Anda di halaman 1dari 22

Referat TB Paru

● Disusun oleh :
● Ahmad Nurhadi Hidayat
● (1102016011) 

● Pembimbing :
● dr. Abdul Waris Sp.Rad STASE KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
1
●   PERIODE 26 APRIL – 15 MEI 2021
Pendahuluan
Saat ini tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia yang utama

Menurut WHO, pada tahun 2016 tuberkulosis menempati peringkat ke-10


penyebab kematian tertinggi di dunia
Tinjauan Pustaka

3
Anatomi Saluran Pernapasan Bawah

Saluran pernafasan bagian bawah terdiri dari :


trakea, bronkus primer (bronchus pricipalis), broncus sekunder (bronchus lobaris),
bronkus tersier (bronchus segmentalis), bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratory,
ductus alveolaris, saccus alveolaris, alveoli. (Inmar,2014)

4
Definisi

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan
yang paling banyak adalah paru-paru (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

5
Epidemiologi

Angka kejadian TB Indonesia terbilang masih cukup tinggi,


terhitung pada tahun 2014 prevalensi kasusnya mencapai 297
per 100.000 penduduk.

6
Patofisiologi

7
Klasifikasi

Tuberkulosis Primer Tuberkulosis Sekunder

Belum pernah terinfeksi Reinfeksi atau reaktivasi infeksi bakteri


M.Tuberculosis sebelumnya yang dorman

8
Klasifikasi
Tuberkulosis Sekunder

Tuberkulosis • luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi daerah


minimal apeks, dan iga 2 depan.
• Sarang dimana saja
• Tidak ada kavitas
Tuberkulosis sedang • Luas sarang-sarang tidak melebihi luas satu paru.
• bila ada kavitas, diameternya < 4 cm
• Bila terdapat konsolidasi, luasnya tidak melebihi satu lobus
Tuberkulosis tahap • luas daerah yang dihinggapi oleh sarang-sarang lebih daripada
lanjut klasifikasi kedua diatas • tetapi bila ada kavitas, maka diameter >
4 cm

Skema klasifikasi American Tuberculosis Association (Rasad, 2018)

9
Manifestasi Klinis

Nyeri dada
Demam Batuk Malaise &
sesak nafas

10
Diagnosis

Anamnesis
• batuk berdahak ≥ 2 minggu dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut :
• Lokal respiratorik : batuk dapat bercampur darah atau batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada.
• Sistemik : nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat di malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang, badan lemah dan malaise.
• Riwayat kontak
• Riwayat pengobatan sebelumnya
• Faktor risiko penurunan daya tahan tubuh (HIV, DM, dan lain sebagainya)
(Burhan E, 2016).

11
Diagnosis

PEMERIKSAAN FISIK LESI MINIMAL LESI LUAS

Inspeksi Tidak ditemukan kelainan Bentuk dada yang tidak simetris

Palpasi Tidak ditemukan kelainan Fremitus melemah / mengeras

Perkusi Tidak ditemukan kelainan Hipersonor, pekak (Efusi pleura)

Auskultasi Tidak ditemukan kelainan - Ronki Basah terutama di apeks


- Suara napas melemah/ mengeras

12
Diagnosis
Pemeriksaan Lab

Sputum Uji Tuberkulin


• Dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak secara • Dilakukan dengan cara menginjeksikan tuberkulin
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS). 0,1 cc pada kulit secara intrakutan
• Kriteria sputum BTA (+) bila ditemukan sekurang-kurangnya • Uji tuberculin (+) apabila indurasi >10 mm
3 batang kuman BTA pada satu sediaan.

13
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis
TB Aktif

Terdapat bercak-bercak infiltrat atau awan Awan-awan dan lubang-lubang besar /


( dengan densitas rendah atau sedang dengan 14
Cavitas (diameter > 4 cm)
batas tidak tegas.
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis
TB lama

Terdapat sisa kavitas (residual cavity)


lubangnya kecil

Terdapat Garis-garis fibrotik bintik-bintik kapur (kalsifikasi)

Tuberkuloma hasil penyembuhan pada


TB primer.
15
Alur Diagnosis
TB Paru

16
Diagnosis Banding

Bronkopneumonia Pneumonia
Infiltrat di perihiler, adanya penebalan peribronkhial Adanya konsolidasi disertai dengan gambaran Air
Bronchogram

17
Tatalaksana
Prinsip pengobatan Tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
Tahap intensif ( 2 bulan)
Tahap lanjutan (4-6 bulan)

Jenis OAT lini pertama Kategori Kasus Fase Intensif Fase Lanjutan
Isoniazid (H) Setiap Hari 3 x seminggu
Rifampicin (R) I Kasus baru BTA 2HRZE 4H3R3
Pyrazinamide (Z) positif, BTA
negatif/rontgen
Streptomycin (S) positif
Ethambutol (E)
II Relaps, gagal, 2HRZES 5H3R3E3
Pengobatan terputus 1 HRZE

18
Komplikasi

tuberkulosis miliaris ini dapat menyerupai Efusi pleura unilateral


gambaran badai kabut (snow storm
appearance)

atelektasis

19
Prognosis

Angka keberhasilan (success rate) :


Jumlah semua kasus TBC yang sembuh dengan pengobatan lengkap
mencapai 85 % (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).

Faktor yang mempengaruhi:


● HIV/AIDS
● komorbiditas kronik (diabetes mellitus, kanker)
● konsumsi obat immunosupresan,
● merokok,
● Malnutrisi
● status TB-MDR

20
Tinjauan Pustaka
Amin Z, et all. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IPD). Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014:1132-53.
Burhan E. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis. http://www.perdoki.or.id/pdf/32.pdf.
Diakses pada 01 Mei 2021.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Persi. Panduan Terapi Tuberkulosis. 2020
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2018). Tuberkulosis. Jakarta.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-tuberkulosis-2018.
pdf
. Diakses pada 01 Mei 2021.
Raden, Inmar. 2014. Anatomi Kedokteran Sistem Respirasi. Jakarta: Bagian Anatomi FKUY
Rasad, Sjahriar. 2018. Radiologi Diagnostik. Edisi 2 Cetakan ke-11. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

21
Terima kasih

22

Anda mungkin juga menyukai