Pemeriksaan serologis saja
Foto toraks saja
Tes cepat
Uji tuberkulin saja
Interpretasi Pemeriksaan
Mikroskopis
Hasil Interpretasi
Dua kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif
Satu kali positif, dua kali Ulang BTA 3 kali,
negatif • 1 kali positif, 2 kali
negatif positif
• 3 kali negatif negatif
Catatan:
1. Interpretasi pemeriksaan dibaca dengan skala Bronkhorst, IUATLD
2. Bila terdapat gambaran radiologik yang menunjukkan TB aktif jika 1
kali positif 2 kali negatif, dianggap positif (tidak perlu diulang)
DIAGNOSIS KLINIS TB
Pemeriksaan Fisik
Gejala Klinis
•Awal: umumnya tidak ada kelainan
•Kelainan paru: lobus superior (apeks dan segmen
Gejala Gejala superior), lobus inferior (apeks)
•Suara napas bronkial, amphorik, suara napas melemah,
respiratorik sistemik TB paru ronki basah
PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta; 2011. H. 17-25
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Curiga TB inaktif:
Curiga TB aktif:
Fibrotik pada
Bayangan segmen apikal Kalsifikasi atau
berawan/nodular di Kavitas (biasanya lebih dan atau posterior fibrotik
segmen apikal dan dari satu), dikelilingi lobus atas
posterior lobus atas oleh bayangan opak
paru dan superior lobus berawan atau nodular
bawah
Fibrotoraks/fibrosis
Kompleks ranke
parenkim paru
Kelebihan Kekurangan
mudah, murah
bergantung kualitas sputum
deteksi MTB *
tersedia di FKTP
hanya utk TB paru
dapat digunakan utk monitor
Mikrobiologis: Biakan/kultur
Kelebihan Kekurangan
waktu lama (liq: 2 minggu
gold standard
BACTEC, solid: 2 bulan)
Kelebihan Kekurangan
deteksi TB dan jaringan listrik
resistensi stabil
penyimpanan
cepat (2 jam)
harus baik
PCR (polymerase chain reaction)
Kelebihan Kekurangan
deteksi DNA
rawan kontaminasi
spesifik MTB
tidak dapat
berbagai pilihan menegakkan dx
spesimen
Serologi: ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay)
Kelebihan Kekurangan
spesimen darah rentan kontaminasi
sensitivitas 95%,
perlu tenaga terlatih
spesifisitas 98%
Kelebihan Kekurangan
membantu
menegakkan
diagnosis TB (Rivalta+,
invasif
ADA +, eksudat,
dominan limfosit,
glukosa rendah)
Histopatologi
Kelebihan Kekurangan
Invasif
menegakkan dx
tenaga terlatih
Kelebihan Kekurangan
terinfeksi vs tidak perlu datang 2x
Kelebihan Kekurangan
1x datang mahal
Dosis
Harian 3x/minggu
OAT
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum/
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) hari (mg)
Jangka waktu
Dikonsumsi secara pengobatan cukup,
Pengobatan
teratur, diawasi terbagi dalam
diberikan dalam
langsung oleh tahap awal dan
bentuk paduan
tahap lanjutan,
OAT, mengandung Dosis obat tepat pengawas minum sebagai
minimal 4 obat obat hingga pengobatan yag
untuk mencegah pengobatan adekuat untuk
terjadinya resistensi selesai mencegah
kekambuhan
TAHAPAN PENGOBATAN TB
Tahap awal
• Tujuan:
• Menurunkan jumlah kuman
• Meminimalisir pengaruh kuman yang mungkin sudah resisten
sejak sebelum pengobatan
• Berlangsung 2 bulan, obat diminum setiap hari
• Umumnya daya penularan kuman sudah menurun setelah
pengobatan 2 minggu
Tahap lanjutan
•Penetapan PMO
5
•Memastikan data dasar pasien terisi dengan benar dan terekam dalam sistem pencatatan yang
6 digunakan
•Kunjungan rumah (jika perlu) untuk memastikan alamat dan kesiapan keluarga
7
Kategori 1
• 2(HRZE)/4(HR)3
• Untuk pasien baru:
• TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• TB paru terkonfirmasi klinis
• TB ekstra paru
Kategori 2
• 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
• Untuk pasien dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pengobatan kategori 1
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (loss to follow up)
Jenis OAT: OAT Lini Pertama
Dosis
Harian 3x/minggu
OAT Efek Samping
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) /hari (mg)
Neuropati perifer, psikosis toksik,
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900 gangguan fungsi hati, kejang
Flu syndrome, gangguan
gastrointestinal, urin berwarna merah,
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600 gangguan fungsi hati, trombositopeni,
demam, skin rash, sesak napas, anemia
hemolitik
Pirazinamid Gangguan gastrointestinal, gangguan
25 (20-30) - 35 (30-40) -
(Z) fungsi hati, gout arthritis
2) KOMBIPAK: 2HRZE/4H3R3
Dosis per hari / kali Jumlah
Tahap Lama
hari/ kali
Pengobata Pengobata Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol
menelan
n n 300 mg 450 mg 500 mg 250 mg
obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48
DOSIS OAT KATEGORI 2
1) KDT: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Berat Badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Tiap hari 3 kali/minggu
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tablet etambutol
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
+ 750 mg Streptomisin inj. + 3 tablet etambutol
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 4 tablet etambutol
≥71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin inj. + 5 tablet etambutol
2) KOMBIPAK: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Etambutol Jumlah hari/
Tahap Lama Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Streptomisin
kali menelan
Pengobatan Pengobatan 300 mg 450 mg 500 mg 250 mg 400 mg injeksi
obat
Tahap awal 2 bulan 1 1 3 3 - 0.75 g 56
(dosis harian) 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
Tahap lanjutan 5 bulan
(dosis 2 1 - 1 2 - 60
3x/minggu)
Pengobatan TB Dewasa
2) TB resisten Obat
Evaluasi:
Pasien yang
Efek Keteraturan
Telah
Samping Obat
Sembuh
EVALUASI KLINIK
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
EVALUASI BAKTERIOLOGIK
Warna kemerahan pada air seni R Tidak membahayakan dan tidak perlu diberi obat
(urine) penawar tapi perlu penjelasan kepada pasien
Flu sindrom (demam, menggigil, R dosis Pemberian R dirubah dari intermiten menjadi setiap hari
lemas, sakit kepala, nyeri tulang) intermiten
EFEK SAMPING DAN PENATALAKSANAANNYA
Efek Samping Berat
Bingung, mual muntah (dicurigai Semua jenis Semua OAT dihentikan, segera lakukan pemeriksaan
terjadi gangguan fungsi hati OAT fungsi hati.
apabia disertai ikterus)
EFEK SAMPING DAN PENATALAKSANAANNYA
Efek Samping Berat
• Anamnesis
Evaluasi • Keteraturan berobat
• Edukasi pasien dan keluarga
EVALUASI PASIEN YANG TELAH
SEMBUH
Kriteria • BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan
akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang
adekuat
sembuh
• Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/
perbaikan
• Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
Evaluasi
mengetahui terjadinya kekambuhan.
• Mikroskopik BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan setelah dinyatakan
sembuh.
• Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh.
Langkah Tata Laksana Drug-induced Hepatitis
2. Challenge Obat
Mulai pengobatan dengan R 3-7 hari
Ditambahkan H
Pirazinamid tidak diberikan jika pasien toleransi terhadap H
dan R
Stop obat terakhir yang menimbukan efek samping lagi
Langkah Tata Laksana Drug-induced Hepatitis
menyebabkan kerentanan
presentasi
(faktor risiko utama TB aktif)
Pengobatan TB pada ODHA
Prinsip: Dahulukan pengobatan TB untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian.
ARV dimulai setelah 2-8 minggu mulai OAT rujuk pasien
Kategori Pasien
Mulai Pengobatan ARV dalam Pengobatan TB
Monitoring laboratorium
• Monitoring CD4 rutin tiap 6 bulan atau lebih jika ada
indikasi klinis
• Evaluasi efek samping: enzim hati dan fungsi ginjal, asam
laktat
SPI
Monitoring CD4 setiap 6 bulan
1.Kementerian
Kesehatan RI.Petunjuk
Teknis Manajemen
Terpadu Pengendalian
Tuberkulosis Resistan
Obat Jakarta :
Kementerian Kesehatan
RI. 2013 .
Prinsip Umum Pengobatan TB MDR
Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB RR/TB RO mengacu kepada
strategi DOTS.
a
2.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Permenekes No 67 TAHUN 2016 tentang penanggulangan
tuberkulosis
Cara pemberian dan durasi
0 - - - -
1 + - - proph I
2 + + - proph II?
3 + + + therapy
ALUR Anak berkontak dengan pasienTB
INVESTIGASI sensitif OAT
KONTAK TB Gejala TB
Tidak Ada
Umur > 5 thn dan Umur < 5 thn atau HIV (+)
HIV (-)
Follow up rutin
Streptomycin 15 - 40 25-40
Ototoxicity nephrotoxicity
(SM) (1 g) (1,5 g)
When INH and RIF are used concurrently, the daily doses of the drugs are reduced
Sering digunakan:
Prednison dosis 2 mg/kg/ hari, hingga 4 mg/kg/hari pada kasus
sakit berat, dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.
PDPI. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta; 2011. H. 17-25
TB CARE. International standards for tuberculosis care. San Fransisco: Curry International Tuberculosis Center; 2014.
WHO. New laboratory diagnostic tools for tuberculosis control. 2008. H. 5-14
WHO. The use of lateral flow urine lipoarabinomannan assay (LF-LAM) for the diagnosis and screening of active tuberculosis in people living with HIV. 2015. H. 3-6, 14
CDC. Diagnosis of tuberculosis[internet]. disitasi Des 2017. Diakses melalui: https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter4.pdf. Chapter 4.
World Health Organization. (2017). TB detection and diagnosis. [online] Available at: http://www.who.int/tb/areas-of-work/laboratory/en/ [Accessed 20 Dec. 2017].
Kementrian Kesehatan RI. Pengobatan pasien tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2017.
Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk teknis manajemen terpadu pengendalian tuberkulosis resisten obat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingukan; 2013
World Health Organization (WHO). International standards for TB care (ISTB). 3rd edition. San Fransisco: The Hague; 2014.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2011.
TB CARE I. International Standards for Tuberculosis Care. Edisi ke-3. The Hague: TB CARE I; 2014
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Bina Upaya Kesehatan. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis di fasilitas pelayanan
kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
Companion handbook to the WHO guidelines for the programmatic management of drug-resistant tuberculosis.World Health Organization 2014