Anda di halaman 1dari 9

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

4.1.1 Sejarah berdiri

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi

Lampung terletak di Jl. Dr. Rivai No. 6 berdiri pada tahun 1914 oleh

onderneming hindia belanda untuk merawat buruh perkebunan. RSUD

Dr. Hi. Abdul Moeloek yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri

SK. No 189 tahun 1995 diundang dalam lembaran daerah Provinsi

Lampung. Pada tanggal 8 juni 2000 ditetapkan menjadi Rumah sakit

unit swadana daerah dan 24 september 2009 menjadi BLUD.

4.1.2 Visi

Rumah Sakit profesional kebanggaan masyarakat Lampung.

4.1.3 Misi

1. Memberikan pelayanan prima disegala bidang pelayanan Rumah

Sakit.

2. Menyelenggarakan dan mengembangkan pusat-pusat pelayanan

unggulan.

3. Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdoel Moeloek

Provinsi Lampung menjadi RS pendidikan.

32
33

4.1.4 Status Kepemilikian RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. H. Abdul Moeloek adalah

rumah sakit sah milik Provinsi Lampung sebagai Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) Kesehatan Provinsi Lampung berdasarkan SK Menkes

RI No. 41/Menkes/ SK/ II/ 1987 ditetapkan menjadi rumah sakit kelas B

non pendidikan berkapasitas 55 tempat tidur didirikan diatas tanah

87.770 m² diwilayah kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar

Lampung.

4.1.5 Sumber daya

4.1.5.1 Fasilitas umum

1. Luas tanah : 45.770 m2

2 luas bangunan : 14.226 m2

3. Air : PDAM dan Sumur bor

4. Listrik : PLN dan generator

5. Pengelolaan limbah : Incinerator dan WWTP

4.1.5.2 Rawat jalan

Tabel 4.1
Poli klinik rawat jalan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung

No Poli Rawat Jalan


1 Penyakit Dalam
2 Bedah
3 Anak
4 Obgyn
5 Bedah Syaraf
34

6 Syaraf
7 THT
8 Mata
9 Kulit Kelamin
10 Gigi & Mulut
11 Kardiologi
12 Bedah Orthopedi
13 Paru
14 Umum
15 Rehabilitasi Medik
16 Onkologi
17 Urologi
18 Bedah mulut

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Analisis univariat

Analisis univariat untuk mengetahui gambaran pola kuman pada neonatal

yang mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2015. Hasil penelitian terhadap 73 orang didapat:

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi gambaran pola kuman pada neonatal yang mengalami
sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung tahun 2015

Umur Jumlah %
Enterobacteri 18 24.7
Alkaligenes 16 21.9
Staphylococcus 14 19.2
Kleibsiella 10 13.7
Pseudomonas 7 9.6
Proteus 5 6.8
Streptococcus 3 4.1
Total 73 100.0
35

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar neonatal yang

mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2015 proporsi tertinggi adalah enterobacteri sebesar 18 orang

(24.7%) diikuti, alkaligenes sebesar 16 orang (21.9%), staphylococcus sebesar 14

orang (19.2%), kleibsiella sebesar 10 orang (13.7%), pseudomonas 7 (9.6%)

proteus sebesar 5 orang (6.8%) dan streptococcus sebesar 3 orang (4.1%).

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui diketahui bahwa sebagian

besar neonatal yang mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 proporsi tertinggi adalah enterobacteri

sebesar 18 orang (24.7%) diikuti, alkaligenes sebesar 16 orang (21.9%),

staphylococcus sebesar 14 orang (19.2%), kleibsiella sebesar 10 orang (13.7%),

pseudomonas 7 (9.6%) proteus sebesar 5 orang (6.8%) dan streptococcus sebesar

3 orang (4.1%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sianuri et all tahun 2012

tentang gambaran pola resistensi bakteri di Unit Perawatan Neonatus, hasil

penelitian didapat jumlah pasien rawatan 1403 orang dengan sangkaan

sepsis 239 bayi. Kuman paling banyak dijumpai adalah kuman Gram

negatif. Kuman penyebab sepsis paling banyak adalah Enterobacter sp di

ikuti Staphylococcus sp dan Pseudomonas sp.17

Sepsis neoatorum merupakan salah satu penyakit infeksi yang rentan di

alami oleh bayi dan merupakan kelompok umur berisiko terutama pada
36

masa neonatal (0 – 7 hari). Sepsis adalah sindroma klinik atau kondisi medis

serius dimana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh

infeksi kuman yang mengarah ke overdrive serius dari sistem kekebalan

tubuh sehingga menyebabkan peradangan luas, disfungsi pada organ tubuh,

terganggunya sirkulasi darah (shock), depresi jantung, peningkatan fungsi

tingkat dan kelainan atau organ metabolisme.2

Menurut peneliti tingginya bakteri enterobacteri yang ditemukan pada

neonatal yang mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 disebabkan karena enterobacteri

merupakan flora normal yang ada di dalam sistem pencernaan bayi dan

hidup bersimbiosis didalam usus. Akan tetapi bergabung nya bakteri lain

akan menyebabkan enterobacteri dapat masuk menuju kesalauran peredaran

darah dan menginfeksi serta menyebabakan sepsis. Analisis peneliti

didukung teori 21
yang menyatakan bakteri Enterobacteri termasuk dalam

family Enterobactericeae yang merupakan kelompok gram negatif

berbentuk batang yang habitat umunya adalah di usus manusia dan hewan.

Enterobacter satu family dengan E.coli, Klebsiella, Salmonella, Shigella,

Proteus. Pada keadaan tertentu jika terjadi perubahan pada inang atau bila

kesempatan memasuki tubuh yang lain, banyak diantara bakteri ini yang

mampu menimbulkan penyakit. Enterobacter merupakan flora normal pada

sistem pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini tidak akan menimbulkan

penyakit jika tidak bergabung dengan jenis bakteri lain.


37

Faktor kedua bakteri Enterobacteri merupakan bakteri yang resisten

terhadap antibiotik yang disebabkan karena komposisi dinding sel berupa

kandungan lipid yang tinggi sehingga lebih tahan terhadap antibiotik. Hal ini

yang menyebabkan meskipun neonatal yang mengalami sepsis di ruang

perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 di

beri terapi pengobatan akan tetapi jumlah bakteri Enterobacteri tetap tinggi.

Analisis peneliti didukung teori 22


yang menyatakan Enterobacter resisten

terhadap antibiotik karena bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang

berarti memiliki komposisi dinding sel berupa kandungan lipid yang tinggi

sehingga lebih tahan terhadap antibiotik. Selain itu, karna bakteri ini sering

bertemu dengan beberapa jenis antibiotik membuat bakteri ini menjadi

terbiasa dengan adanya antibiotik. Peningkatan resistensi bakteri dapat

terjadi juga karena penggunaan antibiotik yang tidak kuat serta kolonisasi

bakteri yang menyebabkan terjadi resistensi endogen dari bakteri.

Pengendalian infeksi di rumah sakit dapat di lakukan dengan berbagai

strategi, skrining dan surveilens infeksi di rumah sakit akan memberi

gambaran mengenai keadaan infeksi nosokomial penyebab sepsis serta dapat

menjadi dasar penyusunan panduan penggunaan antibiotik bagi rumah sakit.

Adanya panduan penggunaan antibiotik akan membantu dalam pembatasan

penggunaan antibiotik. Pembatasan penggunaan antibiotik merupakan salah

satu strategi yang efektif dalam mencegah dan menurunkan resistensi bakteri

terhadap antibiotik. Pencegahan infeksi lainnya dapat juga di lakukan

dengan melakukan sterilisasi terhadap peralatan medis yang akan di pakai


38

dan mendisiplinkan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan

pasien dengan cara mencuci tangan serta selalu menjaga kondisi yang

aseptik.
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan gambaran pola kuman pada neonatal

yang mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2015 dapat disimpulkan: Sebagian besar neonatal

yang mengalami sepsis di ruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung tahun 2015 proporsi tertinggi adalah enterobacteri

sebesar 18 orang (24.7%) diikuti, alkaligenes sebesar 16 orang (21.9%),

staphylococcus sebesar 14 orang (19.2%), kleibsiella sebesar 10 orang

(13.7%), pseudomonas 7 (9.6%) proteus sebesar 5 orang (6.8%) dan

streptococcus sebesar 3 orang (4.1%).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Petugas kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan diruang perinatologi RSUD dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung dapat melakukan upaya pengendalian

infeksi dengan melakukan skrining dan surveilens infeksi sehingga dapat

menjadi dasar penyusunan panduan penggunaan antibiotik bagi rumah

sakit. Selain itu diharapkan petugas dapat melakukan upaya pencegahan

infeksi dengan melakukan sterilisasi terhadap peralatan medis yang akan

di pakai dan mendisiplinkan tenaga kesehatan yang berhubungan

39
40

langsung dengan pasien dengan cara mencuci tangan serta selalu

menjaga kondisi yang aseptik.

5.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Dapat melakukan penelitian lanjutan tentang faktor – faktor yang

menyebabkan terjadinya sepsis pada neonatal.

Anda mungkin juga menyukai