Anda di halaman 1dari 56

WEBINAR PELATIHAN PENGENDALIAN TB

BAGI APOTEKER DI APOTEK

Penulis:
apt. Irma Melyani Puspitasari, S.Si., MT., Ph.D
apt. Yozi Fiedya Ningsih, S.Farm
Dr. dr. Prayudi Santoso, SpPD-KP., M.Kes., FCCP., FINASIM
apt. Sofa Dewi Alfian, M.KM., Ph.D
apt. Dika Pramita Destiani, M.Farm
apt. Ivan Surya Pradipta, M.Sc., Ph.D
1
Slide presentasi ini merupakan bagian dari Modul Pelatihan Pengendalian Tuberkulosis oleh Apoteker di Apotek. Slide ini merupakan media yang
digunakan untuk memberikan pelatihan kepada peserta yang mengikuti pelatihan pengendalian tuberkulosis oleh apoteker di apotek.

Pelatihan ini terdiri atas 3 sesi, yakni:


• Sesi 1 Pendahuluan: Permasalahan TB tingkat Global dan Nasional serta Peran Strategis Apoteker dalam Pengendalian TB di Apotek
• Sesi 2 Tuberkulosis: Penyakit dan Penatalaksanaan
• Sesi 3 Teknikal Peran Apoteker dalam Pengendalian TB di Apotek

Slide ini merupakan bagian dari Sesi 2 Modul Pelatihan. Adapun slide sesi 1 dan slide sesi 3 terdapat pada bagian yang terpisah dari slide ini.
Mengidentifikasi penyebab TB Mengidentifikasi cara penularan TB Mengidentifikasi jenis jenis TB
Mengidentifikasi faktor risiko penularan TB
Mengidentifikasi factor penyakit TB

Mengidentifikasi gejala TB laten Mengetahui pemeriksaan TB laten Mengidentifikasi pengobatan TB laten


Mengidentifikasi gejala TB paru Mengetahui pemeriksaan TB paru Mengidentifikasi pengobatan TB paru
Mengidentifikasi gejala TB anak Mengetahui pemeriksaan TB anak Mengidentifikasi pengobatan TB anak
Mengidentifikasi gejala TB ekstra paru Mengetahui pemeriksaan TB ekstra paru Mengidentifikasi pengobatan TB ekstra paru
Menganalisis pengobatan kondisi khusus

Mengidentifikasi efek samping OAT ringan Mengidentifikasi OAT penyebab interaksi Memahami cara pengendalian infeksi secara
Mengidentifikasi efek samping OAT berat Mengidentifikasi interaksi paling umum administrasi
Memahami cara pengendalian infeksi secara
lingkungan
Memahami cara pengendalian infeksi secara
3
respiratori
Setelah mempelajari sesi ini, peserta diharapkan bisa:
❑ Mengidentifikasi penyebab TB
❑ Mengidentifikasi faktor risiko penularan TB
❑ Mengidentifikasi faktor risiko penyakit TB
❑ Mengidentifikasi pasien terduga TB
❑ Mengetahui cara pemeriksaan TB
❑ Mengidentifikasi pengobatan yang sesuai pada pasien
❑ Mengidentifikasi efek samping OAT
❑ Mengidentifikasi interaksi OAT
❑ Mengetahui cara pengendalian infeksi TB

4
1 Apa itu TB?
❑ Tuberkulosis (TB) merupakan suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis
(M.tb)

❑ TB bisa menginfeksi semua organ tubuh,


namun paru paru merupakan organ yang
umum diserang. Hal ini disebut dengan TB
paru.

❑ Jika TB menginfeksi organ selain paru paru,


Mycobacterium tuberculosis
maka disebut TB ekstra paru.
5
tbindonesia.or.id
Indonesia is one of 30 For TB, Indonesia ranks 3rd below India.
high TB burden countries For DR-TB, Indonesia ranks 5th globally.

Indonesia also included as a high burden country for TB,


MDR-TB and TB/HIV. 6
2 CARA PENULARAN Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

❑ Penularan terjadi ketika pasien TB paru


atau laryngitis TB mengeluarkan droplet
nuclei saat bersin, batuk, bernyanyi,
berbicara

❑ Droplet mengandung basil M.tb


berukuran 1-5 mikron, dan dapat
bertahan di udara selama 4 jam.

❑ Jika droplet tersebut dihirup oleh orang


sehat, maka basil bisa tinggal, hidup dan
berkembang biak di paru paru

❑ TB tidak menular melalui kontak


permukaan (bersalaman, berbagi
7
tbindonesia.or.id
makanan)
2 CARA PENULARAN Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Risiko Penularan
❑ Tidak semua orang yang menghirup percik renik langsung terinfeksi TB.
❑ Faktor Risiko Penularan TB
▪ Sistem imun
▪ Banyaknya jumlah organisme di udara ditentukan oleh volume ruang dan ventilasi.
▪ Lamanya menghirup lama terkontaminasi

8
Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek
CARA PENULARAN
Risiko Penyakit TB

INFEKSI TB LATEN
Faktor Risiko Penyakit TB
❑ Pasien HIV, DM
❑ Anak usia <5 tahun
❑ Lansia
❑ Perokok
❑ Konsumsi alcohol
❑ Tinggal di lokasi padat penduduk
dan sanitasi buruk
PENYAKIT TB AKTIF 9
2 CARA PENULARAN Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Faktor Resiko Penyakit TB

tbindonesia.or.id Bantennews.co.id Halodoc.com


Pemukiman Padat Konsumsi Alkohol
dan Kumuh Tinggi

10
3 KLASIFIKASI PASIEN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Hasil Pemeriksaan Uji


Lokasi Anatomis Riwayat Pegobatan Status HIV
Kepekaan Obat
❑ TB paru ❑ Kasus baru ❑ TB sensitif ❑ Kasus TB dengan HIV
❑ TB ekstra paru ❑ Kasus dengan riwayat ❑ TB resisten obat (TB RO) positif
pengobatan ▪ Monoresistance ❑ Kasus TB dengan HIV
❑ Kasus kambuh ▪ Polyresistance negatif
❑ Kasus pengobatan ▪ Multi-drug resistant ❑ Kasus TB dengan status
setelah gagal (MDR) HIV yang tidak
❑ Kasus setelah loss follow ▪ Pre-extensive drug
diketahui
up resistant (Pre-XDR)
❑ Kasus lain lain
▪ Extensive drug
❑ Kasus dengan riwayat
resistant (XDR)
pengobatan tidak
▪ Rifampicin resistant
diketahui
(TB RR)

11
3 KLASIFIKASI PASIEN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Hasil Pemeriksaan Uji


Lokasi Anatomis Riwayat Pegobatan Status HIV
Kepekaan Obat

Berdasarkan lokasi anatomis


❑ TB Paru
TB yang menyerang parenkim paru.
❑ TB ekstra paru
TB yang menyerang organ selain parenkim paru seperti pleura, kelenjar getah bening, otak, kulit, sendi, tulang, dan lain
lain

12
3 KLASIFIKASI PASIEN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Hasil Pemeriksaan Uji


Lokasi Anatomis Riwayat Pegobatan Status HIV
Kepekaan Obat

Berdasarkan riwayat pengobatan


❑ Kasus baru
Pasien belum pernah menerima OAT (obat anti TB) atau sudah pernah menerima OAT <1 bulan / <28 dosis
❑ Kasus dengan riwayat pengobatan
Pasien pernah menerima OAT >1 bulan / >28 dosis
❑ Kasus kambuh
Pasien penah mendapat OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap dan mendapat TB episode kembali
❑ Kasus pengobatan setelah gagal
Pasien pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal diakhir pengobatan
❑ Kasus setelah loss follow up
Pasien pernah menerima OAT >1 bulan dan tidak meneruskan selama 2 bulan berturut turut.
❑ Kasus lain lain
Pasien pernah mendapatkan OAT namun tidak diketahui hasil pemeriksaan
❑ Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui 13
3 KLASIFIKASI PASIEN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Hasil Pemeriksaan Uji


Lokasi Anatomis Riwayat Pegobatan Status HIV
Kepekaan Obat

❑ Monoresistance
M.tb resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
❑ Polyresistance
M.tb resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
❑ Multi-drug resistant (MDR)
M.tb resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resisten OAT lini pertama lainnya
❑ Pre-Extensive drug resistant (Pre-XDR)
TB MDR yang sekaligus juga M.tb resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon atau salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
❑ Extensive drug resistant (XDR)
TB MDR yang sekaligus juga M.tb resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua
jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
❑ Rifampicin resistant (TB RR)
M.tb resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes
cepat molekuler) atau metode fenotip (konvensional).
14
Updated XDR definitions
Global consultation meeting , 27-29 October, 2020

Pre-XDR-TB:
TB caused by Mycobacterium tuberculosis strains that fulfil the
definition of MDR/RR-TB and which are also resistant to any
fluoroquinolone *

* Fqs include Lfx and Mfx as they are the Fqs currently recommended by W HO for inclusion in
longer regimens.

XDR-TB:
TB caused by Mycobacterium tuberculosis strains that fulfil the definition of
MDR/RR-TB and which are also resistant to any fluoroquinolone and at
least one additional Group A drug*

* The Group A drugs are: Lfx, Mfx, Bdq,Lzd. Therefore XDR-TB is MDR/RR-TB that is resistant to a
fluoroquinolone and at least one of bedaquiline or linezolid (or both). The Group A is appropriate
here and it will apply to any Group A drugs in the future.

15
Kelompok Obat Nama Obat

Levofloxacin (Lfx) atau Moxifloxacin (Mfx)


Grup A
Pilih semua (tiga) obat Bedaquiline (Bdq)
Linezolid (Lzd)

Komposisi Paduan TB Grup B Clofazimine (Cfz)


Pilih semua (dua) obat
RO Jangka Panjang Sikloserin (Cs)
Etambutol (E)
Grup C
Delamanid (Dlm)
Apabila jumlah obat dari grup A + B
belum mencukupi 5 jenis obat, maka Pirazinamid (Z)
tambahkan 1 atau lebih obat dari grup C
untuk melengkapi paduan pengobatan Amikasin (Am) atau Streptomisin (S)
Etionamid (Eto) atau Protionamid (Pto)
P-asam aminosalisilat (PAS)

Contoh paduan: 6 Bdq – Lfx atau Mfx – Lzd – Cfz – Cs / 14 Lfx atau Mfx– Lzd – Cfz – Cs

16
3 KLASIFIKASI PASIEN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Hasil Pemeriksaan Uji


Lokasi Anatomis Riwayat Pegobatan Status HIV
Kepekaan Obat

Berdasarkan status HIV


❑ Kasus TB dengan HIV posistif
❑ Kasus TB dengan HIV negatif
❑ Kasus TB dengan status HIV yang tidak diketahui

17
4 GEJALA TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

GEJALA TB EKSTRA
INFEKSI TB LATEN GEJALA TB PARU GEJALA TB PARU ANAK
PARU

“Seseorang dengan infeksi TB laten tidak memiliki gejala”

18
4 GEJALA TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

GEJALA TB EKSTRA
INFEKSI TB LATEN GEJALA TB PARU GEJALA TB PARU ANAK
PARU
Gejala Utama Gejala lainnya

“Jika seseorang
memiliki gejala
utama, maka
seseorang tersebut
Demam meriang >1 Sesak nafas dapat
disertai nyeri dada
Berat badan menurun patut dicurigai atau
bulan
menjadi terduga TB
yang harus segera
dibawa ke faskes
tbindonesia.or.id
(puskesmas) untuk
melakukan
Batuk >2 minggu pemeriksaan”.
Berkeringat di malam
Dahak bercampur Penurunan nafsu
hari tanpa kegiatan
darah makan 19
fisik
4 GEJALA TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

GEJALA TB EKSTRA
INFEKSI TB LATEN GEJALA TB PARU GEJALA TB PARU ANAK
PARU

tbindonesia.or.id

20
4 GEJALA TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

GEJALA TB EKSTRA
INFEKSI TB LATEN GEJALA TB PARU GEJALA TB PARU ANAK
PARU

❑ Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena


❑ TB menigitis : kaku kuduk
❑ TB pleura (Pleuritis) : nyeri dada
❑ TB Limfadenitis : pembesaran kelenjar limfe superfisialis
❑ TB spondilitis serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada dan lain-lainnya.

21
5 PEMERIKSAAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB PARU ANAK TB EKSTRA PARU

❑ Uji tuberculin (Mantoux ❑ Gejala klinis ❑ Gejala klinis ❑ Gejala klinis


test) ❑ Mikroskopis ❑ Mikroskopis/TCM ❑ Bakteriologis/Histopatol
❑ IGRA ❑ Foto toraks ❑ Sistem skoring ogis
❑ Tes Cepat Molekuler ▪ Kontak TB ❑ Mikroskopis
(TCM) ▪ Uji tuberculin ❑ Tes Cepat Molekuler
▪ Berat badan (TCM)
▪ Demam yang tidak
diketahui
penyebabnya
▪ Batuk kronik
▪ Pembesaran kelenjar
limfe kolli,aksila,
inguinal
▪ Pembengkakan
tulang/sendi panggul,
lutut, falang
▪ Foto toraks
22
❑ Anamnesis
5 PEMERIKSAAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB PARU ANAK TB EKSTRA PARU

Pemeriksaan Infeksi TB Laten


❑ Uji tuberculin atau IGRA merupakan alat untuk pemeriksaan TB laten.
❑ Meskipun pasien melakukan pemeriksaan TB laten, pasien tetap melakukan pemeriksaan TB paru untuk memastikan tidak terdapatnya
penyakit TB aktif pada pasien.

Uji Tuberkulin IGRA (interferon gamma release assay)


Kelebihan Terbaik dalam pemeriksaan infeksi TB; Relatif mudah dan murah, IGRA tidak dipengaruhi oleh adanya vaksin BCG
Kekurangan Tidak dapat membedakan adanya infeksi TB pada orang yang sudah Belum banyak studi pada anak, harga relatif mahal, belum tersedia di
divaksinasi BCG. semua wilayah Indonesia
Cara Penyuntikan 0,1 ml PPD (purified protein derivative) secara Melakukan pemeriksaan pada sampel darah. Hasil diinterpratasikan
Pemeriksaan intradermal. Hasil positif jika diameter transversal indurasi: melalui alat secara kualitatif, yakni positif, negative atau tidak valid; dan
❑ Diameter >5 mm pada orang dengan HIV, anak dengan secara kuantitatif, yakni jumlah angka IFN-γ yang keluar saat bereaksi
imunokompromais, transplantasi organ dengan antigen M. TB
❑ Diameter >10 mm pada orang yang berada di daerah pandemic
TB, anak berusia <5 tahun
❑ Diameter >15 mm pada orang dengan factor risiko yang tidak
diketahui 23
5 PEMERIKSAAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB PARU ANAK TB EKSTRA PARU

Pemeriksaan TB Paru
1. Gejala Klinis
❑ Pasien yang memiliki gejala klinis TB, dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis atau tes cepat molekuler (TCM) jika ada.
2. Tes Cepat Molekuler (TCM)
❑ Pemeriksaan bakteriologis TCM merupakan pemeriksaan terbaik TB saat ini. Semua klasifikasi kasus TB dilakukan pemeriksaan
menggunakan TCM.
3. Mikroskopis
❑ Pemeriksaan mikroskopis menggunakan dua jenis dahak (dahak pagi dan dahak sewaktu atau dahak sewaktu dan dahak sewaktu) yang
dilakukan pemeriksaan warna.
❑ Jika salah satu dahak positif, maka pasien didiagnosa TB terkonfirmasi bakteriologis.
❑ Selain untuk penegakkan diagnosis, uji mikroskopis merupakan uji yang digunakan dalam memonitoring keberhasilan pengobatan
pasien.
4. Foto Toraks
❑ Jika pemeriksaan mikroskopis dua dahak negatif, maka dilanjutkan pemeriksaan foto toraks. Jika gambaran mendukung TB, maka pasien
didiagnosa TB terkonfirmasi klinis.
❑ Namun jika fasilitas kesehatan (faskes) tidak memiliki pemeriksaan foto toraks, maka diberi terapi antibiotika non OAT. Jika pasien tidak
24
ada perbaikan klinis, ada faktor risiko TB, dan atas pertimbangan dokter, maka pasien didiagnosa TB terkonfirmasi klinis
TB Diagnosis Algorithm, 2021
TB presumptive

Rapid moleculer test

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistant* MTB pos Rif suscept** MTB negative
Indeterminate** invalid

Repeat rapid
Molecular tests: SL-LPA, XDR molecular test***
Phenotypic DST tests
catridges, etc)
Xray of give wide-
Repeat rapid spectrum antibiotic
molecular test then
INH DST testing if patients treat accordingly
previously treated with TB
Susceptible to
fluoroquinolone Resistant to FQ Lung TB
Normal lung Xray
(FQ) abnormality / no
INH /clinically
INH resistant clinical
susceptible improved
improvement

Shorter DR-TB tx Individualized DR-TB INH-res TB First-line TB First-line TB


Not TB
regimen tx regimen treatment treatment treatment

** Initiate FL-TB tx
25
*** One time repeat only
* Initiate DR-TB treatment for patients previously treated. New TB patient should repeat the rapid molecular test.
5 PEMERIKSAAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB PARU ANAK TB EKSTRA PARU

Pemeriksaan TB Paru Anak


1. Gejala klinis
Pasien yang memiliki gejala klinis TB, dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis atau tes cepat molekuler (TCM) jika ada.
2. TCM/Mikroskopis
Diambil 2 jenis. Jika salah satu positif, maka anak didiagnosa TB terkonfirmasi bakteriologis.
3. Sistem skoring
Anak dengan pemeriksaan mikroskopis/TCM negatif, maka dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring yang
terdiri atas adanya kontak TB; uji tuberculin; berat badan; demam yang tidak diketahui penyebabnya; batuk kronik;
pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal; pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang, foto toraks. Jika
skoring >6 maka didiagnosis TB anak klinis
4. Anamnesis
Namun jika tidak ada pemeriksaan mikroskopis/TCM dan tidak bisa melakukan sistem skoring, namun anak ada kontak
dengan pasien TB paru dewasa, amati selama 2 minggu. Jika gejala menetap maka TB anak klinis
26
5 PEMERIKSAAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB PARU ANAK TB EKSTRA PARU

Pemeriksaan TB Ekstra Paru


1. Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis
dari contoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
2. Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib dilakukan untuk memastikan kemungkinan TB Paru.
3. Pemeriksaan TCM berdasarkan kecurigaan TB ekstra paru, seperti uji cairan serebrospinal pada kecurigaan TB meningitis.

27
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

❑ Tujuan Pengobatan TB: ❑ Prinsip pengobatan TB


❑ Menyembuhkan ❑ Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang

❑ Mempertahankan kualitas hidup dan tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi
produktivitas pasien
❑ Diberikan dalam dosis yang tepat
❑ Mencegah kematian atau efek lanjutan
❑ Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung
❑ Mencegah kekambuhan
oleh PMO (pengawas menelan obat) sampai selesai
❑ Mencegah perkembangan resistensi
masa pengobatan.
❑ Mencegah penularan. ❑ Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup
terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan.

28
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Obat Anti TB (OAT)

Lini Pengobatan OAT Keterangan


Lini 1 Isoniazid (INH/H) HRZE merupakan OAT utama pada pengobatan TB
Rifampin (RIF/R)
Pirazinamid (PZA/Z)
Etambutol (EMB/E)
Rifabutin (RBT) RBT bisa digunakan sebagai pengganti R karena adanya interaksi obat, intoleransi R atau
situasi lainnya
Rifapentin (RPT) RPT digunakan untuk pengobatan infeksi TB laten

29
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Tahap Pengobatan TB
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
RHZE 2 bulan RH 4 bulan

Tujuan fase ini : Tujuan fase ini :


❑ Diberikan setiap hari selama 2 bulan ❑ Diberikan setiap hari selama >4 bulan.
❑ Membunuh sebagian besar basil, sehingga bisa ❑ Membunuh basil M.tb persisten yang tersisa (setelah
mengurangi daya penularan dalam 2 minggu pengobatan fase intensif)
awal, meski terdapat beberapa basil bertahan lebih lama. ❑ Mencegah munculnya resistensi obat
❑ Menentukan hasil akhir dari rejimen ❑ Jika pengobatan tidak dilanjutkan cukup lama, basil
❑ Pada akhir fase intensif, bila hasil apusan dahak tetap yang bertahan dapat menyebabkan kekambuhan
positif maka fase sisipan tidak lagi direkomendasikan penyakit TB pada pasien di kemudian hari
namun dievaluasi untuk TB-RO (uji kepekaan), sementara
pengobatan diteruskan sebagai fase lanjutan

30
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB EKSTRA PARU TB PARU ANAK

❑ Isoniazid selama 6 bulan ❑ 2HRZE/4-7HR ❑ 2HRZE/4-7HR ❑ 2HRZ/4RH


❑ Isoniazid selama 9 bulan ❑ 2HRZE/4RH
❑ Isoniazid dan
rifapentine (RPT) selama
sekali seminggu selama
3 bulan
❑ 3-4 bulan Isoniazid dan
Rifampisin
❑ 3-4 bulan Rifampisin

31
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB EKSTRA PARU TB PARU ANAK

Pengobatan Infeksi TB Laten


❑ Tujuan: untuk mencegah perkembangan infeksi menjadi penyakit TB
❑ Di Indonesia, pengobatan TB laten diberikan kepada pasien HIV dan anak usia <5 tahun yang kontak dengan pasien TB.
❑ Terdapat beragam pilihan pengobatan TB laten. Pilihan tersebut ditentukan berdasarkan hasil uji kepekaan obat, penyakit
lain penyerta, kemungkinan interaksi obat. Berikut pilihan pengobatan TB laten :
▪ Isoniazid selama 6 bulan
▪ Isoniazid selama 9 bulan
▪ Isoniazid dan rifapentine (RPT) selama sekali seminggu selama 3 bulan
▪ 3-4 bulan Isoniazid dan Rifampisin
▪ 3-4 bulan Rifampisin

32
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU SENSITIF TB EKSTRA PARU TB PARU ANAK

Pengobatan TB Paru
❑ Pengobatan dilakukan selama 6 bulan
❑ Paduan standar pengobatan TB paru kasus baru ialah 2HRZE/4-7RH
❑ Tahap sisipan tidak lagi diberikan jika asupan dahak masih positif pada akhir fase awal. Pasien direkomendasikan untuk
evaluasi TB RO, sementara pengobatan dilanjutkan pada tahap lanjutan

33
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB EKSTRA PARU TB PARU ANAK

Pengobatan TB Ekstra Paru


• Paduan OAT selama 6-9 bulan (tahap awal: HRZE 2 bulan dan tahap lanjutan HR 4-7 bulan)
• TB sistem saraf pusat (tuberkuloma atau meningitis) serta TB tulang dan sendi, OAT diberikan selama 9-12 bulan

34
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

INFEKSI TB LATEN TB PARU TB EKSTRA PARU TB PARU ANAK

Pengobatan TB Paru Anak


Kategori Diagnostik Tahap intensif Tahap lanjutan Prednison
TB paru BTA negatif 2 HRZ 4 HR -
TB Kelenjar
Efusi pleura TB 2 HRZ 4 HR 2 minggu-tapp off
TB paru BTA positif 2 HRZE 4 HR -
TB paru berat : 2 HRZE 7-10 HR
TB Milier
TB Paru dengan kerusakan luas
TB + destroyed lung
Meningitis TB 2 HRZ(E/S) 10 HR 4 minggu-tapp off
Perikarditis TB 2 minggu-tapp off
Peritonitis TB 2 minggu-tapp off
Skeletal TB -
35
Rejimen Pengobatan Infeksi TB Laten
Dosis Total
OAT Durasi Frekuensi
Dewasa dan anak berumur >12 tahun: Anak <5 tahun Dosis
INH: 300 mg/hari INH: 10 mg/kgBB, dengan rentang 7-15
Isoniazid (INH) 6 bulan Sekali sehari 180
B6: 25 mg/hari mg/kgBB

INH: 15 mg/kgBB, 900 dosis maksimum INH: 25 mg/kgBB, 900 dosis maksimum
RPT: RPT:
10,0-14,0 kg, 300 mg 10,0-14,0 kg, 300 mg
Isoniazid (INH) dan Sekali
3 bulan 14,1-25,0 kg, 450 mg 14,1-25,0 kg, 450 mg 12
Rifapentin (RPT) seminggu
25,1-32,0 kg, 600, mg 25,1-32,0 kg, 600, mg
32,1-49,9 kg, 750, mg 32,1-49,9 kg, 750, mg
>50 kg, 900 mg dosis maksimum >50 kg, 900 mg dosis maksimum

Dosis OAT
DEWASA ANAK
Dosis Rekomendasi Harian Dosis Rekomendasi Harian
OAT
Dosis Dosis Dosis Maksimum
Dosis Maksimum (mg)
(mg/kgBB) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid (INH/H) 5 (4-6) 300 10 (7-15) 300
Rifampin (RIF/R) 10 (8-12) 600 15 (10-20) 600
Pirazinamid (PZA/Z) 25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol (EMB/E) 15 (12-18) 20 (15-25) 36
Dosis Paduan OAT KDT (2HRZE/4HR)
Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap hari Setiap hari
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) RH (150/75)
selama 56 hari selama 16 minggu
30 - 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet
>71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet

Dosis Paduan OAT Kombipak


Dosis per hari/kali
Tahap Tablet Jumlah hari/kali
Lama Pengobatan Tablet Isoniazid Kaplet Rifampisin Tablet Etambutol
Pengobatan Pirazinamid @ menelan obat
@300 mg @450 mg @ 250 mg
500 mg
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

37
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Cara Minum OAT


• Setiap minum OAT, pasien harus diawasi oleh PMO
• Obat anti TB (OAT) diminum pada saat perut kosong, yakni 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
• Waktu yang disarankan adalah pada pagi hari setelah bangun tidur atau pada malam hari sebelum tidur
• Obat diminum pada jam yang sama setiap harinya
• OAT harus diminum dalam satu kali dosis. Misalkan 3 tablet dalam satu kali minum. Jika OAT diminum terpisah
harus habis dalam waktu kurang dari dua jam

38
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Pemantauan Respon Pengobatan

▪ Semua pasien, PMO dan tenaga kesehatan diminta untuk melaporkan gejala TB yang menetap atau muncul kembali, efek samping
OAT atau terhentinya pengobatan
▪ Berat badan harus dipantau setiap bulan dan disesuaikan dengan dosis OAT
▪ Respon pengobatan dipantau dengan pemeriksaan sputum yang dilakukan pada akhir fase intensif, yakni satu minggu sebelum akhir
tahap awal, satu minggu sebelum bulan ke-5, satu minggu sebelum akhir pengobatan
o Jika hasil sputum BTA positif pada bulan ke-5 atau akhir pengobatan, pasien dinyatakan gagal
o Jika hasil sputum pasien saat penegakkan diagnosis dan akhir bulan kedua negatif, maka tidak perlu pemantauan dahak

39
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Perhatian Khusus Pengobatan

Wanita Hamil Ibu Menyusui

Penderita Diabetes
Pengguna Kontrasepsi
Melitus

40
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Perhatian Khusus Pengobatan


Wanita Hamil
❑ Paduan pengobatan TB: 2HRZE/4HR
❑ Semua OAT lini 1 bersifat aman
❑ TB pada wanita hamil harus diobati karena TB maternal berhubungan dengan peningkatan resiko abortus spontan,
mortalitas perinatal, dan berat badan lahir rendah. TB maternal akan menyebabkan TB kongenital
Ibu Menyusui dan Bayinya
❑ Paduan pengobatan TB: 2HRZE/4HR
❑ Semua OAT lini 1 aman untuk ibu menyusui
❑ Bayi bisa terus menyusu kepada ibu
❑ Keberhasilan pengobatan pada ibu hamil sangat penting agar terhindar kemungkinan penularan TB kepada bayi

Wanita Penderita TB Pengguna Kontrasepsi


❑ Paduan pengobatan TB: 2HRZE/4HR
❑ Tidak disarankan penggunaan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB, susuk KB) jika pasien menerima rifampisin
karena dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi hormonal 41
6 PENGOBATAN TB Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Perhatian Khusus Pengobatan


Penderita TB dengan Diabetes Melitus
❑ Paduan pengobatan TB: 2HRZE/4HR
❑ Hati-hati dengan penggunaan etambutol karena pasien DM sering mengalami komplikasi pada mata.
❑ Pasien sebaiknya diberikan suplemen vitamin B6 untuk mencegah neuropati yang diperburuk oleh INH
❑ Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan mengurangi efektivitas obat oral antidiabetes (golongan
sulfonilurea) sehingga diperlukan monitoring kadar glukosa darah lebih ketat atau diganti dengan anti diabetik lainnya
seperti insulin yang dapat meregulasi gula darah dengan baik tanpa mempengaruhi efektifitas OAT.

42
7 ESO OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

ESO OAT RINGAN


Kemungkinan Obat
Efek Samping Penyebab Cara Mengatasi
ESO Ringan : lanjutkan OAT dan cek dosis OAT
Berikan obat dengan bantuan sedikit makanan atau menelan OAT
sebelum tidur, dan sarankan untuk menelan pil secara lambat dengan
Pirazinamid, rifampisin,
Anoreksia, mual, nyeri perut sedikit air. Bila gejala menetap atau memburuk, atau muntah
isoniazid
berkepanjangan atau terdapat tanda tanda pendarahan, pertimbangkan
kemungkinan efek samping mayor dan rujuk ke dokter ahli segera
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin atau obat anti inflamasi non steroid, atau parasetamol
Rasa terbakar, kebas atau kesemutan di tangan dan kaki Isoniazid Piridoksin 50-75 mg/hari
Rasa mengantuk Isoniazid Obat dapat diberikan sebelum tidur
Pastukan pasien diberitahukan sebelum meminum obat dan bila hal ini
Air kemih berwarna kemerahan Rifampisin
terjadi adalah hal normal
Sindrom flu (demam, menggigil, malaise, sakit kepala, Pemberian rifampisin
Ubah pemberian rifampisin intermiten menjadi setiap hari
nyeri tulang) intermiten

43
7 ESO OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

ESO OAT BERAT


Efek Samping Kemungkinan Obat Penyebab Cara Mengatasi
ESO Berat : Hentikan OAT dan rujuk pasien ke fasilitas kesehatan
Ruam kulit dengan atau tanpa gatal Isoniazid, rifampisin, pirazinamid Hentikan OAT
Ikterik tanpa penyakit hepar Isoniazid, rifampisin, pirazinamid Hentikan OAT
Bingung (curigai gagal hati imbas obat bila terdapat ikterik) Isoniazid, pirazinamid, rifampisin Hentikan OAT
Gangguan penglihatan (singkirkan penyebab lainnya) Etambutol Hentikan etambutol
Syok, purpura, gagal ginjal akut (sangat jarang terjadi, akibat gangguan
Rifampisin Hentikan rifampisin
imunologi)

44
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

❑ Di antara OAT, Rifampisin memiliki efek yang besar pada interaksi dengan obat obatan lainnya.
❑ Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut.
❑ Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A.
Pemakaian Isoniazide bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat tersebut
dan dapat menimbulkan risiko toksis
❑ Efek Rifampisin lebih besar dibanding efek isoniazid, sehingga efek keseluruhan dari kombinasi isoniazid dan rifampisin
adalah berkurangnya konsentrasi dari obat-obatan tersebut seperti fenitoin dan karbamazepin

45
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Umum OAT


Zat yang Jenis
Efek Rekomendasi umum
berinteraksi Interaksi
Merekomendasikan meminum OAT saat perut kosong, namun
Makanan Moderate Berkurangnya penyerapan isoniazid pasien dapat minum OAT dengan sedikit makanan untuk
mengurangi efek samping terhadap saluran cerna.

Kemungkinan peningkatan risiko


Alkohol Moderate Hindari minum alkohol berlebihan selama pengobatan TB
gangguan hati
Jangan berikan antasida bersamaan dengan OAT; minum OAT 1
Antasida Minor Penurunan kadar beberapa obat TB
jam sebelum antasida

46
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Rifampisin
Obat yang kadarnya berkurang karena
Jenis Interaksi Rekomendasi umum
Rifampisin
Antiinfeksi
NNRTIs
Nevirapin Mayor Efavirenz lebih disukai dibandingkan nevirapin
Efavirenz Moderate
Protease inhibitor
Amprenavir, Lopinavir, Saquinavir, nelfinavir, Mayor Ganti ke lopinavir/ritonavir atau saquinavir/ritonavir dengan modifikasi dan
Indinavir, ritonavir pemantauan dosis
Makrolida Azitromisin atau roksitromisin (jika tersedia) dapat digunakan sebagai
Erythromycin, clarithromycin Moderate alternatif
Antijamur azol Flukonazol dapat digunakan, meskipun kadarnya sedikit berkurang. Hindari
Ketoconazole, itraconazole, voriconazole Mayor antijamur azole lain karena hilangnya keefektifan.
Kloramfenikol Moderate Pertimbangkan antibiotik alternatif
Doksisiklin Moderate Pertimbangkan antibiotik alternatif
Meflokuin Moderate Pertimbangkan profilaksis / pengobatan malaria alternatif
Praziquantel Mayor Pertimbangkan antelmintik alternatif
Kinin Mayor Hindari kombinasi atau tingkatkan dosis kina, dapatkan saran spesialis.
47
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Rifampisin
Obat yang kadarnya berkurang karena
Jenis Interaksi Rekomendasi umum
Rifampisin
Terapi hormonal
Kontrasepsi hormon (oral, implan) Mayor Gunakan metode kontrasepsi non hormonal hingga satu bulan setelah
pengobatan rifampisin selesai
Tiroksin, levotiroksin Moderate Pemantauan fungsi tiroid dianjurkan, mungkin memerlukan peningkatan
dosis tiroksin
Analgesik
Kodein, morfin Moderate Pantau kontrol nyeri yang adekuat, tingkatkan dosis opioid jika perlu.
Antikoagulan
Warfarin Mayor Pantau waktu protrombin atau INR (rasio normalisasi internasional). Mungkin
memerlukan peningkatan dosis yang signifikan
Imunosupresan
Siklosporin, tacrolimus Mayor Hindari kombinasi atau pantau konsentrasi. Mungkin membutuhkan
peningkatan dosis yang signifikan
Kortikosteroid
Hidrokortison, fludrokortison, Moderate Pantau secara klinis. Mungkin membutuhkan peningkatan dosis yang
metilprednisolon, prednisolon signifikan
48
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Rifampisin
Obat yang kadarnya berkurang karena
Jenis Interaksi Rekomendasi umum
Rifampisin
Antikonvulsan
Fenitoin Mayor Pemantauan level atau efek klinis diperlukan. Mungkin membutuhkan
Karbamazepin, valproat Moderate peningkatan dosis antikonvulsan
Diazepam Minor
Obat kardiovaskular
Pemblokir Saluran Kalsium Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
Nifedipine, felodipine Mayor perubahan ke pengobatan alternatif
Diltiazem, verapamil, Moderate
Propranolol, metoprolol Moderate Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
perubahan ke beta-blocker alternatif (atenolol lebih disukai)
Losartan Moderate Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
Enalapril Minor perubahan ke pengobatan alternatif
Digoksin Moderate Pemantauan level atau efek klinis diperlukan. Mungkin membutuhkan
peningkatan dosis digoksin

