Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK II

MYCOBACTERIUM LEPRAE
Nama kelompok :
Reza Brian Anugerahno (18.72.020150)
Reza Widianto (18.72.020462)
Muhammad Handy Adji (18.72.020165)
Devi Ayu Astuti (18.72.020153)
Yuliantie (18.72.020166)
Ya Aresya (18.72.020156)
PENDAHULUAN

Mycobacterium leprae juga disebut Basillus Hansen, adalah


bakteri yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen).
Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan
gram-positif berbentuk tongkat. Mycobacterium leprae merupakan
pathogen intrasel obligat sehingga belum dapat dibiakkan invitro
(media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada sel endothelial
pembuluh darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai
lingkungan yang baik untuk bertahan hidup dan
perkembangbiakan. Perkiraan waktu bagi bakteri ini bereplikasi
adalah 10-12 hari (Martiny, 2006).
Klasifikasi bakteri mycobacterium
leprae

 Kerajaan : Bacteria
 Filum : Actinobacteria
 Ordo : Actinomycetales
 Upaordo : Corynebacterineae
 Famili : Mycobacteriaceae
 Genus : Mycobacterium
 Spesies : Mycobacterium leprae.
Morfologi mycobacterium leprae

 Bakteri Mycobacterium leprae berbentuk batang, langsing atau


sedikit membengkok dengan kedua ujung bakteri tumpul, tidak
bergerak, tidak memiliki spora dan tidak berselubung. Sel-sel
panjang, ada kecenderungan untuk bercabang. Berukuran 1-7 x 0,2-
0,5µm, bersifat gram positif, tahan asam, letak susunan bakteri
tunggal atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu sehingga
sering disebut packed of cigarette, atau merupakan kelompok padat
sehingga tidak dapat dibedakan antara bakteri yang satu dengan
yang lainnya, kadang-kadang terdapat granulaBentuk-bentuk M.
leprae yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan mikroskopis adalah
: (Martiny, 2006).
patogenitas

 M. leprae mempunyai patogenisitas dan daya invasi yang


rendah. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh biasanya
melalui sistem pernafasan. Patogenisitas yang rendah
menyebabkan hanya sebagian kecil orang yang
terinfeksi yang menimbulkan tanda-tanda penyakit.
Setelah memasuki tubuh, bakteri bermigrasi ke
jaringan saraf dan masuk ke dalam sel Schwann.
Bakteri juga dapat ditemukan dalam makrofag, sel-sel
otot, dan sel-sel endotel pembuluh darah.
GAMBAR : Mycobacterium Laprae
Karakteristik biakan

 Seperti mikobakteri lainnya ( atau bakteri ' acid - fast ' ), Mycobacterium
leprae memiliki waktu yang lama untuk mereplikasi dirinya di luar sel
inang. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Mycobacterium leprae
adalah parasit intraseluler fakultatif, tetapi ada juga yang mengatakan
bahwa bakteri tidak bisa bereplikasi sama sekali di luar sel. Didukung
oleh fakta bahwa Mycobacterium leprae belum pernah dikultur in vitro.
Ketika Mycobacterium leprae menemukan host yang tepat maka bakteri
ini akan bereplikasi dengan memakan waktu hingga 13 hari untuk
menjalani satu siklus replikasi. Kusta ditandai dengan replikasi bakteri di
dalam vesikel intraseluler makrofag, sel Schwann, dan sel endotel.
Secara umum, Mycobacterium leprae lebih memilih sel-sel tersebut pada
suhu lebih rendah dari tubuh manusia, yang mengapa cenderung
memanifestasikan dirinya di dekat permukaan kulit . Metabolisme Ideal
terjadi pada 33 ° C dan pH antara 5,1 dan 5,6.
Struktur antigen

 Berdasarkan struktur antigennya, M. leprae memiliki genus-


spesific antigen (group i), namun tidak mempunyai antigen
yang biasa dimiliki kelompok mikobakterium yang cepat
tumbuh (group ii). Oleh karena basil kusta memiliki antigen
yang khas untuk spesiesnya maka kuman ini dimasukkan ke
dalam group iv menurut pembagian dari Grange. Dengan
menggunakan mikroskop elektron, ultra struktur kuman
M.leprae menunjukkan bahwa kapsul kuman ini terdiri atas
selubung transparan dan dibawahnya terdapat pita-pita dan
lembaran tipis.Secara biokimiawi ternyata lapisan-lapisan
transparan tersebut terdiri dari bahan glikolipid yang dikenal
sebagai Phenolic glicolipid (PGL).
Penyakit kusta

 kusta merupakan penyakit infeksi kronik yang


penyebabnya ialah Mycobacterium lepraedan bersifat
intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat. Masa tunas dari penyakit
kustasangat bervariasi, yaitu antara 40 hari sampai
40 tahun dan pada umumnya penyakit ini
membutuhkan waktu antara tiga hingga limatahun
(Kosasih dkk.,2007).
lanjutan
 Pada sebagian besar orang yang telah
terinfeksi dapat teridentifikasi dengan tanpa
gejala atau asimptomatik, namun pada
sebagian kecil memperlihatkan gejala dan
mempunyai kecenderungan untuk menjadi
cacat,khususnya pada tangan dan kaki.
Penyakit kusta dibedakan menjadi dua tipe
yaitu tipe Multi Basilerdan Pausi
Basiler(Amirudin dkk., 2003)
Diagnosis

Diagnosis penyakit lepra didasarkan oleh gambaran


klinis, bakterioskopis, histopatologis dan serologis.
Diantara pemeriksaan tersebut, diagnosis secara klinis
adalah yangterpenting dan paling sederhana dilakukan.
Hasil bakterioskopis memerlukan waktu paling sedikit
(15-30 menit), sedangkan pemeriksaan
histopatologi memerlukan waktu 10-14 hari. Tes
lepromin (Mitsuda)juga dapat dilakukan untuk
membantu penentuan tipe yang hasilnya baru dapat
diketahuisetelah 3 minggu. Penentuan tipe lepra
perlu dilakukan supaya dapat menetapkan terapi yang
sesuai.
pengobatan

 Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah


penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya
cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang
lain untuk menurunkan insiden penyakit. Program Multi
Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin,
klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program
tersebut bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson
yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan
pasien, menurunkan angka putus obat, dan
mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.
 Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai
rekomendasi WHO 1995 sebagai berikut:
Lanjutan
1. Tipe PB ( PAUSE BASILER)
 Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas DDS
tablet 100 mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 6 dosis
diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6
dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment) meskipun
secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995)
tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah
Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi
dalam pengawasan.
Lanjutan
2. Tipe MB ( MULTI BASILER)
 Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas.
Klofazimin 300mg/bln diminum didepan petugas
dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg /hari diminum di
rumah. DDS 100 mg/hari diminum dirumah, Pengobatan
24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan
sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun
secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri
positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan
untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan
pasien langsung dinyatakan RFT.
Identifikasi Bakteri

 Identifikasi bakteri Mycobacterium leprae dengan


metode pewarnaan Ziehl Nelsen (ZN) untuk mencari
basil tahan asam (BTA) tidak mampu melihat bakteri
kusta secara akurat. Teknik tersebut hanya mampu
menunjukkan jumlah bakteri secara umum,
lanjutan

 Metode pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)


atau dalam bahasa Indonesia secara umum disebut
Reaksi Rantai Polimerasi (RRP). Polymerase Chain
Reaction adalah suatu metode enzimatik in vitro yang
digunakan untuk menghasilkan gugus DNA spesifik
dalam jumlah besar dalam waktu singkat melalui tahap
denaturation, annealing, dan extension pada temperatur
yang berbeda. Proses PCR dapat dikerjakan dengan
cepat dan mampu mendeteksi
 Mycobacterium leprae secara spesifik meski dengan
jumlah sampel sangat sedikit yaitu single helix DNA
bakteri (Donoghue, 2001
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai