3
Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan
umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah orang yang mengalami DKI diperkirakan
cukup banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja),
namun angka secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan karena banyak
pasien dengan gejala ringan tidak datang berobat, atau bahkan tidak mengeluh.
4
Etiologi
Penyebab dermatitis jenis ini ialah pajanan dengan bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut deterjen, asam, alkali, dan serbuk kayu.
Terjadinya DKI juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya, yaitu:
Usia (anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut Lama kontak (terus menerus atau
lebih mudah teriritasi) berselang
Jenis kelamin (insidens DKI lebih banyak Adanya gesekan dan trauma fisis
pada perempuan) Suhu dan kelembaban
Ras (orang dengan kulit hitam lebih tahan
dibandingkan dengan kulit putih)
Lokasi Kulit (adanya perbedaan ketebalan
kulit seperti pada kulit wajah, leher, telapak
tangan dan punggung tangan lebih rentan )
Riwayat atopik
5
Patofisiologi
6
Manifestasi Klinis
7
Kategori Mayor
DKI Akut
8
DKI Akut
Lambat
Gambaran klinis dan gejala hampir sama dengan
DKI akut, tetapi reaksinya baru muncul 8 sampai
24 jam setelah berkontak.
Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI akut
lambat, misalnya podofilin, antralin, tretinoin,
etilen oksida, benzalkonium klorida, asam
hidrofluorat, bisa juga karena gigitan serangga.
Sebagai gejala awal terlihat eritema kemudian
terjadi vesikel.
9
DKI Kumulatif
Kronik
Merupakan jenis dermatitis kontak yang paling
sering terjadi.
Penyebabnya ialah kontak berulang dengan iritan
lemah (misalnya deterjen, sabun, pelarut
Kelainan baru terlihat setelah kontak berlangsung
beberapa minggu, bulan, atau bahkan hingga
bertahun-tahun kemudian.
Gejala klasik yang muncul dapat berupa kulit
kering, eritema dan juga skuama disertai
likenifikasi.
10
Kategori Minor
DKI Traumatik
11
DKI Non-Eritematosa
DKI Subyektif
12
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Klinis
Menanyakan riwayat pekerjaan dan pekerjaan Untuk membuat diagnosis yang tepat, diperlukan
sekarang, hal yang digemari (hobi), riwayat kontak pemeriksaan klinis dengan melihat efloresensi
dengan bahan iritan, dan riwayat penyakit dengan yang muncul dan pajanan yang ada. Uji tempel
gejala yang sama. juga dapat dilakukan untuk membedakan DKI dan
DKA.
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis, Rietschel mengungkapkan bahwa DKI dapat didiagnosis
berdasarkan ada tidaknya salah satu gejala atau tanda dari kriteria mayor dan kriteria minor, semakin
banyak gejala dan tanda yang ditemukan dari kriteria ini, diagnosis semakin mengarah ke DKI.
Patch Test
Uji tempel penting untuk membedakan dermatitis kontak iritan dengan dermatitis
kontak alergi, atau untuk mendiagnosa dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi secara bersamaan.
Bahan yang dipakai secara rutin (kosmetik / pelembab,) dapat langsung digunakan untuk uji
tempel, ditambah vaselin sebagai bahan pengencer. Apabila benda padat, misalnya pakaian,
sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai menjadi penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan
dengan potongan kecil bahan tersebut.
15
Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:
Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi
reaksi 'angry back'' atau 'excited skin', reaksi positif palsu.
Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik
dihentikan, pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang-kurangnya satu
minggu sebelum tes dilakukan, sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes.
Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca. Pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3
sampai ke-7 setelah aplikasi.
Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar (tidak
menempel dengan baik), karena memberikan hasil negatif palsu.
Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung
selalu kering setelah dibuka uji tempel sampai pembacaan selesai.
Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat tipe
urtikaria dadakan (immediate urticarial type), karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata
bahkan reaksi anafilaktik.
16
Setelah 48 jam, uji tempel dilepas, pembacaan pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas. Hasilnya dicatat
seperti berikut:
+1 = reaksi lemah (non-vesikular) : eritema,
infiltrat, papul (+)
+2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
+3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau
ulkus (+++)
± = meragukan: hanya makula eritematosa
(?)
IR = iritasi: seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)
- - reaksi negatif (-)
NT= tidak dites (NT=not tested)
17
Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak Alergik
(DKA)
Dermatitis Atopik
Dermatitis numularis
Dermatitis seboroik
Psoriasis
18
Tatalaksana
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik
yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan
sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk
memperbaiki kulit yang kering.
Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja
dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan.
19
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada dermatitis kontak iritan
antara lain :
Peningkatan risiko sensitisasi terhadap terapi topikal
Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Hal ini dipermudah jika terjadi lesi
sekunder, seperti fissure
Secondary neurodermatitis (lichen simplex chronicus)
akibat penderita dermatitis kontak iritan yang mengalami
stress psikis.
Pada fase post inflamasi dapat terjadi hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi.
Scar, biasanya setelah terkena agen korosif.
20
Prognosis
Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah baik jika iritan
penyebab dapat diidentifikasi dan dieliminasi.
Prognosis untuk dermatitis iritan yang kronis mungkin lebih buruk
daripada dermatitis alergi.
21
Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
22
Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah pasien DKA lebih sedikit, karena
hanya mengenai orang dengan keadaan kulit sangat peka (hipersensitif).
Diperkirakan jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan
bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai
oleh masyarakat.
Namun, informasi mengenai prevalensi dan insidens DKA di masyarakat
sangat sedikit, sehingga angka yang mendekati kebenaran belum didapat.
Perempuan lebih sering mengalami DKA daripada laki-laki
Dan terdapat peningkatan insiden seiring dengan bertambahnya usia.
23
Etiologi
Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi akibat pajanan
dengan bahan alergen di luar tubuh.
Umumnya akibat alergen dengan berat molekul <1000 dalton, yang dapat
menembus stratum korneum hinggal sel epidermis.
24
Patofisiologi
1. Fase Sensitisasi
Terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, yang
memerlukan 2-3 minggu.
25
2. Fase Elisitasi
Terjadi saat pajanan ulang dengan alergen yang sama sampai timbul gejala klinis.
26
Manifestasi Klinis
Umumnya mengeluh gatal, terdapat : Lokasi
Bercak Eritematosa
Akut (berbatas tegas),
Tangan
Kronis (tidak jelas)
Lengan
Edema
Wajah
Papulovesikel
Telinga
Vesikel/bula
Leher
Erosi dan eksudasi
Badan
Kulit kering
Genitalia
Berskuama
Paha dan Tungkai
Likenifikasi
bawah
DKA akut sering berada di tempat tertentu, seperti kelopak mata, penis dan
skrotum, lebih didominasi oleh eritema dan edema
Pada DKA kronis sering ditemukan kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan juga
fisur
27
Eritema Vesikel Erosi
Skuama Likenifikasi
28
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis Riwayat penyakit kulit seperti. Dalam anamnesis riwayat pasien, penting
untuk mempertimbangkan pekerjaan, rumah tangga, dan kemungkinan paparan
terhadap alergen saat bepergian, dan juga tentu saja waktu, lokalisasi, alergen
sebelumnya diidentifikasi, penggunaan perawatan kulit, kosmetik, dan obat topikal
maupun sistemik
Pemeriksaan Fisik
Penampilan klinis DKA dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan durasi. Pada
kebanyakan kasus, erupsi akut ditandai dengan makula dan papula eritema, vesikel,
atau bula, tergantung pada intensitas dari respon alergi
29
Pemeriksaan Penunjang
30
Tatalaksana
Non-Medikamentosa Medikamentosa
31
Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis atopik
Dermatitis numularis
Dermatitis seboroik
Psoriasis
32
Prognosis
33
Terima Kasih
34