49
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Rifampisin
Obat yang kadarnya berkurang karena
Jenis Interaksi Rekomendasi umum
Rifampisin
Bronkodilator
Teofilin Moderate Pemantauan level atau efek klinis diperlukan. Mungkin membutuhkan
peningkatan dosis teofilin
Hipoglikemik
Sulfonylureas Rifampisin dapat meningkatkan metabolisme glibenklamid dan menurunkan
Glibenklamid, gliclazid, glimepiride Moderate efek hipoglikemiknya; pantau glukosa darah dan tingkatkan dosis
glibenklamid jika perlu
Psikotropika
Amitriptyline, nortriptyline Minor Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
perubahan ke pengobatan alternatif
Haloperidol, quetiapine Mayor Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
perubahan ke pengobatan alternatif
Hipnotik
Buspirone Mayor Pemantauan klinis diperlukan. Mungkin memerlukan peningkatan dosis atau
Zolpidem Moderate perubahan ke pengobatan alternatif
Diazepam, triazolam, Minor
50
8 INTERAKSI OAT Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

Interaksi Isoniazid
Obat yang
Jenis Interaksi Efek Rekomendasi umum
Berinteraksi
Perhatikan bahwa isoniazid berinteraksi dengan banyak obat yang sama dengan rifampisin (lihat daftar di bawah). Untuk obat-obatan ini,
rifampisin memiliki efek berlawanan (dan lebih besar) dengan isoniazid, sehingga efek keseluruhan dari terapi kombinasi rifampisin /
isoniazid biasanya penurunan kadar: karbamazepin, diazepam, fenitoin, valproate, itraconazole, ketoconazole, teofilin, aminofilin dan
warfarin.

NRTIs Meningkatkan risiko neuropati Pyridoxine (vitamin B6) 10-30 mg setiap hari harus
Didanosine, stavudine Moderate perifer (rasa terbakar atau diberikan. Pasien harus diberi konseling dan dipantau
kesemutan pada kaki) untuk tanda-tanda neuropati perifer

51
9 PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI TB
Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

CARA MENGHADAPI PASIEN


PENGENDALIAN INFEKSI TB PENGENDALIAN PASIEN TB
TERDUGA TB

Pengendalian infeksi TB terdiri atas 3 hal, yaitu:


❑ Pengendalian administratif:
o Menunjuk seseorang sebagai penanggung jawab pengendalian infeksi
o Melakukan penilaian resiko TB
o Mengembangkan suatu SOP untuk melakukan kegiatan dengan baik dalam mendeteksi kasus, isolasi, pengobatan atau rujukan
pasien terduga TB atau positif TB
o Melakukan pelatihan mengenai pengendalian infeksi
o Mengimplementasikan praktek yang benar dalam manajemen pasien TB
o Melakukan pembersihan yang benar berhubungan dengan alat yang mungkin terkontaminasi
o Memberikan pelajaran, pelatihan dan konseling petugas kesehatan mengenai infeksi TB laten dan penyakit TB
o Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada tenaga kesehatan yang jika menderita TB laten dan penyakit TB
o Menggunakan poster untuk mengingatkan pasien dan staf mengenai etika batuk yang baik
o Mengembangkan sistem rujukan pada faskes yang memiliki kerjasama

52
9 PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI TB
Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

CARA MENGHADAPI PASIEN


PENGENDALIAN INFEKSI TB PENGENDALIAN PASIEN TB
TERDUGA TB
❑ Pengendalian Lingkungan
Mengatur aliran udara menggunakan ventilasi alami maupun buatan
o Ventilasi alami
o Ventilasi alami bisa berupa pintu terbuka, jendela terbuka atau lubang angin yang menyebabkan terjadinya pertukaran udara
di dalam ruangan.
o Kipas bisa digunakan untuk mengatur arah aliran udara. Jika aliran udara tidak diketahui, petugas kesehatan bisa duduk di
dekat sumber udara segar, Adapun pasien bisa duduk di dekat alat pembuangan udara.
o Ventilasi buatan
o Menggunakan peralatan untuk mengatur sirkulasi udara di dalam ruangan
o Hepa filter, UVGI (ultraviolet germicidal irradiation)

❑ Pengendalian Perlindungan Pernapasan


o Perlindungan untuk petugas Kesehatan
o Masker filter facepiece respirator (FFR)
o Pencegahan penularan dari pasien
o Masker bedah

53
9 PENCEGAHAN & PENGENDALIAN INFEKSI TB
Webinar Pelatihan Pengendalian TB bagi Apoteker di Apotek

CARA MENGHADAPI PASIEN


PENGENDALIAN INFEKSI TB PENGENDALIAN PASIEN TB
TERDUGA TB
❑ Memberikan masker wajah atau tisu Pengendalian ini bertujuan untuk
❑ Mengajarkan etika batuk mencegah penularan ke orang lainnya
❑ Mengarahkan menunggu di ruang ❑ Pengobatan secara teratur hingga
tunggu terpisah sembuh
❑ Berikan layanan apapun yang pasien ❑ Melakukan etika batuk atau bersin
akses dengan cepat (dalam antrian) ❑ Membuang dahak pada tempatnya
❑ Merujuk pasien ke fasilitas diagnosis ❑ Menjaga terjadinya pertukaran udara
dan pengobatan TB dengan cara membuka jendela atau
pintu rumah

54
MIND MAP

55
HATUR NUHUN

56

Anda mungkin juga menyukai