Anda di halaman 1dari 40

SKRINING DONOR

RINNY ARDINA, S.ST., M.Si


A) ALUR PELAYANAN MENJADI PENDONOR DARAH DI UTD - PMI

SYARAT SELEKSI DONOR


Pendaftaran Donor (pengganti/ sukarela)
1. Umur :18 – 60 tahun
2. Berat badan : 50 kg atau lebih
3. Kadar Hb : >12,5 g/dl
Pendonor tidak memenuhi syarat jika: 4. Tekanan darah : 110/70 – 140/90 mmHg
5. Nadi : 50 – 100/ menit teratur
1. Kadar Hb rendah 6. Bagi wanita : tidak hamil, menyusui, dan
2. Tekanan darah abnormal menstruasi
3. Ada keluhan/ riwayat penyakit 7. Bagi wanita & pria : tidak minum obat kecuali vitamin
8. Pendonor : tidak berpenyakit jantung, hati,
paru-paru, ginjal, diabetes,
perdarahan, kejang, kanker,
Pendonor memenuhi syarat: penyakit kulit kronis atau penyakit
kronis lainnya
1. Selanjutnya dilakukan pengambilan darah 9. Donor rutin : minimal 3 bulan yang lalu baru
(AFTAP) ke dalam kantong darah 350 cc bisa mendonorkan darahnya
2. Selesai AFTAP  servis donor kembali
(pemberian snack & vitamin) dan ucapan
terimakasih pada pendonor
UJI SARING IMLTD

RINNY ARDINA, S.ST., M.Si


• Uji saring darah dimaksudkan untuk mencegah penularan infeksi yang ditularkan lewat darah dari
pendonor darah kepada pasien.
• Uji saring penting untuk memperoleh darah yang AMAN
• Uji saring IMLTD dilakukan pada empat penyakit yaitu:
1. Hepatitis B
2. Hepatitis C
3. Sifilis
4. HIV

• Uji saring IMLTD pada transfusi darah menggunakan Rapid Test dengan prinsip imunokromatografi.
Rapid test pada uji saring IMLTD:
1. Hepatitis B  HBsAg Rapid Test  mendeteksi keberadaan antigen Hepatitis B surface
2. Hepatitis C  Anti HCV Rapid Test  mendeteksi keberedaan antibodi terhadap Hepatitis C
3. Sifilis  Syphilis Rapid Test  mendeteksi keberadaan antibodi terhadap Treponema pallidum
4. HIV  Anti HIV Rapid Test  mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV
• Uji saring IMLTD pada transfusi darah
menggunakan Rapid Test dengan prinsip
imunokromatografi atau teknik ELISA
(Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay)

• Imunokromatografi
(ICA/Immunochromatography)  teknik
untuk memisahkan dan mengidentifikasi
antigen atau antibodi yang terlarut dalam
sampel melalui daya kapilaritas (daya
serap) dari membran berdasarkan
pembentukan krom (warna) secara
kualitatif (positif/negatif)
• Uji saring IMLTD pada transfusi darah
menggunakan Rapid Test dengan prinsip
imunokromatografi atau teknik ELISA
(Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay)

• Imunokromatografi
(ICA/Immunochromatography)  teknik
untuk memisahkan dan mengidentifikasi
antigen atau antibodi yang terlarut dalam
sampel melalui daya kapilaritas (daya
serap) dari membran berdasarkan
pembentukan krom (warna) secara
kualitatif (positif/negatif)
Rapid test pada uji saring IMLTD

• Hepatitis B  HBsAg Rapid Test  mendeteksi keberadaan antigen Hepatitis B surface


Apabila yang ingin dideteksi/dicari di dalam sampel adalah antigen, maka yang menempel pada rapid test
adalah antibodi

• Hepatitis C  Anti HCV Rapid Test  mendeteksi keberedaan antibodi terhadap Hepatitis C
Apabila yang ingin dideteksi/dicari di dalam sampel adalah antibodi, maka yang menempel pada rapid test
adalah antigen

• Sifilis  Syphilis Rapid Test  mendeteksi keberadaan antibodi terhadap Treponema pallidum
Apabila yang ingin dideteksi/dicari di dalam sampel adalah antibodi, maka yang menempel pada rapid test
adalah antigen

• HIV  Anti HIV Rapid Test  mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV
Apabila yang ingin dideteksi/dicari di dalam sampel adalah antibodi, maka yang menempel pada rapid test
adalah antigen
HBsAg Rapid Test

• HBsAg One Step Hepatitis B Surface Antigen Test Strip : pemeriksaan


imunokromatografi untuk deteksi antigen surface dari virus hepatitis B secara
kualitatif (hasil hanya negatif/positif)  karena yang dideteksi di dalam darah
pasien adalah antigen, maka yang menempel pada rapid test adalah antibodi

• Virus hepatitis adalah penyebab penyakit sistemik yang terutama menyerang organ
hati. Kebanyakan kasus hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis A, B, atau C.
Antigen kompleks yang ditemukan pada permukaan virus hepatitis B disebut
HBsAg.
HBsAg Rapid Test

• Kemunculan HBsAg di dalam


serum atau plasma
mengindikasikan adanya infeksi
hepatitis B aktif, baik akut atau
pun kronik.

