Anda di halaman 1dari 14

TUBERKULOSIS (TB)

Kelompok 4
Fenni Maulani
Gita Wacana
Reta Athaya
Ambar Salsa Azzahra
Farida Nur Aisyah
Nevi Shafira Z
Riswan Edwinsyah
M Shiddiq Fadhilah
Penyebab/Agent Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

penyakit TB oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa


spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis,
M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium
selain Mycobacterium tuberculosis yang dapat menimbulkan
gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB. M.
tuberculosis merupakan organisme yang membutuhkan oksigen
untuk tumbuh. Oleh karena itu, kompleks MTB banyak
ditemukan di lobus paru-paru bagian atas yang dialiri udara
dengan baik.
Penyebab/Agent Secara umum sifat bakteri Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah sebagai

penyakit TB berikut:

 Berbentuk batang ramping dan kurus dengan panjang 1-4 µm, lebar 0,3-0,56 µm, dan
diameter sebesar 1-5 µm.

 Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen, berbentuk
batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah mikroskop.

 Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.

 Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama
pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.

 Bakteri sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet. Paparan
langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar bakteri akan mati dalam waktu
beberapa menit.

 Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100 oC selama 5- 10 menit atau pada
pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik.

 Bakteri dapat bersifat dorman.

 Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap
(bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara.
Mekanisme Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui

Penularan Penyakit saluran napas dengan menghisap atau menelan percikan

TB ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung basil dan


dibatukkan oleh penderita TB. Penularan terjadi melalui inhalasi
partikel menular di udara yang bertebaran sebagai aerosol.
Lama kontak antara sumber dan calon kasus baru dapat
meningkatkan risiko penularan karena semakin lama periode
pemajanan, semakin besar risiko inhalasi. Sumber penularan
penyakit TB adalah pasien TB BTA positif. Penularan penyakit
tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium
tuberkulosis yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pesien tuberkulosis batuk atau bersin, pasien
menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan.
Mekanisme Pada satu kali batuk, pasien TB dapat menghasilkan sekitar 3.000
percikan dahak yang mengandung bakteri sebanyak 0-3.500
Penularan Penyakit M.tuberculosis. Sedangkan apabila bersin dapat mengeluarkan

TB sebanyak 4.500 – 1.000.000 M.tuberculosis. Droplet nuclei


kemudian akan melewati mulut/saluran hidung, saluran pernafasan
atas, bronkus kemudian menuju alveolus. Setelah tubercle bacillus
sampai di jaringan paru-paru, mereka akan mulai memperbanyak
diri. Lambat laun, mereka akan menyebar ke kelenjar limfe. Proses
ini disebut sebagai primary TB infection. Ketika seseorang
dikatakan penderita primary TB infection, tubercle bacillus berada
didalam tubuh orang tersebut. Setiap satu BTA positif akan
menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan
setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi lainnya
melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)
akan dua kali lebih berisiko dibandingkan dengan kontak biasa
(tidak serumah). Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajat
positifnya tinggi berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya,
penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan.
Faktor Risiko Infeksi terjadi apabila seseorang yang rentan menghirup percik
renik yang mengandung kuman TB melalui mulut atau hidung,
Penyakit TB saluran pernafasan atas, bronchus hingga mencapai alveoli.
Faktor risiko terjadinya TB yaitu :

1) Kuman penyebab TB.

a. Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko


menimbulkan penularan dibandingkan dengan BTA negatif.

b. Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin


besar risikoterjadi penularan.

c. Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin


besar risiko terjadi penularan.
Faktor Risiko 2) Faktor individu yang bersangkutan.

Penyakit TB Beberapa faktor individu yang dapat meningkatkan risiko menjadi sakit
TB adalah:

a. Faktor usia dan jenis kelamin

a) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa


muda yang juga merupakan kelompok usia produktif.

b) Menurut hasil survei prevalensi TB, Laki-laki lebih banyak terkena


TB dari pada wanita.

a. Daya tahan tubuh

Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab


apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, koinfeksi dengan HIV,
penyandang diabetes mellitus, gizi buruk, keadaan immuno-supressive,
bilamana terinfeksi dengan M.tb, lebih mudah jatuh sakit.
Faktor Risiko c. Perilaku

Penyakit TB a) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai
etika akan meningkatkan paparan kuman dan risiko
penularan.

b) Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2


kali.

c) Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan


cara pengobatan.

d. Status sosial ekonomi

TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.


Faktor Risiko 3) Faktor lingkungan
Penyakit TB a. Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan
penularan TB.

b. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa


cahaya matahari akan meningkatkan risiko penularan.
Upaya Pengendalian Penyakit TB dapat dilakukan dengan cara

Pengendalian Pencegahan dan pengendalian risiko bertujuan mengurangi

Penyakit TB sampai dengan mengeliminasi penularan dan kejadian sakit


TB di masyarakat. Upaya pengendalian faktor risiko yang
dapat dilakukan ialah :

1) Pengendalian Kuman Penyebab TB

a. Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan


pengobatan tetap tinggi

b. Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid


TB) yang mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV,
diabetes, dll.
Upaya 2) Pengendalian Faktor Risiko Individu

Pengendalian a. Membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, makan
makanan bergizi, dan tidak merokok
Penyakit TB b. Membudayakan perilaku etika berbatuk dan cara membuang dahak bagi
pasien TB

c. Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi bagi


populasi terdampak TB

d. Pencegahan bagi populasi rentan

• Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir

• Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun

• Pemberian profilaksis INH pada ODHA selama 6 bulan dan diulang setiap 3
tahun

• Pemberian profilaksis INH pada pasien dengan indikasi klinis lainnya seperti
silicosis
Upaya 3) Pengendalian Faktor Lingkungan

Pengendalian a. Mengupayakan lingkungan sehat

Penyakit TB b. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan


dan lingkungannya sesuai persyaratan baku rumah sehat

4) Pengendalian Intervensi daerah berisiko penularan

c. Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang berisiko


tinggi penularan TB (lapas/rutan, masyarakat pelabuhan,
tempat kerja, institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain
yang teridentifikasi berisiko.

d. Penemuan aktif dan masif di masyarakat (daerah terpencil,


belum ada program, padat penduduk).
Upaya 5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

Pengendalian • Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat

Penyakit TB dalam pemberian pelayanan pada pasien TB harus


menjadi perhatian utama. Semua fasyankes yang memberi
layanan TB harus menerapkan PPI TB untuk memastikan
berlangsungnya deteksi segera, tindakan pencegahan dan
pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan
menderita TB.
Daftar • Irianti, Tanti Tatang, dan Kuswandi. 2016. Anti-Tuberkulosis. Yogyakarta:
Grafika Indah.

Pustaka • Kusuma, Nurul Agustina Hadi. 2011. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat
Anti Tuberkulosis Pada Pasien Anak Tuberkulosis Paru Di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Kabupaten Boyolali Periode Januari-
Agustus 2010. Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

• Nurwanti. 2015. Hubungan Antara Faktor Penjamu (Host) Dan Faktor


Lingkungan (Environment) Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Kambuh
(Relaps) Di Puskesmas Se-Kota Semarang Tahun 2013. Skripsi, Universitas
Negeri Semarang.

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang


Penanggulangan Tuberkulosis.

• Zainita, Alda Pratami, Rosa Delima Ekwantini, dan Maryana. 2019. Penerapan
Batuk Efektif Dalam Mengeluarkan Sekret Pada Pasien Tuberkulosis Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Keluarga. Skripsi Thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai