
dari paru (lobus atas).
Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran dar
ah ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang dan
korteks serebri. Penularan terjadi karena kuman
dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung ada
atau tidaknya sinar ultra violet dan ventilasi yang baik
dan kelembaban. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk
sebuah massa jaringan baru yang disebut
Granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag
(fungsinya adalah membunuh kuman) seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa
jaringan fibrosa, bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle (biji-biji kecil sebesar kepala
jarum). Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar
dan bergabung menjadi satu dan lama-lama timbul
perkejuan (Necrotizing caseosa ) ditempat tersebut.
Apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah
pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
Infeksi awal yang terjadi jika respons sistem imun tidak
adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah.
Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi
ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Paru-paru yang terinfeksi kemudian
meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.
• Pathway
• Non-farmakologis
• Olahraga
• Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009:hal 2238), komplikasi yang
dapat terjadi pada klien dengan Tuberculosis Paru, yaitu
:
• Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau
melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran
getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis
• Efusi pleura
Keluarnya cairan dari pembuluh darah atau
pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan
material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat
mengakibatkan reaksi inflamasi dan eksudat
pleura yang kaya akan protein.
• Empisema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus
(nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang
di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh
bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
• Tuberkulosis Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk
dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang
yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi
seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.
• Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ
paru yang meluas, menyebabkan gagal napas
atau ketidak mampuan paru-paru untuk
mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh
9. Pengkajian
• Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah
keluarga
• Riwayat keperawatan
• keluhan utama
• Tanda-tanda vital
• TD : hipertensi, normal
• Sistem pernafasan
• Paru
• Diagnostik test
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan radiologis
• Masalah Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif
• pola nafas tidak efektif
• Nausea
• Diagnosa Keperawatan
• Bersihan jalan nafas berhubungan dengan
spasme jalan nafas ditandai denga batuk
berdahak
• pola nafas tidak efektif berhuungan dengan
hambatan upaya nafas ditandai dengan sesak
• nausea berhubungan iritasi lambung ditandai
dengan mengeluh mual
• Intervensi
No Masalah Tujuan dan kriteria Interven
keperawatan hasil
1 Bersihan Setelah dilakukan Latihan batuk ef
jalan nafas tindakan Observasi
tidak efektif keperawatan • identifika
selama ...x... bersihan kemamp
jalan nafas meningkat • monitor
dengan kriteria hasil: retensi sp
• batuk efektif • monitor
meningkat gejala
• produksi saluran n
sputum • monitor
menurun output
• dispneu ( jum
menurun karakteri
• gelisah Terapeutik
menurun • atur po
fowler
• pasang p
bengkok
pangkua
• buang
ketempa
Edukasi
• jelaskan
dan
batuk efe
• anjurkan
efektif
• anjurkan
mengula
dalam
kali
Kolabrasi
• kolabora
pemberia
mukolitik
ekspekto
perlu
2 Pola nafs Setelah dilakukan Manajemen jala
tidak efektif tindakan Observasi
keperawatan • monitor
selama ...x... pola (frekuens
nafas membaik kedalama
dengan kriteria hasil: nafas)
• dispneu • monitor
menurun nafas tam
• penggunaan (mis: gur
otot bantu mengi, w
nafas ronkhi)
menurun • monitor
• pernapasan (jumlah,
cuping hidung aroma)
menurun Terapeutik
• frekuensi • pertahan
nafas kepatena
membaik nafas
• kedalaman • berikan m
nafas hangat
membaik • posisikan
fowler at
• berikan o
Edukasi
• anjurkan
cairan 20
hari, jika
kontraind
• ajarkan b
efektif
• anjurkan
dalam
Kolaborasi
• kolabora
pemberia
bronkodi
ekspekto
mukolitik
perlu
3 Neusea Setelah dilakukan Manajemen mu
tindakan Observasi
keperawatan • identifika
selama ...x... status pengalam
kenyamanan • identifika
meningkat dengan dampak
kriteria hasil: terhadap
• keluhan tidak hidup
nyaman • identifika
menurun penyeba
• sulit tidur (mis: p
menurun dan pros
• keluhan • monitor
kepanasan (frekuens
menurun durasi )
• mual • monitor
menurun nutrsisi d
• lelah menurun Terapeutik
• kendalika
lingkugan
penyeba
• kurangi
hilangkan
penyeba
• berikan m
dalam ju
dan men
Edukasi
• anjurkan
dan tidur
cukup
• anjurkan
member
mulut, ke
merangs
• anjurkan
makanan
karbohid
rendah le
• anjurkan
nonfarm
uk meng
Kolaborasi
• kolabora
pemberia
antiemeti
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Identitas Klien
Nama : Tn. A
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda
Pekerjaan : Wiraswasta
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
Klien mengatakan masuk ke UGD dengan keluhan batuk berdarah sudah dirasakan
sejak lama, memberat dalam satu hari ini, batuk terus-menerus, lemas, mual
• Riwayat penyakit
Klien mengatakan jika tidak memiliki penyakit masa lalu yang serius
• Riwayat Psikososial
• Konsep diri
• Keadaan emosi
• Riwayat Spiritual
terdekat, dan setelah sakit klien hanya mampu solat di tempat tidur
Pola Nutrisi dan Cairan Frekuensi makan 3 kali 1 Frekuensi makan 3 kali 1
ada masalah
Pola Eliminasi BAB: Pola BAB tidak tentu BAB: tidak tentu, tidak
dengan karakteristik
mengalami kesulitan
saat BAK
menerus
Pola Personal Hygiene Mandi 3 kali sehari, gosok Mandi hanya 1 kali 1
kuning
bekerja aktivitas
Sebelumnya klien dan keluarga tidak mengetahui penyakit yang di derita oleh klien
• Pengkajian Fisik
• Keadaan Umum
Keadaan klien compos mentis, posisi klien tidur dan terkadang duduk
• Kesadaran
• Tanda-tanda vital
• Pernafasan : 23x/menit
• TB : 155 cm
• BB : 55 kg
• Spo2 : 98%
• Sistem Persyarafan
• Nervus olfaktoris
• Nervus optikus
• Nervus Trigeminus
• Nervus Fasialis
• Nervus Acusticus
Klien bisa mendengar suara dengan baik seperti ketika kita memanggil
• Nervus Aksesorius
• Nervus Hipoglossus
• Sistem Penginderaan
• Mata
• Inspeksi
• Pemeriksaan ketajaman
• Diplopia : Normal
• Telinga
• Inspeksi
• Palpasi
• Garputala
garputala
• Sistem Kardiovaskuler
• Inspeksi
Bentuk dada simetris antara kiri dan kanan dan tidak ada benjolan
• Auskultasi
• Palpasi
• Perkusi
Normal
• Sistem Pernafasan
• Inspeksi
Dada simetris antara kanan dan kiri, terdapat sputum yang ada darah
terkadang hanya bercakan darah
• Palpasi
• Perkusi
• Auskultasi
• Sistem Pencernaan
• Inspeksi
Abdomen simetris, tidak ada spidernepi, warna sama dengan bagian lain,
• Auskultasi
• Perkusi
Normal terdapat suara timpani diatas lambung dan usus lalu pekak diatas
kandung kemih
• Palpasi
• Sistem Muskuloskeletal
• Feel
• Sistem Urogenital
• Inspeksi
• Palpasi
• Perkusi
• Sistem Endokrin
• Inspeksi
• Palpasi
• Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium
• Hasil Rongten
• Penatalaksanaan Medis
• Terapi farmakologi
• Ivfd Ns / 8 jam
• Codein 3x10mg
• Rimfamicin ® 1x450
• Terapi Non-Farmakologi
• Analisa Data
batuk berdahak di
sertai dengan darah Inhalasi droplet
N : 98x/menit
S : 36,6°c
tidak efektif
Muncul reaksi radang
Akumulasi secret di
jalan nafas
tidak efektif
• Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
H. Asuhan Keperawatan
medis
• beri oksigen
Edukasi
Kolaborasi
H.Implementasi
bercak darah
Td : 110/90
N : 95x/ menit
Rr : 23x/menit
S : 36,5
P : intervensi dilanjutkan
Latihan Batuk Efektif
• Identifikasi
kemampuan batuk
efektif
• Monitor adanya
sputum
fowler
• Buang secret
ketempat sputum
• anjurkan minum
air hangat
• beri oksigen
• Kolaborasi
pemberian
teraphy
• inj Asam
Traneksamat
3x500mg
• inj vit-K
(phtyomidaion)
3x2mg
• inj Ondansentron
3x4mg
• Codein 3x10mg
Td : 110/90
N : 98x/ menit
Rr : 23x/menit
S : 36,5
Spo2 : 98
P : intervensi dilanjutkan
• Identifikasi
kemampuan batuk
efektif
fowler
• Buang secret
ketempat sputum
• beri oksigen
• Kolaborasi
pemberian
teraphy
secara mandiri
Td : 120/90
N : 98x/ menit
Rr : 24x/menit
S : 36,5
Spo2 : 100
lpm
teratasi
Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
• Identifikasi
kemampuan
batuk efektif
hangat
• Buang secret
ketempat sputum
• anjurkan
pertahankan
oksigen
• Kolaborasi
pemberian
teraphy
4 03/01/2023 Bersihan jalan • Mengkaji k/u S : klien mengatakan batuk
• inj Asam
Traneksamat
3x500mg
• inj vit-K
(phtyomidaion)
3x2mg
• inj Ondansentron
3x4mg
• Codein 3x10mg
• inj Omeprzole
1x40mg
Td : 120/90
N : 98x/ menit
Rr : 21x/menit
S : 36,5
Spo2 : 100
lpm
berkurang
Masalah teratasi
sebagian
P : inervensi dilanjutkan
• identifikasi
kemampuan
batuk efektif
hangat
• Buang secret
ketempat sputum
• anjurkan
pertahankan
oksigen
• kolaborasi
pemberian
therapy
secara mandiri
Td : 110/80
N : 98x/ menit
Rr : 20x/menit
S : 36,5
Spo2 : 100
sesak
Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
• identifikasi
kemampuan
batuk efektif
• anjurkan minum
air hangat
• anjurkan Buang
secret ketempat
sputum
• kolaborasi
pemberian
therapy
tehrapy • PO Asam
Traneksamat
3x500mg
• PO Brochifar 3x1
• PO cefixime
2x200mg
• PO omeprazole
2x1
• RHZE
450/300/750/750
A : Masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
• Catatatan perkembangan
darah
bercak darah
Td : 110/90
N : 95x/ menit
Rr : 23x/menit
S : 36,5
mandiri
efektif
sebagian
fowler
berkurang
sesak
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
E : kien paham
R:-
DAFTAR PUSTAKA