• HBsAg akan terdeteksi pada 2-


4 minggu abnormal sebelum
kadar ALT/SGPT menjadi
abnormal dan 3-5 minggu
sebelum muncul gejala atau
jaundice (kekuningan).
• Prinsip pemeriksaan: pada membran nitroselulosa yang ada dalam rapid
test terdapat antibodi anti-HBsAg (garis Test pada strip test). Selama
pemeriksaan sampel serum/plasma bereaksi dengan partikel yang dilapisi
dengan antibodi anti-HBsAg. Adanya daya kapilaritas, membuat sampel
dapat bergerak maju melalui membran kromatografi dan akan bereaksi
dengan antibodi anti-HBsAg pada membran  muncul garis warna.

• Garis T berwarna : tes positif.


• Garis T tidak berwarna : tes negatif.

• Garis C akan selalu muncul dan ini mengindikasikan bahwa volume


sampel telah tepat dan pengisian membran telah terjadi.
• Cara Kerja:

1. Bawa kemasan pada suhu ruangan sebelum dibuka.


2. Buka kemasan dan keluarkan test strip.
3. Letakkan test strip secara vertikal pada serum atau plasma hingga batas
tanda maksimal pada test strip selama 10-15 detik.
4. Keluarkan test strip dari dalam sampel, lalu letakkan pada permukaan yang
kering, catat waktu hingga warna merah pada garis keluar. Hasil harus
dibaca pada waktu 15 menit. Jangan baca hasil setelah 30 menit.
HASIL PEMERIKSAAN
• Keterbatasan HBsAg test strip:

1. Digunakan hanya untuk deteksi HBsAg di dalam sampel serum


atau plasma.
2. Hasil pemeriksaan hanya mengindikasikan keberadaan HBsAg di
dalam sampel dan tidak dapat digunakan sebagai diagnosa
tunggal untuk mendeteksi infeksi virus hepatitis B.
3. Hasil dari test strip harus dibarengi dengan informasi klinis lainnya.
Anti-HCV Rapid Test
• Anti HCV Rapid Test: imunokromatografi sandwich antigen digunakan untuk
deteksi antibodi hepatitis C secara kualitatif (IgM, IgG, dan IgA) dalam
serum/plasma.

• Virus Hepatitis C: berukuran kecil, berselubung, single stranded RNA. HCV


ditemukan pada >80% pasien dengan hepatitis non-A dan hepatitis non-B. Metode
konvensional gagal untuk mengisolasi virus di dalam kultur sel dan juga dalam
memvisualisasikan dengan mikroskop elektron. Adanya kloning terhadap genome
virus hepatitis C memungkinkan untuk pengembangan pemeriksaan serologis
dengan menggunakan antigen rekombinan.
• Prinsip Pemeriksaan: HCV Ab rapid test  teknik double sandwich antigen.
Dibuat dalam bentuk kaset yang terdiri dari 2 komponen yaitu (1) konjugat
warna merah burgundi yang mengandung antigen HCV yang terkonjugasi
dengan koloidal gold (membran) dan konjugat IgG kelinci, (2) membran
nitroselulosa terdiri dari pita tes (T) dan pita kontrol (C).

• Ketika sampel yang adekuat terhisap masuk ke dalam sumuran kaset, sampel
akan bermigrasi dengan daya kapilaritas. Antibodi baik IgG, IgM, atau IgA dari
HCV yang apabila terdapat di dalam sampel  berikatan dengan konjugat
antigen HCV. Imunokompleks akan terbentuk pada membran dengan
terbentuknya warn merah burgundi pada pita tes (T).
• Hal ini mengindikasikan bahwa antibodi HCV positif di dalam sampel.
• Warna pita T tidak terbentuk: hasil negatif.
• Warna pita C muncul  adanya imunokompleks dari Antibodi Kambing-IgG Kelinci/Konjugat IgG Kelinci yang
muncul tanpa memperhatikan ada/tidaknya antibodi HCV.

• Cara Kerja:
1. Buka kemasan, letakkan kaset pada permukaan rata dan bersih.
2. Gunakan pipet tetes dengan posisi vertikal untuk meneteskan satu tetes serum atau plasma (sekitar 30 µL) ke
dalam sumur sampel (S) lalu tambahkan satu tetes (sekitar 40 µL) sample buffer. Jangan sampai ada gelembung.
3. Tunggu hingga garis muncul warna. Baca hasil dalam waktu 15 menit. Jangan baca hasil setelah 15 menit.
HASIL PEMERIKSAAN ANTI HCV RAPID TEST
Keterbatasan Anti HCV Rapid Test

1. Digunakan hanya untuk deteksi antibodi terhadap HCV di dalam sampel serum atau
plasma.
2. Hasil pemeriksaan hanya mengindikasikan keberadaan antibodi thdp HCV di dalam
sampel dan tidak dapat digunakan sebagai diagnosa tunggal untuk mendeteksi infeksi
virus hepatitis C.
3. Hasil dari test cassette harus dibarengi dengan informasi klinis lainnya.
4. Apabila hasil tes negatif, namun gejala klinis ada, lakukkan follow up menggunakan
metode klinik yang lain yang direkomendasikan. Hasil negatif yang muncul setiap saat,
tidak menutup kemungkinan adanya infeksi hepatitis C.
5. Hasil negatif dapat terjadi apabila kuantitas antibodi HCV pada sampel sangat rendah dari
batas pemeriksaan.
6. Beberapa sampel kadang-kadang memiliki titer tinggi seperti adanya rheumatoid factor
yang dapat menganggu hasil pemeriksaan.
TPHA Haemagglutination
• Prinsip pemerikksaan: tes TPHA merupakan tes hemaglutinasi indirect yang
spesifik dan sensitif untuk mendeteksi antibodi terhadap Treponema pallidum.
Eritrosit yang diawetkan dilapisi dengan komponen antigen dari Treponema
pallidum patogen. Sel eritrosit ini akan teraglutinasi jika terdapat antibodi
spesifik dari Treponema pallidum  mikrotitrasi pada plate
• Komposisi:
1. TPHA Test Cells: eritrosit burung yang tersensitisasi dengan antigen Treponema pallidum.
2. TPHA Control Cells: eritrosit burung.
3. Kontrol Positif dan kontrol negatif.

Cara Kerja Tes Kualitatif:


4. Tambahkan 190 uL diluent pada well 1.
5. Tambahkan 10 uL pada well 1 lalu homogenkan.
6. Transfer 25 uL dari well 1 ke well 2 dan well 3.
7. Pastikan tes dan kontrol telah diresuspensi.
8. Tambahkan 75 uL control cells pada well 2.
9. Tambahkan 75 uL test cells pada well 3.
10. Homogenkan  tutup plate lalu inkubasi selama 45-60 menit (jauhkan dari panas,
matahari langsung, atau getaran).
Anti TP Rapid Test
HIV 1&2 Antibody Rapid Test
Tujuan Penggunaan:

• Diagnosa cepat infeksi HIV 1&2 penting untuk penanganan penyakit HIV.
Pengembangan tes cepat (5-30 menit) immunokromatografi merupakan
penyaringan awal untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV type 1, HIV
type 2 dan Subtype O di dalam serum/plasma dan darah pasien.

• Deteksi antibodi HIV-1, HIV-2, dan subtype O dalam darah, serum, plasma
oleh protein immunodominant pada virus HIV yang sudah dilumpuhkan dalam
membran.
• T1 test line di-coated dengan HIV-1 dan subtype O antigen sedangkan T2 test
line di-coated dengan HIV-2 antigen. Antigen pengikatnya adalah protein
rekombinan dari HIV-1 pada region gp-120, gp-41, p24. HIV-2 juga termasuk
rekombinan gp36.

• Keberadaan HIV1&2 IgM, IgG, IgA dapat dinyatakan dengan konjugat protein A.

• Adanya antibodi positif dapat dibaca dengan terbentuknya garis ungu-


kemerahan pada membran (region T).

• Garis kontrol tambahan diletakkan pada membran (region C) untuk memeriksa


reaktivitas kit.
• Cara Kerja:

1. Bawa test dan sampel ke suhu ruang.


2. Buka bungkus ambil kartu, letakkan pada permukaan datar.
3. Untuk spesimen serum/plasma : teteskan 1 tetes serum/plasma (+/- 25 uL)
ke lubang sampel (S), kemudian teteskan 1 tetes buffer (+/- 40 uL) dan
jalankan timer.
4. Untuk spesimen darah : teteskan 2 tetes darah (+/- 50 uL) ke dalam lubang
sampel (S), kemudian teteskan 2 tetes buffer (+/- 80 uL) dan jalankan timer.
5. Baca hasil antara 5-30 menit setelah teteskan buffer.
Keterbatasan pemeriksaan

1. Oncoprobe HIV 1&2 Antibody Rapi Test dibuat hanya untuk mendeteksi antibodi HIV di dalam serum,
plasma, dan darah manusia.
2. Intensitas warna yang timbul pada zona garis T (1 & 2) tidak berhubungan dengan banyaknya kadar
antibodi sampel.
3. Hasil negatif tidak mengesampingkan kemungkinan terinfeksi HIV-1/2. Hasil negatif palsu dapat diperoleh
dalam beberapa keadaan sebagai berikut:
• Tingkat antibodi rendah yang di bawah batas minimum deteksi test.
• Infeksi oleh virus tertentu yang kurang dapat terdeteksi oleh rapid test.
• Antibodi HIV yang diproduksi oleh tubuh pasien tidak bereaksi spesifik dengan antigen spesifik yang ada
pada tes.
• Kondisi penanganan sampel yang menyebabkan hilangnya aktifitas antibodi HIV.
4. Jika hasil positif, lakukan pemeriksaan dengan metode lain seperti dengan EIA, ELISA dan dievaluasi
dengan keseluruhan evaluasi klinis sebelum dibuat diagnosa.
PEMERIKSAAN UJI SARING DENGAN ELISA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai