Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI TERMINOLOGI MEDIS

TENTANG
“TUBERKULOSIS”

AGUNG MULYAWAN, S. Farm 1704026004


ARINI RUMIKO SARI, S. Farm 1704026010
AULIA MARIANTI, S. Farm 1704026013
CAHYA MULYATI DEWI, S. Farm 1704026016
CHINDRA SEBALI PUTRI, S. Farm 1704026017
CIPTO SURIANTIKA, S. Farm 1704026018
DEWI WULANDARI, S. Farm 1704026027
DIAN MARDIANA, S. Farm 1704026029
ENDAH KOMALADEWI, S. Farm 1704026037

JURUSAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
DEFINISI TUBERKULOSIS (TB)

 Tuberkulosis a/ penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.
PATOGENESIS TUBERKULOSIS (TB)
 Sumber infeksi utamanya a/ penderita yang mengeksresi baksil tuberkel dalam jumlah besar dari saluran pernafasan pada
saat bersin atau batuk, kemudian penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet, sehinga tejadilah
infeksi apabila droplet tersebut terhirup oleh manusia lainya.

Saat imun inadekuat dinding


Droplet nuclei dengan basil M.Tb Makrofag dan sel T bekerja sama granoloma kehilangan intrigritas dan
terhirup.masuk keparu-paru untuk mencegah infeksi dengan basil M.TB dapat keluar dan menyebar
kemudian menetap di alveoli membentuk granoloma ke alveoiI dan organ lain
PATOGENESIS TUBERKULOSIS (TB)

1. Infeksi primer biasanya diakibatkan oleh menghirup partikel udara mengandung M. tuberculosis.
2. Partikel ini, yang disebut droplet nuclei, mengandung satu sampai tiga bacilli dan cukup kecil (1
sampai 5 mm) sampai mencapai permukaan alveolar.
3. Pada permukaan alveolar, si bacilli itu yang disampaikan oleh inti tetesan yang tertelan oleh paru
makrofag.
4. Pada permukaan alveolar, si bacilli itu yang disampaikan oleh inti tetesan akan ditelan oleh makrofag
didalam paru.
5. Jika makrofag ini dapat menghambat atau membunuh basil infeksi tidak akan terjadi
perkembangbiakan basil M.TB, sebaliknya jika makrofag tidak bisa membunuh M.Tb maka akan
terjadi fase infeksi oleh M.Tb
GEJALA DAN TANDA KLINIS
TUBERKULOSIS

TB DEWASA

Gejala Umum: Gejala Khusus:


1. Batuk-batuk selama > dari 3 minggu (dapat 1. Tergantung organ yg terkena, jika terjadi sumbatan sebagian
disertai dengan darah) bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yg membesar,
akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yg
2. Demam tidak terlalu tinggi yg berlangsung disertai sesak
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. 2. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru2), dapat
disertai dg keluhan sakit dada.
3. Penurunan nafsu makan dan BB
3. Jika terkena tulang, akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah yg suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah
GEJALA DAN TANDA KLINIS
TUBERKULOSIS

TB ANAK

Gejala Umum: Gejala Khusus:


1. BB turun tanpa sebab, tidak naik dalam 1 bln 1. TB otak dan selaput otak: mual muntah, kesadaran menurn
setelah diberikan upaya perbaikan gizi 2. TB sistem skeletal: pincang, ganguan berjalan
2. Demam lama (>2 minggu) dan/ berulang tanpa 3. TB mata: konjungtivitis fliktenularis, Tuberkel koroid
sebab yang jelas
3. Batuk lama (>3 minggu) bersifat non-remitting (tdk
reda atau intensitas semakin lama semakin parah)
4. Nafsu makan berkurang
5. Lesu atau malaise, anak kurang aktif
6. Diare persisten/menetap (>2 minggu) tidak sembuh
PELAKSANAAN DIAGNOSIS TBC
 Diagnosis dilakukan dg pemeriksaan
dahak scr mikroskopis di Laboratorium
 Dahak diambil 3 kali ketika sewaktu,
pagi, dan sewaktu
 Diagnosis TB paru dg sputum BTA
negatif, harus berdasarkan kriteria yaitu
setidaknya ada 2 sputum negatif
(termasuk minimal 1 spesimen pagi)

– Ket: Suspek TB Paru: batuk berdahak selama 2-3 minggu/lebih disertai dg atau
tanpa gejala lain
– Gambar: Bagan Diagnosis pada TB Paru (Depkes RI, 2011)
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PADA ANAK
Tdk ada/tdk
jelas kontak
Tidak ada akses
TB paru **
Tdk foto rontgen toraks
diperiksa & uji tuberkulin Uji tuberkulin Ada kontak Observasi
(-) & tdk ada TB paru ** gejala slm
kontak TB 2 minggu,
Pemeriksaan Skor bila
Ada akses foto paru **
mikroskopis/ Sistem <6 persisten
Negatif rontgen toraks &
tes cepat skoring Uji tuberkulin → rujuk u/
uji tuberkulin *
dahak (+) & ada evaluasi
kontak TB
paru ** TB anak
Skor klinis
>6
Terapi
OAT ***
TB anak
Positif
terkonfirmasi
bakteriologis
Ket: * : Dapat dilakukan bersamaan dg pemeriksaan sputum
** : Kontak TB paru dewasa dan kotak TB paru anak terkonfirmasi bakteriologis
*** : Evaluasi respon pengobatan, jika tidak merespon baik dg pengobatan adekuat, evaluasi ulang diagnosis dan rujuk

Sumber: PMK RI NO. 67 TAHUN 2016 Tentang: Penanggulangan Tuberkulosis


DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PADA ANAK

DIAGNOSIS TB
ANAK

Uji Pemeriksaan Respons thdp


Gambaran Foto Rontgen Reaksi Cepat BCG
Gambaran Klinik Mikrobiologi &
Dada Tuberkulin (Bacillus Calmette Guerin) pengobatan dg OAT
Serologi

Bila dalam penyuntikan Pemeriksaan BTA


Kerusakan paru, dengan tes dengan
Jika dalam 2 bulan
Meliputi BCG terjadi reaksi cepat menggunakan OAT
epusi pleura, mantoux (dalam 3-7 hari) berupa menggunakan
gejala umum infiltrate, milier, kemerahan dan indurasi > 5 bilasan lambung,
terdapat perbaikan klinis,
& khusus mm, maka anak tersebut akan menunjang atau
kolaps konsolidasi, karena dahak sulit
telah terinfeksi memperkuat diagnosis
pada anak bronkiektasi Mycobacterium tuberculosis
di dapat
TB.
Sistim Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3 Skor
Laporan keluarga,
Kontak TB Tidak Jelas - BTA(+)
BTA(-)/BTA tdk jelas
Positif (≥10 mm atau ≥5 mm pd imuno
Uji Tuberkulin Negatif - -
kompromais
Klinis gizi buruk atau
BB/TB <90% atau
BB/Keadaan Gizi - BB/TB <70% atau -
BB/U<80%
BB/U<60%
Demam tdk diketahui
- ≥2 minggu - -
penyebabnya
Batuk Kronik - ≥3 minggu - -
Pembesaran kelj. Limfekolli, ≥1 cm, lebih dari 1
- -
aksila, Inguinal KGB, tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi
- Ada pembengkakan - -
panggul, lutut, falang
Normal/kela
Gambaran sugestif
Foto toraks inan tdk - -
(mendukung) TB
jelas
Skor Total
TUBERKULOSIS BERDASARKAN ORGAN YANG
DISERANG

• a/ TB yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak


termasuk pleura(selaput paru).
Tuberkulosis paru

• a/ TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru,


Tuberkulosis Ekstra misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
Paru usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAANDAHAK, TB PARU DIBAGI
DALAM:
Tuberkulosis Paru PEMERIKSAAN DAHAK PEMERIKSAAN RONTGEN
BTA Positif.

Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.

1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA


positif dan foto rontgen dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis
aktif
BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAANDAHAK, TB PARU DIBAGI
DALAM:
Tuberkulosis Paru FOTO RONTGEN
BTA Negatif.
PARU-PARU NORMAL ADANYA KERUSAKAN

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS


hasilnya BTA negatif

Tidak dibenarkan mendiagnosis


TBC hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto
toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TBC
paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU

TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

TB Ekstra Paru Ringan


Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

TB Ekstra-Paru Berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis


eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kencing dan alat kelamin.
KLASIFIKASI TB BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN
PENDERITA

Secara epidemiologi kasus TB


digolongkan:

Kasus Pengobatan Kasus Kasus


Kasus Baru Relap
Gagal Terputus Kronik Pindah
• Kasus Baru: Belum pernah mendapatkan anti TB atau mendapatkan anti TB < dari 4 minggu
1

• Relap: Sudah dinyatakan sembuh setelah menyelesaikan regimen pengobatan/pengobatan


2 lengkap, tetapi BTA sputum kembali positif

• Kasus Gagal: BTA tetap positif atau menjadi positif lagi setelah pengobatan selama 5
3 bulang/lebih

• Pengobatan terputus: Terputus berobat selama 2 bulan/lebih dan kembali dengan BTA positif,
4 atau kadang-kadang negatif tetapi pemeriksaan radiologi memberi kesan TB aktif.

• Kasus Kronik: BTA tetap positif atau menjadi positif lagi setelah menjalani pengobatan ulang
5 di bawah pengawasan

• Kasus Pindah: Pasien yang dibutuhkan dari unit pelayanan kesehatan yang mempunyai register
6 TBC ketempat lain u/ melanjutkan pengobatannya.
Tujuan dan Program Terapi
1. Deteksi ada kasus TB baru secara cepat
2. Mengumpulkan sampel u/ pemeriksaan smerar dan kultur
3. Menghilangkan gejala secara cepat setelah pengobatan awal
4. Menyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya dengan minimal
6 bulan pengobatan)
5. Isolasi pasien yang positif TBC supaya tidak menyebar
6. Patuh pada regimen terapi dan tidak timbul resisten obat
TERAPI FARMAKOLOGIS

 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
4 atau 7 bulan. Selama fase intesif akan terjadi pengurangan jumlah kuman disertai dengan
perbaikan klinis. Sebagian pasien dengan sputum BTA(+) akan menjadi BTA (–) dalam 2 bulan.
Sedangkan pada fase lanjutan bertujuan membersihkan kuman dan mencegah kekambuhan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) utama (FIRST LINE):


1. INH
2. Rifampisin
3. Pirazinamid
4. Streptomisin
5. Etambutol
OAT FIRST LINE
DOSIS REKOMENDASI
BENTUK (mg/kg)
JENIS OBAT SIFAT MEKANISME KERJA
SEDIAAN 3X
HARIAN
SEMINGGU
Tablet (50, 100, Menghambat biosintesis asam mikolat(unsur
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid 300 mg), elixir (4-6) (8-12) penting dinding sel mikrobakteri)
(50mg/5ml)
Capsul (150 dan 10 10 Mengikat subunit beta dari RNA polymerase
Rifampicin (R) Bakterisid
300 mg) (8-12) (8-12) sehingga menghambat sintesa RNA
Perubahan asam pirazionat oleh ezim
25 35 pyrazinamidase, asam pirazon akan
Pyrazinamid (Z) Bakterisid Tablet 500 mg (20-30) (30-40) mengganggu metabolism membrane sel
mikrobakteri
Larutan vial (1g) iv 15 15 Menghambat sintesa protein mikrobakteri dengan
Streptomycin (S) Bakterisid
or im (12-18) (12-18) mengikat pada RNA ribisomal
Tablet (100 dan 15 30 Menghambat sintesis metabolit sel sehingga
Ethambutol (E) bakteriostatik
400 mg) (15-20) (20-35) dpt menghambat

SUMBER: - KATZUNG BG. 2002. BASIC & CLINICAL PHARMACOLOGY. 12TH EDITION. HLM. 840-845.
- PMK RI NO. 67 TAHUN 2016 TENTANG: PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Tabel dosis untuk Paduan OAT KDT

Paduan OAT KDT kategori I Paduan OAT KDT kategori II

Tahap intensif Tahap lanjutan


Tahap Intensif Tahap lanjutan
Berat Badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 tiap hari 3 kali seminggu
RHZE (150/75/400/275) minggu RH(150/150) Berat Badan RHZE (150/75/400/275)+ S RH(150/150)+E(400)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 2KDT +2 tab


38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT 30-37 kg 2 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT 3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 2KDT +3 tab
38-54 kg 3 tab 4KDT
Streptomisin inj Etambutol

>=71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT 4 tab 4KDT + 1000 4 tab 2KDT +4 tab
55-70 kg 4 tab 4KDT
mg Streptomisin inj Etambutol

Kategori 1: 2 (HRZE)/4(HR)3 >= 71 kg


5 tab 4KDT + 1000
mg Streptomisin inj
5 tab 4KDT
5 tab 2KDT +5 tab
Etambutol

Sumber: PMK RI NO. 67 TAHUN 2016


Tentang: Penanggulangan Tuberkulosis Kategori 2 : 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
REGIMEN TERAPI TBC DI INDONESIA
KATEGORI KASUS FASE INTENSIP FASE INTERMITEN
Kasus baru BTA positif, BTA Negatif / 2 HRZE ( Kombipak 4H3R3 (Kombipak II), Pada bayi/
I rontgen + dengan kelainan parenkim II) anak dapat menggunakan 4 HR
yang luas, TB ekstra paru berat
Relaps BTA + ( Kombipak II + 2 HRZES/ HRZE 5H3R3
II Pengobatan terputus) (Kombipak IV) Pada bayi/ anak dapat menggunakan 4
HR
Kasus baru, BTA negatif/ rontagen 2 HRZ ( Kombipak I) 4H3R3
III posiif, dan TB ekstra paru ringan Pada bayi/ anak dapat menggunakan 4
HR
BTA masih + pada akhir fase awal, pada HRZE
SISIPAN
pasien kategori I dan II
Ket: Ket:
H = ISONIASID R = RIFAMISIN 2 HRZE= Selama 2 bulan setiap hari minum obat H,R,E, DAN Z
E = ETAMBUTOL Z = PIRAZINAMID 4H3R3 =Selama 4 bulan R dan H tiga kali perminggu
4 HR = Setiap hari selama 4 bulan minum R DAN H
S = STREPTOMISIN
PENANGANAN KASUS TB ANAK

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT).

Dosis (mg/KgBB/hari) 2 Bulan 4 Bulan


Berat Badan (Kg)
Nama Obat RHZ(75/50/150) RH(75/50)
Harian Maksimal
5-7 1 tablet 1 tablet
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 8-11 2 tablet 2 tablet
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) -
23-30 5 tablet 5 tablet
Etambutol (E) 20 (15–25) - >30 OAT dewasa

Sumber: PMK RI NO. 67 TAHUN 2016 Kategori Anak: 2HRZ/4HR


Tentang: Penanggulangan Tuberkulosis
OAT TAMBAHAN (SECOND LINE)

 Kanamisin
 Amikasin
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat
 Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
 Kapreomisin
 Sikloserino
 PAS (para amino salisilat) (dulu tersedia)
 Derivat rifampisin dan INH
 Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
BEBERAPA KEUNTUNGAN KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT)
DALAM PENGOBATAN TBC:

1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
EFEK SAMPING DAN EFEK BERBAHAYA DARI OBAT –OBAT TBC
SERTA PENATALAKSANAANYA

EFEK SAMPING RINGAN EFEK SAMPING BERAT


TERAPI NON FARMAKOLOGIS

 Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).


 Memperbanyak istirahat (bedrest).
 Diet sehat, dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan
meningkatkan sistem imun.
 Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
 Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru
 Mencegah penyebaran TB (isolasi pernafasan), Menemukan dimana TB telah menyebar (investigasi kontak),
 Mengembalikan pasien ke keadaan berat badan normal dan kesejahteraannya.
5 STRATEGI DOTS (DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-
COURSE) WHO

 Dukungan politik dari setiap jenjang


 Mikroskop sebagai komponen utama mendiagnosa TB
 Adanya pengawas minum obat
 Pencatatan dan pelaporan yang baik, sehingga pemantauan pasien dapat
berjalan
 Panduan obat jangka pendek yang benar
KASUS

Ny SR 35 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi 150 cm datang ke poli paru untuk kontrol rutin TB yang di
deritanya. Saat ini pasien masih mengeluh batuk berdahak, sputum berwarna kuning tua, dan dada sesak. Dari hasil
wawancara ke pasien, diketahui pasien juga sedang menggunakan kontrasepsi oral. Untuk pengobatan TB dokter
meresepkan obat sebagai berikut:

Resep R/ Rifampicin 450 mg No.XXX

S 1 dd 1

R/ INH 300 mg No. XXX

S 1 dd 1

R/ FortibiNo. XXX

S 2 dd 1
PERTANYAAN

1. Berdasarkan terapi yang diperoleh pengobatan pasien berada pada fase


apa?, mengapa memilih fase tersebut?
2. Mengapa pasien tersebut tidak mendapat etambutol ?
3. Apa indikasi fortibi pada resep di atas ?
4. Apa efek samping dari INH dan bagaimana cara mengatasinya ?
5. Konseling apa yang perlu disampaikan kepada pasien tersebut ?
1. BERDASARKAN TERAPI YANG DIPEROLEH PENGOBATAN PASIEN
BERADA PADA FASE APA?, MENGAPA MEMILIH FASE TERSEBUT?

Jawaban:
Berdasarkan terapi yang diperoleh pengobatan pasien berada pada fase lanjutan (intermitten), karena dari
kasus penyakit tuberkulosis, pasien datang ke poli paru untuk melakukan kontrol rutin TB yang diderita.
Selain itu, berdasarkan resep yang diberikan yaitu rifampicin dan INH merupakan obat untuk pasien OAT
KDT untuk kategori 1

2. MENGAPA PASIEN TERSEBUT TIDAK MENDAPATKAN ETAMBUTOL?

Jawaban:
Pada kasus ini pasien berada pada fase lanjutan (fase intermitten) sedangkan etambutol hanya berada pada
fase awal (fase intensif) dimana biasanya obat ini dikombinasikan dengan 4 obat, misalnya INH + R + E + Z.
Jika etambutol diberikan pada fase intermitten maka terjadi resistensi obat dan BTA (Bakteri Tahan Asam)
masih positif dimana ini tidak sesuai dengan pengobatan TB.
3. APA INDIKASI FORTIBI PADA RESEP DI ATAS?

Jawaban:
Sebagai terapi penunjang untuk menstimulasi sistem imun dan terapi penunjang alami untuk TB (suplemen
dan terapi penunjang tuberkulosis).

4. APA EFEK SAMPING DARI INH DAN BAGAIMANA CARA


MENGATASINYA?
Jawaban:
Salah satunya adalah neuritis perifer, karena dapat terjadi defisiensi piridoksin (vitamin B6). Piridoksin
(vitamin B6) ini sangat diperlukan untuk neuron. Sehingga cara mengatasinya yaitu dengan cara diberikan
piridoksin (vitamin B6) untuk mencegah terjadinya neuritis perifer. Selain itu, efek samping lain dari INH
yaitu metabolit bersifat hepatotoksik, karena asetilator cepat lebih mungkin sehingga menyebabkan proses
asetilasi cepat pada orang-orang tertentu (lebih sering terjadi pada penderita usia > 35 tahun). Kemampuan
metabolisme berbeda sehingga cepat menghasilkan monoasetil hidrazin (asetilator cepat). Sehingga cara
mengatasinya yaitu dengan cara pemberian obat antihepatoprotektor untuk mencegah terjadinya hepatotoksik.
5. KONSELING APA YANG PERLU DISAMPAIKAN KEPADA
PASIEN TERSEBUT ?
Jawaban:
a. Memberikan informasi mengenai indikasi, dosis, ES dan aturan pakai obat kepada pasien.
b. Penggunaan obat rifampicin lebih baik diminum pada malam hari pada saat sebelum tidur karena rifampicin
memiliki ES ringan berupa tidak nafsu makan, mual, sakit perut. ES ringan lainnya berupa warna kemerahan pada
air seni (urine) sehingga tidak perlu diberikan apa-apa pada pasien, tetapi hanya perlu dijelaskan kepada pasien
terkait ES yang akan muncul.
c. Rifampicin juga memiliki efek samping yang berat yaitu terjadi purpura dan renjatan (syok) sehingga perlu
penghentian dosis dan perlu konsultasi ke dokter, namun perlu dijelaskan kembali kepada pasien bahwa tidak
semua pasien mengalami ES yang berat.
d. INH juga memiliki ES ringan yaitu kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki sehingga perlu diberikan
tambahan vitamin B6 (piridoxin)
e. Perlu dijelaskan juga bahwa obat TB yang diberikan ini harus dihabiskan agar tercapainya terapi yang diharapkan
dan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan perlu dilakukan monitoring dalam terapi pengobatan
tuberkulosis.
f. Kepatuhan pasien dalam minum obat juga dapat mempengaruhi keberhasilan terapi pengobatan tuberkulosis.
LITERATURE

 Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan


Republik, 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB anak
 International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment, Public Health. Tuberculosis
Coalition for Technical Assistance (TBCTA). 2006
 Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. 2002. Basic & Clinical Pharmacology. 12th Edition. The
McGraw-Hill Companies. Hlm. 840-845.
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 TAHUN 2016 Tentang: Penanggulangan
Tuberkulosis
 Priyanto 2009. Farmakoterap & Terminologi Medis. Jawa Barat. Hlm. 145-156
 Wells BG, Dipiro JT, Schwinghammer TL, Dipiro CV. 2015. Pharmacotheraphy Handbook. 9th
Edition. The McGraw-Hill Companies. Hlm. 476, 482-483.

Anda mungkin juga menyukai