Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

The Epidemiology, Management, and Outcomes of


Bacterial Meningitis in Infants

Pembimbing:
dr. Sri Hastuti A,
Sp.A
Ahmad Nurhadi Hidayat (1102016011)
Skenario
Bayi berusia 1 bulan, dilarikan ke UGD dikarenakan muntah berulang, demam sejak 3 hari yang lal
u, disertai kejang. Sesampainya di UGD, dilakukan pengukuran suhu (39 derajat) dan dokter segera mel
akukan penilaian Meningitis Bakterial Score (BMS) dan kultur CSF untuk dapat membantu menegaka
n diagnosis meningitis bakterial. Dokter kemudian memberika antibiotik ampicilin dan cefotaxime (sefa
losforin generasi ketiga) secara IV dengan dosis 50 mg/kgBB.

Pertanyaan (foreground question)


Antiobiotik manakah yang paling tepat digunakan untuk mengobati meningitis bakterial onset dini pada b
ayi ?

Analisis PICO
• P : Bayi berusia 1 bulan
•I : Efektivitas ampicilin
• C : Kombinasi sefalosforin generasi ketiga
• O : Ampisilin dan sefalosforin keduanya dapat digunakan untuk penyakit meningitis bakterial
onset dini pada bayi pada usia 1 bulan
Abstrak

Latar Belakang : Meningitis bakterial merupakan penyakit yang


mengancam jiwa pada bayi, yang disebabkan oleh bakteri meninges.
Meningitis bakterial pada periode neonatal memiliki ciri epidemiologi dan
etiologi yang unik.

Metode : Penelitian ini adalah studi kohort, pasien bayi


berusia < 90 hari dengan meningitis bakterial di rumah sakit
perawatan anak tersier di Kanada pada tahun 2013 dan 2014.
Hasil : Ada 113 pasien yang didiagnosis dengan meningitis, terbukti ( n = 63)
atau dicurigai meningitis ( n = 50). Dengan patogen yang dominan adalah
Escherichia coli ( n = 37; 33%) dan Group B Streptococus ( n = 35; 31%). 2 dari
15 pasien yang mengalami meningitis pada hari ke 0 sampai 6 memiliki isolat
tahan terhadap ampisilin dan gentamisin ( E coli dan Haemophilus influenzae
tipe B). 6 dari 60 bayi yang terdiagnosis meningitis dari rumah di hari ke 7
hingga 90 memiliki isolat, sefotaksim yang tahan terhadap

Kesimpulan : E coli dan GBS tetap menjadi penyebab paling umum


meningitis bakterial di 90 hari pertama kehidupan. Untuk terapi
empiris meningitis bakterial, harus pertimbangkan penggunaan
sefalosporin generasi ketiga (untuk bulan pertama)
Pendahuluan
Meningitis bakterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP) yang
paling berat dan sering, serta masih menjadi masalah kesehatan di dunia.
Angka kematian mencapai 25% di negara maju dan lebih tinggi lagi di
negara berkembang walaupun telah ada terapi antimikroba dan
perawatan intensif yang canggih. Meningitis bakterial terutama
menyerang anak usia < 2 tahun, dengan puncak angka kejadian pada
usia 6-18 bulan. Insidens meningitis bakterial di negara maju sudah
menurun sebagai akibat keberhasilan imunisasi Hib dan pneumokokus.
Metode Penelitian dan Pasien
Penelitian ini menggunakan studi observasional yang diperoleh pada
7 rumah sakit anak dengan ulasan retrospektif grafik bayi yang lahir pada
tanggal 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2014.
Kriteria Inklusi
Setiap bayi dengan meningitis bakterial dalam 90 hari pertama kehidupan
dimasukkan dalam penelitian ini. Yang terbagi ke dalam 3 kelompok, yang
terdiri dari kelompok onset dini diagnosis pada hari ke 0 hingga 6, serang
an lambat dari hari ke 7 hingga 29, dan onset yang sangat lambat dari har
i ke 30 hingga 90.
Kriteria Ekslusi
(1) Pertumbuhan bakteri yang terkontaminasi dengan kulit saat kultur cair
an serebrospinal
(2) Terkontaminasi jamur
Hasil

Ada 113 kasus terbukti meningitis bakterial (n = 63) dan


yang dicurigai meningitis bakterial ( n = 50), 61 laki-laki
dan 52 perempuan (68 cukup bulan; 45 prematur) Ena
m puluh tiga pasien (56%) terdiagnosis dari rumah, 54
di antaranya (86%) adalah bayi cukup bulan (≥37 mingg
u kehamilan). Patogennya didominasi oleh E coli (37; 3
3%) dan GBS (35; 31%). Kultur dilakukan pada 61 dari
63 kasus yang terbukti positif meningitis bakterial. unt
uk 40 dari 50 pasien yang diduga meningitis bakterial k
ultur dilakukan setelah mendapat terapi antibiotik.
Meningitis onset dini (hari 0-7)
Pada hari pertama kehidupan bayi cukup bulan, tercatat 15 kasus meningitis bakterial, denga
n GBS sebagai patogen utama (7/15 kasus; 47%) diikuti oleh E coli (15/4; 27%) dan yang lai
nnya disebabkan oleh Streptococcus gallolyticus, S. anginosus, Klebsiella pneumoniae dan
Hib.

Meningitis onset lambat (hari 7 - 29)


Tercatat ada 64 pasien terkena meningitis bakteri karena E coli ( n = 24; 38%) dan GBS ( n =
17; 27%), dengan yang lainnya terdiagnosis dari rumah sebanyak 23 isolat.

Meningitis yang sangat terlambat(hari ke 30 - 90)


Tercatat ada 34 kasus pasien dengan meningitis, dimana 28 (82%) terdiagnosis dari rumah,
dengan bakteriya adalah GBS ( n = 11; 32%), E coli ( n = 9; 26%),Neisseria meningitidis ( n =
5), dan Hib( n = 3; ).
Tabel menunjukan pola kerentanan antibiotik
.semuanya rentan terhadap ampisilin atau ge
ntamisin kecuali 2 dari 15 pasien dengan men
ingitis dini; keduanya justru rentan terhadap se
fotaksim. Untuk 64 kasus serangan lambat, 6
isolat resisten terhadap ampisilin dan Untuk 34
pasien dengan kasus onset sangat lambat, 31
dilaporkan rentan terhadap ampisilin atau sef
alosforin generasi ketiga. 3 isolat yang tersisa
C.sakazakii dan P. stutzeri dan S, marcescens
tahan terhadap sefotaksim.
Diskusi

Group B Streptococcus masih menjadi penyumbang utama meningitis bakteri pada on


set dini. meningitis bakteri akibat GBS tingkat kematian pada bayi premature mencapai
14%. Antibiotik yang efektif untuk kasus meningitis bakteri onset dini diantaranya ampisil
in dan sefalosporin generasi ketiga (setidaknya untuk usia 1 bulan pertama) . Untuk 60 i
solat onset lambat dan sangat lambat, 57 kasus diantaranya juga rentan terhadap ampi
silin dan sefalosforin generasi ketiga. Pemakaian carbapenem mungkin menjadi piliha
n yang lebih baik dari pada sefalosporin apabila hasil kultur CSF belum diketahui, kare
na bakteri gram-negatif rentan terhadap antibiotik ini.
Kesimpulan

Penggunaan antibiotik kombinasi ampisilin dan sefalosporin generasi ketiga t


erbukti efektik untuk mengobati meningitis bakteri pada onset dini
Dipilih artikel berjudul :

• The Epidemiology, Management, and Outcomes of Bacterial


Meningitis in Infants.
• Lynda Ouchenir, MD, a Christian Renaud, MD, MSc, a Sarah Khan,
MD, b Ari Bitnun, MD, MSc, b Andree-Anne Boisvert, MD.
• https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28600447/.
• DOI: https://doi.org/10.1542/peds.2017-0476
I. APAKAH HASILNYA VALID ?

1. Apakah ada sampel pasien yang representatif dan didefinisikan


secara jelas pada titik yang sama/ similar point dalam perjalanan
penyakit / course of the disease?

Ada, data yang diambil diperoleh dari bayi yang berusia


< 90 hari dengan meningitis bakterial.
2. Apakah follow-up lengkap dan cukup lama/ sufficiently long
and complete ?

Ya, penelitian ini di lakukan selama kurang lebih 1 tahun


antara tahun 2013-2014

3. Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif


dan tidak berbias?

Ya, penelitan ini menggunakan Man-Whitney U Test untuk


membandingkan variabel kontinu. Juga menggunakan χ2
tes atau uji eksak Fisher untuk perbandingan proporsi, dan
Spearman untuk menentukan korelasi koefisiensi
4. Apakah ada penyesuaian/adjustment terhadap
faktor prognostik yang penting ?

Ya, peneliti menggunakan kriteria inklusi dan


ekslusi.
II. APAKAH HASIL PENELITIAN INI PENTING ?

1. Bagaimana gambaran outcome menurut waktu ?

Tidak terdapat gambaran outcome menurut waktu.


III. APAKAH HASIL PENELITIAN INI DAPAT DIAPLIKASIKAN ?

1. Apakah pasien dalam penelitian ini serupa dengan


pasien kita ?

Ya, karena pasien di skenario 1 bulan, sudah


sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

2. Apakah hasil penelitian membantu dalam


keputusan pemilihan terapi ?

Ya, dengan adaya penelitian ini didapatkan antibiotik yang paling efektif yakni
ampisilin dan sefalosforin generasi ketiga dalam mengobati meningitis bakteri
pada onset dini.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai